Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal

Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

EFEK PELATIHAN SENAM LANSIA DAN LATIHAN JALAN TANDEM


DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR SUMATRA
BARAT
Irhas Syah*, Susy Purnawati**, Sugijanto***

*Fisiologi Olahraga, Universitas Udayana Denpasar Bali


** Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana,Denpasar Bali
***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

ABSTRAK
Lansia mengalami penurunan keseimbangan postural akibat tulang kehilangan densitas atau
cairan, penurunan kekuatan otot dan stamina menurun menimbulkan gangguan berjalan,
mempertahankan posisi postural sehingga meningkatkan resiko jatuh lansia.Tujuan penelitian ini
untuk melihat pengaruh kombinasi senam lansia dan latihan jalan tandem terhadap peningkatan
keseimbangan tubuh lansia. Penelitian ini adalah studi experiment dengan rancangan pre test and post
test group design. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kawasan Sumatera Barat pada
bulan April – Mei 2016. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan random sampling dan besar
sampel ditentukan dengan rumus rumus pocock yaitu sejumlah 34 lansia dari 70 Lansia yang dibagi
dua untuk kelompok kontrol dan perlakukan setelah dilakukan seleksi inklusi dan eksklusi.Kelompok
kontrol diberikan senam lansia dan kelompok perlakuan diberikan kombinasi senam lansia dan
latihan jalan tandem sejauh 4 m sebanyak 5 kali bolak balik. Intervensi dilakukan empat minggu
dengan interval 3 kali seminggu.Alat Ukur yang diggunakan adalah Berg Balance Scale. Hasil
penelitian di dapatkan dari 34 lansia terdiri dari 25 pria (73,5%) dan 9 wanita (26,5%), rerata usia
lansia adalah 69,3 tahun pada kelompok perlakuan, dan 67,7 tahun pada kelompok kontrol serta rerata
IMT pada kelompok perlakuan 22,3 dan kelompok kontrol 23,7. Analisis bivariate membuktikan
bahwa kombinasi senam lansia dan latihan jalan tandem lebih baik terhadap peningkatan
keseimbangan pada lansia yaitu dengan beda mean 6,23 dibandingkan pada kelompok kontrol hanya
2,41. Analisis keseimbangan lansia setelah intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dengan uji independent test didapatkan p value 0,015 (p< 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
adanya efek kombinasi senam lansia dan latihan jalan tandem dalam meningkatkan keseimbangan
tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatra Barat

Kata kunci : Senam Lansia, Jalan Tandem, Keseimbangan

THE EFFECT OF COMBINATION OF ELDERLY GYMNASTICS AND


TANDEM STANCE EXERCISE TO INCREASE ELDERLY BALANCE AT
PANTI SOSIAL TRESNA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR WEST
SUMATRA

ABSTRACT
Poor postural balance is common condition due to bone loss or fluid density, decrease in
muscle strength and stamina causing trouble walking, maintain postural positions thus increasing the
risk of the elderly falling. The purpose of this study to see the effect of the combination of gymnastics
elderly and tandem walking exercise to increase body balance the elderly. This research is
experimental study design with pre-test and post-test group design. Research carried out in social
homes tresna werdha Western Sumatra region in April-May 2016. Sampling was conducted using
8
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

random sampling and sample size is determined by the Pocock. Totally there were 34 elderly from
70 elderly were divided into two groups for the control group and intervention group after selection
with inclusion and exclusion. The Control group was given gymnastics elderly and the treatment
group received a combination of gymnastics elderly and tandem walking exercise 5 times with length
4 meters. The Interventions were carried out in four weeks with intervals of 3 times a week.
Measuring of balance was using Berg Balance Scale. The results of the research were on getting from
34 elderly consisted of 25 men (73.5%) and 9 females (26.5%), mean age was 69.3 years old in the
treatment group and 67.7 years in the control group and the mean IMT in the treatment group and the
control group was 23.7 and 22.3kg/m2. The statistical analysis with independen t test proves that the
combination of gymnastics elderly and tandem walking exercise is better to increase the balance in
the elderly, with a mean difference of balance was 6.23 compared with control group just 2.41. And
statistical analysis of the balance of the elderly after the intervention in the treatment group and the
control group with independent test t test was obtained p value of 0.015 (p <0.05). It could be
condution thateffect of combination of elderly gymnastics and tandem stance exercise to increase
elderly balance at panti sosial tresna kasih sayang ibu batusangkar west Sumatra

Key Word : Elderly Gymnastics, T

jiwa (BPS 2010). Dari data RisKesDas tahun


PENDAHULUAN 2013 Prevalensi cidera atau jatuh pada lansia
Perubahan fisik yang terjadi pada umur 55 – 64 sebesar 49,4% lansia umur 66 –
lansia salah satunya adalah sistem 74 sebesar 67,1% dan lansia umur di atas 75
muskuloskeletal.Tulang kehilangan sebesar 78,2%. Dengan demikian semakin
densitas(cairan) dan semakin rapuh, kekuatan bertambahnya usia harapan hidup pada lansia
dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, juga akan meningkatkan resiko jatuh karena
gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan gangguan keseimbangan.
mengalami skeleosis, atrofi serabutotot, Keseimbangan adalah kemampuan
serabut otot mengecil sehingga gerakan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
menjadi lamban, otot kram, dan ketika di tempatkan di berbagai posisi3. Jika
menjaditremor, aliran darah ke otot berkurang keseimbangan tubuh lansia tidak dikontrol,
sejalan dengan proses menua.1 maka akan dapat menimbulkan masalah besar
Semua perubahan tersebut dapat pada kualitas hidup lansia, seperti hilangnya
mengakibatkan kelambanan dalam gerak, rasa percaya diri dalam beraktivitas karena
langkah kaki yangpendek, kekuatan otot adanya rasa takut akan jatuh, patah tulang,
menurun terutama ekstremitas bawah2. Kaki cedera kepala serta kecelakaan lainnya akibat
tidak dapat menapak dengan kuat dan kecenderungan jatuh4. Kejadian jatuh sebagai
cenderung mudah goyah, lansia dampak langsung dari gangguan
menjadilambat mengantisipasi bila terjadi keseimbangan dapat diminimalisasi dengan
gangguan terpeleset, tersandung, mengenal faktor resiko gangguan
mengalamigangguan keseimbangan dan keseimbangan. Faktor tersebut terdiri dari usia,
akhirnya berisiko jatuh. aktivitas fisik, gangguan psikologis,
Hasil Sensus Penduduk 2010 penggunaan obat-obatan tertentu dan penyakit
menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia kardiovaskuler seperti penyakit jantung dan
Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat hipotensi ortostatik5.
sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak Penurunan keseimbangan postural
14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah akibat penurunan kekuatan otot dapat
penduduk lansia di Indonesia akan terus ditingkatkan dengan melakukan latihan fisik
bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun, yang berguna untuk menjaga agar fungsi otot
maka pada 2025 jumlah penduduk lansia di dan postur tubuh tetap baik6. Salah satu
Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta olahraga yang direkomendasikan untuk
9
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

