Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Kehamilan Ektopik Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri
(Wiknjosastro, 2007). Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi
di luar endometrium kavum uteri (Saifuddin, 2008) 7 8 Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi
di suatu lokasi selain uterus (Dutton dkk, 2010). Kehamilan ektopik adalah impantasi ovum yang telah
dibuahi di luar kavum uteri (Gondo, Suwardewa, 2012). Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang
sudah dibuahi diluar kavum uteri ( Benson, Martin, 2009). Jadi Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
berimplantasi terjadi di luar kavum uteri. 3. Etiologi Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang
berbahaya bagi wanita yang bersangkutan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu
merupakan peristiwa yang dapat dihadapi oleh setiap dokter, karena beragamnya gambaran klinik
kehamilan ektopik terganggu itu. Perlu diketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektopik terganggu
serta diagnosisnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik
terganggu (Saifuddin, 2007). Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak begitu diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla
tuba, dan dalam perjalanan 9 ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba. Menurut Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai
berikut: a. Faktor tuba 1) Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. 2) Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang berkelok-
kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik. 3) Keadaan pasca
operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik. 4) Faktor tuba
yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
5) Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang menyebabkan
perubahan bentuk juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu. b. Faktor abnormalitas dari
zigot Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian berhenti dan tumbuh di saluran tuba. 10 c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba dapat membutuhkan konsep khusus atau
waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar. d. Faktor
hormonal Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan
tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. e. Faktor
lain Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul
pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur
penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan
ektopik. 4. Tanda dan gejala menurut Wiknjosastro tahun 2007 antara lain : a. Adanya amenorea sering
ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti perdarahan b. Mual dan muntah c. Rasa nyeri di
bagian kanan atau kiri perut ibu d. Perut semakin membesar dan keras e. Suhu badan agak naik f. Nadi
cepat 11 g. Tekanan darah menurun 5. Beberapa Jenis Kehamilan Ektopik Lainnya (Wiknjosastro, 2007)
a. Kehamilan servikal Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus spontan dan didahului
oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak. Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewat 20
minggu. Perdarahan yang banyak merupakan indikasi untuk ,mengambil tindakan terdiri atas kerokan
kavum uteri dan kanalis servikalis. Diagnosis biasanya baru dibuat pada waktu itu. Dengan USG dapat
ditegakkan lebih dini. b. Kehamilan dalam divertikulum uterus Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan
sangat sulit sekali untuk membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kiranya
dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini rupture ke luar dari uterus atau abortus. Kadang-
kadang kehamilan dapat berlangsung terus dan memerlukan laparatomi untuk melahirkan janin diikuti
oleh histerektomi. c. Kehamilan ovarial Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila
spermatozoon memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri dengan ovum yang
masih tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini adalah ovum yang dibuahi mati, atau terjadi ruptura.
12 Untuk dapat membuat diagnosa kehamilan ovarial murni harus memenuhi beberapa syarat antara
lain: 1) Tuba pada tempat kehamilan harus normal, bebas dan terpisah dari ovarium. 2) Kantong janin
harus terletak dalam ovarium. 3) Ovarium yang mengandung kantong janin harus berhubungan dengan
uterus lewat ligamentum ovary propium. 4) Harus ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong
janin. d. Kehamilan intra dan ekstra uterin Kombinasi kehamilan intrauteri dan kehamilan tuba terjadi
kurang lebih satu kali diantara 6000 kehamilan. Kombinasi ini biasanya terjadi pada kehamilan kembar
dengan satu ovum yang dibuahi berimpalanatsi di kavum uteri dan ovum yang lain berimplantasi di
tuba. Dalam hal ini biasanya terjadi gangguan kehamilan tuba yang memerlukan tindakan operasi, dan
kemudian ternyata bahwa uterus tumbuh terus berhubung dengan masih adanya kehamilan dalam
uterus. e. Kehamilan abdominal Kehamilan ini sangat jarang ditemukan, kehamilan abdominal bisa
primer atau sekunder, kehamilan abdominal primer terjadi apabila ovum dan spermatozoon bertemu
dan bersatu didalam satu tempat peritoneum dalam rongga perut, dan kemudian juga berimplantasi 13
ditempat tersebut. Berhubung syarat-syarat untuk impantasi kurang baik maka kehamilan berhenti
dengan kematian mudigah di sertai dengan perdarahan. 6. Patofisiologi Sementara tanda-tanda dini
kehamilan yang biasa didapati pada serviks muncul, uterus menjadi sedikit membesar dan agak melunak
pada kehamilan ektopik. Endometrium berisi desidua (tapi tidak ada trofoblas) dan mempunyai
gambaran mikroskopik yang khas. Pada kehamilan ektopik, korpus luteum kehamilan berfungsi,
amenorea terjadi akibat produksi HCG oleh trofoblas dan sekresi progesterone oleh korpus luteum.
