Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN BERBASIS LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

IZATHUN ALCHARIMAH ANA SAFITRI


NIM : 20070855027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU KEPENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
PENDEKATAN BERBASIS LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Untuk memenuhi salah satu Persyaratan Tugas pada Mata Kuliah Konsep Dasar
Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Oleh:
IZATHUN ALCHARIMAH ANA SAFITRI
20070855027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU KEPENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Allah


yang Maha Esa, yang mendekat saat dipanggil, yang melindungi saat musibah
menimpa, yang membangun semangat setiap kali kita pasrah, yang tidak
mengabulkan setiap do’a kita, kecuali kita percaya, dan yang selalu member maaf
atas segala khilaf. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Sang
pembuka jalan bagi kita, terutama Penulis, penutup risalah dari para nabi yang
terdahulu, pemberi tauladan agung yang menuntun kita untuk menjalani hidup di
dunia dan akhirat.
Makalah ini berjudul, “Pendekatan Berbasis Lingkungan Sekolah dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Penulis sadar sepenuhnya
bahwa Makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Titik Indarti, M.Pd. selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Konsep
Bahasa Indonesia Sekolah Dasar;
2. Kedua orang tua Penulis Sukirin Robbybi Aktifan dan Lilik Parida Aktifan
yang telah memberikan dorongan semangat, do’a bimbingan dan dukungan
baik secara riil maupun moril yang tiada henti. Mohon maaf dalam segala
khilaf yang mengecewakan;
3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini
yang tidak bisa Penulis sebutkan semuanya.

Sidoarjo, 21 Oktober 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pembelajaran .......................................................................... 5
B. Macam-Macam Pendekatan....................................................................... 6
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia ............................................................... 11
D. Pendekatan Lingkungan Sekolah ............................................................. 13
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat sekarang, menjadi seorang pendidik tidak hanya berdiri didepan
kelas berceramah tentang materi yang ada di buku panduan. Namun lebih dari
itu, pendidik harus memiliki beragam kompetensi untuk menunjang
profesionalitas tugas dan perannya. Salah satu pembuktian dari kompetensi
seorang pendidik ialah bagaimana ia mampu memandu dan menciptakan
proses pembelajaran agar dapat mencapai target kompetensi yang hendak
dicapai.
Pertama yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah efektivitas. Ini
karena tatap muka pertemuan antara pendidik dan peserta didik terbatas dengan
padatnya materi yang harus disampaikan. Maka dari itu, tidak bisa tidak,
pembelajaran mesti diselenggarakan secara efektif dengan memaksimalkan jam
pelajaran yang disediakan. Kedua, efektifitas tidak hanya berkaitan dengan
persoalan materi yang telah rampung disampaikan, tetapi bagaimana peserta
didik mampu memahaminya dan yang paling penting tujuan dari pembelajaran
dapat tercapai.
Untuk dapat melakukannya, pendidik semestinya tahu pendekatan,
strategi, dan model pembelajaran yang cocok diterapkan selama
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Sebenarnya, ada sekian banyak
pendekatan, strategi hingga model pembelajaran yang bisa diterapkan. Seperti
halnya pada saat ini Penulis akan sedikit menjelaskan terkait Pendekatan
berbasis Lingkungan Sekolah dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti dari kata
“pendekatan” yaitu, proses, cara, atau perbuatan mendekati. Istilah pendekatan
tersebut diterapkan dalam ruang lingkupbkegiatan belajar mengajar sebagai
pandangan proses pembelajaran yang bersifat umum. Dengan demikian hal ini
dinamakan sebagai pendekatan pembelajaran.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas
bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia
maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian
bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan
bahasa Indonesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam
kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik
komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan
pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan
pendidikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan
informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan
informal dilakukan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak
berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal
dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan
perpendidikan tinggi. Dalam pendidikan formal ini pendidiklah yang berperan
penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan
pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui
kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.
Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah
jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam
pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya
jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar peserta didik
mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai
kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui
bahasa yang baik pula.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di
SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai-mana dinyatakan oleh Aris Shoi’min (2014: 56) adalah agar peserta
didik ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta
dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan
berbahasa serta tingkat pengalaman peserta didik sekolah dasar”. Dari
penjelasan tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat
dirumuskan menjadi empat bagian. Antara lain :
a. Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar;
b. Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia;
c. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa;
d. Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman peserta didik SD.
Butir (a) dan (b) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD
yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Butir (c) menyiratkan
pen-dekatan komunikatif yang digunakan. Sedangkan butir (d) menyiratkan
sampai di mana tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang
diajarkan.
Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa
Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu,
terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat
memberikan kemampuan dasar berbahasa yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari
lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat
membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk
menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur
bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut, dapat digaris besari bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia sangatlah penting dan wajib dipahami oleh warga negara
Indonesia terutama pada proses belajar mengajar di sekolah. Penulis berinisiatif
melakukan pengembangan terkait pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
dasar dilakukan dengan pendekatan berbasis lingkungan sekolah dengan
menguatkan pendidikan kritis transformative dan pendidikan karakter anak.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian pendekatan pembelajaran ?
2. Jelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia ?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan pendekatan berbasis lingkungan sekolah
dasar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian pendekatan pembelajaran di sekolah
dasar.
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam pendekatan pembelajaran.
3. Untuk mendeskripsikan maksud Pembelajaran Bahasa Indonesia.
4. Untuk mendeskripsikan maksud pendekatan berbasis lingkungan sekolah
dasar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Pembelajaran
Amalia, Isrok’atun (2018: 34) berpendapat bahwa pendekatan merupakan
suatu perbuatan untuk mendekati sesuatu dengan sasaran dan tujuan tertentu.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti dari kata “pendekatan”
yaitu, proses, cara, atau perbuatan mendekati. Istilah pendekatan tersebut
diterapkan dalam ruang lingkupbkegiatan belajar mengajar sebagai pandangan
proses pembelajaran yang bersifat umum. Dengan demikian hal ini dinamakan
sebagai pendekatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran terkait dengan bagaimana suatu proses
pembelajaran dapat menjadi jembatan memeperoleh materi atau ilmu
pengetahuan. Indrawati dalam Amalia (2018: 35) mengemukakan bahwa
pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai titik tolak atau sudut
pandang tentang terjadinya suatu proses pembelajaran yang sifatnya masih
sangat umum. Pernyataan tersebut didukung oleh Nana Sudjana (2000: 150)
bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh pendidik dalam
pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat beradaptasi
dengan peserta didik. Sedangkan ruffendi dalam Amalia (2018: 35)
mengumakakan bahwa pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan
yang ditempuh oleh pendidik atau peserta didik dalam mencapai tujuan
pengajaran itu dikelola.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terhadap suatu proses atau cara
yang digunakan oleh tenaga pendidik, dalam memilih kegiatan pembelajaran
supaya konsep yang dipilih dapat beradaptasi dengan peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penyajian suatu materi ajar disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik sehingga dapat dipahami dengan baik.
Dalam penerapan pendekatan pembelajaran juga dapat dilengkapi dengan
bermacam-macam strategi dan metode yang sekiranya mendukung proses
pembelajaran dan pada dasarnya memiliki komponen-komponen pembelajaran
yang saling keterhubungan antara pendekatan, strategi, metode, model, teknik
dan taktik pembelajaran.
Keterhubungan komponen proses pembelajaran dapat dilihat pada Gambar
2.1.

Model Pembeleajaran

Pendekatan

Strategi

Metode

Teknik dan Taktik

Model Pembeleajaran

Bagan 2.1
Hubungan Proses Pembelajaran
(Sumber: Indrawati dalam Amalia, 2018:34)

B. Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran


Pada hakikatnya, pendekatan pembelajaran bisa dipahami sebagai cara-
cara yang ditempuh oleh seorang pembelajar untuk bisa belajar dengan efektif.
Dalam hal ini, pendidik juga berperan penting dalam menyediakan peserta
didik untuk mencapai kebutuhan tersebut. Setidak-tidaknya terdapat pertanyaan
yang utama yang mendasari beberapa pendekatan pembelajaran. Tiga
pertanyaan tersebut antara lain:
 Bagaimana saya bisa belajar dengan baik ?
 Bagaimana saya bisa memahami sesuatu ?
 Bagaimana saya bisa mengkomunikasikan pemahaman saya ?
Melalui pendekatan pembelajaran, peserta didik disajikan semacam
scaffolding yang memungkinkan mereka untuk bertanggungjawab pada
pemahamannya sendiri. Yang terpenting dari asumsi dasar ini adalah “belajar
bagaimana belajar” (lerning how to learn) dan mengembangkan kesadaran
individu peserta didik tentang strategi belajar dan berfikir kritis, efektif, serta
berkarakter.
Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar yang digunakan
pendidik. Richard Anderson dalam Nana Sudjana (2000: 152) mengajukan dua
pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi kepada pendidik atau disebut
teacher centered dan pendekatan yang berorientasi kepada peserta didik atau
disebut student centered. Pendekatan pertama disebut pula tipe otokratis dan
pendekatan kedua disebut tipe demokratis. Pendapat lainnya dikemukakan oleh
Massials dalam Nana Sudjana (2000: 153) mengajukan dua pendekatan, yakni
pendekeatan ekspositeri dan pendekatan inquiry.
Kedua pendapat diatas pada hakikatnya sama, hanya nama dan istilahnya
yang berbeda. Sedangkan Bruce Joyce mengemukakan empat kategori
pendekatan, yakni model informasi, model personal, model interaksi social,
dan model tingkah laku. Berikut ini dijelaskan beberapa model atau pendekatan
mengajar pendidik.
1. Pendekatan Ekspositeri atau Model Informasi
Pandangan ini bertolak pandangan dari, bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh pendidik.
Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai objek
yang menerima apa yang diberikan pendidik. Biasanya pendidik
menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk
penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah
ceramah/kuliah/lecture. Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan
dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh
pendidik., serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya
melalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan kepada
pendidik. Komunikasi yang digunakan pendidik dalam interaksinya
dengan peserta didik menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi
sebagai aksi. Oleh sebab itu kegiatan belajar peserta didik kurang optimal,
sebab terbatas kepada mendengarkan uraian pendidik, mencatat, dan
sekali-kali bertanya kepada pendidik. Pendidik yang kreatif biasanya
dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada peserta didik
menggunakan alat bantu seperti gambar, grafik, bagan, dan lainnya,
disamping memberi kesempatan kepada peserta didik mengajukan
pertanyaan.

Gambar 2.1
Pendekatan Ekspositeri (teacher centered)
(https://www.google.com/search?q=pendekatan+ekspositeri&tbm)

2. Pendekatan Inquiry/Discovery
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa peserta didik
sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang
dapat menantang peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan
pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau
pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, peserta didik
lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok
memecahkan permasalahan dengan bimbingan pendidik.
Nana Sudjana (2000: 154) Pendekatan inquiry merupakan
pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan peserta didik lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kekretaifan dalam pemecahan
masalah. Peserta didik betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang
belajar. Peranan pendidik dalam pendekatan inquiry adalah pembimbing
delajar dan fasilitator belajar. Tugas utama pendidik adalah memilih
masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh
peserta didik sendiri. Tugas berikutnya dari pendidik adalah menyediakan
sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah.
Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari pendidik masih tetap
diberlakukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan
peserta didik dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk pendekatan modern,
yang sangat didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Adanya
tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila
pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila
dipenuhi syarat sebagai berikut: a) pendidik harus terampil memilih
persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber
dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik/problematic) dan
sesuai dengan daya nalar peserta didik, b) pendidik harus terampil
menumbuhkan motivasi belajar pesertta didik dan menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan, c) adanya fasilitas dan sumber belajar yang
cukup, d) adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya,
berdiksusi, e) partisipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar,
f) pendidik tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan
peserta didik.

Gambar 2.2
Pendekatan Inquiry (student centered)
(https://www.google.com/search?q=pendekatan+student+centered&tbm=i)
3. Pendekatan Interaksi Social
Pendekatan interaksi social hampir memiliki persamaan dengan
pendekatan inquiry tertutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan
terbentuknya hubungan peserta didik yang satu dengan peserta didik
lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan social
individu dengan masyarakat. Oleh sebab itu proses belajar-mengajar
hendaknya mengembangkan kemampuan dan kesanggupan peserta didik
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain/peserta didik lain,
mengembangkan sikap dan perilaku yang demokratis, serta menumbuhkan
produktivitas kegiatan belajar peserta didik. Metode-metode yang paling
utama dilakukan dalam pendekatan ini antara lain, diskusi, problem
sloving, metode simulasi, bekerja kelompok, dan metode lain yang
menunjang berkembangnya hubungan social peserta didik. Pendekatan
interaksi social pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya
hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan social atau
hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Proses belajar pada
hakikatnya adalah mengadakan hubungan social dalam pengertian peserta
didik berinteraksi dengan lingkungannya, berinteraksi dengan peserta
didik yang lain, dan berinteraksi dengan kelompoknya. Sosiodrama atau
role playing merupakan contoh pendekatan ini. Keterlibatan peserta didik
melakukan kegiatan belajar cukup tinggi terutama dalam bentuk partisipasi
dalam kelompoknya. Oleh sebab itu pendekatan ini boleh dikatakan
berorientasi kepada peserta didik.

4. Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Model)


Beberapa istilah yang digunakan untuk pendekatan ini antara lain
behavior modification, behavior therapy, social learning theory.
Pendekatan ini menenkankan kepada teori tingkah laku, sebagai aplikasi
dari teori belajar behaviorisme. Tingkah laku individu pada dasarnya
dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan individu. Penguatan
hubungan stimulus dengan respon merupakan proses belajar yang
menyebabkan perubahan tingkah laku. Teori ini dimulai oleh Pavlov
dengan teori klasikal conditioning, Thorndike dengan teori instrumental
conditioning dan dikembangkan oleh Skiner dengan teori operant
conditioning . Paradigma utama dalam proses belajar-mengajar adalah
stimulus respon.
Pendekatan mengajar mana yang akan dipilih pendidik menjadi
hak prerogratif pendidik dengan mempertimbangkan kondisi dan suasana
belajar-mengajar. Namun, pendekatan manapun yang dipilih hendaknya
memperhatikan kegiatan peserta didik belajar, artinya harus berpusat pada
peserta didik, bukan kepada pendidik.

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam kegiatan membaca, menulis, mendengar, dan
berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan
global.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Depdiknas dalam
Sofyan Amri (2013: 113) ini diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta menumbuhkan penghargaan
terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2. Pendidik dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan
sumber belajar;
3. Pendidik lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan
kemampuan peserta didiknya;
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia;
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sebagai berikut
yaitu:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa bangsa;
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan social;
5. Menikmati dan memenfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa;
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Sedangkan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar untuk
aspek menulis adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat,
pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, prafase, serta
berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun. Seperti
Gambar 2.2.

Gambar 2.3
Pentingnya Pelajaran Bahasa Indonesia
(https://www.kompasiana.com/ikkenuraidah/5c24e42bbde5756817348bf2/penting
nya-pelajaran-bahasa-indonesia-di-perguruan-tinggi)

Jadi, menurut pendapat Penulis berdasarkan uraian pendapat di atas mata


pelajaran Bahasa Indonesia merupakan ilmu pengetahuan yang harus diampuh
oleh peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-
keterampilan berbahasa. Selain itu dengan adanya mata pelajaran Bahasa
Indonesia peserta didik dapat mencintai, menghargai, dan melestarikan bahasa
terutama bahasa Indonesia.

D. Pendekatan Lingkungan Sekolah


Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua.
Peserta didik, pendidik, administrator, konselor hidup bersama dan
melaksanakan pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik. Sofyan
Amri (2013: 36). Menurut Asrori (2007: 113) lingkungan sekolah merupakan
factor yang mempengaruhi perkembangan hubungan social peserta didik.
Lingkungan sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak,
Karena kelengkapan sarana dan prasarana dalam belajar serta kondisi
lingkungan yang baik sangat penting guna mendukung terciptanya lingkungan
belajar yang menyenangkan. Lingkungan sekolah yaitu keadaan sekolah
tempat belajar yang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Keadaan
gedung sekolahnya dan letaknya, serta alat-alat belajar yang juga ikut
menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Menurut Oemar Hamalik
(2009: 6) lingkungan sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar.
Sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan kesempatan
belajar harus memenuhi bermacam-macam persyaratan antara lain: peserta
didik, pendidik, program pendidikan, asrama, sarana dan fasilitas. Segala
sesuatu telah diatur dan disusun menurut pola dan sistematika tertentu
sehingga memungkinkan kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dan
terarah pada pembentukan dan pengembangan peserta didik.
1. Jenis-jenis lingkungan yang dapat didayakan
a. Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi,
dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung,
dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik;
b. Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada
dalam suatu kelompok masyarakat;
c. Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang
memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan
pembelajaran.
2. Manfaat Lingkungan Sekolah
a. Mengatasi kebosanan agar peserta didik tidak bosan;
b. Memberikan suasana belajar yang unik bagi peserta didik;
c. Memberikan pembelajaran bermakna pada peserta didik;
d. Sebagai sarana belajar peserta didik yang kompetitif;
e. Dukungan lingkungan hidup membuat peserta didik menjadi lebih
nyaman belajar;
3. Tujuan Lingkungan Sekolah
a. Dapat membuat peserta lebih mendalami semua mata pelajaran yang
ada didalam sekolah;
b. Membuat peseta didik lebih rajin dalam menuntut ilmu;
c. Membuat peserta didik lebih aktif dikelas dan berprestasi dikelas;
d. Dapat memberikan motifasi belajar peserta didik baik di dalam
maupun diluar kelas;
e. Sebagai wujud kepedulian peserta didik untuk lebih mencintai
lingkungan sekitar sekolah;
f. Dapat menambah pengalaman belajar peserta didik.

Pendekatan apapun yang dipilih pendidik, diharapkan mampu


membantu peserta didik menjadi lebih kritis dan berkarakter dalam
menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Disini Penulis, akan sedikit
mengulas terkait proses pendidikan Kritis dari Roem Topatimasang yaitu, suatu
penyelenggaran belajar-mengajar merupakan proses pendidikan kritis, harus
mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan peserta didik untuk menjadi
pelaku (subjek) utama, bukan sasaran perlakuan (objek) dari proses tersebut.
Berikut ciri pokok pendidikan kritis:
a. Belajar dari realitas atau pengalaman. Materi yang dipelajari bukan
“ajaran” (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, dsb) dari
seseorang, tetapi keadaan nyata masyarakatatau pengalaman seseorang
atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut.
Sehingga tidak ada otoritas pengetahuan seseorangyang lebih tinggi
dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan dalam
realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika
teoritik atau “kepintaran omong” nya.
b. Tidak menggurui. Oleh karena itu, tidak ada “guru” dan tidak ada
“murid” yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses
pendidikan ini adalah “guru dan murid” pada saat bersamaan;
c. Dialogis. Tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang
berlangsung bukan lagi proses “mengajar-belajar” yang bersifat satu
arah, tetapi proses “komunikasi” dalam berbagai bentuk kegiatan
(diskusi kelompok, bermain peran, dsb) dengan media (peraga, grafika,
audio – visual). Proses komunikasi ini yang memungkinkan terjadinya
dialog kritis antar orang yang terlibat didalam kelas.
Dari pemaparan diatas, Pendekatan Lingkungan Sekolah dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia ialah proses pembelajaran Bahasa Indonesia
yang menggunakan pendekatan inquiry atau student centered dengan
memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar peserta didik dan
menyesuaikan Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar yang
dibutuhkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa pendapat terkait pendekatan belajar-mengajar oleh para
ahli. Penulis menyimpulkan ada 2 (dua) pendekatan yang bisa menjadi dasar
dalam melakukan pengembangan pengajaran terutama pada seorang pendidik
yaitu pendekatan berbasis teacher centered dan student centered. Pendekatan
manapun yang dipilih untuk diadopsi dan di padukan dengan sumber belajar
apapun, yang pasti harus menyesuaikan dengan kebutuhan pada saat
pelaksanaan pembelajaran terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia
yang memiliki standar kompetensi yaitu membaca, menulis, mendengar, dan
berbicara. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat menggunakan
pendekatan lingkungan sekolah yang dilakukan secara outdoor sebagai
sumber belajar dengan memperhatikan pihak-pihak masyarakat mana saja
yang akan dilibatkan dalam pembelajaran, mengamati sumber belajar (tertulis
maupun tidak tertulis) dengan tujuan dan program sekolah, menyesuaikan
sumber belajar yang akan dilakukan dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
Dari kesimpulan diatas, Penulis memberikan contoh penerapan pendekatan
lingkungan sekolah (outdoor) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai
berikut:
1. Mengajak peserta didik belajar di luar kelas dengan mengamati lingkungan
sekolah dan menuangkan dalam tulisan dan menjelaskan secara lisan;
2. Melakukan kerjasama dengan mitra sekolah (waralaba/Alfamart) untuk
peserta didik melakukan kegiatan ekonomi sehingga pembelajaran lebih
bermakna;
3. Aktif melibatkan peserta didik dalam kegiatan organisasi sekolah untuk
melatih kepemimpinan, belajar cara mengoordinir diri sendiri dan orang
lain, misalnya : pinjam pakai buku diperpustakaan, dilaboratorium, dll;
4. Menyajikan media audio visual/role playing dari naskah cerita rakyat yang
melibatkan alat indera dan keterampilan peserta didik sebagai pemacu
respon stimulus yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
2. Isrok’atun, Amelia Rosmala. 2018. Model-Model Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Bumi Aksara.
3. Nana Sudjana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
4. Sofyan Amri. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
5. Mohmmad Asrori. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima.
6. Roem, Topatimasang, Mansor, Fakih. 2015. Pendidikan Populer. Yogyakarta:
Insist Press.
7. https://www.google.com/search?q=pendekatan+ekspositeri&tbm. Pada 22
Oktober 2020. Pukul: 23.00.
8. https://www.google.com/search?q=pendekatan+student+centered&tbm=i. Pada
22 Oktober 2020. Pukul: 23.10.
9. (https://www.kompasiana.com/ikkenuraidah/5c24e42bbde5756817348bf2/pent
ingnya-pelajaran-bahasa-indonesia-di-perguruan-tinggi). Pada 22 Oktober
2020. Pukul: 23.55.

Anda mungkin juga menyukai