103-Article Text-174-1-10-20200622
103-Article Text-174-1-10-20200622
1-12
sinapsunsrat@gmail.com
1
Staf, Divisi Neurologi Intervensi, Departemen Neurologi, Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado,
Indonesia
2,4
Residen, Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Rumah Sakit Prof.
Dr. R. D. Kandou,Manado, Indonesia
3
Staf, Divisi Neurovaskular, Departemen Neurologi, Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado,
Indonesia
ABSTRAK
Manajemen stroke iskemik akut berupa pemberian rtPA intravena (IV) telah menunjukkan manfaat secara
klinis dan mengubah paradigma penanganan pasien stroke yang akan mengurangi angka kematian dan
kecacatan. Kasus pertama, pria 55 tahun dengan stroke iskemik akut dilakukan trombolisis IV 4 jam 30
menit dari onset gejala stroke akut, terdapat perbaikan klinis skor NIHSS 11 menjadi 7 dalam waktu 37
menit. Kasus kedua, wanita 56 tahun dengan stroke iskemik akut dilakukan trombolisis IV 3 jam 20 menit
dari onset gejala stroke akut, terdapat perbaikan klinis skor NIHSS 8 menjadi 2 dalam waktu 55 menit.
Keluaran kedua pasien berbeda karena berbagai faktor yang berperan. Terapi trombolisis IV dengan rtPA
masih merupakan satu-satunya modalitas terapi trombolisis pada stroke iskemik akut <4,5 jam setelah
onset gejala yang disetujui di Indonesia. Namun karena batasan waktu pemberian, kultur sosial, geografis,
keraguan dokter unit gawat darurat dan berbagai faktor lainnya menyebabkan hanya sedikit pasien stroke
iskemik akut yang diterapi dengan rtPA. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keluaran pasien yang
menjalani trombolisis IV salah satunya yang dapat diintervensi ialah kecepatan waktu pemberian dan
suhu tubuh. Optimalisasi penanganan stroke di unit gawat darurat akan berpengaruh pada keluaran pasien
dan dengan menghindari komplikasi yang memperburuk keluaran seperti infeksi oportunistik di rumah
sakit.
ini pemberian agen penghancur gumpalan dan tidak banyak bergerak. Keluhan baru
darah (trombolitik) yang dapat mengurangi pertama kali dialami pasien. Riwayat
kerusakan dari iskemi dengan penyakit dahulu disangkal. Pasien perokok
mengembalikan aliran darah normal. Angka dan peminum alkohol.
perbaikan klinis yang tinggi didapatkan saat Pemeriksaan fisik tekanan darah
aliran darah dikembalikan segera setelah 240/110mmHg, GCS 15, paresis nervus VII
terjadinya penyumbatan. Agen yang paling dan XII UMN kiri, status motorik kekuatan
banyak digunakan, dan telah disetujui otot anggota gerak kiri 1/5, nilai NIHSS
penggunaannya ialah rekombinan tPA (National Institutes of Health Stroke Scale)
(rtPA).3,4 11.
Pemeriksaan CT scan kepala aksial
KASUS I tanpa kontras hasil tidak terdapat lesi
Pria 55 tahun dengan berat badan 80 Kg, hiperdens maupun hipodens dengan kesan
cekat tangan kanan MRS dengan keluhan gambaran CT scan otak normal dengan
kelemahan anggota gerak kiri mendadak Aspects Score sebesar 8-9 [Gambar 1].
yang menetap terjadi 2 jam 45 menit Rontgent toraks AP hasil kardiomegali
SMRS, pasien berbicara tidak jelas namun dengan hipertrofi pada ventrikel kiri
masih dapat dimengerti, wajah kiri miring jantung.
Gambar 1. Gambar CT scan kepala aksial tanpa kontras didapatkan kesan gambaran CT scan otak
normal dengan Aspects Score sebesar 8-9.
Pada laboratorium dan EKG dalam batas trombolisis rtPA IV dengan total dosis
normal. Pasien didiagnosis stroke iskemik 76,5mg (0,9mg/KgBB), komunikasi
akut onset 2 jam 55 menit dengan hipertensi informasi dan edukasi mengenai rencana,
emergensi. Penatalaksanaan dengan risiko, maupun alternatif terapi, meminta
manajemen hipertensi emergensi dan persetujuan pasien, omeprazole 40mg IV/12
2
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
jam, pemantauan ketat tanda-tanda vital, lewat masa akut paska trombolisis IV,
GCS, pupil, dan NIHSS setiap 15 menit. pasien rawat jalan.
Pada awal prosedur trombolisis
tekanan darah 180/90mmHg dengan KASUS II
nikardipin, NIHSS 11. Pada prosedur Wanita 56 tahun dengan berat badan 55 Kg,
trombolisis menit ke-31 tekanan darah cekat tangan kanan MRS dengan keluhan
160/90 mmHg dengan nikardipin, NIHSS 7. kelemahan anggota gerak kiri mendadak
Pada prosedur trombolisis menit ke-60 yang menetap 1 jam SMRS, pasien
tekanan darah 150/90mmHg dengan mengeluhkan nyeri kepala tertekan di
nikardipin, NIHSS 7. seluruh kepala, sensasi rasa pada tubuh kiri
Perawatan hari ke-3 keluhan berkurang, wajah kiri miring dan tidak
kelemahan anggota gerak kiri, batuk, dan banyak bergerak. Pasien pernah mengalami
demam, tekanan darah 160/100mmHg, kelemahan anggota gerak kiri yang kembali
suhu 38,80C, rhonki kedua lapang paru, sempurna sebanyak 4 kali (usia 37 tahun).
NIHSS 7. Diagnosis kerja CVD stroke Riwayat hipertensi tidak terkontrol.
iskemik hari ketiga paska trombolisis IV, Pada pemeriksaan tekanan darah
hipertensi grade 2, suspek pneumonia. 210/110mmHg, GCS 15, paresis nervus VII
Perawatan hari ke-5 keluhan UMN kiri, status motorik kekuatan otot
kelemahan anggota gerak kiri, batuk anggota gerak kiri 3/5, hipestesi sinistra,
berkurang, NIHSS 9. Diagnosis kerja CVD status otonom normal, NIHSS 8.
stroke iskemik hari kelima paska Pemeriksaan CT scan kepala aksial
trombolisis IV, suspek pneumonia. tanpa kontras hasil tidak terdapat lesi
Pemeriksaan Trans Cranial Doppler (TCD) hiperdens maupun hipodens dengan kesan
pada perawatan hari ke-8 didapatkan aliran gambaran CT scan otak normal dengan
darah normal. Aspects Score sebesar 9 [Gambar 2].
Perawatan hari ke-11 keluhan Pemeriksaan Rontgent toraks anterior
kelemahan anggota gerak kiri, NIHSS 9, posterior didapatkan hasil yang normal.
modified Rankin Scale 3 dan indeks Berthel Pemeriksaan laboratorium dan EKG pasien
30. Diagnosis kerja CVD stroke iskemik dalam batas normal.
3
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
Gambar 2. Gambar CT scan kepala aksial tanpa kontras didapatkan kesan gambaran CT scan otak
normal dengan Aspects Score sebesar 8.
