Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI 1

“PEMERIKSAAN RETIKULOSIT”

DI SUSUN OLEH:

NAMA :NURWINTA SYWWAL

NIM :19134530029

SEMESTER :3 (TIGA)

JURUSAN :DIII TLM

POLTEKKES KEMENKES TERNATE

TAHUN AJARAN

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitive sampai manusia,
dalam keadaan fisiologik darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan
fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier) ; mekanisme pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan mekanisme hemostasis darah. (Made, 2017)

Darah adalah suatu subtansi cair yang terus-menerus beredar berfungsi menyediakan nutrisi,
oksigen dan pertukaran racun pada tubuh. Darah sebagian besar terdiri atas cairan dengan berbagai
sel dan protein yang tersubstansi didalamnya sehingga darah lebih kental dan air murni. Sekitar dari
volume darah terdiri dari sel darah merah, yang membawa oksigen ke jaringan. (Nadila dkk, 2013)

Pemeriksaan hemetologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dipakai sebagai penunjang
diagnosis berkaitan dengan terapi dan prognosis. Untuk mendapatkan diagnosis tepat siperlukan
hasil yang teliti dan cepat. Dalam perkembangannya, berbagai tes laboratorik untuk diagnosis
mengalami perbaikan dan kemajuan dalam menunjang pelayanan kesehatan yang efisien, teliti dan
cepat, dimana salah satunya ialah tes laju endap darah. (Ni Wayan dkk, 2014)

Retikulosit adalah sel darah merah (SDM) yang masih muda yang tidak berinti dan berasal dari
proses pematangan normoblast di sumsum tulang. Retikulosit biasanya berada di darah selama 24
jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah5 . Hitung retikulosit pada pasien
tanpa anemia berkisar antara 1-2%. Jumlah ini penting karena dapat digunakan sebagai indikator
produktivitas dan aktivitas eritropoesis di sumsum tulang dan membantu untuk menentukan
klasifikasi anemia sebagai hiperproliferatif, normoproliferatif atau hipoproliferatif.

Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan untuk megetahui dan mengukur jumlah sel darah merah
muda dalam volume  darah tertentu.

B.     Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui dan mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu.

C. Prinsip
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi
cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan berfungsi
sebagai sarana transpor, alat homeostasis dan alat pertahanan. Darah dibagi menjadi dua bagian
yaitu sel darah dan cairan darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit) dan keping sel (trombosit). Cairan darah yang terpisah dari sel darah yaitu plasma atau
serum, (Dewi dkk, 2017)

Darah merupakan salah satu komponen paling penting yang ada dalam tubuh, mengingat fungsinya
sebagai alat transportasi. Kekurangan darah di dalam tubuh dapat memacu sejumlah penyakit
dimulai dari anemia, hipotensi, serangan jantung, dan beberapa penyakit lainnya. (Swastini D.A dkk,
2016)

Komponen darah manusia secara terinci terdiri atas:

1.      Sel-sel darah , meliputi:

a.     Eritrosit (sel darah merah)

b.    Leukosit (sel darah putih

c.     Trombosit (keeping darah)

Plasma darah, merupakan komponen cairan yang mejngandung berbagai nutrisi maupun subtansi
penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh manusia, antara lain protein albumin, globulin, factor-
faktor pembekuan darah, dan berbagai macam elektolit natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-),
magnesium (Mg+), hormone, dan sebagainya, (Novi, 2018)

Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum terdapat dua protein yaitu
albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum dikarenakan Antibodi golongan darah
merupakan protein globulin, yang bertanggung jawab sebagai kekebalan tubuh alamiah untuk
melawan antigen asing. Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral. Akan tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen). Dikarenakan serum
tidak diberi anti koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi benang – benang fibrin sehingga terjadi
pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini mengikat kalsium sebagai faktor pembekuan sehingga
fibrinogen tidak di ubah menjadi benang – benang fibrin. (Oktari Anita dkk, 2016)

Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah yang paling banyak dengan
tubuh manusia. fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dan mengangkut oksigen dan
mengantarkannya ke sel-sel tubuh. Hitung jumlah eritrosit merupakan salah satu parameter
hematologi yang ditentukan guna membantu menegakkan diagnosis, menunjang diagnosis,
membuat diagnosis banding, memantau perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit dan
menentukan prognosis. (Neni dkk, 2017)

Retikulosit adalah sel darah merah (SDM) yang masih muda yang tidak berinti dan berasal dari
proses pematangan normoblas di sum-sum tulang. Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik
yang terdiri dari RNA dan protoforpirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila dicat
dengan pengecatan biru metilin. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepid dan bertahan
kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit. (Ketut,
2010)

Retikulosit yang sangat muda (imatur) adalah retikulosit yang dilepaskan ke darah tepi akibat adanya
rangsangan akibat anemia dan hal ini disebut stressed reticulocyte. Retikulosit jenis ini mempunyai
masa hidup invivo yang lebih pendek apabila ditransfusikan kedalam resipien normal dan secara
umum dianggap sel ini tidak normal karena tidak melalui perkembangan sel yang normal sampai ke
divisi terminal dari perkembangan retikulosit. (Ketut, 2010)

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan,
sosial ekonomi, lingkungan dan status kesehatan. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi
oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah
karena menstruasi dan infeksi parasit cacing. Kekurangan zat besi menimbulkan gangguan atau
hambatan dalam pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh. Hingga saat ini pencegahan dan penanggulangan anemia yang telah dilakukan
ditujukan khususnya pada ibu hamil sedangkan pada remaja putri jarang diperhatikan. Anemia dapat
dicegah maka konsumsi makanan yang kaya zat besi perlu dilakukan dan juga diimbangi dengan
pemberian tablet zat besi (Fe). (Zefika dkk, 2019)

Pemeriksaan hitung retikulosit merupakan alat diagnostik penting, dimana retikulosit merupakan
refleksi peningkatan produksi eritrosit pada sumsum tulang. Hitung retikulosit digunakan untuk
menilai ketepatan reaksi sumsum tulang terhadap anemia. Retikulosit adalah eritrosit muda yang
telah kehilangan inti tetapi masih mengandung sejumlah besar ribosom dan RNA di dalam
sitoplasmanya  Retikulosit mengandung granula yang dapat dicat dengan Briliant Cresyl Blue (BCB),
lalu dibuat sediaan apus dan jumlah retikulosit dihitung dengan mikroskop. Ribosom RNA dapat
menyerap zat warna supravital (New Methylen Blue; Briliant Cresyl Blue) sehingga secara
mikroskopis di dalam sitoplasma tampak sebagai presipitat berwarna biru tua berjumlah dua atau
lebih yang berbentuk titik atau dot, filamen atau untaian granula. Retikulosit terdapat baik di
sumsum tulang maupun darah tepi. Pematangan di sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih
2-3 hari, sesudah itu dilepas ke darah tepi. Hitung retikulosit dalam persen menunjukkan jumlah
retikulosit terhitung per 1000 eritrosit dibagi 10. Nilai normal hitung retikulosit dewasa adalah 0,5 –
1,5 per 100 eritrosit atau 0,5 – 1,5% dan nilai normal hitung retikulosit bayi baru lahir adalah 2 – 6%.
Jumlah absolut retikulosit adalah 50 – 100 x 109/L. (Setyawati dkk, 2007)

Penurunan jumlah retikulosit terdapat pada anemia aplastik dan pada kondisi sumsum tulang tidak
memproduksi eritrosit. Peningkatan jumlah retikulosit terdapat pada anemia, penderita Anemia
Defisiensi Besi (ADB) yang mendapat terapi besi, talasemia, anemia sideroblastik, dan kehilangan
darah akut atau kronis. Penghitungan jumlah retikulosit seharusnya menggambarkan jumlah total
eritrosit tanpa memperhatikan konsentrasi eritrosit, tapi kenyataannya tidak demikian. Gambaran
produksi retikulosit yang sebenarnya didapatkan dengan mengoreksi hitung retikulosit. Cara yang
dipakai untuk melakukan koreksi terhadap hitung retikulosit adalah membagi hematokrit pasien
dengan hematokrit individu normal dikalikan dengan jumlah retikulosit dalam persen. Nilai ini
dikenal sebagai koreksi pertama atau persentasi retikulosit terkoreksi. (Setyawati dkk, 2007)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat

1.      Waktu

Adapun waktu dilakukannya praktikum pemeriksaan darah rutin yaitu:

Hari          : Selasa

Tanggal    : 28 April 2020

Waktu      :  10.00-12.00 WITA

2.      Tempat

Adapun tempat dilakukannya praktikum ini yaitu di Laboratorium Kimia DIV Teknologi Laboratorium
Medis Lantai 1 Gedung D Universitas Mega Rezky Makassar.

