Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Penggunaan Difenokonazol terhadap Pertumbuhan

dan Produktivitas Kedelai


The Effect of Difenoconazole on The Soybean Growth and Productivity

Yuliana Susanti, Hiryana Windiyani Awaludin Hipi, Nani Herawati


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB
Jl. Raya Peninjauan Narmada
*e-mail: yuliana99.ys@gmail.com

ABSTRAK
Kendala yang dihadapi petani di NTB berupa rendahnya produktivitas (1,4 t/ha) jika
dibandingkan dengan potensi hasil sesuai deskripsi varietas 2,25–3,0 t/ha. Rendahnya
produktivitas disebabkan penggunaan varietas lama, luas areal penanaman yang terbatas
dan tingginya serangan hama penyakit dengan potensi kehilangan hasil >20%. Upaya
yang dapat dilakukan yaitu perbaikan teknologi budidaya dengan pengaturan populasi
tanaman, penggunaan varietas unggul potensi hasil tinggi dan penggunaan fungisida se-
suai anjuran. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan
difeno¬konazol terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai. Pengkajian
dilaksanakan di lahan petani di Desa O’o Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu pada
bulan Agustus - Nopember 2016. Pengkajian disusun berdasarkan rancangan RAK faktor
tunggal yaitu dosis fungisida difenokonazol (D) yaitu D1 (0,5 ml/l); D2 (0,7 ml/l); dan D3
(0,9 ml/l). Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 15 perlakuan. Hasil
analisa ragam menunjukkan perbedaan nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah
polong isi, bobot berangkasan basah dan bobot berangkasan kering serta hasil biji, namun
parameter jumlah cabang produktif dan jumlah polong hampa tidak menunjukkan
perbedaan nyata antar perlakuan dosis fungisida yang diberikan. Hal ini diduga karena
bahan aktif yang terdapat dalam difenokonazol bekerja secara sistemik dan kandungan zat
pengatur tumbuh yang dimiliki. Hasil biji kering terbaik diperoleh pada perlakuan
difenokonazol D3 (0,90 ml/l air) sebesar 2 t/ha.
Kata kunci: difenokonazol, Dompu, kedelai, produktivitas

ABSTRACT
One of the problems of soybean farmers in NTB is low productivity (1.4 t/ha) compared
to the yield potential in the description of soybean varieties (2.25-3.0 t/ha). Low produc-
tivity is due to the use of old or local varieties, limited planting area and pest attack with
potential yield loss >20%. Several efforts to improve the yield are cultivation technology
with management plant population, the use of high potential productivity of soybean
variety and the use of selective fungicides. The aim of this study was to determine the effect
of difenoconazole on the growth and productivity of soybean. The assessment was carried
out at the farmer's field in O'o Village, Dompu Sub-district, Dompu District, from August to
November 2016. The assessment was arranged based on single factor CRD design, dose of
difenoconazole fungicide (D) i.e: D1 (0.5 ml/l); D2 (0.7 ml/l); and D3 (0.9 ml/l). Each treat-
ment was repeated 5 times, consisted of 15 treatments. The result of variance analysis

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 229
showed significant differences in plant height, number of filled pods, wet weight, dry
weighted and seed yield. However, but the parameters of the number of productive
branches and the number of empty pods was not significantly difference between the
treated doses of fungicides. Difenoconazole was worked systemically and this fungiside
posed growth regulator. The best dried seed yield was obtained at the treatment of difeno-
conazole D3 (0.90 ml/l water) of 2 t/ha.
Keywords: difenoconazole, Dompu, productivity, soybean

PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian
terutama produksi tanaman kedelai, karena kedelai merupakan salah satu sumber
protein nabati yang penting di Indonesia. Namun peningkatan produksi kedelai
sampai saat ini masih belum mampu mengimbangi permintaan kedelai dalam
negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan bahan baku kedelai
melonjak pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan industri penggunaan
kedelai yang diperuntukkan bagi industri makanan, pakan ternak, susu dan lain-
lain. Kebutuhan kedelai tahun 2014 mencapai 2,3 juta ton dan meningkat menjadi
2,54 juta ton biji kering pada tahun 2015, namun secara nasional produksi kedelai
dalam negeri baru mencapai 998.870 ton (BPS 2015).
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan sentra produksi kedelai ke
empat (97.172 ton) setelah Jawa Timur (355.464 ton), Jawa Tengah (125.467
ton) dan Jawa Barat (115.267 ton) pada tahun 2014 (Balitkabi 2014). Perma-
salahan yang dihadapi petani di NTB pada umumnya yakni masih rendahnya
produktivitas (1,4 t/ha) jika dibandingkan dengan potensi hasil varietas unggul
baru berdasarkan deskripsi yang mencapai 2,25–3,0 t/ha (Balitkabi 2015).
Rendahnya produksi dari potensi hasil umumnya disebabkan karena rendah-
nya produktivitas, luas areal penanaman yang terbatas dan tingginya serangan
hama penyakit. Beberapa hama penyakit penting yang menyerang tanaman
kedelai antara lain bercak daun, karat daun dan penggerek polong. Kehilangan
hasil kedelai akibat serangan hama penyakit dapat mencapai lebih dari 20%.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
kedelai melalui perbaikan teknologi budidaya dengan kombinasi pengaturan po-
pulasi tanaman, penggunaan varietas unggul potensi hasil tinggi dan penggunaan
fungisida sesuai anjuran atau ambang kendali pengendalian hama penyakit
kedelai.
Kondisi saat ini, perluasan areal tanam kedelai di wilayah Nusa Tenggara Barat
(NTB) hanya dimungkinkan pada lahan kering. Kendala yang dihadapi di lahan
kering adalah produktivitas lahan dan tanaman yang belum mencapai potensi
hasil sesuai deskripsi varietas yang dihasilkan Balitbangtan 2,5–3 t/ha hasil biji.
Perbaikan teknologi budidaya untuk peningkatan produktivitas dapat dilakukan
melalui penggunaan varietas unggul baru potensi hasil tinggi, adaptif untuk lahan
kering dan memiliki ketahanan terhadap serangan hama penyakit. Selain itu,

230 Susanti et al.: Difenokonazol, Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai


kombinasi perbaikan kultur teknis seperti pergiliran tanaman, pengolahan tanah
minimum dan sistem tumpang sari dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
tanaman (Westhpal 2011). Penerapan komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) pada tanaman kedelai sebagai upaya perbaikan teknologi budidaya yang
dianjurkan Balitbangtan seperti penggunaan varietas unggul baru, pemupukan,
pengaturan populasi tanaman, pembuatan saluran dan penanaman dengan cara
tugal tanpa olah tanah.
Pengaruh faktor iklim el nino yang terjadi menyebabkan pertanaman kedelai
lebih banyak pada kondisi curah hujan tinggi sehingga berdampak pada pertum-
buhan tanaman kedelai terutama tingkat kelembaban yang menimbulkan tinggi-
nya serangan penyakit terutama cendawan/jamur. Fungisida berbahan aktif
difenokonazol merupakan salah satu jenis fungisida yang memiliki kemampuan
melindungi tanaman dari serangan cendawan dan memiliki kandungan zat
pengatur tumbuh yang terkandung dalam senyawa azole yang berperan untuk
memperbaiki pertumbuhan tanaman dan merangsang induksi pembungaan
(Poerwanto 2014). Hasil Penelitian Poerwanto, Efendi dan Harjadi (1997) menun-
jukkan bahwa pemberian bahan yang mengandung senyawa azole dalam paclo-
butrazol efektif menginduksi pembungaan. Pembentukkan pembungaan merang-
sang terbentuknya polong tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dapat berlangsung dengan baik. Bahan aktif fungisida akan mengurangi
serangan hama penyakit tanaman seperti karat daun, bercak coklat, penggerek
polong dan fungisida dengan bahan aktif difenokozanol merupakan salah satu
fungisida sistemik, sehingga dalam aplikasinya fungisida ini lebih toleran terhadap
perubahan cuaca atau tidak mudah tercuci oleh air hujan. Tujuan dari pengkajian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan difenokonazol terhadap
komponen pertumbuhan dan produksi kedelai.

BAHAN DAN METODE


Pengkajian dilaksanakan di lahan petani di Desa O’o Kecamatan Dompu Kabu-
paten Dompu pada Agustus–November 2016. Pengkajian dilakukan dengan perla-
kuan dosis fungisida difenokonazol (D) yaitu D1 (0,5 ml/l); D2 (0,7 ml/l); dan D3
(0,9 ml/l), disusun berdasarkan rancangan acak kelompok yang diulang 5 kali.
Dengan demikian diperoleh sebanyak 15 kombinasi perlakuan.
Tanah disiapkan tanpa olah tanah. Jerami bekas pertanaman padi dibiarkan di
atas tanah kemudian diratakan. Selanjutnya dibuat sebanyak 3 petak utama,
dengan jarak tanam 40 x 15 cm. Penanaman kedelai dilakukan dengan cara
ditugal masing-masing 2 biji per lubang sesuai perlakuan. Pemupukan kedelai dila-
kukan dengan NPK Phonska (15:15:15) dengan dosis 100 kg/ha pada awal
penanaman dengan cara disebar. Pemupukan menggunakan pupuk organik cair
dilakukan sesuai dengan takaran dan dosis yang ada pada setiap kandungan POC
dan diberikan pada tanaman saat berumur 35 hari atau menjelang berbunga
dengan cara disemprotkan pada daun. Penyiangan dilakukan pada saat pertum-

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 231
buhan gulma telah mengganggu tanaman dengan cara manual, mekanis, dan
kimiawi. Pemberian fungisida dengan bahan aktif Azoksistrobin ditambah difeno-
konazol merk dagang Amistratop 325 SC diaplikasikan dengan menggunakan
dosis yaitu 0,5 ml/l 0,7 ml/l 0,9 ml/l dan waktu aplikasi yaitu penyemprotan umur
35 hst, 55 hst, 65 hst. Panen dilakukan bila minimal 75% daun tanaman telah
mulai kering dan menguning serta rontok, dan kulit polong telah berwarna coklat.
Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta polongnya.
Variabel pengamatan terdiri atas data agronomi meliputi data pertumbuhan
(tinggi tanaman, jumlah cabang) dan komponen panen (jumlah polong, jumlah
polong hampa, hasil biji). Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan uji-F. Apa-
bila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Difenokonazol terhadap Komponen Pertumbuhan


Hasil pengamatan menunjukkan penggunaan dosis Difenokonazol yang ber-
beda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (TT) sedangkan pada jumlah
cabang produktif (JCP), jumlah polong hampa (JPH) tidak berpengaruh nyata.

Tabel 1. Pengaruh penggunaan Difenokonazol terhadap tinggi tanaman dan jumlah


cabang kedelai. Musim Kemarau II, 2016.
Dosis difenokonazol Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang (buah)
0,5 ml/l 56, 50 a 2,50
0,7 ml/l 58,68 b 2,65
0,9 ml/l 67,30 c 2,40
BNT 5% 1,48 Ns
Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% uji DMRT

Penggunaan dosis Difenokonazol yang berbeda menyebabkan perbedaan tinggi


tanaman Tabel 1. Dengan dosis fungisida difenokonazol lebih tinggi (0,7 ml/l air)
memberikan pertumbuhan tanaman tertinggi (67,30 cm) dibandingkan dua dosis
fungisida lainnya.
Hal ini disebabkan oleh bahan aktif difenokozanol yang terdapat dalam fungi-
sida bekerja secara sistemik dan memiliki kandungan zat pengatur tumbuh. Bahan
aktif difenokozanol bekerja secara sistemik ke dalam jaringan tanaman melalui
pembuluh kayu (xylem), sehingga dapat mengendalikan penyakit yang ada pada
tanaman seperti penyakit bercak daun pada tanaman kedelai serta menginduksi
pembungaan pada tanaman. Hal ini berakibat pada penampilan tanaman kedelai
yang lebih sehat dan hijau, meningkatkan produksi tanaman dan menjadikan
kualitas hasil panen lebih optimal.

232 Susanti et al.: Difenokonazol, Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai


Pengaruh Pemberian Difenokozanol terhadap Komponen Produksi
Hasil pengamatan menunjukkan penggunaan dosis Difenokonazol yang ber-
beda berpengaruh nyata terhadap jumlah polong, berat biji basah, berat biji
kering.

Tabel 2. Pengaruh penggunaan Difenokozanol terhadap jumlah polong, jumlah polong


hampa, berat basah dan berat kering.
Dosis difenokonazol Jumlah Jumlah Berat biji Berat biji
polong polong hampa basah (g) kering (g)
0,5 ml/l 31,55 a 2,50 68,98 a 50,10 a
0,7 ml/l 41,60 b 3,45 83,75 b 65,62 b
0,9 ml/l 39,40 b 3,15 83,73 b 60,48 b
BNT 5% 4,86 ns 6,85 10,66
Keterangan: Angka-angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5 % uji DMRT.

Jumlah polong isi pada Tabel 2 menunjukkan berbeda nyata lebih tinggi (41,60
buah) pada (0,7 ml/l air) dari perlakuan (31,55 buah), namun tidak menunjukkan
perbedaan nyata dengan D3. Berbeda halnya dengan jumlah polong hampa dan
jumlah cabang produktif yang tidak menunjukkan perbedaan nyata antar
perlakuan yang diberikan. Data ini menunjukkan bahwa perlakuan dosis yang
diberikan belum memberikan pengaruh yang konsisten terhadap parameter hasil
tanaman kedelai.
Bobot basah brangkasan (BB) dan bobot kering tanaman (BK) dari Tabel 1
menunjukkan bahwa (0,5 ml/l air) memberikan berat yang lebih rendah dari (0,7
ml/ l air) dan (0,9 mL/L air), namun antara perlakuan 0,7 mL/L air dan 0,9 mL/L
air tidak memberikan perbedaan yang nyata. Bobot berangkasan pada perlakuan
0.7 ml/l air dan 0,9 ml/l air menunjukkan bahwa tanaman kedelai lebih sehat pada
pertumbuhan vegetatif dan generatif. Berdasarkan hasil analisa ragam
menunjukkan bahwa perlakuan dosis fungisida yang diberikan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada perlakuan 0.7 ml/l air dan 0,9 ml/l air, sedangkan 0,5
ml/l air berbeda nyata lebih rendah seperti yang ditunjukkan pada Grafik 1. Oleh
karena itu, dalam aplikasi fungisida diperlukan dosis dan waktu aplikasi yang tepat
dengan mempertimbangkan kondisi cuaca.
Hasil penelitian Khaeruni et al. (2014) menunjukkan bahwa peningkatan per-
tumbuhan dan kesehatan tanaman berhubungan erat dengan peningkatan hasil
biji. Aplikasi fungsida sintetik dan formulasi rizobakteri pada benih pada umur 2
minggu setelah tanam memberikan hasil panen yang lebih baik. Sistem pengen-
dalian penyakit terpadu seperti integrasi kombinasi penggunaan fungisida menun-
jukkan sinergi dalam meningkatkan kesehatan, memacu pertumbuhan, dan me-
ningkatkan hasil panen tanaman kedelai.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 233
Keterangan: D1 = dosis difeno¬konazol 0,5 ml/l, D2 = dosis difeno¬konazol 0,7 ml/l dan D3 =
Dosis difeno¬konazol 0,9 ml/l

Grafik 1. Pengaruh dosis fungisida difenokozanol terhadap hasil biji kedelai.

KESIMPULAN
Dosis fungisida dengan bahan aktif difenokozanol pada perlakuan 0,7 ml/l air
dan 0,9 ml/l air dapat memberikan pertumbuhan tanaman dan hasil biji lebih
tinggi dari perlakuan 0,5 ml /l air.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Aneka Kacang-Kacangan dan Umbi, 2015. Deskripsi Varietas
Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. p. 17.
BPS NTB. 2015. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Badan Pusat Statistik. p. 2–5.
BPTP NTB. 2009. Paket Teknologi Produksi Benih Kedelai. p. 5–19.
Erliana G, Antarlina SS, Widowati S. 2009. Varietas Unggul Kedelai Untuk Bahan
Baku Industri Pangan. J. Litbang Pertanian 28(3): 71–87.
Jumakir, Endrizal. 2012. Produktivitas Kedelai Varietas Anjasmoro Melalui
Pendekatan PTT pada Lahan Sub Optimal di Provinsi Jambi. p. 1–15.
https://jambi.litbang.go.id.
Poerwanto. 1990. Studies on Growth and developmentof satsuma mandarin
under different temperature conditions with spacial reference to flower but
diferentiations. PhD [Thesis]. Japan: United Graduate School of Agriculture,
Ehime University, Kagawa. 171p.
Poerwanto, Efendi D, Haryadi SS. 1997. Penagaturan Pembungaan mangga
Gadung 21 diluar Musim dengan Paklobutrazol dan zat pemecah dormansi.
Hayati. 4(2):41–46
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. p. 45–47.
Zakaria AK. 2010. Analisis Kebijakan Pengembangan Budidaya Kedelai Menuju
Swasembada Melalui Partisipasi Petani dalam Analisi Kebijakan Pertanian
8(3): 259–272.
Khaeruni A, Asniah, Taufik M, Sutariati AK. 2014. Aplikasi Formula Campuran

234 Susanti et al.: Difenokonazol, Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai


Rizobakteri untuk Pengendalian Penyakit Busuk akar Rhizoctonia dan Pe-
ningkatan Hasil Kedelai di Tanah Ultisol. J Fitopatologi Indonesia 10(2):37–
44.
Westphal A. 2011. Sustainable Approaches to the Management of Plant-parasitic
Nematodes and Disease Complexes. The Society of Nematologists. Journal
of Nematology 43(2):122–125.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 235

Anda mungkin juga menyukai