Anda di halaman 1dari 5

VISI PRIBADI

Visi adalah

 ‘Gambaran’ tentang masa yang akan datang


 ‘Melihat jauh ke depan melampaui batas ruang dan waktu
 Kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan dan wawasan. (KBBI)
 Habakuk 2:1-3 (1Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan beridiri tegak di menara,
aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa
2
yang akan dijawabNya atas pengaduanku. Lalu Tuhan menjawab aku, demikian:
“Tuliskanlah penglihatan itu ukirlah pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat
membacanya. 3Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju
kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu
sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh)
 Amsal 29:18, Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang
berpegang pada hukum

Jika kita melihat defenisi visi diatas, maka dapat timbul pertanyaan adakah
orang/pribadi di dunia yang dapat mengetahui masa yang akan datang melampaui ruang
batas dan waktu? Tentu kita sepakat jawabannya TIDAK ADA. Hanya Allah sajalah
yang mengetahui semua itu. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa visi berasal dari
Allah.

Apa Visi Allah?

Kerinduan Allah hanya satu, yakni agar bumi penuh dengan kemualiaanNya

Bagaimana Allah mengerjakan kerinduan/ VisiNya?

Sejak permulaan bumi dan segala isinya diciptakan, Allah mempunyai kerinduan yakni
penuh dengan kemuliaanNya, oleh karena Allah menciptakan keseluruhannya dengan
sempurna/tidak ada cacat. Bahkan manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej 1: 27).
Gambar disini bukan bentuk wajah, postur atau yang bersifat fisik namun menandakan
karakterNya Allah sendiri. Ketika manusia pertama diciptakan Allah memberkati dan

Ditulis oleh Riston Batuara


Dalam rangka diskusi Pra-Alumni UKMKP tentang ‘Visi Pribadi’
Sabtu, 02 Oktober 2010.
memerintahkan untuk bertambah banyak, memenuhi bumi dan menguasianya. Ini adalah cara
Allah sendiri agar bumi penuh dengan kemuliaanNya melalui manusia yang diciptakan sesuai
gambar Allah.

Namun ketika manusia jatuh ke dalam dosa (Kej 3) Allah murka akan dosa dan mengusir
manusia dari taman Eden. Dosa membuat jarak antara manusia dengan Allah. Sehingga untuk
dapat berhubungan dengan Allah harus ada korban penebusan, dan tidak ada satu manusia pun
yang layak untuk itu dan korban penebusan itu dilakukan oleh Allah.

Setelah itu kejahatan manusia harus dihukum Allah dengan air bah (yang tinggal hanya
Nuh dan keluarganya). Pasca air bah manusia dengan akalnya sendiri membuat menara yang
tinggi karena trauma air bah dan tidak menyakini janji Allah bahwa tidak akan ada lagi air bah
(Kej 9:11). Untuk menggagalkan rencana manusia itu, Allah mengacaukan bahasa (Kej 11),
inilah awal dari beraneka ragam bahasa yang akhirnya menjadi rumpun/suku yang berbeda-beda.
Jadi bagaimana kerinduan Allah akan terjadi sedangkan manusia sudah beraneka macam, ragam
bahasa dan kelompok?

Setelah itu di Kej 12, Abram (Abraham) diutus Allah untuk pergi dan Allah menjanjikan
berkat dan oleh Abraham semua kaum akan mendapat berkat. Abraham diutus oleh Allah untuk
menjadi ‘berkat’ bagi semua kaum yang walaupun semua kaum itu jelas-jelas adalah manusia
yang telah mengingkari janji pemberkatan Allah untuk kesekian banyak kalinya. Inilah cara
Allah dalam menggenapkan kerinduan/visiNya. Demikian Allah senantiasa mengirim utusanNya
untuk dunia, bahkan Allah mengkhususkan satu kaum yakni Israel untuk menjadi bangsa pilihan
dengan maksud agar melalui bangsa Israel, Allah dapat dimuliakan oleh bangsa-bangsa yang
lain.

Sampai Allah yang melakukan sendiri pemberitaan itu melalui rupa Anak. Allah yang
telah berinkarnasi menjadi manusia, bahkan mati menjadi kurban penebusan sekali dan sampai
selama-lamanya dan bangkit menyatakan kemuliaanNya yang telah menyatakan kepada kita
sehingga kita percaya bahwa keselamatan hanya ada dalam Yesus Kristus, Inilah cara Allah
untuk memulihkan hubungan dengan manusia yang telah dihalangi oleh dosa. Allah melakukan
ini karena kerinduanNya akan dunia dipenuhi oleh kemuliaanNya. Sebelum naik ke surga, Yesus

Ditulis oleh Riston Batuara


Dalam rangka diskusi Pra-Alumni UKMKP tentang ‘Visi Pribadi’
Sabtu, 02 Oktober 2010.
memberikan perintah kepada murid-murid agar pergi menjadi saksi Kristus kepada semua
bangsa (Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ujung-ujung bumi).

