Anda di halaman 1dari 4

Cara Islam Selesaikan Pandemi Covid-19

AKHIRNYA pada Senin (2/3/2020), Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo merilis dua
WNI di Indonesia yang positif terjangkit virus corona baru alias Covid-19. Menurut pak
Presiden, dua WNI itu tersebut sempat kontak dengan warga negara Jepang yang terdeteksi virus
corona setelah meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia. Namun sayang, belum terlihat
peran negara yang benar-benar serius melindungi warganya. Terbukti, akhirnya Indonesia tidak
Zero Corona Virus.

Tentu saja, kebijakan lamban pemerintah terhadap mewabahnya Covid-19 ini, menjadi salah satu
penyebab masuknya virus corona di Nusantara. Sejak awal, pemerintah harusnya melakukan
langkah tegas. Seharusnya pemerintah menutup kran ekspor-impor barang masuk dari negara-
negara terdampak, menutup sementara masuknya wisatawan asing terutama dari negara yang
terkena wabah dan tidak lagi memasukan migran atau TKA dari Cina.

Pemerintah harusnya serius melindungi warganya dari ancaman virus corona. Sebagai pemimpin
negara yang mayoritas penduduknya muslim. Pemerintah seyogjanya melirik bagaimana Islam
mengatasi wabah penyakit menular. Karena Islam memiliki seperangkat solusi dalam mengatasi
wabah pandemi. Islam selalu menunjukan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang
lengkap. Ia mengatur semua hal tak terkecuali di bidang kesehatan.

Dalam Islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukan
bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Mengatasi pandemi, tak mungkin bisa melepaskan diri dari performa kesehatan itu sendiri. Maka
beginilah cara Islam mengatasi pandemi dapat dijelaskan dalam beberapa poin sebagai berikut:

1. Edukasi prefentif dan promotif


Islam adalah agama pencegahan. Telah banyak disebutkan bahwa Islam mewajibkan kaum
muslim untuk ber-ammar ma’ruf nahiy munkar. Yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kepada kemunkaran. Pembinaan pola baku sikap dan perilaku sehat baik fisik, mental maupun
sosial, pada dasarnya merupakan bagian dari pembinaan Islam itu sendiri. Dalam hal ini
keimanan yang kuat dan ketakwaan menjadi keniscayaan.
Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktekan gaya hidup sehat,
pola makan sehat dan berimbang serta perilaku dan etika makan. Misalnya diawali dengan
makanan. Allah SWT telah berfirman:

“Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian”
(TQS. An-Nahl [16]: 114).

Kebanyakan wabah penyakit menular biasanya ditularkan oleh hewan (zoonosis). Islam telah
melarang hewan apa saja yang tidak layak dimakan. Dan hewan apa saja yang halal dimakan.
Apalagi sampai memakan makanan yang tidak layak dimakan, seperti kelelawar. Makan ketika
lapar dan berhenti sebelum kenyang, mengisi perut dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara,
termasuk kaitannya dengan syariah puasa baik wajib maupun sunnah.

Oleh karena itu, Negara memiliki peran untuk senantiasa menjaga perilaku sehat warganya.
Selain itu, pemerintah juga mengedukasi agar ketika terkena penyakit menular, disarankan
menggunakan masker. Dan beberapa etika ketika sakit lainnya.

Hal ini sangat membantu pemulihan wabah penyakit menular dengan cepat. Karena warga
daulah telah membangun sistem imun yang luar biasa melalui pola hidup sehat.

2. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Pelayanan dan kesehatan berkualitas hanya bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan
prasarana kesehatan yang memadai serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten.
Penyediaan semua itu menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara. Karenanya negara wajib
membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboraturium medis, apotik, lembaga litbang
kesehatan, sekolah kedokteran, apoteker, perawat, bidan serta sekolah kesehatan lainnya yang
menghasilkan tenaga medis.

Negara juga wajib mengadakan pabrik pabrik yang memproduksi peralatan medis dan obat-
obatan, menyediakan SDM kesehatan baik dokter, apoteker, perawat, psikiater, akupunkturis,
penyuluh kesehatan dan lain sebagainya.

Pelayanan kesehatan harus diberikan secara gratis kepada rakyat baik kaya ataupun miskin tanpa
diskriminasi baik agama, suku, warna kulit dan sebagainya. Pembiayaaan untuk semua itu
diambil dari kas Baitul Mal, baik dari pos harta milik negara maupun milik umum.

Dengan demikian, apabila terjadi kasus wabah penyakit menular dapat dipastikan negara dengan
sigap akan membangun rumah sakit untuk mengkarantina penderita, atau membangun tempat
karantina darurat. Serta mendatangkan bantuan tenaga medis yang handal dan profesional untuk
membantu agar wabah segera teratasi.

3. Membangun Sanitasi Yang Baik


Tidak dapat dipungkiri, bahwa sanitasi yang buruk juga menyumbang terjadinya wabah penyakit
menular. Pada masa eropa mengalami masa the dark age, warga eropa masih membuang hajat di
sungai-sungai sehingga pernah dalam sejarah terjadi wabah kolera di sana.

Syariah sangat concern terhadap kebersihan dan sanitasi seperti dibahas dalam hukum-hukum
thaharah. Kebijakan kesehatan Khilafah juga diarahkan bagi terciptanya lingkungan yang sehat
dan kondusif. Tata kota dan perencanaan ruang akan dilaksanakan dengan senantiasa
memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase, keasrian dsb. Hal itu sudah diisyaratkan dalam
berbagai hadits:

“Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, Maha Bersih dan mencintai
kebersihan. Maha Mulia dan mencintai kemuliaan. Karena itu bersihkanlah rumah dan halaman
kalian dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi” (HR. At Tirmidzi dan Abu Ya’la)

“Jauhilah tiga hal yang dilaknat, yaitu buang air dan kotoran di sumber/ saluran air, di pinggir
atau ditengah jalan dan di tempat berteduh” (HR. Abu Dawud).

Di samping itu juga ada larangan membangun rumah yang menghalani lubang masuk udara
rumah tetangga. Beberapa hadis di atas mengisyaratkan pengaturan pengelolaan sampah dan
limbah yang baik, tata kelola drainase dan sanitasi lingkungan yang memenuhi standar kesehatan
dan pengelolaan tata kota yang higienis, nyaman sekaligus asri.

4. Membangun Ide Karantina


Dalam sejarah, wabah penyakit menular sudah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Wabah
tersebut adalah kusta yang menular dan mematikan dan belum ada obatnya. Untuk mengatasi
wabah tersebut salah satu upaya Rasulullah adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi
terhadap penderita. Ketika itu Rasul memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para
penderita kusta tersebut.

Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah
wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut
dilaksanakan, Rasul membangun tembok di sekitar daerah wabah.

Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang
terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang
untuk keluar. Beliau bersabda:

“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah
tersebut. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian
meninggalkan tempat itu” (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits tersebut maka negara Khilafah akan menerapkan kebijakan karantina dan isolasi
khusus yang jauh dari pemukiman penduduk apabila terjadi wabah penyakit menular. Ketika
diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan
pantauan ketat. Selama isolasi, diberikan petugas medis yang mumpuni dan mampu memberikan
pengobatan yang tepat kepada penderita. Petugas isolasi diberikan pengamanan khusus agar
tidak ikut tertular.

Pemerintah pusat tetap memberikan pasokan bahan makanan kepada masyarakat yang terisolasi.
 
5. Islam Menginspirasi Negara Menciptakan Vaksin
Islam memasukan konsep Qadar sebagai salah satu yang harus diyakini. Allah telah tetapkan
terkait gen, mekanisme mutasi, dampak fisiologi sebuah virus tertentu. Dari situ, kita tahu
bagaimana mekanisme penyakit. Contohnya, identifikasi terhadap kuman Mycobacterium
sebagai penyebab TBC yang menyerang paru, dan kita bisa pelajari antibiotik untuk
mengobatinya dan juga mengenali mutasi kuman kuman Mycobacterium TB sehingga bisa
menjadi resisten. Ukuran-ukuran ini yang bisa dipelajari dan digunakan untuk memprediksi
resiko penyakit. Dan dari situ dapat diteliti obat/ vaksinasinya.

Umat Islam terdahulu mengembangkan ikhtiar baru mengatasi Pandemi, yakni vaksinasi. Cikal
bakal vaksinasi itu dari dokter-dokter muslim zaman Khilafah Utsmani, bahkan mungkin sudah
dirintis di jaman Abbasiyah.

Sebagai muslim kita harus waspada dan optimis sekaligus. Waspada, bahwa virus corona ini bisa
juga menyebar ke negeri-negeri muslim yang lambat mengantisipasi. Namun juga optimis bahwa
untuk setiap penyakit, Allah pasti juga menurunkan obatnya.

Negara akan mengintensifkan upaya menemukan vaksin Corona, lalu menawari Cina bantuan
mengatasi pandemi corona, baru kemudian memaksa Cina mengubah politiknya, dari yang tidak
pro Muslim, ke pro Muslim, contohnya kasus Uighur. Sekaligus agar Cina membuka pintu untuk
dakwah Islam yang seluas-luasnya.

Wallahu ‘alam Bisshawab

Anda mungkin juga menyukai