Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


“Implementasi Dakwah dalam Penyiaran”

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Abdul Kodir, 1706015188, 34


Reisty Nabilla N., 1706015208, 35
Rahmah Rifqi M., 1706015236, 36
Muhammad ZakiyA., 1706015242, 37
Tri Wahyu Suhartati, 1706015255, 38
Chenandito Litus D., 1706015264, 39
Ella Nurhasanah, 1706015270, 40
Mohammad Rafi S., 1706015294, 41
Lilis Widarti, 1706015339, 43
Lulie Yukhfina H.., 1706015306, 42
Kartika Suci, 1706015334, 44
Tasya Zaria Arif, 1706015353, 45

Kelas 7F

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
POLITIK JAKARTA

2019
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Deskripsi Kasus.................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
KONSEP DAKWAH DALAM PENYIARAN ISLAM..............................................................................3
A. Konsep Dakwah Penyiaran dalam Islam...........................................................................3
B. Konteks Dakwah Penyiaran dalam Islam..........................................................................4
C. Komponen Dakwah Penyiaran dalam Islam.....................................................................6
BAB III.........................................................................................................................................11
ANALISIS DAKWAH PENYIARAN ISLAM.......................................................................................11
A. Implementasi Dakwah dalam Penyiaran Islam...............................................................11
BAB IV.........................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Al-Usairy, mengenai dakwah Islamiyah, sejarah telah mencatat, bahwa
dakwah Islam yang spiritnya dari al-Qur’an telah mampu mendorong kaum Muslim
untuk keluar dari jazirah Arab dalam rangka memberikan kabar gembira dan
peringatan bagi seluruh umat manusia.

Hal tersebut terbukti dari kemampuan mereka menyebarkan Islam di segabian


besar belahan bumi dalam waktu yang relatif singkat, yakni kurang dari setengah
abad. Dan dalam kurun waktu itu, mereka juga dapat membudayakan Bangsa Arab
dari masyarakat Jahiliyah menjadi masyarakat yang menghiasi perilaku mereka
dnengan prinsip iman dan amal sholeh.

Catatan sejarah yang kerap kita dngar dalam pengajian tersebut merupakan bukti
dari kuatnya komunikasi tentang Islam yang disampaikan melalui dakwah.

“sampaikanlah dariku walau satu ayat” – (HR. Bukhori)

Hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu
setidaknya mengandung beberapa poin yakni; pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau. Lebih
lanjut, Al Ma’afi An Nahrawi mengatakan bahwa hadist ini dimaksudkan agar setiap
orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi bersegara untuk disampaikan kepada
yang tidak hadir, meskipun hanya sedikit.

‫رو‬ ُ
‫ر َوي ن م‬ ِ ‫خۡي‬ ‫ن إ ٱل‬ ‫منك ُمۡ أ مةـ ي‬ ‫َوۡلت َك ُن‬
‫ف‬ ‫َأۡمرو ب ِٱل ع‬ ‫ِ َل ى‬ ‫َدـۡعُ و‬
٤٠١ ‫ن‬
‫ك مۡف ِل ح‬ ‫َوي َۡنَهوۡن ع ن منك َ ِۚر َوأ‬
‫و‬ ‫ه م ٱل‬
ُ ٓ ُ ‫ٱل‬
‫ْولَ ٰئ‬
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung

1
Sesuai dengan misi agama Islam, yakni sebagai “Rahmatan Lil Alamin”. Islam
harus disampaikan dengan pengemasan yang menarik supaya umat lain beranggapan

2
dan mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi
eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam
kehidupan mereka. Sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan
dunia dan akhirat.

B. Deskripsi Kasus
Indonesia kini digadang-gadang akan mengalami bonus demografi tepatnya pada
tahun 2045. Hal tersebut menunjukkan banyaknya remaja dan anak muda dimasa
sekarang. Bagian dari penerus bangsa, penerus ajaran Islam.

Indonesia kini juga diperkenalkan dengan kemunculan revolusi industri 4.0 yang
ertama kali istilah tersebut muncul pada februari 2018. Terlepas dari pertanyaan
bernahkan Indonesia sudah memasuki revolusi industri 4.0 atau belum. Data bps
menunjukkan peningkatan pemakaian internet dan produksi smarthphone yang
signifikan. Hal ini tentu berkaitan dengan perkembangan teknologi dan pola
komunikasi yang senantiasa bergeser.

Penyhiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancar


dan/atau saran transmisi di darat, di laut, atau di antariksa. Dengan kata lain,
penyiaran merupakan cara yang digunakan untuk berkomunikasi.

Dakwah Ismal di Indonesia acap kali dipandang sebagai sebuah jalan keras yang
membosankan. Tentu karena pola pergaulan anak muda yang berubah. Hal ini
menjadi sebuah tantangan bagi dakwa Islam untuk bisa merasuki pergaulan anak
muda yang maunya senang dan ringan.
BAB II
KONSEP DAKWAH DALAM PENYIARAN ISLAM

A. Konsep Dakwah Penyiaran dalam Islam


Konsep dakwah

Konsep dakwah terdiri dari dua suku kata yaitu konsep dan dakwah. Konsep
secara etimologi berarti rancangan, ide, atau apapun yang digunakan akal budi untuk
memahami sesuatu. Sejalan dengan itu Muin Salim mendefenisikan konsep sebagian
ide pokok yang mendasari satu gagasan atau ide umum (Salim, 1990: 17). Dengan
demikian konsep adalah suatu hal yang sangat mendasar yang dijadikan patokan
dalam melaksanakan sesuatu.

Secara etimologi dakwah berasal dari Bahasa Arab - ‫دع ـا‬- ‫ ی ـ ـدعو دع ـو‬yang
berarti seruan, ajakan, atau panggilan (Depag RI, QS. 10:25; 12: 23; 2: 221; Umar
1987: 52). Selanjutnya M. Natsir lebih cenderung mengartikan dakwah adalah amar
ma’ruf nahi mungkar (Luth, 1999: 67). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
dakwah merupakan suatu usaha menyampaikan ajaran Islam yang dilakukan secara
sadar dan terencana dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi
orang lain agar dapat mengikuti apa yang menjadi tujuan dakwah tersebut tanpa ada
paksaan. Dakwah dalam konteks demikian mempunyai pemahaman yang
mendalam, yaitu bahwa dakwah amar ma’ruf, tidak sekedar asal menyampaikan
saja, melainkan memerlukan beberapa syarat yaitu; mencari materi yang cocok,
mengetahui keadaan subjek dakwah secara tepat, memilih metode yang
representatif, dan menggunakan bahasa yang bijaksana.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa konsep dakwah merupakan


cerminan dari unsur-unsur dakwah, sehingga gagasan dan pelaksanaan dakwah tidak
terlepas dari suatu kesatuan unsur tersebut yang harus berjalan secara simultan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dakwah yang berarti mengajak.

Bentuk Penyiaran islam

Pada dasarnya setiap agama berusaha untuk menyiarkan ajaran-ajaran


agamanya, terutama agama Islam. Bagaimanapun Islam sebagai agama
dakwah, ajaran-ajarannya pun harus senantiasa disampaikan kepada umat Islam
atau kepada seluruh umat manusia. Setiap muslim dan muslimah yang telah akil
baligh wajib berdakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Surat An-Nahl
telah menjelaskan bahwa berdakwah mestilah harus dengan bijaksana, sesuai
dengan keadaan dan perkembangan masyarakat. Dalam pelaksanaan dakwah,
harus dimanfaatkan hasil kemajuan sains dan teknologi agar pelaksanaan dakwah
itu dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain segala aspek kehidupan dapat
dimanfaatkan untuk berdakwah dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan
efesien. Bila kita membahas cara kerja penyiaran Islam sangatlah berkaitan dengan
dakwah, media, metode, dan teknik.

Seorang da’i bebas untuk melakukan siar dakwahnya, termasuk dengan


menggunakan media, metode, dan teknik yang sesuai dengan perkembangan
jaman. Pada jaman Nabi Muhammad saw, menyiarkan agama Islam dengan
cara berkeliling tertutup maupun terbuka, serta pergi ke Kota Madinah agar
tersebar luasnya agama yang mulia yaitu Islam. Begitu pula dengan para Wali
Songo dalam menyiarkan Islam di Indonesia dengan cara berkeliling ke seluruh
penjuru agar tersebarnya Islam. Akan tetapi beda halnya dengan era modern saat
ini, perkembangan sains dan teknologi yang pesat membuat seorang da’i lebih
mudah untuk menyiarkan Islam. Dengan adanya radio, televisi, surat kabar, media
online tentulah menjadi jalan bagi seorang da’iuntuk berdakwah.

