Covid and Koagulopati
Covid and Koagulopati
Herick Alvenus Willim1*, Amanda Trixie Hardigaloeh2, Alice Inda Supit3, Handriyani4
ABSTRACT
Background: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is an infectious Results: COVID-19 can trigger cytokine storms and systemic
disease caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 hyperinflammation which cause increased activation of coagulation
(SARS-CoV-2). COVID-19 has spread globally and become a new and resulting in hypercoagulability. Hypercoagulability state in
pandemic. Although the clinical manifestation of COVID-19 mainly COVID-19 increases the risk of thrombosis and thromboembolism,
affected the respiratory system, coagulopathy often occurs in particularly venous thromboembolism. Prophylactic anticoagulants
the severe cases and is associated with increased mortality. This can prevent thromboembolic events and improve the prognosis of
literature review aims to provide a review of coagulopathy in COVID-19 patients with coagulopathy.
COVID-19. Conclusion: The hypercoagulation state in COVID-19 can increase
Methods: This literature review involved 52 relevant literature the risk of complications from thrombosis and thromboembolism,
about coagulopathy and COVID-19. Different data sources or especially venous thromboembolism. Increased D-dimers are a
manual literature search methods used to find articles related to marker of coagulopathy that is often found in patients with severe
the topic of literature. COVID-19 and is associated with disease severity.
Published
Open access:
by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766
http://isainsmedis.id/ 749
ORIGINAL ARTICLE
COVID-19 sebagai pandemi pada tanggal 11 terutama yang terlibat dalam penanganan pasien
Maret 2020.2 Meskipun COVID-19 telah menyebar COVID-19. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut
secara luas dan cepat di seluruh dunia, pemahaman mengenai patogenesis koagulopati dan trombosis
tentang penyakit ini masih terbatas. Infektivitas pada COVID-19, profil hematologi dan koagulasi
virus yang tinggi serta belum tersedianya vaksin pada COVID-19, manifestasi klinis koagulopati
dan antivirus definitif menyebabkan tantangan pada COVID-19, pemantauan koagulopati pada
besar dalam penanganan penyakit ini.3 COVID-19, dan tatalaksana koagulopati pada
COVID-19 terutama menyebar melalui droplet COVID-19.
respirasi dengan masa inkubasi antara 1-14
hari, pada umumnya 3-7 hari.1 Spektrum klinis Patogenesis koagulopati dan trombosis pada
COVID-19 bervariasi mulai dari asimtomatik COVID-19
hingga simtomatik dengan gejala demam, batuk, Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2)
sesak napas, sakit kepala, sakit tenggorokan, merupakan reseptor utama SARS-CoV-2. ACE2
dan rinorea. Sebagian pasien dapat mengalami banyak diekspresikan di sel epitel alveolus paru-
manifestasi gastrointestinal seperti mual dan diare. paru, terutama sel alveolus tipe II. Selain itu ACE2
Pasien dapat mengalami manifestasi klinis berat juga ditemukan pada jantung, endotel pembuluh
yang meliputi pneumonia berat, sepsis, syok sepsis, darah, ginjal, dan saluran gastrointestinal sehingga
acute respiratory distress syndrome (ARDS), dan dapat terjadi manifestasi multi organ pada infeksi
multiple organ dysfunction syndrome (MODS).4 COVID-19.12 Genom coronavirus terdiri dari 4
Pasien dengan usia tua (>65 tahun), merokok, protein utama, yaitu spike (S), nucleocapsid (N),
memiliki komorbid hipertensi, diabetes, penyakit membrane (M), dan envelope (E). Infeksi terjadi
kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronik, dan ketika protein S berikatan dengan reseptor ACE2.13
keganasan memiliki risiko lebih tinggi mengalami Agregasi SARS-CoV-2 di paru-paru menyebabkan
derajat penyakit yang lebih berat dan mortalitas gangguan sel epitel dan endotel alveolus, bersama
yang lebih tinggi jika terinfeksi COVID-19.5,6 dengan infiltrasi sel-sel inflamasi menyebabkan
Walaupun didominasi oleh manifestasi munculnya sitokin-sitokin proinflamasi (IL-
respiratorik, bukti terkini menunjukkan bahwa 1, IL-6, dan TNFα, dan lainnya).14 Pada pasien
pasien COVID-19 berat seringkali mengalami COVID-19 berat, respon imun ini dapat berlebihan
gangguan koagulasi (koagulopati) yang mirip dan menyebabkan badai sitokin sistemik yang
dengan koagulopati sistemik lain terkait infeksi mencetuskan terjadinya systemic inflammatory
berat, seperti disseminated intravascular coagulation response syndrome (SIRS). Respon inflamasi
(DIC) dan trombosis mikroangiopati. Hal ini sistemik berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
berhubungan dengan peningkatan mortalitas jejas endotel (endoteliopati) sistemik dan keadaan
yang signifikan.7 Hiperinflamasi yang terjadi hiperkoagulasi yang meningkatkan risiko
pada COVID-19 menyebabkan peningkatan terjadinya makrotrombosis dan mikrotrombosis
aktivasi kaskade koagulasi dan produksi trombin sistemik. Manifestasi makrotrombosis dapat
berlebihan. Gangguan koagulasi pada COVID-19 berupa tromboemboli vena (misalnya trombosis
menyebabkan keadaan protrombotik yang vena dalam dan emboli paru) atau tromboemboli
meningkatkan risiko terjadinya trombosis dan arteri (misalnya stroke). Mikrotrombosis berperan
tromboemboli vena maupun arteri.7,8 dalam proses terjadinya ARDS dan kegagalan multi
Peningkatan D-dimer yang signifikan dapat organ.14 Adapun skema patogenesis koagulopati
ditemukan pada pasien COVID-19 berat. Hal dan trombosis pada COVID-19 dapat dilihat pada
ini menggambarkan keadaan hiperinflamasi Gambar 1.
dan prokoagulan pada COVID-19.9 Kejadian Hipoksia terkait COVID-19 dapat menyebabkan
tromboemboli, terutama tromboemboli vena vasokonstriksi dan aliran darah rendah yang
(trombosis vena dalam dan emboli paru) berkontribusi terhadap jejas endotel. Hipoksia
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada juga dapat menggeser fenotip dasar antitrombotik
pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. dan antiinflamasi pada endotel menjadi fenotip
Emboli paru diduga berkontribusi terhadap angka prokoagulan dan proinflamasi.14 Jejas endotel
mortalitas yang tinggi pada pasien COVID-19.9,10 memicu pelepasan Ultralarge von Willebrand factor
Literatur menunjukkan bahwa pemberian (ULVWF) yang berperan dalam proses hemostasis.
antikoagulan profilaksis dapat mencegah kejadian ULVWF berperan sebagai jembatan antara jejas
tromboemboli dan meningkatkan prognosis pada endotel dan aktivasi trombosit. ULVWF memicu
pasien COVID-19 yang mengalami koagulopati.11 agregasi trombosit dan inisiasi trombogenesis
Pengetahuan tentang koagulopati pada dalam mikrovaskulatur yang dapat menyebabkan
COVID-19 penting untuk dipahami oleh klinisi, terbentuknya mikrotrombus.14 Monosit, neutrofil,
750 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766
ORIGINAL ARTICLE
trombosit, dan mikropartikel dalam sirkulasi akan pada COVID-19 dapat terjadi melalui mekanisme
menempel pada endotel yang teraktivasi, bersama invasi langsung SARS-CoV-2 ke dalam sel
dengan tissue factor (TF) dan formasi neutrophil endotel yang menyebabkan jejas sel atau sebagai
extracellular traps (NETs) akan menginisiasi akibat dari respon inflamasi oleh sitokin-sitokin
kaskade koagulasi, akibatnya dihasilkan trombin proinflamasi.15 Stasis aliran darah dapat disebabkan
dalam jumlah banyak dan menyebabkan keadaan oleh imobilisasi pada pasien yang dirawat di rumah
hiperkoagulasi.14 sakit.16 Keadaan hiperkoagulasi diperberat oleh
Trias Virchow merupakan dasar pemahaman faktor-faktor protrombotik seperti peningkatan
tentang trombosis yang meliputi jejas endotel, ULVWF, faktor VIII, fibrinogen, NETs, dan
stasis aliran darah, dan hiperkoagulasi. Trombosis mikropartikel trombotik.17
dan tromboemboli yang terjadi pada COVID-19 Penyebab utama kematian pada COVID-19
mengikuti konsep trias Virchow.14 Jejas endotel adalah ARDS dan gagal nafas progresif. Mekanisme
ARDS dan gagal nafas pada COVID-19 tidak hanya
disebabkan oleh faktor inflamasi. Mikrotrombosis
memiliki peranan penting dalam hal ini. Infeksi
primer virus menyebabkan jejas alveolus dan
produksi sitokin-sitokin proinflamasi yang
signifikan pada pasien COVID-19.18 Aktivasi
dan rekrutmen sel mononuklir dan neutrofil
menyebabkan bertambahnya kerusakan jaringan
paru dan endotel vaskular. Keadaan hipoksia,
jejas endotel, dan respon inflamasi berkelanjutan
meningkatkan keadaan prokoagulan yang dapat
menyebabkan terjadinya mikrotrombosis vaskular
paru, memicu terjadinya ARDS dan gagal napas.14,18
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766 751
ORIGINAL ARTICLE
µl/mL merupakan prediktor terkuat terjadinya COVID-19 berat dan berhubungan dengan
mortalitas pada pasien COVID-19.22 Studi oleh peningkatan mortalitas.28,30,31 Koagulopati pada
Cui et al., menunjukkan bahwa D-dimer >1.5 µl/ COVID-19 menjadi predisposisi terjadinya
mL merupakan prediktor tromboemboli vena pada tromboemboli vena maupun arteri akibat aktivasi
pasien COVID-19 dengan sensitivitas 85% dan kaskade koagulasi yang disebabkan inflamasi
spesifisitas 88.5%.23 berlebihan, disfungsi endotel, aktivasi trombosit,
Pemanjangan PT >3 detik atau aPTT >5 detik dan stasis aliran darah karena imobilisasi.32
merupakan penanda koagulopati dan prediktor Disamping keadaan infeksi aktif, inflamasi
komplikasi trombotik pada pasien COVID-19.24 berlebihan, dan imobilisasi, faktor risiko tambahan
Peningkatan fibrinogen sering ditemukan pada kejadian trombosis pada COVID-19 meliputi usia
COVID-19 dan berkorelasi dengan proses inflamasi tua (>65 tahun), obesitas, kanker, kehamilan, gagal
dan kadar IL-6, namun pada kasus berat dapat jantung, dan riwayat tromboemboli sebelumnya.33
terjadi penurunan kadar fibrinogen sebagai akibat Kejadian trombosis juga dapat terjadi pada pasien
perburukan koagulopati.25 COVID-19 berat yang tidak memiliki faktor risiko
Trombositopenia pada COVID-19 dapat terjadi sebelumnya.34
melalui beberapa mekanisme, seperti badai sitokin Keadaan hiperkoagulasi pada COVID-19 telah
yang menyebabkan penghancuran sel progenitor dikaitkan dengan kondisi menyerupai DIC karena
sumsum tulang, inhibisi hematopoiesis secara banyak pasien COVID-19 berat yang memenuhi
langsung oleh infeksi virus pada sumsum tulang, kriteria DIC menurut ISTH. Meskipun demikian,
peningkatan autoantibodi dan kompleks imun yang temuan klinis utama pada DIC terkait sepsis adalah
menyebabkan destruksi trombosit, dan jejas paru perdarahan, sedangkan temuan klinis utama
yang menyebabkan agregasi trombosit dan konsumsi pada koagulopati COVID-19 adalah trombosis.
trombosit sehingga menyebabkan berkurangnya Perdarahan jarang terjadi pada COVID-19.35
trombosit dalam sirkulasi.26 Trombositopenia Literatur menunjukkan bahwa kejadian
berhubungan dengan mortalitas pada pasien tromboemboli vena merupakan komplikasi
COVID-19. Studi oleh Yang et al., terhadap 1476 trombosis tersering pada pasien COVID-19 berat.
pasien COVID-19 menunjukkan bahwa 306 pasien Klok et al., meneliti kejadian trombosis vena dan
(20.7%) mengalami trombositopenia. Tingkat arteri yang meliputi trombosis vena dalam, emboli
mortalitas rumah sakit pada kelompok trombosit paru, stroke iskemik, infark miokard, dan emboli
0-50.000/µl, 50.000-100.000/µl, 100.000-150.000/ arteri sistemik pada 184 pasien COVID-19 berat
µl, dan >150.000/µl secara berturut-turut 92.1%, yang dirawat di unit perawatan intensif. Penelitian
61.2%, 17.5%, dan 4.7%. Semakin rendah jumlah ini melaporkan bahwa insiden kumulatif komplikasi
trombosit, maka tingkat mortalitas semakin trombosis adalah sebesar 31%. Tromboemboli vena
tinggi.27 merupakan komplikasi trombosis terbanyak yang
Abnormalitas parameter koagulasi pada ditemukan (27%), mayoritas adalah emboli paru.24
COVID-19 berat dapat menyerupai DIC. Studi Cui et al., juga melaporkan insiden tromboemboli
oleh Tang et al., terhadap 183 pasien COVID-19 vena yang tinggi pada pasien COVID-19 berat yang
menunjukkan bahwa 15 (71.4%) dari 21 pasien dirawat di unit perawatan intensif, yaitu 25% (20
COVID-19 yang meninggal memenuhi kriteria DIC dari 81 pasien). Hal ini berkaitan dengan prognosis
berdasarkan sistem skoring DIC (skor ≥5) menurut yang buruk.23
International Society of Thrombosis and Haemostasis Skor prediksi Padua dapat digunakan untuk
(ISTH) yang terdiri dari trombositopenia, menilai risiko tromboemboli vena pada pasien
peningkatan D-dimer, pemanjangan PT, dan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.36 Studi
penurunan fibrinogen.28 Hal ini berbeda dengan oleh Wang et al., terhadap 1026 pasien COVID-19
studi oleh Fogarty et al., terhadap 83 pasien yang dirawat di rumah sakit menunjukkan bahwa
COVID-19 yang tidak menemukan DIC pada 40% pasien memiliki risiko tinggi tromboemboli
pasien. Fogarty et al., tidak menemukan penurunan vena (skor prediksi Padua ≥4). Wang et al.,
trombosit dan fibrinogen yang bermakna walaupun menunjukkan bahwa pasien dengan risiko tinggi
terdapat peningkatan D-dimer yang bermakna. tromboemboli vena berhubungan dengan usia
Peningkatan fibrinogen pada penelitian ini, seiring yang lebih tua, kebutuhan akan perawatan di unit
dengan peningkatan CRP yang signifikan, dianggap perawatan intensif, penggunaan ventilasi mekanik,
sebagai respon normal pada fase akut infeksi.29 dan mortalitas yang lebih tinggi akibat komplikasi
tromboemboli vena dibandingkan pasien dengan
Manifestasi klinis koagulopati pada COVID-19 risiko rendah tromboemboli vena.36
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa Kejadian trombosis arteri relatif lebih jarang
komplikasi koagulopati sering terjadi pada pasien ditemukan dibandingkan tromboemboli vena.
752 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766
ORIGINAL ARTICLE
Li et al., melaporkan insiden stroke sebesar 5% minimal 7 hari, dimana 94 pasien diantaranya
pada 221 pasien yang dirawat dengan COVID-19. diberikan low molecular weight heparin (LMWH)
Pasien stroke memiliki lebih banyak faktor dengan enoxaparin dosis 40-60 mg/hari dan
risiko dibandingkan pasien non-stroke, meliputi 5 pasien diantaranya diberikan unfractionated
usia tua, hipertensi, diabetes, penyakit jantung heparin (UFH) dengan dosis 10.000-15.000 unit/
koroner, dan riwayat stroke sebelumnya. D-dimer hari. Studi tersebut menemukan bahwa pada pasien
dan CRP ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan skor sepsis-induced coagulopathy (SIC)
stroke, menandakan keadaan hiperinflamasi dan ≥4 atau D-dimer >3.0 µg/mL, tingkat mortalitas
hiperkoagulan yang mungkin berperan dalam kasus 28 hari pada pasien yang mendapatkan heparin
stroke pada COVID-19.37 Mao et al., melaporkan lebih rendah daripada kelompok yang tidak
insiden stroke iskemik sebesar 5.7% pada 78 pasien mendapatkan heparin.42
COVID-19 berat.38 Hipoksia yang terjadi pada COVID-19 diduga
Kejadian trombosis juga dapat mengenai berhubungan dengan adanya mikrotrombus pada
arteri perifer. Mestres et al., melaporkan kasus sirkulasi paru. Studi serial kasus oleh Negri et al.,
trombosis arteri perifer pada 4 pasien COVID-19, terhadap 27 pasien COVID-19 menunjukkan
3 pasien diantaranya mengalami trombosis arteri bahwa terapi heparin dapat memperbaiki hipoksia.
infrapopliteal pada arteri distal di salah satu atau Pada studi ini pasien diberikan enoxaparin atau
kedua kaki, dan 1 pasien diantaranya mengalami UFH dan didapatkan peningkatan signifikan rasio
trombosis arteri femoral-popliteal dan radial-ulnar. PaO2/FiO2 setelah 72 jam pemberian antikoagulan,
Keempat pasien tersebut tidak memiliki komorbid dari 254 (±90) menjadi 325 (±80), p=0.013.43
atau penyakit kardiovaskular yang mendasari Selain sebagai antikoagulan, studi telah
sebelumnya. Hal ini diduga diakibatkan oleh menunjukkan bahwa heparin juga memiliki efek
keadaan hiperkoagulasi pada COVID-19.39 antiinflamasi tambahan. Efek antiinflamasi heparin
terjadi melalui beberapa mekanisme seperti inhibisi
Pemantauan koagulopati pada COVID-19 ekspresi selektin yang membatasi aktivasi neutrofil
Pasien COVID-19 yang rawat jalan tidak perlu rutin pada jaringan, interaksi dengan endotel vaskular
diperiksa penanda koagulasi, seperti D-dimer, PT, untuk mencegah ekspresi mediator-mediator
platelet, dan fibrinogen. Meskipun kelainan penanda inflamasi, dan inhibisi proliferasi sel otot polos
koagulasi ini berhubungan dengan keluaran yang vaskular.44 Mengingat pada COVID-19 terjadi
buruk, namun hingga kini masih dibutuhkan data peningkatan sitokin proinflamasi yang bermakna,
prospektif yang mendukung pemeriksaan penanda efek antiinflamasi pada heparin mungkin dapat
koagulasi pada pasien COVID-19 asimtomatik atau memberikan manfaat tambahan.41,44
ringan.40 Pasien COVID-19 dengan peningkatan D-dimer
Pasien COVID-19 yang rawat inap perlu (3-4 kali lipat) perlu dirawat inap meskipun tidak
dilakukan pemantauan berkala penanda koagulasi terdapat gejala berat karena hal ini menunjukkan
yang meliputi D-dimer, PT, platelet, dan fibrinogen. bahwa terjadi peningkatan generasi trombin
Jika terjadi perburukan pada penanda koagulasi, dan berisiko mengalami kejadian trombosis.41
diperlukan dukungan perawatan kritis yang lebih ISTH merekomendasikan bahwa LMWH perlu
agresif. Jika penanda koagulasi stabil atau membaik, diberikan dengan dosis profilaksis pada semua
dapat menjadi panduan untuk dilakukan stepdown pasien COVID-19 (termasuk sakit non-kritis) yang
terapi jika didukung perbaikan kondisi klinis.41 membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali
jika terdapat kontraindikasi, seperti perdarahan
Tatalaksana koagulopati pada COVID-19 aktif dan jumlah trombosit <25.000/µl.41 Adapun
Mengingat terjadinya peningkatan risiko algoritma tatalaksana koagulopati pada COVID-19
tromboemboli, terutama tromboemboli vena dapat dilihat pada Gambar 2.
pada pasien COVID-19, pedoman terkini National Institutes of Health (NIH)
merekomendasikan pemberian antikoagulan merekomendasikan bahwa pasien COVID-19
profilaksis pada semua pasien COVID-19 yang dewasa yang dirawat di rumah sakit perlu
dirawat di rumah sakit meskipun tanpa trombosis diberikan antikoagulan profilaksis (menggunakan
yang terdokumentasi atau dicurigai mengalami LMWH atau UFH), kecuali jika terdapat
trombosis.33 Studi oleh Tang et al., menunjukkan kontraindikasi. Pasien COVID-19 yang mengalami
bahwa pemberian antikoagulan pada pasien kejadian tromboemboli atau kecurigaan tinggi
COVID-19 berhubungan dengan prognosis yang mengalami kejadian tromboemboli pada saat
lebih baik. Studi tersebut melibatkan 449 pasien tidak memungkinkannya dilakukan pemeriksaan
dengan COVID-19 berat. Sebanyak 99 pasien pencitraan, perlu diberikan terapi antikoagulan
diantaranya menerima terapi heparin selama dengan dosis terapeutik seperti protokol standar
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766 753
ORIGINAL ARTICLE
754 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766
ORIGINAL ARTICLE
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766 755
ORIGINAL ARTICLE
31. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical coronavirus disease 2019 patients with coagulopathy. J
features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Thromb Haemost. 2020;18(5):1094-1099.
Wuhan, China. Lancet. 2020;395(10223):497-506. 43. Negri EM, Piloto BM, Morinaga LK, Jardim CVP, Lamy
32. Cannegieter SC, Klok FA. COVID-19 associated SAE, Ferreira MA, et al. Heparin Therapy Improving
coagulopathy and thromboembolic disease: Commentary Hypoxia in COVID-19 Patients - A Case Series. Front
on an interim expert guidance. Res Pract Thromb Haemost. Physiol. 2020;11:573044.
2020;4(4):439-445. 44. Poterucha TJ, Libby P, Goldhaber SZ. More than an
33. Barnes GD, Burnett A, Allen A, Blumenstein M, Clark anticoagulant: Do heparins have direct anti-inflammatory
NP, Cuker A, et al. Thromboembolism and anticoagulant effects? Thromb Haemost. 2017;117(3):437-444.
therapy during the COVID-19 pandemic: Interim clinical 45. Becker RC. COVID-19 update: Covid-19-associated
guidance from the anticoagulation forum. J Thromb coagulopathy. J Thromb Thrombolysis. 2020;50(1):54-67.
Thrombolysis. 2020;50(1):72-81 46. Barnes GD, Burnett A, Allen A, Blumenstein M, Clark
34. Mucha SR, Dugar S, McCrae K, Joseph DE, Bartholomew J, NP, Cuker A, et al. Thromboembolism and anticoagulant
Sacha G, et al. Coagulopathy in COVID-19: Manifestations therapy during the COVID-19 pandemic: interim clinical
and management. Cleve Clin J Med. 2020; 87(8):461-468. guidance from the anticoagulation forum. J Thromb
35. Connors JM, Levy JH. COVID-19 and its implications for Thrombolysis. 2020;50(1):72-81.
thrombosis and anticoagulation. Blood. 2020;135(23):2033- 47. Chen J, Yu Y, Fareed J, Hoppensteadt D, Jeske W, Kouta
2040. A, et al. Comparison of low-molecular-weight heparins
36. Wang T, Chen R, Liu C, Liang W, Guan W, Tang R, et al. prepared from ovine heparins with enoxaparin. Clin Appl
Attention should be paid to venous thromboembolism Thromb Hemost. 2019;25:1-9.
prophylaxis in the management of COVID-19. Lancet 48. Alquwaizani M, Buckley L, Adams C, Fanikos J.
Haematol. 2020;7(5):e362-e363. Anticoagulants: A Review of the Pharmacology, Dosing,
37. Li Y, Li M, Wang M, Zhou Y, Chang J, Xian Y, et al. Acute and Complications. Curr Emerg Hosp Med Rep.
cerebrovascular disease following COVID-19: a single 2013;1(2):83-97.
center, retrospective, observational study. Stroke Vasc 49. Miesbach W, Makris M. COVID-19: Coagulopathy, Risk of
Neurol. 2020;5(3):279-284. Thrombosis, and the Rationale for Anticoagulation. Clin
38. Mao L, Jin H, Wang M, Hu Y, Chen S, He Q, et al. Appl Thromb Hemost. 2020;26:1076029620938149.
Neurologic manifestations of hospitalized patients with 50. Santoliquido A, Porfidia A, Nesci A, et al. Incidence of deep
coronavirus disease 2019 in Wuhan, China. JAMA Neurol. vein thrombosis among non-ICU patients hospitalized for
2020;77(6):683-690. COVID-19 despite pharmacological thromboprophylaxis. J
39. Mestres G, Puigmacià R, Blanco C, Yugueros X, Esturrica Thromb Haemost. 2020;10.1111/jth.14992.
M, Riambau V. Risk of peripheral arterial thrombosis in 51. Zhang Y, Xiao M, Zhang S, Xia P, Cao W, Jiang W, et
COVID-19. J Vasc Surg. 2020;72(2):756-757. al. Coagulopathy and Antiphospholipid Antibodies in
40. Godino C, Scotti A, Maugeri N, Mancini N, Fominskiy Patients with Covid-19. N Engl J Med. 2020;382(17):e38.
N, Margonato A, et al. Antithrombotic therapy in patients 52. Song JC, Wang G, Zhang W, Zhang Y, Li WQ, Zhou Z, et
with COVID-19? -Rationale and Evidence. Int J Cardiol. al. Chinese expert consensus on diagnosis and treatment
2020;S0167-5273(20)33894-8. of coagulation dysfunction in COVID-19. Mil Med Res.
41. Thachil J, Tang N, Gando S, Falanga A, Cattaneo M, 2020;7(1):19.
Levi M, et al. ISTH interim guidance on recognition and
management of coagulopathy in COVID-19. J Thromb
Haemost. 2020;18(5):1023-1026.
42. Tang N, Bai H, Chen X, Gong J, Li D, Sun Z. Anticoagulant
treatment is associated with decreased mortality in severe
756 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 749-756 | doi: 10.15562/ism.v11i3.766