Anda di halaman 1dari 25

Peran Komunikasi Dalam Kesehatan

Disusun Oleh:

Devi Yolanda Hutabarat

P07525018084

Jurusan Keperawatan Gigi

Poltekkes Kemenkes RI Medan

Tahun Ajaran 2018/ 2019


POLTEKKES KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
MEDAN

1
KATA PENGATAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat dan kasih
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pentingnya peran
komunikasi dalam komunikasi kesehatan ”

Makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman pembaca terhadap menjalin


komunikasi yang baik terhadap masyarakat. Disamping itu sebagai manusia biasa, penyusun
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun pemilihan kata.
Maka dari itu penulis menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan makalah ini.

Harapan saya, semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi maupun refensi untuk
pembaca dan berguna bagi orang lain.

Medan, 24 April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………... i


Kata Pengantar …………………………………………………………………………...... ii
Dafatar Isi ……………………………………………………………………………..….. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………..………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah …………...……………………………………………….……….1
1.3 Tujuan ….…………………………………………………………….……………….1
1.4 Manfaat ...…………………………………………………………….……………….1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komponen Konsep dan Prinsip Komunikasi …..………………………………………....2
2.2 Berkomunikasi dengan pasien berkebutuhan khusus …..………………………………..11
2.3 Komunikasi dalam penyampaian hal buruk ….………………………………………….15
2.4 Hambatan dalam Komunikasi ….………………………………………………………..17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ….…………………………………………………………………………..21
3.2 Saran …..………………………………………………………………………………...21

DAFTAR PUSTAKA …………………..…………………………………………………...22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang kesehatan, terutama Dokter, Perawat maupun sejenisnya yg berhadapan
langsung dengan pasien adalah profesi yg menuntut interaksi dan komunikasi yg tinggi dalam
melaksanakan pekerjaannya.  Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang
komunikasi itu sendiri dan prinsip – prinsip yang terdapat di dalamnya sangatlah diperlukan.
Ilmu komunikasi sendiri adalah ilmu yang harus dipahami esensinya, dan terus
menerus dilatih sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Dengan memaparkan satu
persatu unsur – unsur yang ada dalam komunikasi, pelaku komunikasi dapat melihat dengan
lebih jelas lagi hal – hal yang perlu diterapkan dan tidak perlu diterapkan saat berkomunikasi
dengan orang lain, oleh karena itu, penulis membuat makalah ini agar pihak – pihak yang
membacanya dapat mendapatkan manfaat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagimana  Komponen Konsep dan Prinsip Komunikasi?
2. Bagaimana berkomunikasi dengan pasien yang berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana komunikasi dalam Penyampaian Berita Buruk?
4. Apa yang dimaksud dengan Hambatan Komunikasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Komponen Konsep dan Prinsip Komunikasi.
2. Mengetahui berkomunikasi dengan pasien yang berkebutuhan khusus
3. Mengetahui komunikasi dalam Penyampaian Berita Buruk.
4. Mengetahui tentang Hambatan Komunikasi.

1.4 Manfaat
Manfaat singkat dari dari makalah ini adalah :
Menjadikan Komunikasi sebagai pusat menambah pengetahuan terhadap informasi
kesehatan,yang banyak orang belum mengerti betapa pentingnya informasi khususnya bagian
kesehatan.

1
BAB II
ISI

2.1 KOMPONEN KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI


A. Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar pribadi dengan menggunakan
simbol,baik verbal maupun nonverbal.
Adapun pengertian Komunikasi menurut beberapa ahli ialah :
1. Cheerry,1983 → Comunis yang arti harfiahnya milik bersama, yaitu dengan proses
komunikasi gagasan seseorang disampaikan kepada orang-orang yang terlibat, diterima,
dimengerti, dan disetujui maka gagasan tersebut menjadi milik bersama
2. Burgess, 1988 ; Taylor, 1993 → Proses pertukaran informasi atau proses yang
menimbulkan dan meneruskan makna atau arti dan pemahaman dari pengirim kepada
penerima pesan.

Banyaknya definisi komunikasi yang disampaikan oleh para ahli dilatarbelakangi


oleh berbagai persektif (Mekanistis, Sosiologistis, Psikologistis, dan Antropologistis)
melatarbelakanginya, komunikasi dapat dikelompokkan dan didefinisikan sebagai berikut :
1. Komunikasi secara Mekanistis, adalah suatu proses dua arah yang menghasilkan transmisi
informasi dan pengertian anatar masing-masing individu yg terlibat (Kossen, 1986)
2. Komunikasi secara Sosiologistis adalah suatu proses dimana seseorang memberikan
tafsiran terhadap perilaku orang lain (ucapan, gerak, dan sikap ) kemudian yang
bersangkutan memberikan reaksi terhadap peerasaan yang disampaikan oleh orang lain
tersebut (Sukanto,1994)
3. Komunikasi secara Psikologistis adala suatu proses dimana komunikataor
mentransmisikan stimuli (biasanya verbal) untuk menggerakkan individu lain (Audience)
berperilaku (Hovland, dkk, 1953)
4. Komunikasi secara Antropologistis adalah suatu peristiwa yang terjadi apabila makna
diberikan kepada suatu perilaku tertentu