stroke iskemik akut telah menunjukkan penyakit diabetes yang memiliki kadar gula
manfaat secara klinis dan mengubah darah <50mg/dL atau >400mg/dL. Pasien
paradigma penanganan pasien stroke. usia >80 tahun juga perlu menjadi
Walaupun terdapat banyak perdebatan perhatian, walaupun beberapa studi
mengenai penggunaan rtPA IV pada stroke observasi telah menunjukkan bahwa
iskemik dalam waktu 4,5 jam setelah onset pemberian terapi juga aman dan efektif
stroke, banyak data yang menunjukkan pada pasien usia tua.3
pemberian rtPA IV meningkatkan keluaran Indonesia sendiri terdapat ceklis
pada pasien dengan stroke iskemik akut kriteria trombolisis yang dibuat oleh
secara signifikan dimana mengurangi angka Departemen Neurologi Fakultas
kematian dan kecacatan. Walau Kedokteran Universitas Indonesia Rumah
penggunaan trombolisis terbatas pada risiko Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
terjadinya pendarahan otak, setelah lebih Mangunkusumo berupa kriteria inklusi:
dari 20 tahun setelah trombolisis IV pada umur >18 tahun, diagnosis klinis stroke
stroke iskemik telah disetujui oleh Food iskemik dengan defisit neurologis, onset <6
and Drugs Administration (FDA), hanya jam, pada CT-scan otak tidak ada
kurang dari 5% pasien dengan stroke perdarahan atau lesi non-stroke. Kriteria
iskemik akut yang mendapatkan terapi ini eksklusi: tidak terdapat riwayat perdarahan
karena sempitnya waktu penanganan yang intrakranial, riwayat diagnosis malformasi
diperbolehkan.1-5 arteri vena atau aneurisma, riwayat bedah
Trombolisis secara umum saraf, cedera kepala berat, riwayat stroke
dikontraindikasikan pada pasien dengan berat dalam 3 bulan terakhir, riwayat
stroke berat (NIHSS >25) dan mengalami perdarahan saluran cerna atau saluran
perubahan awal iskemia yang ekstensif kemih dalam 21 hari terakhir, riwayat
sehingga memiliki risiko pendarahan otak operasi besar atau trauma berat, arterial
sekunder. Trombolisis tidak puncture atau pungsi lumbal dalam 14 hari
direkomendasikan pada pasien dengan terakhir, gejala perdarahan subaraknoid,
tekanan darah tidak terkontrol (tekanan pada pemeriksaan fisik secara klinis
darah >185/110mmHg dengan berbagai mengalami perbaikan singkat atau gejala
terapi).3 minor (NIHSS <5), tekanan darah sistolik
Pedoman di AS merekomendasikan >185mmHg; atau diastolik >110mmHg,
trombolisis IV menggunakan rtPA dalam 3 peradarahan akut atau trauma akut, kejang
jam setelah onset kejadian. Selain saat onset, koma atau penurunan kesadaran
pendarahan otak, batasan lain dari berat, pada pemeriksaan laboratorium
trombolisis ialah pasien stroke dengan pasien dengan riwayat minum obat
5
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
6
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
7
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
perdarahan intrakranial lebih tinggi pada dan jeda waktu pemberian yang diperluas
kelompok yang mendapatkan terapi rtPA hingga 4,5 jam dari onset gejala stroke akut
(2,4% dibandingkan 0,2%; p=0,008). masih memiliki tingkat keamanan dan
Tingkat kematian sama pada kedua efektifitas yang tinggi. Sebagai gambaran,
kelompok (7,7% dibandingkan 8,4%; untuk setiap 100 pasien dengan stroke
p=0,68).10,11,12 iskemik akut yang ditangani dengan
Terdapat berbagai pedoman yang pemberian trombolisis rtPA IV pada waktu
menawarkan berbagai rekomendasi <3 jam dari onset gejala stroke iskemik
pemberian trombolisis IV, saat ini pedoman akut, 32 pasien akan mendapatkan manfaat
secara internasional dimana pemberian dan 3 pasien mengalami komplikasi. Untuk
rtPA IV direkomendasikan dalam jeda setiap 100 pasien dengan stroke iskemik
waktu <4,5 jam untuk pengobatan stroke akut yang ditangani dengan pemberian
iskemik (0,9mg/KgBB, dosis maksimum trombolisis rtPA IV pada waktu 3-4,5 jam
90mg, 10% dari dosis total diberikan dari onset gejala stroke iskemik akut, 16
sebagai bolus awal, sisa 90% diberikan pasien akan mendapatkan manfaat dan 3
dengan pemberian infus selama 60 menit) pasien akan mengalami komplikasi
dan tekanan darah sebelum dan selama [Gambar 3]. Hubungan keluaran fungsional
pemberian terapi <185/110mmHg.14 dengan waktu pemberian trombolisis
Waktu pemberian merupakan hal ditunjukkan oleh NNT. Jika trombolisis
penting dalam perbaikan klinis yang diberikan dalam waktu <90 menit sejak
diharapkan dari terapi trombolisis IV, pada onset maka NNT adalah sebesar 3,5.