B.     Pra Analitik

Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus

Persiapan sampel : Sampel EDTA sebaiknya tes dilakukan selambatnya 2 jam

1.      Prinsip Kerja : Setelah eritrosit muda kehilangan intinya, ada sedikit sisa RNA pada sel darah
merah dan sel itu disebut retikulosit untuk mengetahui adanya RNA maka sel darah merah harus
diperiksa pada saat masih hidup (vital) sehingga proses pengecetan ini disebut pengecatan supravital

Alat dan Bahan

1.      Alat :

a.       Tabung reaksi

b.      Rak tabung

c.       Pipet tetes

d.      Objek glass

e.       Deck glass

f.       Tourniquet

2.      Bahan :

a.       Sampel darah EDTA

b.      Larutan BCB

c.       Spuit
d.      Tissue

e.       Kapas alkohol

C.    Prosedur Kerja

1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.      Dibersihkan area kulit yang akan dilakukan pengambilan darah dengan kapas alkohol

3.      Dipasang tourniquet 3-5 cm diatas area penusukan

4.      Dilakukan penusukan atau memasukkan jarum kedalam pembuluh darah vena

5.      Dimasukkan darah kedalam tabung EDTA dan homogenkan

6.      Dimasukkan latutan BCB sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi

7.      Dimasukkam sampel darah sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi

8.      Dihomogenkan

9.      Di inkubasi selama  15 menit

10.  Diambil sampel yang telah diinkubasi sebanyak 1 tetes menggunakan pipet tetes.

11.  Di teteskan pada objek glass

12.  Dibuat apusan dan keringkan

13.  Dibaca hasilnya dengan lapang pandang 100x

D.    Pasca Analitik

1.      Dewasa : 0.5 - 1.5 %

2.      Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %

3.        Bayi : 0.5 - 3.5 %

4.      Anak : 0.5 - 2.0 %


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil

      Pada praktikum Hematologi III dilakukan pemeriksaan retikulosit dilaboratorium kimia gedung D
Universitas Mega Rezky Makassar pada hari sabtu pukul 10.00-12.00 WITA.

B. Pembahasan

. Retikulosit adalah eritrosit muda yang telah kehilangan inti tetapi masih mengandung sejumlah
besar ribosom dan RNA di dalam sitoplasmanya  Retikulosit mengandung granula yang dapat dicat
dengan Briliant Cresyl Blue (BCB), lalu dibuat sediaan apus dan jumlah retikulosit dihitung dengan
mikroskop. Ribosom RNA dapat menyerap zat warna supravital (New Methylen Blue; Briliant Cresyl
Blue) sehingga secara mikroskopis di dalam sitoplasma tampak sebagai presipitat berwarna biru tua
berjumlah dua atau lebih yang berbentuk titik atau dot, filamen atau untaian granula.

Pemeriksaan hitung retikulosit merupakan alat diagnostik penting, dimana retikulosit merupakan
refleksi peningkatan produksi eritrosit pada sumsum tulang. Hitung retikulosit digunakan untuk
menilai ketepatan reaksi sumsum tulang terhadap anemia.

Adapun cara kerja atau prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan retikulosit yaitu pertama-tama
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian dibersihkan area kulit yang akan dilakukan
pengambilan darah dengan kapas alcohol setelah itu dipasang tourniquet 3-5 cm diatas area
penusukan lalu dilakukan penusukan atau memasukkan jarum kedalam pembuluh darah vena dan
dimasukkan darah kedalam tabung EDTA dan homogenkan kemudian dimasukkan latutan BCB
sebanyak 3 tetes kedalam tabung reaksi lalu dimasukkam sampel darah sebanyak 3 tetes kedalam
tabung reaksi setelah itu dihomogenkan dan di inkubasi selama  15 menit. Langkah selanjutnya
diambil sampel yang telah diinkubasi sebanyak 1 tetes menggunakan pipet tetes. kemudian teteskan
pada objek glass setelah itu dibuat apusan tipis dan keringkan, diteteskan oil emersi dan dibaca
hasilnya dengan lapang pandang 100x. Hasilnya yaitu ditemukan atau terdapat retikulosit dalam
darah.

Kesalahan yang dapat terjadi pada pemeriksaan retikulosit yaitu:

1.      Pembuatan apusan darah yang tidak baik, karena darah cepat menggumpal atau mongering
saat diteteskan pada kaca obyek.

2.      Apusan darah terlalu tebal sehingga mempenagaruhi sel.

3.      Waktu inkubasi campuran antara darah dan zat warna kurang lama

4.      Pewarna tidak disaring sehingga membentuk endapan pada eritrosit.


BAB V

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Retikulosit merupakan eritrosit muda yang tidak berinti dan berasal dari proses pematangan
normoblas di sumsum tulang. Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik yang terdiri dari RNA
(ribonucleic acid) dan protoforpirin yang dapat terwarnai biru dengan brilliant cresyl blue (BCB) atau
new methylene. Sisa RNA akan bertahan 1-2 hari setelah berada diluar sumsum tulang.

B.       Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya yaitu diharuskan agar praktikan memahami praktium yang
akan dilakukan dengan cara kerjanya. Praktikan harus mentaati peraturan dan selalu menggunakan
APD pada saat bekerja dilaboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta Made, 2017, Hematologi klinik ringkas, Jakarta, EGC.

D.A Swastini dkk, 2016, Pemeriksaan Golongan Darah Dan Rhesus Pelajar Kelas 5 dan 6 Sekolah
Dasar Didesa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar, Universitas Udayana Surabaya, Jurnal Udayana
Mangabdi, Vol.15, No.1

Febiyanti Nadila dkk, 2013, Perbandingan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan


Metode Sahli dan Autoanalyzer pada orang normal, Bandung, FKUKM.

Idris Sri Aprilianti, 2018, Gambaran Retikulosit Terhadap Pemberian Obat Anti Tuberculosis (OAT)
pada Pasien Tuberculosis Paru Di Puskesmas Perumnas Kadra Kota Kendari, Kendari, Mediatory.
Vol.6,No.1

Ivana Zefika Lutfi dkk, 2019, Perbedaan Jumlah Retikulosit Sebelum dan Sesudah Pemberian Tambah
Darah, Surakarta, Jurnal Biomedika. Vol.12, No.2

Khila Novi, 2018, Mengenali Sel-sel Darah dan Kelainan Darah. M Kiswari Rukman, 2014, Hematologi
& Transfusi, Erlangga.

Maharani Ratih Dewi dkk, 2017, Perbedaan hitung jumlah trombosit metode

impendansi langsung dan Barbara Brown, Semarang, FIKKUM.

Oktari Anita dkk, 2016, Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide Dengan Reagen
Serum Golongan Darah A, B, O, Bandung, Jurnal Teknologi Laboratorium, Vol.5,No.2

Oktiyani Neni dkk, 2017, Akurasi Hitung Jumlah Eritrosit Metode Manual dan Metode
Otomatis, Banjarmasin, MLTJ. Vol.3, No.2

Setyawati dkk, 2007, Hubungan Antara Indeks Produksi Retikulosit (IPR) dengan Red Blood Cell
Distribution Width (RDW) Pada Klasifikasi Anemia Berdasarkan Defek Fungsional, Yogyakarta Jurnal
Kedokteran Yarsi. Vol.16, No.1

Suega Ketut, 2010, Aplikasi Klinis Retikulosit, Rsup Sanglah, J peny Dalam. Vol.11, No.3

Sugari Ni Wayan dkk, 2014, Perbedaan Hasil Laju Endap Darah Metode Westergreen dengan
Automatik foller 20, Bali, Meditory. Vol. 2, No.1

Anda mungkin juga menyukai