2
B. Komponen Konsep Komunikasi
Komponen konsep komunikasi inilah yang nantinya akan menjadi penentu berhasil
atau tidaknya sebuah konsep komunikasi yang telah disusun. Beberapa unsur atau komponen
dari konsep dasar komunikasi organisasi tersebut adalah :
 Proses komunikasi organisasi yang dinamis dan terbuka
Proses komunikasi organisasi dapat juga diartikan sebagai urutan atau pelaksanaan
serta kegiatan pertukaran informasi yang dilakukan dan berjalan secara terus-menerus
didalam sebuah organisasi. Artinya, ketika komunikasi sedang berlangsung didalam sebuah
organisasi, maka proses komunikasi sudah berjalan. Proses komunikasi haruslah memiliki
sifat terbuka dan dinamis, agar orang-orang yang melakukan pertukaran informasi memiliki
keleluasaan dalam mengutarakan maksud, tujuan, ide, gagasan, pola pikir, kritik atau saran
yang Ia miliki.Selain itu, proses komunikasi yang dinamis dan terbuka akan memberikan
sebuah komunikasi yang berjalan dengan lancar serta menciptakan Proses Komunikasi
Efektif. Sebagai contoh, ketika pengurus sedang berbicara dan berkomunikasi dengan
anggota organisasi dan didengarkan oleh pengurus atau anggota yang lain, maka proses
komunikasi organisasi tersebut dapat dikatakan  memiliki sifat yang dinamis dan terbuka.
 Pertukaran informasi
Informasi atau pesan tentu menjadi faktor utama didalam setiap komunikasi, karena
bila tidak ada pertukaran informasi maka yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah dan
bukan komunikasi organisasi. Selain itu, informasi atau pesan yang disampaikan didalam
sebuah organisasi haruslah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh seluruh
anggota organisasi serta tidak menyinggung pribadi dari penerima pesan atau informasi
tersebut. Pengirim informasi atau pesan harus mempelajari bagaimana cara terbaik untuk
menyebarluaskan informasi atau pesan yang akan dikomunikasikannya. Disisi lain, informasi
atau pesan yang disampaikan juga harus memiliki tujuan yang berguna untuk membangun
dan mengembangkan organisasi, bukan malah menghancurkan organisasi tersebut. Informasi
yang biasanya dibahas berupa program atau kegiatan organisasi, permasalahan yang dihadapi
sampai informasi mengenai kerjasama dengan organisasi atau pihak lain.
 Jaringan organisasi
Sebuah organisasi tentunya haruslah memiliki struktur kepengurusan yang jelas untuk
menjamin dan menjaga setiap kegiatan organisasi berjalan dengan baik. Biasanya sebuah
komunikasi organisasi yang akan dilakukan terlebih dahulu diketahui oleh pengurus

3
organisasi tersebut. Pertukaran pesan yang harus melewati pengurus terlebih dahulu ini
disebut dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini biasanya memiliki sebuah
hubungan baik formal maupun informal, serta informasi yang dikomunikasi harus memiliki
arah dan arus yang jelas agar isi dari informasi atau pesan tersebut dapat dipahami dengan
baik.
 Ketergantungan antar pihak
Sebuah organisasi haruslah memiliki sifat ketergantungan yang terjadi antara pengurus
dengan anggota, atau anggota dengan anggota atau pengurus dengan pengurus agar
organisasi mereka memiliki sistem komunikasi yang terbuka dan dinamis.  Ketergantungan
ini secara tidak langsung akan memberikan proses pertukaran informasi yang baik diantara
semua pihak didalam organisasi. Dengan kata lain, ketergantungan satu dengan yang lainnya
akan terus menjaga hubungan dan komunikasi yang baik diantara seluruh anggota
komunikasi.
 Hubungan antar pihak
Hubungan antar pihak yang dimaksud adalah ikatan perasaan yang dirasakan dan
terjadi diantara anggota organisasi, pengurus organisasi hingga ikatan perasaan antara
pengurus organisasi dengan anggota organisasi. Sebenarnya pengertian hubungan antar pihak
ini sama seperti ketergantungan antar pihak diatas, dimana komunikasi harus mampu
menjalin hubungan yang baik didalam dan diluar organisasi tersebut. Ketika sebuah
hubungan yang baik tercipta, maka seluruh kegiatan pertukaran informasi didalam maupun
diluar organisasi akan menjadi lebih mudah. Hubungan juga akan mempermudah organisasi
untuk melakukan kegiatan organisasi dalam bentuk apapun, dimana pun dan kapan pun,
karena hubungan antar pihak ini juga secara tidak langsung akan menjaga keterikatan satu
pihak dengan pihak yang lain.
 Lingkungan organisasi
Lingkunan organisasi adalah tempat atau lokasi dimana organisasi itu didirikan dan
berada. Jika sebuah organisasi didirikan dan berada di Jakarta, maka organisasi itu harus
memperhatikan lingkungan sekitar Jakarta karena Jakartalah yang menjadi tempat organisasi
tersebut. Jika sebuah organisasi memperhatikan lingkungan sekitarnya secara fisik maupun
sosial, maka komunikasi yang dilakukan baik didalam organisasi itu sendiri, komunikasi
dilakukan dengan organisasi lain hingga komunikasi pengurus organisasi dengan masyarakat
sekitar akan mampu menciptakan sebuah keputusan yang baik bagi semua pihak. Tapi ketika

4
organisasi tidak memperhatikan lingkungan sekitar, maka bisa saja organisasi itu akan dicap
sebagai sebuah organisasi ilegal sehingga dimusuhi oleh masyarakat dan pada akhirnya
organisasi itu tidak akan pernah berkembang.
 Menghindari ketidakpastian Informasi
Ketidakpastian adalah sebuah keadaan dimana terjadi sebuah perbedaan pendapat atau
perbedaan arti antara pemberi informasi dengan penerima informas, yang mengakibatkan
terjadinya sebuah kesalah pahaman. Oleh sebab itu, sebuah informasi haruslah memiliki
tingkat keakuratan data dan isi dari informasi tersebut, agar penerima dan pendengar
informasi tidak salah mengartikan informasi tersebut. Ketika sebuah informasi atau pesan
memiliki ketidakpastian karena data dari informasi yang disebarkan kurang kuat dan tidak
valid atau informasi yang disebarkan mengandung unsur kebohongan, maka akan timbul
sebuah kontrapersepsi dihati dan pikiran penerima informasi tersebut. Didalam sebuah
komunikasi organisasi hal ini harus diminimalisir dengan baik agar proses komunikasi dan
pertukaran informasi dapat berjalan dengan lancar dan hal-hal yang tidak diinginkan juga
tidak akan terjadi. Sebuah komunikasi organisasi yang dilakukan tidak boleh mengandung
unsur kebencian, SARA, ataupun hoax. 
 Menerima umpan balik
Menerima umpan balik biasanya harus bisa dilakukan oleh pemberi informasi, karena
umpan balik merupakan sebuah jawaban balasan ataupun  feed back dari penerima informasi
kepada orang yang tadinya mengirimkan informasi. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai
saling tukar informasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi, dimana pemberi
dapat menjadi penerima dan penerima dapat menjadi pemberi.

C. Prinsip Komunikasi
Prinsip merupakan sebuah dasar atau awal dari informasi yang dianggap sebagai
kebenaran baik secara umum ataupun individu. Prinsip dijadikan juga sebagai pedoman.
Komunikasi adalah proses tukar menukar informasi ataupun pesan antar individu atau
kelompok. Sedangkan kesehatan adalah keadaan tubuh, jiwa, sosial dan ekonomi seseorang
yang berada dalam kondisi baik, sejahtera, aman sentosa. Dari pengertian tersebut, maka
dapat kita ambil kesimpulan bahwa prinsip komunikasi kesehatan adalah sebuah dasar yang
digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai keadaan ataupun kondisi seseorang.
Berikut penjelasan tentang prinsip-prinsip komunikasi tersebut.

5
1. Informasi benar, valid dan dapat dipertanggung jawabkan
Prinsip komunikasi kesehatan yang paling dasar dan paling penting adalah informasi
yang disebarkan haruslah benar adanya, tidak ditambah atau dikurangi dan dapat
dipertanggung jawabkan. Kenapa? karena komunikasi kesehatan memiliki fungsi utama
untuk menyebarkan informasi mengenai kesehatan yang tidak jarang akan membahas kondisi
kesehatan seseorang, obat-obatan, hingga dosis pemakaian obat. Atas dasar itulah,
komunikasi kesehatan yang dilakukan tidak boleh mengandung kebohongan dan informasi
palsu.
Contohnya adalah :
 Ketika AA berkonsultasi dengan dokter mengenai kesehatannya, maka dokter harus
menjawab setiap pertanyaan AA dengan jujur, benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
 Ketika komunikasi kesehatan menggunakan media Komunikasi Online, maka segala
informasi yang disebarkan haruslah dapat dipertanggung jawabkan, karena mungkin saja
ketika seseorang membaca informasi tersebut, maka orang tersebut akan mengikutinya.

2. Komunikasi adalah penyampaian informasi dengan simbol


Komunikasi merupakan sebuah simbol yang digunakan untuk memberikan dan
menyebarkan informasi. Prinsip yang satu ini akan menuntun orang-orang dibidang
kesehatan untuk sanggup dan mampu menggunakan berbagai simbol yang ada, seperti kata-
kata, gestur tubuh, perilaku, mimik wajah, hingga penggunaan alat bantu komunikasi lainnya.
Dengan prinsip ini pula, komunikasi kesehatan akan mampu dilakukan meskipun informasi
yang dibahas adalah mengenai kondisi kesehatan seseorang yang buruk atau tidak tertolong
dan lain sebagainya.
Contohnya adalah :
 Ketika AA meninggal sewaktu tindakan operasi, dan ketika dokter keluar ruangan
dengan wajah sedih serta intonasi suara yang sangat halus, maka keluarga AA akan
mengetahui bahwa AA sudah meninggal.
 Ketika membahas kesehatan seseorang, maka intonasi suara yang dikeluarkan oleh
penyampai informasi haruslah lemah lembut, agar penerima informasi dapat menerima
informasi tersebut meskipun informasi tersebut adalah informasi yang mengandung
kesedihan.

6
3. Perilaku mempengaruhi komunikasi.
Perilaku seseorang yang bertindak dalam menyampaikan pesan kesehatan, haruslah
mencerminkan sikap dan perilaku orang – orang yang peduli dengan kesehatan. Perilaku
yang baik adalah salah satu Cara Mengatasi Kesalahan Persepsi atau tanggapan yang salah
dari penerima informasi. Oleh sebab itu, pemberi informasi haruslah dapat menjadi contoh
atau panutan dari penerima informasi. Perilaku penyampai informasi juga akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan komunikasi yang sedang dilakukan.
Contohnya adalah :
 Ketika AA memberikan informasi kesehatan mengenai bahaya merokok kepada orang
banyak pada sebuah seminar, tapi tidak lama seminar berlangsung atau sebelum peserta
seminar pergi, AA malah merokok. Tentunya, peserta seminar akan menjadi tidak
percaya dengan apa yang disampaikan oleh AA.

4. Hubungan atau ikatan.


Kesehatan tidaklah menjadi hal utama yang diperhatikan oleh orang banyak, terutama
yang kehidupannya memiliki jadwal yang padat. Oleh sebab itu, komunikasi kesehatan lebih
efektif ketika dilakukan oleh orang – orang yang memiliki hubungan atau ikatan. Hubungan
atau ikatan yang sudah terjalin akan membuat komunikasi lebih saling menghargai dan saling
menerima dan menjadi Cara Berkomunikasi dengan Baik. Selain itu, hubungan juga akan
membuat potensi keberhasilan komunikasi kesehatan menjadi lebih besar.
Contohnya adalah :
 Ketika AA terlalu sibuk bekerja dan melupakan kesehatannya, kemungkinan terbesar
AA untuk mau menjaga kesehatannya adalah karena dibujuk oleh keluarganya.
 Ketika dokter ingin memberikan informasi kesehatan AA, tapi tidak memungkinkan
untuk memberitahukannya langsung dengan AA, maka pilihan utama adalah berbicara
dengan orang yang memiliki hubungan dengan AA.

5. Etika penyampaian.
Prinsip komunikasi kesehatan yang selanjutnya adalah etika penyampaian informasi, baik
secara langsung, melalui perantara atau menggunakan Macam-macam Media Komunikasi.
Etika penyampaian berhubungan pula dengan isi atau dimensi pesan yang akan disampaikan.

7
Ketika pemberi informasi memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi kesehatan
yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula.
Contohnya adalah :
 Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, maka utamakan sopan santun, pemilihan
kata yang tidak menggangu perasaan hingga kepada intonasi suara yang lembut.

6. Penempatan diri
Prinsip komunikasi kesehatan yang berikutnya adalah penempatan diri. Penempatan
diri, secara tidak langsung akan memaksa penyampai informasi atau penerima informasi
untuk dapat menempatkan dirinya pada tempat yang benar. Tujuannya adalah untuk
meminimalisir salah tafsir bagi orang yang mendengar informasi tersebut atau menjaga
perasaan seseorang yang sedang dibicarakan. Selain itu, penempatan diri akan memberikan
citra positif dimata penerima informasi diberbagai situasi dan menjadi salah satu Cara
Komunikasi Efektif dengan Pasien.
Contohnya adalah :
 Tenaga kesehatan harus mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi, misalnya
pada keluarga yang sedang berduka, atau pada keluarga dengan situasi bahagia dan pada
situasi keluarga kaya atau keluarga tidak mampu.

7. Kesempatan.
Komunikasi kesehatan yang terjadi, tidak terlepas dari berbagai kesempatan yang ada seperti
waktu, hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung. Oleh sebab itu,
pemberi informasi pada komunikasi kesehatan harus mampu melihat, memilih berbagai
kesempatan yang ada dan menentukannya secepat mungkin kapan informasi tersebut akan
disampaikan agar Proses Komunikasi Efektif.
Contohnya :
 Ketika akan melakukan komunikasi kesehatan sebagai bagian dari sosialisasi atau
penyuluhan, maka pemberi informasi harus mampu untuk memilih tempat dan waktu
pelaksanaan, serta mampu untuk menentukan materi yang akan dibawakan.
 Ketika akan menyampaikan informasi yang mengandung kesedihan, maka penyampai
informasi harus mampu menentukan kepada siapa, dimana, dan kapan waktunya
informasi tersebut disampaikan.

8
8. Pertimbangkan Efek
Komunikasi kesehatan yang dilakukan juga harus mampu untuk mempertimbangkan
efek yang akan muncul setelah komunikasi terjadi. Caranya adalah dengan menyusun kata –
kata dengan baik dan memprediksi efek atau apa hasil yang mungkin saja akan terjadi terkait
dengan informasi yang diucapkan. Ketika pemberi informasi dapat memprediksi dan
mempertimbangkan efek yang akan terjadi, maka komunikasi kesehatakan akan berjalan
dengan baik serta menghasilkan efek yang baik pula. Selain itu, pemberi informasi akan
mampu untuk mengatasi Pengaruh Efektivitas Komunikasi dalam Integrasi Sosial yang tidak
diharapkan.
Contohnya adalah :
 Ketika melakukan penyuluhan demam berdarah yang diselingi dengan penjualan obat
pencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Efek yang terjadi
adalah, masyarakat hanya mau mendengar penyuluhan tapi tidak membeli obat pencegah
nyamuk atau masyarakat hanya sedikit yang membeli obat pencegah nyamuk.
Dengan contoh diatas, maka penyuluh harus mampu untuk menyusun materi yang akan
membuat masyarakat bukan hanya mengikuti penyuluhan tapi juga tertarik membeli obat
pencegah nyamuk.

9. Tahap komunikasi
Tahap-tahap Komunikasi yang Efektif pada komunikasi kesehatan juga harus
dipertimbangkan dengan baik, mulai dari pemilihan kata, penyampaian kata, kritik atau
saran, pesan – pesan atau himbauan hingga kepada kesimpulan dan pemberian motivasi atau
semangat. Selain tahap tahap komunikasi tersebut, sistem komunikasi seperti pemilihan
informasi, tujuan, orang yang menyampaikan informasi hingga lingkungan, tempat
penyampaian informasi, pola pikir dan berbagai hal lainnya juga harus diperhatikan dengan
baik. Jangan sampai karena proses perencanaan tahapan yang buruk, informasi malah
mendapat Gangguan Makna dalam Komunikasi.
Contohnya adalah :
 Ketika menyampaikan informasi pesan terhadap peserta usia muda atau anak – anak,
maka buatlah tempat komunikasi semenarik dan seunik mungkin serta buatlah metode
penyampaian informasi yang mudah dimengerti oleh anak – anak.

9
10. Sosial – Budaya
Ketika komunikasi kesehatan dilakukan kepada masyarakat dengan berbagai berlatar
belakang mulai dari tingkat sosial, budaya bahkan kepercayaan, cenderung lebih sulit untuk
dilakukan dari pada komunikasi kesehatan dengan latar belakang yang hampir sama. Oleh
sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus memiliki Cara Mengatasi Gap
Komunikasi kesehatan ketika hal tersebut terjadi.  Caranya adalah dengan menggunakan
bahasa daerah, menggunakan simbol, atau mengajak para tokoh agama dan lain sebagainya.

11. Sifat Komunikasi Nonsekuensial


Komunikasi kesehatan memiliki sifat komunikasi nonsekuensial atau Komunikasi Dua
Arah, dengan pengertian bahwa pemberi informasi dapat menjadi penerima dan penerima
informasi dapat menjadi pemberi informasi meskipun tidak begitu dominan dan lebih sering
menggunakan Komunikasi Nonverbal. Karena prinsip inilah, seseorang yang bertindak
sebagai pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk menangkap pesan yang diberikan
oleh penerima informasi secara nonverbal seperti anggukan kepala, gerak tubuh, tatapan mata
hingga ekspresi wajah.