Biasanya terjadi perdarahan endometrium ringan, dipekirakan karena pola hormonal yang tidak normal,
setelah suatu interval amenore yang bervariasi. Lepasnya endometrium dan perdarahan terjadi ketika
trofoblas berkurang (akibat rupture). Hanya pada kehamilan interstisial yang tidak lazim, darah dari tuba
mengalir melalui uterus ke vagina. Nyeri abdomen bagian bawah, pelvis, atau punggung bawah dapat
terjai sekunder akibat distenci atau rupture tuba. Kehamilan ismus biasanya rupture dalam waktu
sekitar 6 minggu dan perdarahan akibat kehamilan ampula terjadi pada 8-12 minggu. Kehamilan kornu
paling sering mencapai trimester kedua sebelum rupture. Kehamilan intra abdominal dapat berakhir
setiap waktu disertai dengan perdarahan. Massa pelvis disebabkan oleh pembesaran hasil konsepsi, 14
pembentukan hematoma, distorsi usus akibat adhesi atau infeksi. Jika janin meninggal tanpa perdarahan
hebat, mungkin dapat menjadi terinfeksi, termumifiksasi, terkalsifikasi (litopedioon) atau menjadi
adiposera (penggantian oleh lemak). 7. Komplikasi kehamian ektopik terganggu Menurut Syaifuddin
(2008) kehamilan ektopik ini akan mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang
melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya di tuba). Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik yang
rupture dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa (≥ 0,1 % mengakibatkan kematian
ibu). Infeksi sering terjadi setelah rupture kehamilan ektopik yang terabaikan (Benson dan Martin,
2009). 8. Manajemen Kehamilan Ektopik Terganggu Menurut Saifuddin tahun 2008 antara lain: a.
Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat b.
Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber
perdarahan harus segera dihentikan c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan
tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama (termasuk dalam tindakan berlangsung). 15 d. Bila darah pengganti belum tersedia berikan
autotransfusion berikut ini: 1) Pastikan darah yang dihisap dalam rongga abdomen telah melalui alat
penghisap dan wadah penampung yang steril. 2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan
masukan kedalam kantung darah (blood bag). Apabila kantung darah tidak tersedia, masukan dalam
botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10 ml
untuk setiap 90 ml darah. 3) Transfusikan darah melalui selang transfuse yang mempunyai saringan pada
bagian tabung tetesan. e. Tindakan pada tuba dapat berupa: 1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan
eksisi pada bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi. 2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai
upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil
konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini
adalah control perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hamil ektopik ulangan). f. Mengingat
kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh proses
infeksi maka 16 sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spectrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan: 1) Ketoprofen 100 mg supositoria 2) Tramadol
200 mg IV 3) Pethidin 50 mg IV h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari i. Konseling pasca
tindakan 1) Kelanjutan fungsi reproduksi 2) Resiko hamil ektopik berulang 3) Kontrasepsi yang sesuai 4)
Asuhan mandiri elama dirumah 5) Jadwal kunjungan ulan

Sakit perut mendadak yang mula-mula terdapat pada satu sisi kemudian menjalar ke bagian tengah atau
ke seluruh perut sehingga menekan diafragma Nyeri bahu iritasi saraf frenikus) Darah intraperitoneal
meningkat timbul nyeri dan terjadi defence muskuler dan nyeri lepas. Bila terjadi hematoke
retrouterina dapat menimbulkan nyeri defekasi dan selanjutnya diikuti dengan syok (Hipotensi dan
hipovolemia) Serviks tertutup Perdarahan dari uterus tidak banyak dan berwarna merah tua
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG

Anda mungkin juga menyukai