peningkatan keseimbangan postural lansia permainan-permainan untuk meningkatkan


adalah latihan Balance Exercise7.Tetapi koordinasi keseimbangan dan kelenturan6
sampai saat ini pengaruh balance exercise Jalan Tandem (Tandem Stance)
terhadap keseimbangan postural lansia masih merupakan suatu tes dan juga latihan yang
perlu penjelasan. Selain itu langkah yang dapat dilakukan dengan cara berjalan dalam satu
dilakukan agar para lansia dapat menikmati garis lurus dalam posisi tumit kaki menyentuh
usia tua nya dan mengatasi terjadinya jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter, latihan
penurunan keseimbangan dan kelemahan otot ini dapat meningkatkan keseimbangan postural
adalah dengan melakukan upaya peningkatan bagian lateral, yang berperan dalam
kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat mengurangi resiko jatuh pada lansia.
dilakukan dengan olahraga ataupun senam Merupakan salah satu dari jenis latihan
lansia. keseimbangan (balance exercise) yang
Depkes RI memperkenalkan senam melibatkan proprioseptif terhadap kestabilan
lansia untuk diterapkan bertujuan untuk tubuh10.
memperkuat otot yang lemah, memperbaiki Berdasarkan data lansia di PSTW
persendian yang kaku. Keadaan otot yang Batusangkar terdapat 70 orang lansia dengan
lemah dan persendian yang kaku merupakan berbagai rentang usia dan permasalahan
keluhan atau ciri dari usia lanjut, tetapi usia penyakit akut dan kronis. Dari studi
lanjut memerlukan olah raga yang teratur, pendahuluan melalui observasi dan wawancara
tidak berat, serta mudah dikuasai dan sesuai didapatkan dari 10 orang lansia yang ditemui,
dengan kondisi serta kemampuannya8. semuanya mengalami gangguan
Senam lansia sendiri adalah keseimbangan dan 3 di antaranya pernah
serangkaian gerak nada yang teratur dan mengalami jatuh. Hal ini melatar belakangi
terarah serta terencana yang diikuti oleh orang peneliti untuk melakukan penelitian tentang
lansia yang dilakukan dengan maksud me- “Pengaruh kombinasi senam lansia dan latihan
ningkatkan kemampuan fung- jalan tandem terhadap peningkatan
sional.Penerapan latihan fisik melalui keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial
aktifitasolahraga berupa Senam Sehat Tresna Kasih Sayang Ibu Batusangkar
Indonesia bagi lansia akan membantu menjaga Sumatra Barat Tahun”.
serta mem-biasakan otot dan sendi agar tetap Rumusan masalah penelitian sebagai
bergerak, karena dengan bergerak secara tidak berikut : Adakah pengaruh kombinasi senam
langsung akan menjaga otot dan sendi agar lansia dan latihan jalan tandem terhadap
tidak mengalami penurunan fungsi yang akan peningkatan keseimbangan tubuh lansia di
berdampak pada penurunan kemampuannya Panti Sosial Tresna Kasih Sayang Ibu
dalam menunjang mobilitas lansia. Senam Batusangkar Sumatra Barat?. Tujuan
lansia terdiri dari berbagai macam gerakan, penelitian ini adalah untuk menganalisis
tidak hanya terfokus pada satu gerakan saja, pengaruh kombinasi senam lansia dan
hal ini membuat seluruh fungsi tubuh lansia latihanjalan tandem terhadap peningkatan
menjadi terlatih dan secara tidak langsung keseimbangan tubuh lansiadi Panti Sosial
akan menjaga fungsi tubuhnya agar dapat Tresna Kasih Sayang Ibu Batusangkar
bekerja secara maksimal. Menurut penelitian Sumatra Barat. Adapun manfaatnya adalah :
yang dilakukan Sumantarsih9, senam lansia (1). Melalui penelitian ini diharapkan mampu
dapat meningkatkan kekuatan otot dan daya mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
tahan otot. fisioterapi pada lansia, (2). Sebagai bahan
Meskipun senam lansia memberikan masukan dalam meningkatkan informasi untuk
banyak manfaat bagi tubuh lansia, akan tetapi program fisioterapi, khususnya dalam fisiologi
pelatihan senam lansia saja tidak cukup karena olah raga, (3).Berguna untuk menambah
menurut Budiharjo fokusnya utama pada pengetahuan, pengalaman dan kesempatan
kekuatan tulang, melibatkan otot-otot besar mempelajari metode latihan dalam
sehingga latihannya ditambah beberapa bentuk meningkatkan keseimbangan tubuh lansia.

10
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

METODE PENELITIAN sample t-test. Uji analisis komparatif


A. Ruang Lingkup Penelitian digunakan untuk menguji hipotesis statistik
Penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan taraf signifikansi 95% (nilai p< 0,05).
bulan April – Mei 2016 bertempat di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera HASIL PENELITIAN
Barat. Penelitian ini adalah studiexperiment a. Karakteristik Sampel
dengan rancangan pre test and post test group Tabel 1.Analisis Subjek Penelitian
design. Penelitian ini dilakukan untuk melihat berdasarkan Usia dan IMT
kombinasi pelatihan senam lansia dan jalan Variabel Kelompok Rerata Min
tandem lebih efektif dalam meningkatkan ± SB Max
keseimbangan pada lansia.Alat Ukur yang Usia Perlakuan 69,3 ± 62-74
diggunakan adalah Berg Balance Scale. (tahun) 3,4
B. Populasi dan sampel Kontrol 67,7 ± 62-74
Pengambilan sampel dilakukan 3,4
menggunakan random sampling dan besar IMT Perlakuan 22,3 ± 17,4 -
sampel ditentukan dengan rumus rumus 2,3 27,5
pocock yaitu sejumlah 34 lansia dari 70 Lansia Kontrol 23,7 ± 18,1-
yang dibagi dua untuk kelompok kontrol dan 2,5 27,8
perlakukan setelah dilakukan seleksi inklusi
dan eksklusi.Kelompok kontrol diberikan Pada Tabel 1 didapatkan bahwa rerata
senam lansia, Kelompok perlakuan diberikan usia pada Kelompok Perlakuan adalah 69,3
kombinasi senam lansia dan latihan jalan tahun dengan standar deviasi 3,4 dan usia
tandem sejauh 4 m sebanyak 5 kali bolak paling muda 62 tahun serta usia paling tua
balik.Intervensi dilakukan empat minggu adalah 74 tahun. Sedangkan rerata usia pada
dengan interval 3 kali seminggu. Kelompok Kontrol adalah 67,7 dengan standar
C. Cara Pengumpulan Data deviasi 3,4 dengan usia termuda 62 tahun dan
Sebelum diberikan pelatihan senam lansia dan usia paling tua adalah 74 tahun. Pada Tabel 5.1
jalan tandem, baik pada kelompok kontrol atau didapatkan juga bahwa rerata IMT pada
kelompok perlakuan, dilakukan terlebih Kelompok Perlakuan 22,3 dengan standar
dahulu wawancara singkat dan pengukuran deviasi 2,3 dengan rentang 17,4 dan 27,5.
keseimbangan dengan Berg BalanceScore. Sedangkan pada Kelompok Kontrol
Setelah itu nilai keseimbangan akan dilakukan didapatkan rerata IMT sedikit lebih tinggi
pengecekkan lagi setelah 1 minggu diberikan yaitu 23,7 dengan standar deviasi 2,5 dengan
perlakuan. rentang 18,1 dan 27,8.
D. Analisis Data b. Distribusi frekuensi responden
1. Uji Deskriptif berdasarkan jenis kelamin
Untuk memaparkan karakteristik sampel
berdasarkan usia, jenis kelamin dan IMT Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden
2. Uji normalitas Berdasarkan Kelamin
Menggunakan uji Shapiro Wilk untuk Perlkuan Kntrl
mengetahui data berdistribusi normal (p>0,05) Variabel Katagori
n % n %
atau tidak berdistribusi normal (p<0,05), Pria 1 76 1 71
3. Uji Homogenitas Jenis 3 2
Pengujian homogenitas meng-gunakan Kelamin Wanita 4 24 5 29
uji Levene’s test untuk mengetahui apakah
1 100 1 100
sampel sebelum penelitian homogen (p>0,05) Total
7 7
atau sampel tidak homogen (p<0,05).
4. Uji Komparabilitas dan Uji Beda
Pada Tabel 2 didapatkan bahwa sebagian
Persyaratan analisis menunjukkan data
besar responden pada Kelompok Kontrol dan
berdistribusi normal maka digunakan uji
Kelompok Perlakuan adalah berjenis kelamin
paired sample t-test dan uji independent
11
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

pria dengan persentasi 76,5% (13 orang) dan Pada Tabel 4 didapatkan bahwa usia dan
70,6% (12 orang). keseimbangan tubuh sesudah perlakuan
berdistribusi normal dengan pvalue> 0,05.

c. Data Keseimbangan pada Kelompok e. Uji Homogenitas


Perlakuan dan Kelompok Kontrol Tabel 5.Uji Homogenitas Diuji Dengan
Levene’s Test
Tabel 3. Data skor keseimbangan tubuh
Kelompok Perlakuan dan Kontrol Kelomp Rerata pvalu
Variabel
Rerata Min- ok ± SB e
Variabel
± SB Max Keseimb Prlkuan 40,5 ± 0.302
angan 3,9
Perlakuan Sebelum 40,5 ± 30- Kntrl 40,3 ±
3,9 44 4,3
Sesudah 46,8 ± 37-
4,5 52 Tabel 5 menunjukkan keseimbangan
Kontrol Sebelum 40,3 ± 31- lansia hampir sama antara Kelompok
4,3 44 Perlakuan dan Kelompok Kontrol. Rerata
Sesudah 42,7 ± 34- keseimbangan lansia sebelum pada Kelompok
4,7 49 Perlakuan sebesar 40,5 ± 3,9 dan rerata
keseimbangan lansia pada Kelompok Kontrol
Pada Tabel 3 didapatkan rerata skor sebesar 40,3 ± 4,3. Analisis perbedaan
keseimbangan tubuh sebelum intervensi pada sebelum menunjukkan bahwa tidak ada
Kelompok Perlakuan 40,5 dengan standar perbedaan rerata keseimbangan yang
deviasi 3,9 dan skor minimum adalah 30 serta bermakna antara Kelompok Perlakuan dan
skor maksimal adalah 44. Skor keseimbangan Kelompok Kontrol p>0,05
tubuh lansia Kelompok Perlakuan setelah f. Hasil Analisis Keseimbangan Sebelum
intervensi mengalami kenaikan menjadi 46,8 dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok
dengan standar deviasi 4,5 dan skor minimum Perlakuan dan Kelompok Kontrol
37 serta skor maksimal adalah 52. Pada
Kelompok Kontrol rerata skor keseimbangan Tabel 6.Perbandingan Keseimbangan Tubuh
tubuh juga mengalami kenaikan dari 40,3 Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan
dengan standar deviasi 4,3 dan skor minimum dengan uji Wilcoxon Test (n=17)
31 serta skor maksimal adalah 44 menjadi 42,7 Pengukura Rerata ±
MD pvalue
dengan standar deviasi 4,7 dan skor maksimal n SB
44 serta skor minimum 34. Perlakuan
d. Uji Normalitas 0,000
Jumlah data yang dianalisis ˂ 30 maka Sebelum 40,5 ± 3,9
6,23
uji normalitas dalam penelitian ini Sesudah 46,8 ± 4,5
menggunakan Shapiro-Wilk test. Control
0,000
Tabel 4.Uji Normalitas Diuji dengan Sebelum 40,3 ± 4,3
2,41
Shapiro-Wilk Test Sesudah 42,7 ± 4,7
p Value p Value
Pengukura
Kelompo Kelompok Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada
n
k Kontrol Perlakuan Kelompok Perlakuan terdapat peningkatan
Sebelum 0,04 0,05 rerata skor keseimbangan lansia sebesar 6,3.
Sesudah 0,119 0,215 Dengan uji statistic wilcoxon testdidapatkan
perbedaaan bermakna antara rerata
keseimbangan sebelum dan sesudah intervensi
dengan p = 0,000 (p< 0,05). Sedangkan pada
12
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

Kelompok Kontrol ditemukan kenaikan di otak berpengarh terhadap stabilitas tubuh


keseimbangan sebesar 2,4. Dengan uji statistik pada komponen saraf motorik yaitu pada
wilcoxon test ditemukan perbedaan sistem reflex motorik12.Lansia juga dapat
keseimbangan bermakna anatara skor mengalami hilangnya sensasi dan propioseptif
keseimbangan sebelum dan sesudah serta pengolahan informasi yang mengatur
pemberian senam lansia dengan nilai p = 0,000 pergerakan tubuh dan posisi12.
(p< 0,05). Perubahan sistim musculoskeletal
g. Hasil Analisis Keseimbangan Tubuh lansia adalah berkurangnya massa, kekuatan
Lansia Sesudah Intervensi Pada dan kelentuan otot, massa serta kekuatan
Kelompok Kontrol dan Kelompok tulang di samping itu juga terjadi sensasi
Perlakuan vibrasi pada ekstermitas bawah, keseluruhan
proses ini menyebabkan ketidakseimbangan
Tabel7.Uji Beda Keseimbangan Tubuh Lansia pada posisi tegak12,13
Sesudah Intervensi Pada Kelompok Perlakuan Banyak lansia tidak mengetahuinya
Dan Kelompok Kontrol dengan Uji sedari awal sehingga resiko jatuh banyak
Independent-t Test menjadi ancaman, perlunya edukasi dini untuk
mengusahakan agar lansia mengerti sedini
Kelompok Rerata MD pvalue mungkin yang diikuti latihan keseimbangan
± SB dari pre lansia sehingga lansia terbiasa melatih
Perlakuan 46,8 ± 4,06 0,015 otot-otot untuk lebih peduli agar dikemudian
4,5 hari resiko jatuh pada lansia akibat ketidak
Kontrol 42,7 ± seimbangan ini tidak lagi menjadi ancaman
4,7 yang besar pada lansia.
Pada Penelitian ini didapatkan jenis
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rerata kelamin laki-laki lebih banyak dari pada jenis
skor keseimbangan lansia sesudah intervensi kelamin perempuan.Hasil ini berbeda dengan
pada Kelompok Perlakuan dengan uji penelitian yang dilakukan oleh Achmanagara
independen-t test dan Kelompok Kontrol yang mendapati responden perempuan lebih
berbeda bermakna, nilai p = 0,015 (p <0,05). banyak dibanding laki-laki serta mendapati
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan
PEMBAHASAN keseimbangan5.
Rerata usia responden di kelompok Dari analisis penelitian ini
kontrol maupun di kelompok intervensi yaitu mendapatkan bahwa rata-rata IMT responden
lansia muda (60-70 tahun). Rerata Usia pada dalam rentang normal.Penelitian-peneliitian
penelitian ini serupa dengan rerata usia subjek menyebutkan status nutrisi mempunyai
penelitian pada studi yang dilakukan oleh korelasi dengan keseimbangan tubuh.
Achmanagara dan5. Penelitian Achmanagara Penelitian Cordeiro, et al, dan Reinsberg, et al
menemukan adanya hubungan bermakna mendapatkan bahwa status nutrisi mempunyai
usiadengan keseimbangan5. National Health hubungan yang sangat kuat dengan
and Nutrition Examination Survey di Amerika keseimbangan14,15. Status nutrisi yang buruk
menjelaskan bahwa 69% responden berusia menyebabkan berkurangnya mobilisasi
70-79 tahun dan 85% responden yang berusia sehingga ini selanjutnya akan menyebabkan
80 tahun ke atas mengalami gangguan berkurangnya kekuatan otot16. Nutrisi
keseimbangan11. dibutuhkan untuk menghasilkan energi, bila
Proses menua dapat menyebabkan status nutrisi kurang baik dapat berpengaruh
kemunduran dari sistim-sistim tubuh yang dalam kekurangan kebutuhan energi pada
terjadi secara fisiologis. Perubahan fisiologis tulang, otot dan sendi, lambat laun akan
tersebut yang berhubngan dengan menyebabkan gangguan pada keseimbangan17.
ketidakseimbangan adalah perubahan fungsi
neurologis, sensoris dan
musculoskeletal.Perubahan sistim neurologis
13
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

Pengaruh kombinasi senam lansia dan yang terkena. Gerakan-gerakan korektif kecil
latihan jalan tandem terhadap merupakan hal yang normal, itu menunjukkan
Keseimbangan lansia bahwa seseorang dapat merasakan input
Senam lansia saja tidak cukup untuk proprioseptif yang diterima 10.
meningkatkan keseimbangan pada lansia, Latihan proprioseptif melibatkan
dibutuhkan juga kombinasi-kombinasi latihan gerakan lambat dalam setiap perpindahan
lainnya untuk lebih mengoptimalkan gerak dan posisi sehingga nuclei subcortical
keseimbangan lansia misalkan jalan tandem, dan basal ganglia untuk menganalisis sensasi
senam thai, swiss ball, dan lainnya.Hasil posisi dan mengirimkan umpan balik berupa
penelitian yang didapatkan pada penelitian ini kontraksi otot yang diharapkan.Selanjutnya
adalah terdapat perbedaan yang bermakna latihan ini diadaptasi sebagai stabilitas
keseimbangan lansia sebelum dan sesudah fungsional yang baru.Lansia yang mengalami
baik pada Kelompok Kontrol maupun penurunan aktivitas motorik dibantu untuk
Kelompok Perlakuan.Hasil ini sejalan dengan meningkatkan keseimbangan dengan
penelitian yang dilakukan Munawwarah dan meningkatkan respon proprioseptif yang dapat
Nindya yang mendapatkan jalan tandem meningkatkan stabilitas sendi.
berpengaruh secara signifikan dalam Berdasarkan penelitian yang dilakukan
meningkatkan keseimbangan lansia18. oleh Gaur, menyimpulkan bahwa latihan
Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa proprioseptif dengan walking exercise lebih
adanya peningkatan secara bertahap pada efektif dibandingkan dengan latihan kestabilan
kelompok perlakuan sehingga terlihat bahwa menggunakan Swiss ball19. Dalam penelitian
zona latihan sudah tercapai, otot-otot dan Batson G menyimpulkan bahwa latihan
sistem propioseptif lebih siap untuk proprioseptif pada penari-penari menggunakan
mendapatkan intervensi sehingga lebih rangsangan sensorik dan jalan tandem lebih
signifikan efeknya terhadap keseimbangan efektif meningkatkan motor control, motor
lansia. planning, dan postural stability pada penari
Latihan keseimbangan adalah latihan yang berdampak akurasi posisi dan
yang mengupayakan agar terciptanya keseimbangan ketika menari10.
keseimbangan postural dan bagian lateral Sistem somatosensoris terdiri dari
dengan melibatkan proprioseptif10.Latihan taktil atau proprioseptif serta persepsi-
jalantandem melatih posisi tubuh, koordinasi kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke
otot dan gerakan tubuh. Keseimbangan otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistim Sebagian besar masukan (input) proprioseptif
informasi sensoris yang meliputi visual, menuju serebelum, tetapi ada pula yang
vestibular, somatosensoris, respon otot menuju ke korteks serebri melalui lemniskus
postural yang sinergis, kekuatan otot, lingkup medialis dan thalamus. Kesadaran akan posisi
gerak sendi dan sistim adaptif. Latihan jalan berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
tandem ini melatih secara visual dengan bergantung pada impuls yang datang dari alat
melihat ke depan serta memperluas arah indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra
pandangan agar memperluas arah pandangan tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
untuk dapat berjalan lurus. Latihan jalan beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum.
tandem juga mengaktifkan somatosensoris dan Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di
vestibular (proprioceptive) yang kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di
mempertahankan posisi tubuh tetap tegak korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh
selama berjalan, serta melakukan pola jalan dalam ruang20.
yang benar10. Jalan Tandem juga memberikan
Jalan tandem dilihat dari gerakan kaki pengaruh pada hubungan berjalan secara M/L
dan dimana letak tekanan pada area telapak (Medial/Lateral), mengontrol ankle,
kaki dan cara bergerak maju. Dalam gangguan mekanisme investor/everstor, otot-otot
cerebellar atau kelemahan vestibular dapat dominan load/unload dari hip abduksi dan
menghasilkan gerakan yang condong kesisi adduksi, sedanngkan pada kondisi AP, jalan
14
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

tandem akan meningkatkan hip ekstensor dan SARAN


flexor sehingga dapat melatih sensorik dan 1. Pada penelitian berikutnya untuk
motorik untuk mempertahankan melakukan penelitian di posyandu
keseimbangan secara neuro control posyandu lansia atau penelitian
perspektif21. multicenter sehingga keseimbangan
Senam lansia adalah sebuah aktvitas lansia dapat ditingkatkan dengan berbagai
fisik yang mempunyai ritme, pada senam cara yang lebih efektif dan efesien.
lansia senam dapat dilakukan untuk 2. Melakukan random sampling untuk
meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi pemilihan subjek penelitian sehingga
fisik lansia sehingga dapat meningkatkan dengan beragamnya sample akan
kekuatan otot, daya tahan, kecepatan, memperlihatkan fenomena baru penelitian
keterampilan dan kelenturan sendi.Komponen keseimbangan
keseimbangan yang dilatih dengan senam 3. Lebih disosialisasikan untuk menerapkan
lansia ini adalah, kekuatan otot, pergerakkan program senam lansia dengan kombinasi
sendi, dan kesinergisan postural22.Adanya jalan tandem pada Panti Sosial
aktivitas dari otot yang berkontraksi, dapat
memelihara dan meningkatkan otot - otot DAFTAR PUSTAKA
sehingga stabilitas dan keseimbangan tubuh 1. Potter, P.A, Perry, A.G. 2006. Buku Ajar
juga meningkat23. Fundamental Keperawatan : Konsep,.
Pelatihan pada keseimbangan lansia Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.
yang hanya memuat senam lansia saja Jakarta : EGC
memiliki beberapa kekurangan yaitu belum 2. Darmojo, BR, Martono, HH. 2004. Buku
optimalnya pemanfaatan respon sensorik ajar geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut).
tubuh terhadap keseimbangan lansia, sehingga Jakarta: FK UI.
dibutuhkan kombinasi latihan lain yang dapat 3. Setiawan, E. 2007. Fleksibilitas dan
menunjang keseimbangan lansia tidak hanya Senam Sehat Indonesia untuk Wanita
dari respon motorik saja tetapi juga respon UsiaLanjut. Semarang : FK UNDIP.
sensorik dan neurologinya. 4. Suhartono. 2005. Pengaruh Kelelahan
Penambahan latihan jalan tandem Otot Anggota Gerak Bawah terhadap
dapat meningkatkan keseimbangan lebih baik Keseimbangan Postural pada Subyek
dibandingkan hanya melakukan senam lansia Sehat. Tesis Dipublikasikan.
saja.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang 5. Ackhmanagara, & A. Andriyani. 2012.
didapatkan oleh Maryam) yang menyatakan Hubungan Faktor Internal dan Eksternal
program latihan fisik yang terdiri dari denganKeseimbangan Lansia di Desa
pemanasan, latihan fisik, diikuti dengan PamijenSokaraja Banyumas. Tesis
latihan koordinasi, keseimbangan dan latihan Dipublikasikan.Depok : Fakultas Ilmu
kekuatan otot serta pendinginan yang Keperawatan Universitas Indonesia
dilakukan dapat menurunkan angka kejadian 6. Budiharjo. 2005. Pengaruh senam aerobic
jatuh dan meningkatkan keseimbangan low impact intensitas sedang terhadap
tubuh23. kelenturan badan pada wanita lanjut usia
terlatih. Berkala Ilmu Kedokteran
SIMPULAN 7. Ceranski, Sandy. 2006. Fall prevention
Berdasarkan pembahasan sebelumnya and modifiable risk factor.
dapat disimpulkan kombinasi senam lansia dan http://www.rfw.org/AgingConf/2006/Han
latihan jalan tandem meningkatkan douts/12_FallPrevention_Ceranski.pdf.
keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial 8. DepKes RI. 2002. Pedoman perawatan
Tresna Kasih Sayang Ibu Batusangkar kesehatan di rumah. Direktorat
Sumatra Barat sebesar 40,3% dengan skor Keperawatan, Ditjend. Yanmed: Jakarta
rerata keseimbangan 40,53 menjadi 46,76 9. Sumintarsih. 2006 .Kebugaran Jasmani
dengan nilai p = 0,015 Untuk Lansia “Olahraga”. Yogyakarta :
FIK UNY.
15
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

10. Badson G. 2009. Update On Asymptomatic Individuals”,


Proprioception Considerations For Dance Physiotherapy and Occupational Therapy
Education. Journal Of Dance Medicine Journal Volume 5 Number 1, 2012
And Science 20. Charles, R., Noback, Norman, L.S.
11. Phillips, J.O. 2011 September 29. Find Robert, J.D. David, A.R. 2005. The
your balance. Hearing Health Magazine, Human Nervous System: Structure and
27(4),20-22. Januari 24, 2012. Function.Springer. p.180
http://issuu.com/hearinghealthmagazine/d 21. Winter, D. A. 2009. Biomechanical
ocs/hh fall 2011 single bxls rev Motor Control HumanMovements.
12. Mauk, K.L. 2010. Gerontological Nursing Willey
Competencies for Care. Sudbury : Janes 22. Stanley, M. and Beare, P. G, 2007. Buku
and Barlet Publisher. ajar keperawatan gerontik edisi ke 2. Alih
13. Miller, C.A. 2004. Nursing for Wellness in bahasa: Juniati, N. & Kurnianingsih, S.
Older Adult. Theory and Practise. 4th Jakarta : EGC.
edition. 23. Maryam, R.S. 2009. Pengaruh Latihan
14. Cordeiro. R.C. Perracini, M.R, Jardim, Keseimbangan Fisik Terhadap
J.R.& Ramos, L.B. 2009. Factors Keseimbangan Tubuh Lansia di Panti
Associated With Functional Balance And Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda
Mobility Among Elderly DKI Jakarta. Tesis Program Studi
15. Ringsberg, K, Gerdhem, P. Johansson, J. Magister Ilmu Keperawatan Peminatan
& Obrant, K. J. 1999. Is There a Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu
Relationship Between balance, gait Keperawatan Depok, 2009
performance and muscular strength in 75-
year-old women? Age and Aging, 28, 289-
293
16. Vivanti, A, Ward, N, & Haines. T. 2011.
Nutritional Status and Association With
Falls, Balance, Mobility and
Functionality During Hospital Admission.
Journal of Nutrition Health Aging, 15 (5),
338-391. 24 Juni 2012.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/
21528166/
17. Todd C and Skelton D. 2004. What Are
The Main Factors For Fallamong Older
People And What Are The Most Effective
Interventions To Prevent These Fall :
Copenhagen, WHO Regional
18. Munawwarah, M., Nindya, P. N. 2015.
Latihan Jalan Tandem Lebih Baik
Daripada Latihan Dengan Menggunakan
Swiss Ball Terhadap Peningkatan
Keseimbangan Untuk Mengurangi Resiko
Jatuh Pada Lanjut Usia .Fakultas
Fisioterapi Universitas Esa Unggul. Jurnal
Fisioterapi Volume 15 Nomor 1, April
2015
19. Gaur, Vivek. Gupta, Sukriti, “Arora,
Manish.Study to Compare the Effects of
Balance Exercises on Swiss ball and
Standing, on Lumbar Reposition Sense, in
16
ISSN: 2302-688X Sport and Fitness Journal
Volume 5, No.1, Pebruari 2017: 8-16

17

Anda mungkin juga menyukai