PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air
besar. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu
umur 18 bulan-24 bulan. Pada latihan buang air kecil dan besar ini anak
membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara
intelektual. Melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu
mengontrol
buang air besar dan kecil secara sendiri(Warlenda & Sari, 2017)
Keluarga dalam hubungan dengan anak diidentikkan sebagai tempat
atau Lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan
emosi dan kasih diantara orang tua dan anak akan berguna untuk
menentukan perilaku anak kemudian hari. Salah satu tugas keluarga
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah membentuk
kemandirian. Factor yang mempengaruhi adalah peran orang tua
(soetjiningsih, 2014)
Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah dan
ibu dalam mereka bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan
keturunannya sebagai tokoh panutan bagi anak. Toilet training merupakan
satu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan
buang air kecil dan buang air besar.(Saufi, 2018)
Retardasi mental (disabilitas intelektual) merupakan anak yang
memiliki kemampuan kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki
intelektual di bawah rata-rata yang muncul dalam masa perkembangan.
Disabilitas intelektual dianggap sebagai kondisi yang menyebabkan
gangguan pada hubungan seseorang dengan lingkungan. Masalah tertinggi
yang dialami anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah kemampuan
mengurus diri , dengan capain wilayah tertinggi di jawa timur. Sedangkan
angka disabilitas intelektual di provensi jawa timur yang ada di SLB-C
tahun 2013/2014 berjumlah 6.633 orang atau 61.21 (pusat data dan
informasikemenkes RI, 2014)
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 259 juta
jiwa penduduk Indonesia tahun 2011. Menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) nasional tahun 2012, diperkirakan jumlah balita yang
susah mengontrol BAB dan BAK (mengompol) sampai usia prasekolah
mencapai 75 juta anak. Fenomena yang terjadi di masyarakat, akibat dari
konsep toilet training yang dak diajarkan secara benar dapat menyebabkan
anak dak dapat secara mandiri mengontrol buang air besar dan buang air
kecil (Istikhomah & Kirwanto, 2015)
Untuk menggunakan media balon dengan thenik modelling. Media ini
memberi kesan konkrit untuk anak belajar secara langsung dan secara
nyata kalua hanya dengan media buku panduan anak akan Merasa kurang
efektif jika disertai analisis tugas anak hanya akan bosan melihat gambar-
gambar (Mangkurat, 2020).
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan maksud, ide atau gagasan yang bersifat verbal maupun
tulisan. Bahasa dikuasai oleh seseorang yang dapat dilihat dari
kemampuan berbahasa yang dimilikinya termasuk pada anak. Pada anak,
kemampuan berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting karena
dengan Bahasa yang digunakan seorang anak dapat berkomunikasi dengan
lingkungannya maupun dengan orang – orang di sekitarnya. Untuk itu
perlu adanya suatu metode yang perlu dilakukan oleh orangtua dalam
mengembangkan kemampuan anak-anaknya. Salah satu metode yang di
anggap tepat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak yaitu
dengan metode storytelling (bercerita).Anak mampu mengkomunikasikan
waktu BAB, dengan cara verbal, atau menggumam, ekspresi wajah, atau
menunjukannya dengan berjongkok. Anak minat terhadap kerapihan,
Anak mengetahui perbedaan kering dan basah. Anak mampu mengenal
kata- kata yang berhubungan dengan BAK dan BAB contohnya: Pipis,
eek. Anak berminat untuk menggunakan celana dalam bukan popok. Anak
mampu menarik dan menurunkan celana. Anak memakai celana yang
mudah dibuka. Anak mau diajak untuk ke toilet atau untuk duduk di potty.
Anak suka dating dan pergi sesuka hatinya(Kiftiyah et al., 2018)
Program keterampilan bina diri tersebut terdiri dari tujuh aspek yang
pertama keterampilan merawat diri, mengurus diri, menolong diri
kemudian keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilanihidup
sehari-hari dalam mengisiiwaktu luang. Suksesnya toilet training dapat
dilihat pada
ketersediaannya fasilitas dan kesiapanmyang ada pada diri anak danmkelu
arga terutama ibu, seperti kesiapan fisik yaitu kemampuan anak sudah
kuatmdanmmampu. Demikian juga dengan kesiapan psikologis yaitu
setiap anak membutuhkan suasana yang nyaman agar anak
mampummengontrol
dan konsentrasi dalam melakukan untuk BAB atau BAK. Kesiapan intelek
tual juga dapat membantu anak memahami dalam proses BAB atau BAK.
Dengan adanya Fasilitas yang baik, maka juga akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan anak, baik di rumah maupun di
sekolah. Adapun hasil penelitian oleh (Andriyani et al., 2014).
B. Rumusan masalah
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan
tingkat keberhasilan toilet training pada anak berkebutuhan khusus,
dimana Pola asuh dapat diartikan sebagai suatu cara perilaku orang tua
yang diterapkan pada anak dengan melakukan metode toilet trening
media balon dengan tehnik modeling dan media storiteling dengan tehnik
verbal terhadap bina diri BAB dan BAK pada anak berkebutuhan khusus.
Bagaimana upaya yang dilakukan oleh orang tua atau guru cara
menerapkan toilet training pada anak berkebutuhan khusus?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang pengalaman ornag tua dalam mengajari toilet
training pada anak berkebutuhan kshusus.
2. Tujuan Khusu
a. Terindentifikasinya upaya orang tua dalam menerepakan toilet
training pada anak berkebutuhan khusus.
b. Terindentifikasi pengalaman-pengalaman orang tua dalam
mengajari toilet training pada anak berkebutuhan kusus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis.
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta menambah
pengalaman langsung Ketika peneliti melihat lapangan pada waktu
peneliti dan terutama pada penulis laporan pelatihan yaitu tentang
pengaruh pemberian edukasi dengan media balon dengan tehnik
ballon dan media storiytelingng dengan tehnik verbal terhadap bina
diri BAB dan BAK pada anak berkebutuhan khusus di sekolah
SDLB DEMUNG.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menamba wawasan
bagi Lembaga dalam menerapkan pembelajaran toilet training pada
anak didiknya.
b. Bagi peneliti.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan
serta pengalaman bagi peneliti dalam memahami analisis toilet
training dengan metode media ballon dengan tehnik modeling dan
media storiyteling dengan tehnik verbal terhadap bina diri BAB
dan BAK pada anak berkebutuhan khusus.
c. Bagi Orang Tua dan Pendidik Anak Usia Dini.
Mampu memberikan informasi pembelajaran toilet trening bagi
orang tua dan pendidik yang berkecimpung di dunia anak terutama
pada anak berkebutuhan khus , sehingga mampu menerapkan
pembelajaran toilet training kepada anaknya maupun peserta didik.
d. Prodi S1 Keperawatan.
Sebagai panduan bagi mahasiswa untuk meningkatkan informasi
serta dapat digunakan sebagai tambahan untuk menembangkan
ilmu selanjutnya dan bisa digunakan sebagai tambahan salah satu
intervensi keperawatan dalam menstimulus pengetahuan orang tua
dalam menerapkan toilet training.
e. Bagi Pemerintah.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan
refrensi untuk meningkatkan pe ngetahuan orang tua dalam
menerapkan toilet training pada anak berkebuutuhan khusus.
DAFTAR PUSTA
Andriyani, S., Ibrahim, K., & Wulandari, S. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang
berhubungan Toilet Trainingpada Anak Prasekolah. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, v2(n3), 146–153. https://doi.org/10.24198/jkp.v2n3.2
Istikhomah, H., & Kirwanto, A. (2015). Perilaku Ibu Tentang Toilet Training
Pada Anak Usia 1 – 3 Tahun (Henik Istikhomah, Agus Kirwanto) 87.
Kebidanan Indonesia (Journal of Indonesia Midwifery), 06 no.02, 87–101.
https://stikesmus.ac.id/jurnal/index.php/JKebIn/article/view/116/113