B. Konteks Dakwah Penyiaran dalam Islam


1. Dakwah Nafsiyah
Dakwah Nafsiyah secara harfiah dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri
(Intrapersonal), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau membangun kualitas
dan kepribadian diri yang islami. Menjaga diri sendiri merupakaan sesuatu yang
harus diprioritaskan sebagaimana petunjuk At-Tahrim ayat 6, “Jagalah dirimu
dan Keluargamu dari Api neraka”. Dakwah nafsiyah dapat dilakukan dengan
cara menuntut ilmu, membaca, berpuasa, mengingat kematian, sholat, dan lain-
lain.
2. Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah adalah proses ajakan atau seruan kepada jalan Allah yang
dilakukan oleh seorang da’i kepada perorangan (interpersonal), yang dilakukn
secara langsung tatap muka, atau langsung tetapi tidak tatap muka (bermedia)
yang bertujuan memindahkan mad’u pada keadaan yang lebih baik dan diridhai
Allah.
Langkah-langkah penting juga dalam dakwah fardiyah adalah membangkitkan
iman yang mengendap dalam jiwanya, bimbingan tentang masalah yang
dialaminya, dan penerima dakwah diarahkan untuk menerima amalan yang
sesuai serta tidak memberatkannya dilihat dari satu segi maupun segi yang lain
ia dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Dakwah Fi’ah Qolilah


Dakwah Fi’ah adalah dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i terhadap
kelompok kecil dalam suasana tatap muka, bisa berdialog serta respon mad’u
terhadap da’i dan pesan yang disampaikan dapat diketahui seketika.

Dengan demikian terdapat beberapa ciri bagi dakwah fi’ah diantaranya yaitu:
kelompok kecil, dapat berlangsung secara tatap muka dan dialogis.

4. Dakwah Hizbayah (Jama’ah)


Dakwah hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da’i yang
mengidentifikasi dirinya dengan atribut suatu lembaga atau dakwah organisasi
tertentu, kemudian mendakwahi anggotanya atau orang lain di luar anggota
organisasi tersebut. Term. Hizbayah diadopsi dari Q.S. al-maidah (5) ayat 56.
Termasuk dakwah hizbayah diantaranya dakawah biasanya yang
berlangsung pada kalangan organisasi NU, Muhammadiyah persis, dan lain-lain.
Dakwah hizbayah dipahami juga sebagai upaya dakwah melalui organisasi atau
Lembaga keislaman.

5. Dakwah Ummah
Dakwah Ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad’u yang
bersifat massa. Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap muka dan biasanya
monologis, seperti ceramah umum (Tabligh Akbar), atau tidak tatap muka
seperti menggunakan media massa (baik cetak maupun elektronik), contoh
dakwah melalui tulisan atau penayangan di televisi, berupa kaset, VCD, DVD,
Film, internet, dll.
6. Dakwah Syu’ubiyah Qabaliyah (dakwah antar suku, budaya dan bangsa)
Dakwah Syu’ubiyah Qabaliyah adalah proses dakwah yang berlangsung
dalam konteks antar bangsa, suku atau antar budaya, dimana Dai’I dan mad’u
berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa ataupun berbeda bangsa.

C. Komponen Dakwah Penyiaran dalam Islam

Dakwah dalam prosesnya akan melibatkan kompenen dan unsur-unsur dakwah


yang terbentuk secara sistemik, artinya dari unsur satu dan lainnya saling berkaitan.
Komponen dakwah artinya berbagai elemen yang mestu ada didalam sebuah proses
dakwah. Terdapat enam komponen dakwah dalam proses berdakwah.