Sesuai dengan wahyu yang dilihat oleh Yohanes dipembuangan di pulau patmos, dalam
Wahyu 7:9-10 (Kemudian dari pada itu aku melihat; sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak. Domba memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: “Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba”). Sangat jelas
memperlihatkan bahwa pada akhirnya semua bangsa, suku, kaum, dan bahasa akan menyembah
dan memuliakan Allah. Inilah final/akhir dari visi Allah sendiri.

Bagaimana dengan kita?

Apa yang menjadi visi kita? Sebagai orang percaya visi kita seharusnya adalah visiNya
Allah sendiri. Paulus menuliskan dalam suratnya ke jemaat Galatia dalan Gal 2:20 (Namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang yang hidup di dalam
aku. dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak
Kristus, seharusnyalah kita mengerjakan apa yang menjadi kerinduan/visiNya Allah sendiri.

Namun manusia adalah manusia yang terbatas, jika secara pribadi kita melakukan semua
yang menjadi rencana Allah sungguh sangat mustahil. Sehingga setiap orang percaya perlu
menggumulkan dengan baik apa yang menjadi perannya dalam mengerjaan kerinduan Allah.
Peran inilah yang sering kita sebut dengan ‘Visi Pribadi’. Jadi visi pribadi adalah apa yang
menjadi peran kita sebagai orang percaya untuk mengerjakan kerinduan/visiNya Allah tersebut.
Jadi visi pribadi tidak dibatasi sekedar oleh profesi, tempat, keudukan/jabatan. Mungkin saja
peran yang sedang kita geluti menjadi peran kita, namun tidak hanya sekedar mengerjakan
profesi dengan baik (bukan berarti mengerjakan profesi bisa asal-asalan), namun yang terpenting
adalah bagaiamana Allah dipermuliakan dengan profesi, tempat atau kedudukan kita.

Bagaimana mengetahui visi pribadi?

 Karena visi berasal dari Allah, maka yang harus kita lakukan adalah bergumul dan
meminta agar Allah yang membukakan rencanaNya kepada kita. (Ilustrasi kertas: Apakah

Ditulis oleh Riston Batuara


Dalam rangka diskusi Pra-Alumni UKMKP tentang ‘Visi Pribadi’
Sabtu, 02 Oktober 2010.
kita lebih sering membuat proposal yang sudah tertulis sederetan banyak permitaan-
permintaan seperti bon belanjaan untuk disediakan oleh Allah. Berbaliklah dan coba
memberika kertas kosong dan mintalah Tuhan menuliskan rencana dan kehendakNya
bagi kita sehingga kita dapat membaca dan mengerjakannya bersama Dia). Sering kali
ambisi akan menghalangi kita melihat rencana Allah).
 KENALI DIRI: Allah tidak mengirim kita pada suatu ‘pertempuran’ jika kita tidak akan
menang. Tetapi sebelum ‘bertempur’ kita harus melihat diri kita, apa talenta dan potensi
yang Tuhan berikan untuk kita, bagaimana cara memaksimalkan talenta itu. Bahkan apa
yang perlu kita minta agar kita lebih maksimal mengerjakannya kepada Tuhan. Seperti
Salomo di awal kepemimpinannya dia mengetahui kondisinya dan kondisi bangsa yang
harus dia pimpin dan dia meminta hikmat dan kebijaksaan dari Tuhan.
Sebagai contoh: Ketika seorang sarjana pendidikan berada dalam pelayanan komunitas
bukan berarti potensinya sebagai guru akan dia pendam dan akan memikirkan
pengembangan komunitas saja, namun potensi sebagai guru adalah suatu cara masuk
dalam pengembangan komunitas tersebut.
 Berani mencoba dan berbagi dengan orang percaya lainnya (pembina rohani, rekan
pelayanan, bahkan secara khusus orang yang menggumulkan dan sedang mengerjakan
hal yang sama). Orang yang melihat peran dalam dunia pendidikan diskusi/share dengan
orang yang sudah mengerjakannya. demikian juga peran yang lain.
 Selamat mengerjakan peran kita masing-masing sampai bumi penuh kemuliaan Tuhan.

3 langkah/Proses dalam Visi

1. Motivasi : menangkap visi, biasanya ada stimulus dari luar


2. Integrasi : meniiwai visi, sudah melekat dalam hati
3. Spesialisasi : menghidupi visi, melakukan dan mengerjakannya.

NB: Pastikan bahwa langkah 2 tidak terlewati, karena bila langsung lompat ke Spesialiasi tanpa
Integrasi ketika menghadapi tantangan (pasti aka nada), kita tidak akan kuat karena visi itu

Ditulis oleh Riston Batuara


Dalam rangka diskusi Pra-Alumni UKMKP tentang ‘Visi Pribadi’
Sabtu, 02 Oktober 2010.
belum melekat dalam hati. Tetapi kalau visi itu sudah melekat kita akan berani menghadap
tantangan

Ditulis oleh Riston Batuara


Dalam rangka diskusi Pra-Alumni UKMKP tentang ‘Visi Pribadi’
Sabtu, 02 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai