Anda di halaman 1dari 7

Lembar Kerja Peserta Didik

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : X IPA dan X IPS

Bacalah teks biografi berikut, lalu kerjakan lembar kerja 1 dan 2 !

Biografi Ki Hajar Dewantara

Liputan6.com, Jakarta Ki Hajar Dewantara merupakan bapak pelopor pendidikan di Indonesia. Banyak
yang mengenali beliau dari semboyan khas, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani”. Agar bisa lebih mengenalinya, simak biografi Ki Hajar Dewantara singkat ini.

Biografi Ki Hajar Dewantara singkat ini menjelaskan perjalanan hidupnya sejak lahir hingga wafatnya.
Pendidikan yang ia tempuh di sekolah Belanda hingga terpaksa dikeluarkan dari sekolah kedokteran
karena kondisi kesehatannya.

Tak hanya soal pendidikan karena sebelum benar-benar berkiprah di dunia pendidikan, Ki Hajar
Dewantara memulainya dari dunia jurnalistik. Melakukan protes kepada Belanda melalui tulisan
kritisnya. Hingga biografi Ki Hajar Dewantara singkat ini menunjukkan pengasingan karena
kekritisannya.

Berikut Liputan6.com ulas biografi Ki Hajar Dewantara singkat dari berbagai sumber, Selasa (8/9/2020).

Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat. Beliau lahir pada
Kamis Legi, 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara berasal dari keluarga bangsawan Puro
Pakualaman Yogyakarta.

Ayahnya adalah Kanjeng Pangeran Ario (K.P.A.) Suryaningrat dan Ibunya bernama Raden Ayu (R.A.)
Sandiah. K.P.A. Suryaningrat sendiri merupakan anak dari Paku Alam III. Julukan Ki Hajar Dewantara
saat masih kecil adalah Denmas Jemblung (buncit) karena saat bayi perutnya buncit.

Menjadi keluarga bangsawan, membuatnya mendapat pendidikan yang berkecukupan. Ki Hajar


Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar milik Belanda di kampung
Bintaran Yogyakarta. Lulus dari ELS Suwardi Suryaningrat masuk ke Kweekschool, sebuah sekolah guru
di Yogyakarta.

Ki Hajar Dewantara pun mendapat tawaran beasiswa sekolah kedokteran. Tepatnya di sekolah dokter
Jawa di Jakarta bernama STOVIA (School Fit Opleiding Van Indische Artsen). Sayangnya 4 bulan
kemudian beasiswanya dicabut karena kesehatan Ki Hajar kurang baik.

Beberapa hari sebelum pencabutan, dampratan dari Direktur STOVIA juga ia dapatkan. Hal ini
disebabkan karena Ki Hajar Dewantara dianggap membangkitkan radikalisme terhadap Pemerintahan
Hindia Belanda. Radikalisme ini konon disebarkan melalui sajak yang ia bawakan di sebuah pertemuan.

Lepas dari STOVIA Ki Hajar Dewantara mendapat Surat Keterangan Istimewa atas kemahirannya
berbahasa Belanda. Ki Hajar juga menjadi jurnalis di Surat Kabar Bahasa Jawa “Sedyotomo”, kemudian
Surat Kabar Bahasa Belanda “Midden Java di Yogyakarta, dan “De Express” di Bandung.

Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian “De Express” Bandung
oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker. Tulisan pertamanya berjudul “Kemerdekaan Indonesia”. Bahkan ia pun
menjadi Anggota Redaksi Harian “Kaoem Muda” Bandung, “Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja
Timoer” Malang. Begitu juga pada tahun 1912, Ki Hajar Dewantara menerima tawaran dari HOS.

Puncak karir Suwardi Suryaningrat dalam jurnalistik adalah saat menulis Als ik eens Nederlander was
pada Buletin Bumi. Buletin ini dicetak 5.000 eksemplar dan menjadi terkenal di kalangan masyarakat.
Hal ini disebabkan karena tulis-tulisan yang berupa kritikan tersebut dinilai sangat pedas. Hingga
akhirnya Ki Hajar Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ditangkap lalu
dipenjara.

Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya lebih luas pandangan
politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui
tulisan-tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan pada bangsanya
yang sedang dirundung kegelapan.
Di dalam masa pengasingannya, Ki Hadjar Dewantara aktif bersosialisai di dalam organisasi pelajar asal
Indonesia, yaitu Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Ki Hajar Dewantara banyak mendapat pengetahuan dan pemahaman sejarah sosial pendidikan yang
mencerahkan saat ia menjalani masa pengasingan di Belanda. Di sanalah beliau banyak mempelajari
masalah pendidikan dan pengajaran dari Montessori,  Dalton, Frobel, pesantren, dan asrama.

Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indonesisch Pers-bureau, atau kantor berita Indonesia.
Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya untuk memajukan pendidikan masyarakat Indonesia.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda, yang dikenal dengan nama
Europeesche Akta. Ijazah itulah yang kemudian dapat membantunya mendirikan berbagai lembaga
pendidikan di Indonesia.

Saat ia berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara tak lagi Suwardi
Suryaningrat. Begitu juga tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini
ditujukan agar ia dapat secara bebas dekat dengan rakyatnya.

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah
yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan
Nasional Tamansiswa.

Sekolah pertama yang didirikan adalah taman indria (taman kanak-kanak) dan kursus guru, kemudian
diikuti taman muda (SD), dan taman dewasa (SMP merangkap taman guru). Setelah itu, diikuti pendirian
taman madya (SMA), taman guru (SPG), prasarjana, dan sarjana wiyata. Dalam waktu 8 tahun, Perguruan
Tamansiswa telah hadir di 52 tempat.

Ada empat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara:


- Pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa merdeka dan
mandiri.

- Kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri terhadap
perkembangan internasional.

- Ketiga: membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor.

- Keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi Korat Alamnya masing-
masing siswa.

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran
Indonesia. Beliau adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun
1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah
Mada.

Semboyannya yang terkenal hingga saat ini adalah Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang
memberi dorongan.

Jejak-jejak peninggalan Ki Hajar Dewantara terpampang rapi di Museum Dewantara Kirti Griya yang
berlokasi di Jalan Taman Siswa Yogyakarta. Museum yang diresmikan Nyi Hadjar pada 2 Mei 1970
diberi nama sesuai fungsinya semula. Kirti berarti kerja dan griya bermakna rumah. Bangunan ini dulu
merupakan tempat tinggal Ki Hajar Dewantara bersama keluarga.
Lembar kerja 1.
Lengkapi tabel berikut dengan struktur teks biografi !

Uraian Penjelas / Kalimatnya


NO Struktur teks
Nama kecil Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia lahir di
1 Orientasi Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton
Yogyakarta. Meskipun demikian, ia sangat sederhana dan ingin dekat dengan rakyatnya.
Ketika berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Tujuannya berganti nama
adalah agar ia dapat bebas dekat dengan rakyatnya.

1. Riwayat Pendidikan :
2 Peristiwa / Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan
Kejadian pengabdian pada kepentingan bangsa dan negaranya. Ki Hajar Dewantara menamatkan
Penting : Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan pendidikannya ke
STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera).

2. Riwayat Karier / Pekerjaan :

Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti


Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer,
dan Poesara. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat anti kolonial bagi pembacanya

         Ki Hajar Dewantra juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908,
ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo. Pada tanggal 25 Desember 1912, ia
mendirikan Indische Partij bersama dengan Douwes Dekker, dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo. Organisasi ini ditolak oleh pemerintahan Belanda karena dianggap
dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk
menentang pemerintah kolonial Belanda.
3. Riwayat Prestasi / Penghargaan :

Lepas dari STOVIA Ki Hajar Dewantara mendapat Surat Keterangan Istimewa atas
kemahirannya berbahasa Belanda.

Puncak karir Suwardi Suryaningrat dalam jurnalistik adalah saat menulis Als ik eens
Nederlander was pada Buletin Bumi. Buletin ini dicetak 5.000 eksemplar dan menjadi
terkenal di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena tulis-tulisan yang berupa
kritikan tersebut dinilai sangat pedas. Hingga akhirnya Ki Hajar Dewantara, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ditangkap lalu dipenjara.

Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya lebih luas
pandangan politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat mengutarakan pemikiran dan
persoalan bangsanya melalui tulisan-tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur
dan memberi penerangan pada bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indonesisch Pers-bureau, atau kantor
berita Indonesia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya untuk memajukan
pendidikan masyarakat Indonesia.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda, yang dikenal
dengan nama Europeesche Akta. Ijazah itulah yang kemudian dapat membantunya
mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep


mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs
Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Sekolah pertama yang didirikan adalah taman indria (taman kanak-kanak) dan kursus
guru, kemudian diikuti taman muda (SD), dan taman dewasa (SMP merangkap taman
guru). Setelah itu, diikuti pendirian taman madya (SMA), taman guru (SPG), prasarjana,
dan sarjana wiyata. Dalam waktu 8 tahun, Perguruan Tamansiswa telah hadir di 52
tempat.

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi


Menteri Pengajaran Indonesia. Beliau adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor
honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada.

Semboyannya yang terkenal hingga saat ini adalah Ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, di belakang memberi dorongan.

4. Hal-hal Yang patut diteladani dari tokoh :


Semangat untuk terus belajar dan Pantang menyerah serta selalu mengedepankan
kepentingan bangsa dan negara terutama dalam hal pendidikan

3 Reorientasi
Ada empat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara:
- Pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa
merdeka dan mandiri.

- Kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri
terhadap perkembangan internasional.

- Ketiga: membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor.

- Keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi Korat
Alamnya masing-masing siswa.

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi


Menteri Pengajaran Indonesia. Beliau adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor
honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada.

Semboyannya yang terkenal hingga saat ini adalah Ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, di belakang memberi dorongan.

Jejak-jejak peninggalan Ki Hajar Dewantara terpampang rapi di Museum Dewantara Kirti


Griya yang berlokasi di Jalan Taman Siswa Yogyakarta. Museum yang diresmikan Nyi
Hadjar pada 2 Mei 1970 diberi nama sesuai fungsinya semula. Kirti berarti kerja dan griya
bermakna rumah. Bangunan ini dulu merupakan tempat tinggal Ki Hajar Dewantara
bersama keluarga.

Sebagai pahlawan yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia, semangat dan jasa Ki Hajar
Dewantara sepantasnya dikenang dan tidak dilupakan. Semoga apa yang dilakukannya itu
dapat menginspirasi rakyat Indonesia menuju masa depan yang lebih baik

Lembar Kerja 2
Carilah ciri kebahasaan dari teks biografi di atas !
N Uraian penjelas / kalimatnya
Ciri Kebahasaan
O
1 Menggunakan pronomina Menjadi keluarga bangsawan, membuatnya mendapat pendidikan yang
Nya berkecukupan.

Tepatnya di sekolah dokter Jawa di Jakarta bernama STOVIA (School Fit


Opleiding Van Indische Artsen). Sayangnya 4 bulan kemudian beasiswanya
dicabut karena kesehatan Ki Hajar kurang baik.

Lepas dari STOVIA Ki Hajar Dewantara mendapat Surat Keterangan Istimewa


atas kemahirannya berbahasa Belanda.

Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian


“De Express” Bandung oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker. Tulisan pertamanya
berjudul “Kemerdekaan Indonesia”.

Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya


lebih luas pandangan politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat
mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui tulisan-tulisan di
berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan pada
bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

Di dalam masa pengasingannya, Ki Hadjar Dewantara aktif bersosialisai di


dalam organisasi pelajar asal Indonesia, yaitu Indische Vereeniging
(Perhimpunan Hindia).

Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indonesisch Pers-bureau,


atau kantor berita Indonesia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya
untuk memajukan pendidikan masyarakat Indonesia.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda,


yang dikenal dengan nama Europeesche Akta. Ijazah itulah yang kemudian
dapat membantunya mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.

Saat ia berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara


tak lagi Suwardi Suryaningrat. Begitu juga tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini ditujukan agar ia dapat secara
bebas dekat dengan rakyatnya.

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan


konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922:
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional
Tamansiswa.

Semboyannya yang terkenal hingga saat ini adalah Ing ngarsa sung tuladha,
ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi
contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.
2 Menggunakan kata kerja Hal ini disebabkan karena Ki Hajar Dewantara dianggap membangkitkan
tindakan radikalisme terhadap Pemerintahan Hindia Belanda.

Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian


“De Express” Bandung oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker.

Ia dapat mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui tulisan-


tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan
pada bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

Di sanalah beliau banyak mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran


dari Montessori,  Dalton, Frobel, pesantren, dan asrama.

Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indonesisch Pers-bureau,


atau kantor berita Indonesia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya
untuk memajukan pendidikan masyarakat Indonesia.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda,


yang dikenal dengan nama Europeesche Akta. Ijazah itulah yang kemudian
dapat membantunya mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.

Saat ia berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara


tak lagi Suwardi Suryaningrat. Begitu juga tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini ditujukan agar ia dapat secara
bebas dekat dengan rakyatnya.

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan


konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922:
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional
Tamansiswa.

Ada empat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara:


- Pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar
memiliki jiwa merdeka dan mandiri.

- Kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap


membuka diri terhadap perkembangan internasional.

- Ketiga: membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor.

- Keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang


menjadi Korat Alamnya masing-masing siswa.

3 Menggunakan kata kerja Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian
adjektifa/sifat “De Express” Bandung oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker.

Hal ini disebabkan karena tulis-tulisan yang berupa kritikan tersebut dinilai
sangat pedas

Ia dapat mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui tulisan-


tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan
pada bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda,


yang dikenal dengan nama Europeesche Akta.

Hal ini ditujukan agar ia dapat secara bebas dekat dengan rakyatnya.
Menggunakan kata kerja Hal ini disebabkan karena Ki Hajar Dewantara dianggap membangkitkan
4 pasif radikalisme terhadap Pemerintahan Hindia Belanda.

Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian


“De Express” Bandung oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda,


yang dikenal dengan nama Europeesche Akta. Ijazah itulah yang kemudian
dapat membantunya mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.

Saat ia berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara


tak lagi Suwardi Suryaningrat. Begitu juga tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini ditujukan agar ia dapat secara
bebas dekat dengan rakyatnya.

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan


konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922:
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional
Tamansiswa.

Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya


lebih luas pandangan politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat
mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui tulisan-tulisan di
berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan pada
bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.
5 Menggunakan kata kerja Beberapa hari sebelum pencabutan, dampratan dari Direktur STOVIA juga ia
mental dapatkan. Hal ini disebabkan karena Ki Hajar Dewantara dianggap
membangkitkan radikalisme terhadap Pemerintahan Hindia Belanda.
Radikalisme ini konon disebarkan melalui sajak yang ia bawakan di sebuah
pertemuan.

Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya


lebih luas pandangan politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat
mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui tulisan-tulisan di
berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan pada
bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

Di dalam masa pengasingannya, Ki Hadjar Dewantara aktif bersosialisai di


dalam organisasi pelajar asal Indonesia, yaitu Indische Vereeniging
(Perhimpunan Hindia).

Ki Hajar Dewantara banyak mendapat pengetahuan dan pemahaman sejarah


sosial pendidikan yang mencerahkan saat ia menjalani masa pengasingan di
Belanda. Di sanalah beliau banyak mempelajari masalah pendidikan dan
pengajaran dari Montessori,  Dalton, Frobel, pesantren, dan asrama.

Ia pun berhasil mendapatkan sebuah ijazah pendidikan bergengsi di Belanda,


yang dikenal dengan nama Europeesche Akta. Ijazah itulah yang kemudian
dapat membantunya mendirikan berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.

Saat ia berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara


tak lagi Suwardi Suryaningrat. Begitu juga tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini ditujukan agar ia dapat secara
bebas dekat dengan rakyatnya.
6 Menggunakan konjungsi Beberapa hari sebelum pencabutan, dampratan dari Direktur STOVIA juga ia
waktu dapatkan.

Lepas dari STOVIA Ki Hajar Dewantara mendapat Surat Keterangan


Istimewa atas kemahirannya berbahasa Belanda. Ki Hajar juga menjadi
jurnalis di Surat Kabar Bahasa Jawa “Sedyotomo”, kemudian Surat Kabar
Bahasa Belanda “Midden Java di Yogyakarta, dan “De Express” di Bandung.

Sayangnya 4 bulan kemudian beasiswanya dicabut karena kesehatan Ki Hajar


kurang baik.

Hingga akhirnya Ki Hajar Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr.


E.F.E. Douwes Dekker ditangkap lalu dipenjara.

Di dalam masa pengasingannya, Ki Hadjar Dewantara aktif bersosialisai di


dalam organisasi pelajar asal Indonesia, yaitu Indische Vereeniging
(Perhimpunan Hindia).

Saat ia berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar


Dewantara tak lagi Suwardi Suryaningrat.

Anda mungkin juga menyukai