1. Da’i (Subjek Dakwah)

Da’i berasal dari bahasa arab yaitu mudzakar (laki-laki) yang berarti orang
yang mengajak, kalau munanas (perempuan) yaitu Da’iyah. Da’i diartikan
seseorang yang pekerjaannya berdakwah untuk menyebarluaskan ajara islam,
orang yang mengajak kepada orang lain baik secra langsung maupun tidak
langsung, melalui tulisan, lisan atau perbuatan untuk mengajarkan ajaran islam
dan menyebarluaskan ajaran islam.
a. Tugas dan fungsi da’i :
1) meluruskan akhlak untuk memberikan atau meluruskan jalan dari
kekeliruan juga pemahaman siapa tuhan yang hakiki dengan petunjuk
dari Al- qur’an dan al-sunnah.
2) memotivasi umat untuk beragama dengan baik dan benar.
3) amar ma’ruf nahi munkar bersama-sama meneggakan yang ma’ruf dan
meninggalkan yang munkar untuk menciptakan kedamaian bersama.
4) menolak kebudayaan yang menimpang berupaya untuk mengubah norma
yang menimpang dan terus berusaha untuk menegakkan sistem islam.
b. Kredibilitas dan kepribadian Da’i
Da’i dapat dikategorikan sebagai komunikan yang bertugas menyebarkan
dan menyampaikan informasi dan sumber melalui saluran yang sesuai pada
komunikan. Untuk menjadi komunikator yang baik harus memiliki
kredibilitas yang tinggi agar meningkatkan suatu kepercayaan kepada
komunikan. Seorang Da’i yang berkredibilitas tinggi adalah seoramg yang
memiliki kompetensi dibidang yang ingin ia sebarakan, memiliki jiwa yang
Tulus, mempunyai status yang cukup walaupun tidak tinggi. Keperibadian
seorang Da’i dibagi menjadi dua yaitu bersifat ruhaniah dan jasmaniah.
1) kepribadian yang bersifat ruhaniah :
a) Iman dan taqwa kepada allah mampu bertaqwa, mengimani dan
mengikuti aturan-aturan allah swt.
b) Ihsan yaitu berbuat baik kepada sesama.
c) Amanah memiliki rasa bertanggung jawab atas tugas yang telah
diembannya.
d) Istiqamah yaitu mampu bersikap onsisten dan teguh pada
pendiriannya.
e) Raja dan hub yaitu penuh dengan kerahmatan dan optimisme kepada
rahmat allah.
f) Al-ahya perasaan malu, baik malu kepada allah maupun sesama
makhluk.
g) Ridha menerima segala sesuatu yang telah diberikan oleh allah swt.

2) kepribadian bersifat jasmaniah :

a) Sehat jasmani, segala aktivitas dilakukan dengan keadaan fisik yang


sehat termasuk aktivitas berdakwah.

b) Berpakaian necis dan pantas atau etis, berpakaian yang dipandang


baik menurut agama dan masyarakat.
2. Maudu (Pesan Dakwah)

Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan,materi atau segala sesuatu


yang harus disampaikan oleh da’i kepada mad’u (objek dakwah) yaitu
keseluruhan ajaeran islam, yang ada didalam kitabullah maupun sunnah
rasulnya. Adapun materi dakwah yang dijelaskan secara umum menurut al-quran
meliputi : akidah, ibadah, muamalah, akhlak, sejarah, prinsip-prinsip
pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian al-qur’an yang menjadi pesan
dalam berdakwah adalah syariat idlam sebagai kebenarean hakiki yang datang
dari allah melalui malaikat jibril yang disampaikan kepada nabi muhammad saw.

3. Uslub (Metode Dakwah)


Uslub atau metode dakwah adalah suatu cara dalam melaksankan dakwah,
menghilangkan rintangan atau kendala-kendala berdakwah, agar tercapai tujuan
dakwah secara efektif dan efesien dengan strategi, tekhnik, pola yang ditempuh
oleh seorang da’i dalam melaksanakan dakwahnya. Adapun prinsip-prinsip dari
Uslub atau metode dakwah ialah :

a. Tauhidullah : sikap mengesahkan allah dengan sepenuh hati, tidak


menyekutukannya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta
pertolongan kepada allah swt.

b. Ukhwah islamiyah : sikap persaudaraan antar sesama muslim karena


dadanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistem sosial
dan peradaban sehingga terjalinnya satu kesatuan hati dan jiwa yang
melahirkan persaudaraan yang erat.

c. Musawah : sikap persamaan sesama manusia, tidak arogan, tidak salig


merendahkan atau saling meremehkan orang lain, tidak saling mengaku
paling tinggi.

d. Musyawarah : sikap kompromi dan menghargai pendapat orang lain,


memerhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan bersama.

e. Ta’awun : sikap gotong royong, saling membantu.

f. Takaful al-ijtima : sikap pertanggung jawaban bersama dan sikap solidaritas


sosial.

g. Jihad al-ijtihad : sikap semangat dan sungguh-sungguh, serius, memiliki etos


kerja yang tinggi.

h. Fastahiq al-khairat : sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan.

i. Tasamuh : sikap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak orang


lain.

j. Istiqamah : sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah.