berbagai penelitian besar seperti NINDS Sementara jika diberikan dalam waktu
dan ECASS III menunjukkan waktu antara 90 menit - 3 jam NNT meningkat
pemberian yang direkomendasikan ialah menjadi 7, dan jika diberikan dalam waktu
dalam 3 jam setelah onset gejala stroke akut 4,5 - 6 jam NNT menjadi 14.1,3,6,20
Gambar 3. Rasio risiko dan keuntungan dari pemberian plasminogen intravena (rtPA) pada stroke iskemik
akut di onset 0-3 jam dan 3-4,5 jam.6 8
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
Batasan usia pemberian trombolisis IV lebih tinggi pada hewan percobaan dan
umumnya di usia 80 tahun, namun hanya pada studi klinis. Penurunan suhu pada
sedikit data yang mendukung batasan ini. hewan percobaan terlihat memiliki efek
Berbagai penelitian menunjukkan pasien neuroprotektif. Perburukan klinis dari
berusia lebih tua masih mendapatkan efek iskemi akibat peningkatan suhu tubuh
dan tingkat keamanan yang sama. dihubungkan dengan peningkatan
Trombolisis IV dapat dilakukan pada pasien kebutuhan metabolisme di penumbra,
berusia tua namun dengan risiko kematian meningkatnya permeabilitas sawar otak,
lebih tinggi. Penelitian lainnya akumulasi leukosit intravaskular,
menunjukkan usia sebagai nilai prognosis pembentukan radikal bebas, perubahan
yang memperburuk. Pasien berusia muda awal dari daerah penumbra Iskemik
memiliki prognosa lebih baik setelah menjadi jaringan rusak yang permanen.
3,21,22
trombolisis. Tidak terdapat data yang cukup mengenai
Terdapat bukti yang menunjukkan dampak peningkatan suhu tubuh terhadap
sindrom metabolik dapat mengurangi efek keluaran dari trombolisis dengan
dari trombolisis IV. Perubahan biokimia menggunakan rtPA. Pada penelitian invitro
dan molekuler pada sindrom metabolik menunjukkan peningkatan suhu akan
menunjukkan resistensi terhadap meningkatkan ukuran dari infark, defisit
pemecahan bekuan darah.3 neurologis dan mortalitas pada kasus
Beberapa penelitian menunjukkan emboli arteri serebral media di hewan coba,
bahwa diabetes mengurangi efektifitas dari mengurangi efek dari rtPA yang diberikan
trombolisis dan meningkatkan risiko pada hewan coba. Namun juga terdapat
perdarahan intra serebral dan komplikasi penelitian yang menyatakan bahwa
lainnya. Sebagai contoh, salah satu peningkatan suhu tubuh dapat
penelitian menunjukkan 18% pasien tanpa meningkatkan respon dari trombolisis. Hal
diabetes dan 70% pasien dengan diabetes ini dapat terjadi karena peningkatan reaksi
mengalami keadaan hiperglikemia selama akibat suhu yang berkorelasi dengan
trombolisis IV hal ini merupakan prediktor peningkatan aktivitas enzimatik dari
dari tingkat kematian, pendarahan serebral tromboIisis.26,27,28
dan kecacatan yang berat.25 Pada kasus pertama dan kedua
Peningkatan suhu tubuh merupakan indikasi pemberian trombolisis intravena
suatu faktor prognostik yang buruk pada telah sesuai dengan indikasi dan kriteria
stroke, peningkatan suhu dihubungkan eksklusi maupun inklusi yang ada. Namun
dengan ukuran infark yang lebih besar, terdapat perbedaan klinis keluaran pada
keluaran yang lebih buruk, angka kematian kedua pasien ini yang disebabkan oleh
9
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12
10
Jurnal Sinaps, Vol. 3, No. 2 (2020), hlm. 1-12