12. Sifat Dinamis dan Prosesual


Komunikasi kesehatan biasanya akan selalu berkesinambungan atau Prosesual dan
selalu berkembang atau dinamis seiring dengan berjalannya komunikasi. Oleh sebab itu,
pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk mendesign dan menjalankan komunikasi
dengan baik, memiliki suasana yang cair dan terjadi pertukaran informasi. Dengan prinsip
ini, pesan atau informasi kesehatan akan mudah untuk diterima dan diingat oleh penerima
informasi. Selain itu, penerima informasi akan merasa memiliki hubungan yang kuat dengan
pemberi informasi sehingga komunikasi kesehatan dapat berjalan secara berkesinambungan.

13. Ucapan Tidak Dapat Ditarik


Jika pada Komunikasi Bisnis atau Komunikasi Politik ucapan yang dikeluarkan dapat
ditarik kembali, maka pada komunikasi kesehatan ucapan tidak dapat ditarik lagi karena
komunikasi kesehatan memiliki sifat Irreversibel. Oleh sebab itu setiap informasi yang
diucapkan harus dipertimbangkan setiap aspeknya, mulai dari kebenaran informasi, efek
informasi, hingga risiko yang akan ditimbulkannya.

10
Contohnya adalah :
 Ketika seorang dokter berbicara dan memberikan informasi mengenai berbagai obat-
obatan beserta dengan dosisnya, tidaklah etis dan tidak pantas apabila dokter tersebut
salah dalam memberikan informasi dan menarik kembali ucapannya.

14. Komunikasi bukan Panasea


Prinsip yang satu ini mengajarkan kepada siapa saja yang melakukan komunikasi
kesehatan bahwa komunikasi bukanlah panasea atau obat atau jalan keluar bagi setiap
permasalahan. Namun, komunikasi hanyalah bertindak untuk mencari obat atau jalan keluar
terhadap sebuah penyakit.
Contohnya adalah :
 Ketika AA mengidap suatu penyakit, maka jangan pernah katakan dengan mengikuti
terapi B, terapi C atau dengan menggunakan obat D atau obat E, maka penyakit akan
sembuh. Tapi katakanlah bahwa dengan melakukan terapi B, C dan menggunakan obat
D, E mudah-mudahan kesehatan AA segera pulih. Tujuannya adalah untuk tidak
memberikan harapan yang terlalu tinggi bagi orang lain.

15. Anggap Lawan Bicara Sama


Dengan menganggap lawan bicara memiliki kesamaan mulai dari ekonomi, kedudukan,
status dan budaya, maka pemberi informasi akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik.
Tapi ketika pemberi komunikasi menganggap dirinya lebih tinggi dari penerima informasi,
maka yang keluar adalah sifat angkuh

2.2 KOMUNIKASI DENGAN PASIEN KHUSUS


1. Komunikasi dengan pasien pasif
 Pasien yang pasif dapat membuat tenaga kesehatan merasa kesulitan karena lebih
menutup diri dan merasa sulit untuk mengungkapkan sesuatu yang dirasakan/dialami.
Hal ini akan menyebabkan terganggunya proses diagnosis dari pasien tersebut. Penyebab
seorang pasien pasif dapat dikategorikan dalam dua hal, yaitu karena sifat pasif tersebut
merupakan karakter natural/alami mereka atau karena pasif itu disebabkan olehfaktor

11
lainnya, seperti rasa sakit, tekanan, perasaan sedih mendalam, dan sebagainya (Wiener,
1990). Oleh karena itu, tenaga  kesehatan harus memiliki kemampuan interpersonal yang
baik untuk dapat berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan interpersonal tersebut meliputi
keinginan untuk mengenal pasien bukan hanya sebagai benda yang harus diobati, namun
sebagai manusia yang memiliki perasaan untuk dimengerti.
 Ciri-ciri seorang pasien pasif antara lain, yaitu bersifat menerima saja, mengikuti
tuntutan dan kemauan orang lain karena tidak ingin mengalami konflik, tidak berani
menatap mata lawan bicarasaat sedang berbicara, cenderung berbicara setelah lawan
bicara selesai berbicara, serta tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya. Untuk
melakukan komunikasi yang berhasil, tenaga kesehatan harus mampu menyesuaikan diri
secara cepat, tepat dan cermat pada kondisi khusus ini.Hal yang dapat dilakukan pada
pasien pasif diantaranya, yaitu:
 Bertanya dan meminta sertamemberi kesempatan kepada klien untuk menguraikan
segala keluh kesahnya
 Bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada pasien
 Menganjurkan pasien untuk menguraikan persepsinya dan meneruskan pembicaraan
 Menunjukkan perilaku penerimaan informasi dari pasien secara mendukung dan
fokus untuk mengklarifikasi setiap informasi yang diberikan pasien
 Memberikan saran yang sesuai dengan informasi yang didapat dengan
mengkonfirmasikannya lagi kepada pasien
 Menghindari berinteraksi dengan agresif dan  pasif
 Komunikasi asertif merupakan komunikasi yang tepat dilakukan kepada pasien pasief
karena komunikasi tersebut lebih terbuka dan menghargai diri sendiri serta orang lain.
Saat melakukan komunikasi tersebut, tenaga kesehatan harus lebih terbuka, jujur,
memahami, dan mendengarkan pendapat diri dan orang lain, mencari solusi dan
keputusan bersama, dan menghargai diri sendiri dan orang lain, serta mengatasi konflik.
Sikap yang dilakukan dalam komunikasi dengan pasien pasif, yaitu santai dan tidak
kaku, badan tegak lurus, ekspresi dan bahasa tubuh dapat terukur dan menyesuaikan
kondisi, dan melihat langsung dengan suasana santai.

2. Komunikasi dengan Pasien Marah/Agresif


Marah merupakan suatu respon emosional yang diperlihatkan dari diri seseorang ke
orang lain karena merasa ada yang “salah” terhadap dirinya.30 Kemarahan adalah suatu

12
respons terhadap rasa takut, frustasi, kurangnyakontrol, dan/atau kecemasan (Sheldon, 2010).
Respon yang muncul dari pasien marah tentu memiliki sebab tertentu, seperti adanya kabar
buruk yang diberikan oleh professional kesehatan ataupun karena kurangnya informasi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.Lloyd dan Bor (2009) menyarankan professional kesehatan
untuk melakukan hal-hal berikut:
 Jaga jarak, jangan menyentuh, jangan memotong pembicaraan, memahami
kemarahannya, memberi solusi, jika sudah berhenti marah segera ambil alih pembicaraan
 Mengetahui penyebab kemarahannya dan menunjukan kemauan untuk berbicara dan
mendengarkan pasien
 Menanyakan pertanyaan yang sifatnya terbuka
 Tidak menganggu atau mengancam pasien atau keluarganya dengan cara apapun
 Tidak menyetujui atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati
 Membantu pasien merasa bahwa mereka mempunyai berbagai pilihan
 Jangan membicarakan orang yang marah atau agresif tanpa sepengetahuan mereka
karena mereka dapat menganggapnya sebagai tindakan yang mengancam mereka
 Coba untuk tidak tersinggung atau terlibat terlalu dalam secara emosional
 Menjaga jarak yang aman jika pasien mulai menunjukan tanda-tanda agresif
 Jika keadaan semakin membahayakan, panggilah bantuan namun tetap awasi pasien jika
sedang menghadapi masalah dan pertahankan situasi jika memungkinkan

3.     Komunikasi dengan Pasien Depresi


Depresi adalah suatu keadaan seseorang saat mengalami emosi yang tidak
menyenangkan karena suatu hal. Depresi merupakan suatu kondisi saat seseorang
mengalami  suatu masalah berlebih sehingga otak sulit untuk menerima informasi
(Berry,2007). Pasien depresif umumnya memiliki tekanan dan beban yang berat yang
menyababkan tidak terkontrolnya emosi. Keadaan depresif pun dapat terjadi karena
ketidaksiapan pasien untuk menerima hal baru.
Komunikasi yang berhasil, yaitu jika terdapat umpan balik antara pengirim dan
penerima pesan serta mendapatkan pemahaman yang sama mengenai informasi yang
diperbincangkan.Oleh karena itu, seorang tenaga medis harus mampu untuk berkomunikasi
dengan pasien depresif dan membuat pasien tersebut mengerti serta paham mengenai topik
pembicaraan.

13
Tanda-tanda dari pasien depresi menurut Floyd (2015) adalah sebagai berikut:
 Tidak mampu mengutarakan pendapat dan tidak berniat untuk melakukan pembicaraan
 Merasa dirinya sudah tidak berarti, tidak memiliki tujuan hidup, serta merasa putus asa
dan cenderung ingin bunuh diri
 Gerakan tubuh tidak menunjukkan semangat, ketidaksabaran saat duduk atau menulis
 Menunjukkan rasa malas, lelah, tidak memiliki nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis
 Berpikir secara lamban, seolah-olah pikiran kosong, dan konsentrasi terganggu
 Merasakan perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal,  depersonalisasi dan
halusinasi. Terkadang pasien menunjukkan sikap bermusuhan dan mudah tersinggung

Hal-hal yang dapat dilakukan kepada pasien khusus yang depresif, yaitu:
 Memberikan dukungan untuk mengatasi keputusasaan
 Mempererat kekerabatan dengan berinteraksi sesering mungkin dan berempati untuk
membina hubungan saling percaya
 Membantunya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan bersosialisasi
 Membantunya untuk menjalani pola hidup sehat dan hidup teratur
 Melakukan Terapi Individual Konseling; membantu pasien mengenali dan
mengekspresikan perasaannya, mengembangkan kemampuan pasien beradaptasi
terhadap masalah (3R=Rekonsiliasi, Reintegrasi, Rekreasi), Terapi Kognitif & Perilaku
(CBT); mengembangkan pola pikir dan perilaku positif, menumbuhkan sikap optimis
dan percaya diri, Terapi Kelompok; bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial,
mengembangkan sikap asertif, dan sebagai media untuk saling berbagi cerita, serta
Konseling Keluarga; bertujuan mengembangkan partisipasi keluarga dalam proses
terapi. Menurunkan faktor ekspresi emosi dalam keluarga. Memperbaiki pola adaptasi
keluarga dalam menghadapi perubahan perilaku pasien
 Memberikan obat antidepressant untuk memberikan ketenangan, menjelaskan
kegunaan obat tersebut dan penggunaannya, serta memantau dosisnya sesuai resep
 Menghindari kesan pertama yang buruk di depan pasien, seperti menyampaikan
informasi secara tidak terurut, menyalahkan pasien dalam keadaan depresif, dan tidak
memberikan informasi dengan jelas kepada pasien

14
2.3 KOMUNIKASI DALAM PENYAMPAIAN BERITA BURUK

1. Penyampaian berita buruk

a. Pengertian Bad News
Berita buruk dianggap sebagai konsep yang bersifat relatif sebab ia bergantung pada
interpretasi dan reaksi pasien terhadap informasi yang disampaikan. Sebuah berita buruk
yang disampaikan kepada pasien memiliki resiko untuk merubah cara pandang pasien
terhadap kehidupan mereka, yang kemudian akan memberi dampak kepada masa depan
mereka.
Menyampaikan berita buruk dapat menjadi sebuah hal yang sulit bagi para dokter,
terutama dokter yang masih berada pada fase awal karier mereka. Hal yang dianggap paling
sulit dalam proses menyampaikan berita buruk adalah saat dokter menilai reaksi yang
diberikan oleh pasien. Dokter harus mengetahui sejauh mana pasien ingin mengetahui
informasi tersebut dan juga bagaimana ia ingin berita tersebut disampaikan.  Tapi hal inilah
yang tidak diketahui dokter dan kemudian dianggap sebagai penyebab sulitnya penyampaian
berita buruk.

b. Pentingnya Berita Buruk bagi Pasien


Dahulu penyampaian berita buruk disampaikan dengan menggunakan gaya
paternalistic yaitu konsep lama dalam penyampain berita buruk dengan tidak mengatakan
seluruh keadaan yang sebenarnya. Gaya ini masih umum dipraktikkan namun mengalami
perubahan besar dalam 30 tahun terakhir. Hal ini disebabkan berita buruk bagi pasien
merupakan hal yang penting karena:
1) Sebagian pasien ingin mengetahui apa yang terjadi dan kemungkinan apa saja yang dapat
terjadi pada dirinya.
2) Berita buruk tersebut merupakan hak otonomi seorang pasien.
3) Jika tidak disampaikan, kepercayaan pasien akan berkurang terhadap tenaga kesehatan.

c.   Langkah-langkah untuk Menyampaikan Berita Buruk.


Terdapat metode SPIKES untuk penyampaian berita buruk yang terdiri dari: Setting,
Patient’s Perception, Invitation,Knowledge, Empathy, Strategy/ Summarize.

15
1)      Setting
Dalam pengaturan latar penyampaian berita buruk, terdapat beberapa hal yang harus
menjadi bahan pertimbangan, yaitu: privasi; kehadiran orang lain; duduk; tempilan penuh
perhatian dan tenang; mendengarkan secara aktif; hening
Dalam langkah ini tenaga kesehatan juga mencari tahu sejauh mana pasien/keluarga pasien
mengetahui tentang kondisi pasien, contohnya dengan percakapan “Apa yang sudah
Ibu/Bapak ketahui tentang hal ini?”
2)      Invitation
Komunikator wajib menanyakan sejauh mana informasi yang dikehendaki oleh pasien.
Contohnya dengan pecakapan “Seberapa jauh informasi yang ingin anda dengat dari saya
mengenai diagnosis dan perawatannya?’
3)       Knowledge
Dalam tahap ini tenaga kesehatan membagi informasi berita buruh. Proses
penyampaian berita buruk ini, komunikator harus menggunakan bahasa yang sesuai dan
menghindari pembicaraan yang menggunakan istilah-istilah yang sukar dipahami.
4)      Emphaty
Tahap ini tenaga kesehatan mengidentifikasi emosi dari pasien yang muncul, berikan
pasien waktu untuk memproses berita buruknya, jawab pertanyaan dengan sabar.
5)      Strategy and Summary
Membuat rencana atau tindak lanjut pengobatan dan jelaskan kepada pasien, kemudian
tawarkan kepada pasien mengenai kapan rencana perawatan tersebut akan dilakukan sesuai
persetujuan.

d. Kesalahan Umum dalam Penyampaian Berita Buruk


Kesalahan yang umum dilakukan dalan menyampaikan berita buruk sebagai berikut:
1.   Menyampaikan di tempat yang tidak menjamin privacy, seperti di lorong rumah sakt
atau di depan pintu UGD.
2.   Penyampain berita terpotong karena suatu hal, seperti menjawab telefon, perawat  yang
meminta tanda tangan , dan lain-lain. Hal ini mungkn terjadi jika tempat penyampain
tidak kondusif atau tepat.
3.   Menyampaikan tidak secara langsung atau menggunakan media seperti telepon. Hal ini
harus dihindari karena situasi dan kondisi klien tidak diketahui.

16
4.   Penjelasan berita terlalu rumit atau tidak langsung pada inti pembicaraan.
5.   Efek iatrogenik, yaitu berita buruk yang disampaikan memperburuk kondisi pasien baik
secara fisik ataupun psikologis.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam menyampaikan berita buruk adalah mengenali
klien atau mengetahui latar belakang klien dan keluarganya, sebab dalam hal penerimaan
berita buruk setiap klien tidak akan memberikan reaksi yang sama sehingga kesalahan dapat
dihindari. Faktor-faktor yang mempengaruhi cara penerimaan klien terhadap berita buruk,
seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, kematangan pribadi, faktor sosial budaya, dan
lain-lain.

2.4 HAMBATAN DALAM KOMIKASI


Hambatan dalam berkomunikasi seringkali terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur
yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
Menurut  Shannon dan Weaver (1949) gangguan dalam berkomunikasi terjadi jika terdapat
intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi
tidak dapat berlangsung secara efektif. Hambatan dalam komunikasi dapat berupa :

1.      Hambatan Fisik
Hambatan fisik adalah hambatan yang berupa gangguan fisik, biasanya terjadi pada
penderita tuna rungu,tuna wicara, atau tuna netra. Dalam hal ini, komunikan dan
komunikator harus memaksimalkan penggunaan panca inderanya agar tidak terjadi
miskomunikasi.Misalnya,seorang penderita tuna rungu bisa menggunakan gerakan
tangan dan gerakan mulut untuk berkomunikasi.

2.      Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis adalah hambatan yang berhubungan dengan psikis manusia.
Hambatan ini dibagi menjadi empat, yaitu:
a.    Prasangka: prasangka dalam komuniksai berkaitan dengan persepsi seseorang
terhadap orang lain, adanya prasangka ini dapat menimbulkan hambatan dalam
berkomunikasi.
b.    Perbedaan kepentingan atau interest: perbedaan ini dapat menyebabkan seseorang
selektif terhadap pesan yang diperhatikan.

17
c.     Motivasi: Motivasi melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongandorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan
sesuatu (why doing something). Semakin sesuai sebuah isi pesan komuniksai massa
dengan motivasi komunikan, maka semakin besar pesan dapat diterima komunikan,
dan sebaliknya. (Gerungan, 1983)
d.    Stereotip : memberikan label kepada seseorang mengenai watak orang tersebut
berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap, bersifat negatif, dan
subjektif.

3.      Hambatan Teknis
Hambatan teknis merupakan hambatan yang disebabkan oleh lingkungan yang memberi
dampak pencegahan terhadap kelancaran proses komunikasi. Contohnya adalah saat kita
berada di lingkungan yang berisik atau bising, hal ini dapat menyebabkan orang tidak
mendengar jelas perkataan komunikator. Jadi sebagai komunikator kita harus memiliki
kejelasan artikulasi dan pengucapan, dan memilih tempat yang tepat untuk memulai
suatu komunikasi.
4.     Hambatan Sosiologis
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai golongan dan lapisan dengan perbedaan yang
banyak. Perbedaan tersebut dapat berupa yang menimbulkan perbedaan dalam statu
sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat
menjadi hambatan sosioliogis.
5.      Hambatan Antropologis
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam postur, warna
kulit, dan kebudayaan. Perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
6.      Hambatan Bahasa
Bahasa yang digunakan biasanya memberikan petunjuk tentang perasaan-perasaan dan
motif yang terselebung. Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila
pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang
berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima
pesan.Faktor bahasa yang digunakan seseorang secara verbal maupun nonverbal (bahasa

18
tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunkasi antara lain; perbedaan arti kata,
penggunaan istilah atau bahasa tertentu, dan penggunaan bahasa tubuh (nonverbal).
7.      Hambatan Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses internal yang memungkinkan kita memilih atau menilai
sesuatu dan proses tersebut dapat mempengaruhi pikiran atau pandangan kita terhadap
sesuatu. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Oleh karena perbedaan
persepsi inilah komunikasi efektif antar individu akan terhambat. Perbedaan persepsi
antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi
salah satu faktor yang menghambat komunikas.
8.      Hambatan Media
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Media komunikasi didefinisikan sebagai alat perantara
yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya kepada komunikan.
Contoh hambatan media antara lain; Saat menulis surat, tulisannya luntur tidak terbaca,
atau selaku komunikan yang menonton televisi, namun gambarnya rusak tidak terlihat.
Hal itu menunjukkan gangguan pada saluran atau media yang digunakan.

Hambatan ditinjau dari komponennya dibagi menjadi :


1.  Hambatan yang berasal dari pengirim
Hambatan yang berasal dari pengirim biasanya terjadi akibat adanya permasalah dari
individu yang akan menyampaikan pesan, seperti :
a.  Kurang kepercayaan diri
Tidak adanya percaya diri menimbulkan keraguan dan terkadang menyebabkan
sesorang menjadi kehilangan ide pesan yang ingin disampaikannya. Jika pemberi pesan
ragu dalam menyampaikan komunikasinya, maka si penerima informasi juga akan
menjadi lebih ragu lagi dalam menerima informasi tersebut.
b. Tidak terampil menyampaikan pesan
Dalam menyampaikan komunikasi sesorang harus pandai dalam menyampaikan
pesannya. Komunikator harus menyampaikan informasi secara logis, sistematis dan
tidak membingungkan. Komunikator juga harus pandai memilih kata-kata yang mudah
dipahami dalam berkomunikasi.

19
c.   Komunikator cenderung menyampaikan pesan untuk satu orang
Dalam berkomunikasi dengan banyak orang, perlu diperhatikan bahwa komunikator
tidak boleh terlihat hanya meyampaikan pesan untuk satu orang. Hal ini bisa terlihat
dari gestur, tatapan mata dan bahasa tubuh komunikator.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai komunikasi kesehatan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi yang berisi ide, perasaan, perhatian,
makna, serta pikiran yang diberikan oleh pengirim informasi kepada penerima informasi
dengan harapan si penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap
dan perilakunya.
Komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yang
paling baik miliki setiap individu adalah sikap asertif yaitu tidak menang sendiri dan tidak
terlalu menahan diri terhadap intervensi orang lain. Untuk mendapatkan komunikasi yang
efektif harus memerhatikan syarat-syarat dalam berkomunikasi antara lain saling
menghormati, empati, penyampaian jelas, dan rendah hati. Dalam kehidupan tidak mungkin
akan berkomunikasi dengan diri sendiri, tetapi juga perlu berkomunikasi dengan orang lain,
sehingga komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan komunikasi
interkultural. Komunikasi yang dilakukan dengan juga pasti tidak akan selalu berjalan lancar,
terdapat berbagai hambatan yang mengharuskan pihak yang berkomunikasi
mengondisikannya. Hambatan dalam berkomunikasi dapat berasal dari pengirim pesan,
penerima pesan, lingkungan sekitar, maupun dari pesan itu sendiri.

3.2 Saran
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca baik di masa
yang sekarang maupun  masa yang akan datang. Penulis  memohon  maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

21
Daftar Pusataka

Modul komunikasi dalam keperawatan gigi


https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-kesehatan
https://pengertianahli.id/2013/07/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli.html
https://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/prinsip-prinsip-komunikasi/
https://lindajayanti98.wordpress.com/2013/01/11/165/
https://www.google.com/search?q=tujuan+komunikasi&oq=tujuan+ko&aqs=chrome.0.0l4j69i5
7j0.4932j1j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal
https://pakarkomunikasi.com/konsep-dasar-komunikasi-organisasi
https://www.dictio.id/t/apa-saja-prinsip-prinsip-komunikasi/116245/2

22

Anda mungkin juga menyukai