4. Wasilah al-da’wah (Media Dakwah)


Media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran yang dapat
menghubungkan ide dengam umat, suatu elemen yang vital dan merupkan urat
nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaanya sangat urgent dalam
menentukan perjalanan dakwah. Secara praktis washilah dalam konteks dakwah
dibagi dua yakni :
a. Mahsilah Maknawiyah : media yang bersikap imateral seperti rasa cinta
kepada allah dan rasulnya, dan mempertebal ikhlas dalam beramal.
b. Washilah Madiyah : media yang bersifat material yaitu segala bentuk yang
bisa di indera dan dapat membantu para da’i dalam enyampaikan dakwah
kepada mad’u nya.
Media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri :
a. Media tradisional
Setiap masyarakat tradisional menggunakan media untuk berdakwah yang
berhubungan dengan kebudayaannya, dengan komunikasi yang berkembang
dalam pergaulan tradisionalnya. Seperti tabuh-tabuhan ( gendang, rebana,
bedug, wayang dll).
b. Media modren
1) media auditif : telefon, radio, dan tape recorder.
2) media visual : media yang tertuis atau tercetak seperti foto, lukisan, surat
kabar, brosur, majalah, buku, pamflet dll.
3) media audivisual : televisi, video, internet, dll.

c. Perpaduan media tradisional dan modern

Perpaduan media tradisional dan modern dalam suatu proses dakwah


contoh pergelaran wayang, sandiwara, ceramah dimibar ditv maupun
dimedia sosial.

5. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u atau sasaran objek dakwah adalah seluruh manusia sebagai makhluk
allah yang dibebani menjalankan agama islam dan diberi kebebasan untuk
berikhtiar, kehendak dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Sebagai
makhluk allah yang diberi akal dan potensi kemampuan berbuat baik dan
berubat buruk. Nafs yaang senantiasa mempengaruhi akal budi manusia, nafs
muthmainah senantiasa mempengaruhi aktifitas kita untuk bergerak kearah
kemuliaan, kesucian, mendekatkan kealam lahut. Sedangkan nafs mulhamah
supiah, amarah dan lawamah mempengaruhi kearah kecelakaan, kerendahan,
dan menjauhi dari alam luhut. Oleh sebab itu kita membutuhkan adanya dakwah.

6. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah membentangkan jalan allah diatas bumi agar dilalui
umat manusia sekaligus terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
didunia dan diakhirat yang diridhoi allah swt. Adapun tujuan jangka pendek dan
jangka panjang untuk berdakwah, jangka pendek untuk lebih menajam kepada
upaya peningkatan insan-insan yang berkualitas, membangun manusia-manusia
shaleh, merubah stratifikasi yang rendah kepada yang lebih baik dan terhormat.
Jangka panjang untuk membangun kehidupan bermasyarakat yang berkualitas,
membangun sistem sosial, ekonomi, politik,pendidikan yang islami.
BAB III
ANALISIS DAKWAH PENYIARAN ISLAM

A. Implementasi Dakwah dalam Penyiaran Islam


Mahasiswa pada zaman sekarang bisa menjadi sebuah subjek sebagai media
dakwah dalam penyiaran agama islam dengan menggunakan media sosial yang
menjadi salah satu kebutuhan yang vital dan penting bagi kalangan mahasiswa jika
dimanfaatkan secara benar, media sosial sendiri sangat berpengaruh dalam objek
dakwah untuk menyebarkan pesan dakwah kepada khalayak umum bahwasanya
dalam berdakwah kita memerlukan media (alat perantara) dalam penyampaian
ajaran agama Islam (mad'u) yang mana peranan ini media sangat penting demi
kelangsungan berdakwah. Instagram pada saat ini merupakan salah satu media yang
sangat efektif untuk dakwah Islamiyyah karena banyaknya kalangan baik muda
ataupun tua menggunakan Instagram, arus informasi yang begitu cepat dan mudah
membuat Instagram mempunyai peranan penting dalam penyebaran dakwah saat ini
cukup mengakses melalui internet maka semua informasi dan berita terbaru bisa di
akses.

Sarana dakwah yang di sebarkan melalui media sosial akan efektif jika pesan
dakwah yang disampaikan itu sesuai dengan syariat yang ada bukan mengada ada
dalam menyebarkan dakwahnya. Penggunaan Instagram pun sangat banyak
terutama mayoritas dari kalangan pelajar dan mahasiswa, membuat Instagram cukup
alternatif untuk digunakan sebagai sarana media masa kini. Ini memberikan peluang
besar bagi dakwah karena tujuan utama dakwah via media sosial adalah aksen yang
akan dibaca,didengar dan dilihat oleh orang lain tak heran terdapat keterbukaan
yang bisa dimanfaatkan dalam kegiatan dakwah baik da'i profesional maupun
mahasiswa yang dapat menyampaikan informasi dakwah dadakan dapat
menyampaikan risalah dakwahnya dengan bahasa kekinian yang ringan dan tidak
terkesan menggurui.

