Anda di halaman 1dari 1

Intan Pratiwi Budiman

190130100111068
Gel. 6/Kel. 4

TEKNIK FIKSASI SAMPEL

Sampel dari temuan patologi dimasukan ke dalam pot sampel yang berisi
formalin 10%.

Sampel yang diambil berupa temuan patologi atau lesi abnormal dari hasil
nekropsi akan diidentifikasi nantinya secara histopatologi sehingga sampel harus
tetap dalam keadaan awet atau seperti struktur aslinya. Fiksasi atau pengawetan
merupakan proses atau tahapan paling kritis dalam pemeriksaan histologi karena
harus dapat mempertahankan struktur sel seperti aslinya. fiksasi akan mematikan
sel secara cepat, meghentikan proses degenerasi pasca kematian dan mengawetkan
integritas struktur komponen seluler jaringan. Larutan fiksasi berkerja dengan
mencegah autolysis dengan menginaktivasi enzim lisosom sehingga struktur luar
atau dalam sel tetap terjaga. Fiksasi juga mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur
(Musyarifah dan Agus, 2018).
Formalin 10% merupakan agen fiksatif yang paling sering digunakan untuk
histopatologik. Jaringan akan diawetkan melalui ikatan silang terbentuk dalam
protein. Ikatan ini tidak merusak struktur protein. Buffer digunakan pada larutan
dengan tujuan mencegah keasaman yang memicu autolysis dan menyebabkan
presipitasi pigmen formolheme dalam jaringan (Nowacek, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
Musyarifah, Zulda. Agus, Salmiah. 2018. Proses Pemeriksaan Histopatologik.
Jurnal Kesehatan Andalas; 7(3).
Nowacek, J. M. 2010. Chapter 16: Fixation and Tissue Processing dalam
Education Guide Special Stains and H&E Second Edition. Dako Noth
America, Carpinteria, California.

Anda mungkin juga menyukai