Jika dikaitkan dengan perspektif konsep penyiaran Islam tidak sekedar


menyampaikan dakwah saja tetapi bisa diterima semua kalangan dan bisa
menyebarkan dakwah secara mudah dengan pemahaman yang mendalam untuk
menciptakan gagasan dakwah yang di siaran secara tepat pada masa kini.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah adalah Usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia
yang meliputi amar ma'ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara
yang diperbolehkan oleh akhlak, dan membimbing pengalamannya dalam
perikehidupan perseorangan, berumah-tangga, bermasyarakat, dan bernegara.
(Muhammad Natsir, 2000).
Dakwah dapat disebut juga sebagai pristiwa komunikasi, jika kita ingin apa yang
kita sampaikan dapat diterima dengan baik maka kita harus memperhatikan
beberapa faktor salah satu diataranya perkembangan zaman. Begitu pula dalam
berdakwah jika kita tidak memperhatikan perkembangan zaman maka dakwah yang
kita sampaikan tidak akan efektif dan efisien untuk diterima orang, karena zaman
sekarang orang lebih sering menggunakan alat – alat elektronik untuk mencari
informasi. Seperti ponsel, televisi, dan radio. Misalnya jika saat ada acara tablig
akbar, orang yang hadir hanya 150 orang, tetapi jika acara tablig akbar itu
ditayangkan di televisi maka pesan tersebut dapat sampai kepada orang yang lebih
banyak dari orang yang hadir pada saat pengajian tersebut.
Dakwah pada saat ini juga harus memiliki gaya Bahasa yang terbaharukan, tidak
baku, cair dengan perkembangan zaman, tidak menyinggung jika memang
disampaikan di media nasional, tetapi tetap tidak mengubah isi dari pesan yang akan
disampaikan.
Tetapi disetiap kelebihan pasti ada kekurangan, memang banyak kelebihan
berdakwah dengan beradaptasi dengan teknologi tetapi hal ini juga memilki
kekurangan, dikarenakan sifatnya satu arah, maka dakwah dengan menggunakan
media (penyiaran), tidak memiliki timbal balik ke komunikan (pendawaah) / tidak
ada respon.
Intinya dalam dakwah kita harus mengikuti perkembangan zaman, agar apa yang
kita sampaikan dapat dimengerti oleh popularitas generasi saat ini, dan perlu
disadari apapun metode dakwah yang kita lakukan, pasti memiliki kekurangan dan
kelebihan, tinggal kita saja memilih mana yang lebih baik digunakan pada situasi ini
dan pada situasi yang lain, atau bisa di kombinasikan. Misalkan, jika ada dalam
suatu tayangan tablik akbar, ada beberapa penonton tidak paham beberapa hal yang
sudah disampaikan, maka si pendakwah, bisa mengarahkan mereka semua ke kontak
pribadinya / mengajak mereka menikuti kegiatan majelis ilmu yang akan si
pendakwah adakan.
B. Saran
Menurut kami dakwah yang beradaptasi dengan teknologi, salah satunya
penyiaran, itu memang efektif untuk menjangkau banyak khalayak, tetapi disamping
memiliki kelebihan, dakwah melalui media penyiaran memiliki kekurangan, seperti
pesan yang diterima cenderung tidak memiliki respom atau timbal balik untuk
pendakwah, sehingga kami berpikir bahwa informasi yang dipahami tidak seratus
persen.
Solusinya menurut kami jika pendakwah ingin melakuan tablig akbar dan
disiarkan melalui media nasional, hendaknya memberikan waktu atau sesi Tanya
jawab kepada penonton, dan jika waktu tidak cukup si pendakwah mengarahkan
penoton untuk bertanya di akun resmi milik si pendakwah, si pendakwah juga bisa
mengarahkan penonton untuk ikut kajian secara langsung bersama beliau.
Solusi kedua menurut kami seharusnya materi yang harusnya disampaikan si
pendakwah untuk disiarkan, adalah materi yang ringan yang mudah dipahami dan
diangkat atas keresahan yang terjadi dimasyarakat, dengan tujuan selain untuk
mudah dipahami, masyarakat bisa mempraktiannya (mengamalkan) secara langsung
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai