Anda di halaman 1dari 12

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING


PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI POSYANDU CENDANA PUSKESMAS
BOTANIA KOTA BATAM TAHUN 2019

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PUTRI AULIA ASTA


61116084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2020
NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


STUNTING PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI POSYANDU CENDANA
PUSKESMAS BOTANIA KOTA BATAM TAHUN 2019

Putri Aulia Asta


Fakultas Kedokteran Universitas Batam

ABSTRAK

Putri Aulia Asta, 61116084, 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


stunting pada anak usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana Puskesmas Botania tahun 2019.
Skripsi. Universitas Batam.
Latar Belakang : Stunting merupakan suatu kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan kurang -2 standar deviasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Ada
banyak faktor penyebab terjadinya stunting pada anak. Variabel yang diteliti yaitu
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga,
pemberian ASI eklusif, pemberian MP-ASI, status imunisasi dengan kejadian stunting.
Tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana
Puskesmas Botania Kota Batam tahun 2019.
Metode : Penelitian ini merupakan analitik deskriptif dengan pendekatan cross-
sectional yang dilakukan pada anak usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana Puskesmas
Botania tahun 2019. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 158 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square.
Hasil : Dari 158 sampel menunjukan terdapat pengaruh yang bermakna (H 0 ditolak)
antara variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan ibu, jumlah anggota keluarga,
pemberian ASI eklusif dan pemberian MPASI dengan stunting pada anak usia 2-5 tahun
di Posyandu Cendana Puskesmas Botania tahun 2019 dengan nilai p-value (p=0,001;
p=0,024 p=0,037; p=0,009; p=0,021; p=0,010) dimana P lebih kecil dibandingkan
dengan taraf signifikan (α)=5% (0,05), dan tidak terdapat hubungan bermakna (H 0
diterima) antara status imunisasi dengan stunting dengan p-value (p=0,901) dimama P
lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikan (α)=5% (0,05).
Kesimpulan : Terdapat pengaruh yang bermakna antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, ASI eklusif, pemberian MPASI terhadap
stunting dan status imunisasi tidak mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 2-5
tahun di Posyandu Cendana Puskesmas Botania Kota Batam tahun 2019.

Kata kunci : Anak usia 2-5 tahun Posyandu Cendana Kota Batam, Kuisioner,
Stunting
NASKAH PUBLIKASI

INFLUENCING FACTORS OF STUNTING INCIDENTS ON CHILDREN IN 2-5


YEARS OLD IN CENDANA INTEGRATED HEALTH POST OF BOTANIA
PUBLIC HEALTH CENTRE 2019

Putri Aulia Asta


Faculty of Medicine University of Batam

ABSTRACT

Putri Aulia Asta, 61116084, 2019. Influencing Factors of Stunting Incidents on


Children in 2-5 Years Old in Cendana Integrated Health Post of Botania Public Health
Centre 2019. Undergraduate Thesis. University of Batam.
Objective: Stunting ia a condition when children under 5 years old have long or height
of body less than their age. Height or long of body less than -2 standard deviation and
-3 standar deviation from median standard based on graphic of growth from World
Health Organization (WHO). There are lots of influencing factors of stunting which
separated into direct and undirect factors. This research supposed to analyze
influencing factors which affected the stunting incidents on children in 2-5 years old in
Cendana Integrated Health Post of Botania Public Health Centre Batam City.
Variables which used in this research are education level of mother, proffesion of
mother, family income, number of family member, breast milk status, additional food,
immunisation status, and stunting incidents.
Methods: This research is an analytic descriptive research and observation conducted
with cross-sectional design. There are 158 samples which selected by purposive
sampling method. Data collection is done with height measuring and questionnaires.
Data were analyzed using Chi-square test.
Results: The findings based on bivariate analysis with Chi-square test on the
correlation of influencing factors with stunting, revealed that p-value with education
level of mother (p=0,001), proffesion of mother (p=0,024), family income (p=0,037),
number of family member (p=0,009), breast milk status (p=0,021), additional food
(p=0,010), and there was correlation between immunisation status (p=0,901) with
stunting.
Conclusion: Based on the data processing, it can be conclude that there are significant
correlations between education level of mother, proffesion of mother, family income,
number of family member, breast milk status and additional food, with stunting on
children in 2-5 years old in Cendana Integrated Health Post of Botania Public Health
Centre in Batam City 2019.

Keywords: Children 2-5 years old Posyandu Cendana Batam City, Questionnaire,
Stunting
NASKAH PUBLIKASI

LATAR BELAKANG seperti status imunisasi anak dan sanitasi


Kejadian stunting merupakan salah lingkungan.2
satu masalah gizi yang dialami oleh balita Stunting pada anak dapat
di dunia saat ini. menurut UNICEF, pada mengakibatkan dampak untuk jangka
tahun 2017 di dunia sekitar 150,8 juta pendek seperti meningkatnya angka
balita (22,2%), lebih dari setengah balita mortalitas dan morbiditas menurunkan
stunting di dunia berasal dari Asia (55%) kemampuan kognitif, motorik dan
sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) berbahasa dan meningkatkan biaya
berasal dari Afrika. Pada tahun 2018 pengeluaran perawatan anak. Dampak
prevalensi stunting adalah sekitar 149 jangka panjang seperti meningkatkan
balita (21,9%). Di Indonesia, berdasarkan risiko penyakit degeneratif dan
data hasil dari Riset Kesehatan Dasar menurunkan produktivitas kerja dan
(Riskesdas) tahun 2013 prevalensi kesehatan.2,3
stunting pada balita sekitar 9 juta (37.2%) Berdasarkan data dari Riskesdas
pada dan mengalami penurunan menjadi prevalensi stunting di Kepulauan Riau
30,8% atau sekitar 6,228 juta balita pada sekitar 60 ribu (23,5%). Di kota Batam
tahun 2018. Masalah stuting pada balita pada tahun 2018, berdasarkan data hasil
saat sekarang ini dikatakan masih tinggi Pemantauan Status Gizi (PSG) pada balita
karena belum mencapai angka target oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) kota
ketetapan yang di tetapkan oleh WHO batam prevalensi stunting pada balita
untuk batas non public health problem sekitar 1,984 (1,35%) balita. Pusat
stunting sebesar 20%. Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Stunting adalah suatu kondisi dimana Botania merupakan satu-satunya
balita memilik panjang atau tinggi badan puskesmas yang berada di Kecamatan
kurang dibandingkan dengan umur. Belian Batam Kota. Puskesmas Botania
Tinggi badan atau panjang badan kurang mempunyai 33 Pusat Pelayana Terpadu
dari -2 standar deviasi median standar (Posyandu). Menurut data rekapan PSG
berdasarkan grafik pertumbuhan anak balita Puskesmas Botania tahun 2018,
World Health Organization (WHO).1 posyandu Cendana merupakan posyandu
Faktor penyebab stunting pada balita dengan angka kejadian stunting tertinggi.
dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Berdsarkan uraian di atas, maka
WHO faktor penyebab stunting ada faktor dilakukan penelitian dengan judul analisis
langsung dan faktor tidak langsung. faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor langsung berupa karakteristik pola kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun
makan seperti faktor asupan makanan dan di Posyandu Cendana Puskesmas Botania
pola pemberian makanan dan karakteristik tahun 2019.
dari anak seperti BBLR balita dan riwayat
infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung SUBJEK DAN METODE
berupa karakteriktis pola asuh seperti Penelitian ini menggunakan metode
pemberian ASI eklusif dan MPASI, deskriptif analitik dengan pendekatan
karakteristik keluarga seperti pendidikan, cross sectional, dimana variabel
pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota independen dan dependen diamati pada
keluarga, status pelayanan kesehatan waktu yang sama. Metode ini
NASKAH PUBLIKASI

dimaksudkan untuk mengetahui hubungan 2-5 tahun yang berjumlah 158 orang.
antara variabel independent yaitu Teknik pengambilan sampel dilakukan
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan dengan cara purposive sampling
keluarga jumlah anggota keluarga,
pemberian ASI eklusif, pemeberian HASIL PENELITIAN
MPASI dan status imunisasi dengan A. Hasil Analisis Univariat
variabel dependen yaitu kejadian stunting. Hasil distribusi frekuensi pendidikan
Penelitian ini dilakukan di Posyandu ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
Cendana Puskesmas Botania. Populasi jumlah anggota keluarga, pemeberian ASI
dalam penelitian ini adalah anak usia 2-5 eklusif, pemberian MPSI dan status
tahun dan ibu yang mempunyai anak usia imunisasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Pendidikan Ibu
Rendah 38 24,1
Tinggi 120 75,9
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 72 45,6
Bekerja 86 54,4
Pendapatan Keluarga
Rendah (<Rp. 3.800.000,-) 102 64,6
Cukup (≥Rp. 3.800.000,-) 56 35,4
Jumlah Anggota Keluarga
Banyak (>4 orang) 109 69,0
Sedikit (≤ 4 orang) 49 31,0
Pemberian ASI Eklusif
Tidak ASI eklusif 106 67,1
ASI eklusif 52 32,9
Pemberian MPASI
Tidak MPASI 80 50,6
MPASI 78 49,4
Status Imunisasi
Tidak baik 21 13,3
Baik 137 86,7
Kejadian Stunting
Stunting 24 15,2
Normal 134 84,8
Total Sampel 158 100

Sumber : Data Primer

Distribusi frekuensi karakteristik Puskesmas Botania Kota Batam tahun


responden di Posyandu Cendana 2019 yaitu didapatkan sebanyakk 24
NASKAH PUBLIKASI

orang (15,2%) anak mengalami stunting keluarga (69,0%) dan jumlah anggota
dan sebanyak 134 orang (84,8%) anak keluarga yang sedikit (≤ 4 orang)
normal. Lebih dari separuh ibu yang sebanyak 49 keluarga (31,0%). Balita
tingkat pendidikan tinggi sebanyak 120 yang tidak mendapat ASI eklusif
orang (75,1%) dan ibu yang tingkat sebanyak 106 anak (67,1%) dan balita
pendidikan rendah sebanyak 38 orang yang mendapat ASI eklusif sebanyak 52
(24,1%). Ibu responden bekerja sebanyak anak (32,9%). Balita yang pemberian
86 orang (54,4%) dan yang tidak bekerja MPASI yang tidak baik sebanyak 80 anak
sebanyak 72 orang (45,6%). Sebagian (50,6%) dan balita yang mendapat
besar pendapatan keluarga rendah MPASI dengan baik sebanyak 78 anak
sebanyak 102 keluarga (64,45) dan (49,4%). Balita yang status imunisasi baik
pendapatan keluarga cukup sebanyak 56 sebanyak 137 orang (86,7%) dan balita
keluarga (35,4%). Keluarga yang dengan status imunisasi yang tidak baik
memiliki jumlah anggota keluarga yang sebanyak 21 orang (13,3%)
banyak (> 4 orang) sebanyak 109
B. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian stunting
Variabel Stunting Total p-value
Stunting Normal
f % f % F %
Pendidikan Ibu
Rendah 12 31,6 26 68,4 38 100 0,001
Tinggi 12 10 108 90 120 100
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 16 22,4 56 77,8 72 100 0,024
Bekerja 8 9,3 78 90,7 86 100
Pendapatan Keluarga
Rendah 20 19,6 82 80,4 102 100 0,037
Cukup 4 7,1 52 92,9 56 100
Jumlah Anggota Keluarga
Banyak 22 20,2 87 79,8 109 100 0,009
Sedikit 2 4,1 47 95,9 49 100
ASI Eklusif
Tidak ASI eklusif 21 19,8 85 80,2 106 100 0,021
ASI eklusif 3 5,3 49 94,2 52 100
Pemberian MPASI
Tidak MPASI 18 22,5 62 77,5 80 100 0,010
MPASI 6 7,7 72 92,3 78 100
Status Imunisasi
Tidak baik 3 14,3 18 85,7 21 100 0,901
Baik 21 15,3 116 84,7 137 100
Total Sampel 24 134 158
Sumber : Data primer
NASKAH PUBLIKASI

Dari hasil analistik uji statistik pada dengan kecukupan gizi keluarga.
Tabel 2 menunjukan bahwa terdapat Apabila pendapatan keluarga
pengaruh yang bermakna antara tingkat meningkat maka masalah kesehatan
pendidikan ibu (p=0,001), pekerjaan ibu dan masalah keluarga yang berkaitan
(p=0,024), pendapatan keluarga dengan gizi akan mengalami
(p=0,037), jumlah anggota keluarga perbaikan.5,6
(p=0,009), pemberian ASI eklusif 3. Pendapatan Keluarga
(p=0,021), pemberian MPASI (p=0,010) Pada penelitian ini didapatkan
dengan kejadian stunting pada anak usia sebagian besar keluarga memiliki
2-5 tahun dengan didapatkan nilai penghasilan keluarga kategori
P<0,05. Dan tidak terdapat pengaruh rendah. Pendapatan keluarga dapat
yang bermakna antara status imunisasi menentukan status ekonomi, status
(p=0,901) dengan kejadian stunting pada ekonomi secara tidak langsung dapat
anak usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana mempengaruhi kebutuhan gizi
Puskesmas Botania Kota Batam tahun keluarga terutama pada anak. Hal ini
2019 dengan didapatkan nilai P>0,05. dikaitkan dengan kemampuan daya
beli keluarga untuk membeli jenis
PEMBAHASAN makanan yang bergizi dalam rangka
A. Analisis Univariat memenuhi kebutuhan dan kecukupan
1. Pendidikan Ibu gizi anak sehingga anak dapat
Pada penelitian ini lebih banyak tumbuh dan berkembang dengan
didapatkan ibu dengan tingkat optimal.7
pendidikan tinggi. Tingkat 4. Jumlah Anggota Keluarga
pendidikan akan mempengaruhi ibu Pada penelitian ini didapatkan
dalam menerima informasi. Ibu sebagian besar keluarga memilki
dengan tingkat pendidikan yang jumlah anggota keluarga yang
tinggi akan lebih mudah dalam banyak. Jumlah anggota keluarga
menerima informasi dari pada ibu yang banyak akan berpengaruh
dengan tingkat pendidikan yang terhadap tingkat konsumsi makanan
rendah. Pendidikan ibu yang tinggi yaitu jumlah dan distribusi makanan
akan memiliki pengetahuan tentang dalam rumah tangga. Semakin kecil
gizi yang baik dan akan tahu jumlah anggota keluarga,
bagaimana cara mengolah makanan, kemampuan untuk menyediakan
mengatur menu dan menjaga makanan yang beragam juga semakin
kebersihan makanan anak dengan besar. Tidak meratanya disribusi
baik.4 makanan dalam keluarga akan
2. Pekerjaan Ibu menyebabkan anak dalam keluarga
Pada penelitian ini didapatkan tersebut mengalami risiko kurang
lebih banyak ibu yang bekerja gizi.8
dibandingkan dengan ibu yang tidak 5. Pemberian ASI Eklusif
bekerja. Pekerjaan orang tua Pada penelitian ini didapatkan
merupakan salah satu faktor penting sebagian besar anak usia 2-5 tahun
dalam menentukan kualitas dan tidak mendapatkan ASI eklusif.
kuantitas pangan karena berhubungan Pemberian ASI eklusif adalah
NASKAH PUBLIKASI

pemberiannya ASI saja sejak lahir pengasuhan kepada anaknya, ibu


sampai usia 6 bulan. Anak yang tidak dengan tingkat pendidikan yang
mendapat ASI eklusif akan mudah tinggi memiliki pengetahuan gizi
terserang infeksi dan berpengaruh yang baik sehingga pertumbuhan dan
terhadap status gizi dan berdampak perkembangan anak dapat secara
pada pertumbuhan dan optimal. Semakin rendah tingkat
perkembangan anak.9 pendidikan ibu maka risiko anak
6. Pemberian MPASI mengalami stunting semakin besar.4,9
Pada penelitian ini didapatkan 2. Hubungan antara Pekerjaan Ibu
sebagian besar anak usia 2-5 tahun dengan Stunting
mendapat pemberian MPASI yang Ada pengaruh yang bermakna
tidak baik. Anak dengan pemberian antara pekerjaan ibu dengan kejadian
MP-ASI yang baik akan memiliki stunting pada anak usia 2-5 tahun di
status gizi yang baik, berbeda dengan Posyandu Cendana. Penelitian ini
anak yang pemberian MP-ASI tidak sejalan dengan penelitian yang
baik akan memiliki risiko mengalami dilakukan oleh Wahdah (2016). Ibu
gangguan pertumbuhan dan yang bekerja akan membantu
perkembangan salah satunya adalah pemasukan keluarga, tetapi pada ibu
stunting.10 yang bekerja akan menghabiskan
7. Status Imunisasi lebih banyak waktu dalam mengurus
Pada penelitian ini didapatkan pekerjaannya dibandingkan dengan
secara umum anak memiliki status ibu yang tidak bekerja. Sehingga ibu
imunisasi yang baik. Imunisasi yang tidak berkerja akan lebih
adalah upaya untuk menimbulkan memperhatikan kebutuhan dan
dan meningkatkan kekebalan kecukupan gizi keluarga terutama
terhadap penyakit pada anak. Tidak anak balita yang masih sangat
lengkapnya imunisasi pada anak memerlukan asupan gizi yang
menyebabkan imunitas balita optimal untuk pertumbuhan dan
menjadi lemah, sehingga mudah perkembangannya dibandingkan ibu
untuk terserang infeksi. Anak yang yang bekerja. Ibu yang bekerja akan
mengalami infeksi jika dibiarkan memiliki anak dengan risiko stunting
maka dapat mempengaruhi status gizi lebih tinggi dibandingkan dengan
sehingga memiliki risiko menjadi anak yang ibu tidak bekerja.8,9
stuntin stunting.11 3. Hubungan antara Pendapatan
B. Analisis Bivariat Keluarga dengan Stunting
1. Hubungan antara Pendidikan ibu Ada pengaruh yang bermakna
dengan Stunting antara pendapatan keluarga dengan
Ada pengaruh yang bermakna kejadian stunting pada anak usia 2-5
antara tingkat pendidikan ibu dengan tahun di Posyandu Cendana. Sejalan
kejadian stunting pada anak usia 2-5 dengan penelitian yang dilakukam
tahun di Posyandu Cendana. Sejalan oleh Setiawan (2016). Anak yang
dengan penelitian yang dilakukan
berasal dari keluarga dengan
oleh Anisa (2012). Tingkat
pendapatn rendah lebih banyak
pendidikan seorang ibu sangat
menentukan kualitas dalam cara mengalami stunting dengan resiko
NASKAH PUBLIKASI

1.2 kali lebih besar mengalami tahun di Posyandu Cendana. Sejalan


stunting dibandingkan anak dari dengan penelitian yang dilakukan
keluarga yang berpendapatan oleh Prihutama (2018). Pemberian
cukup. 5,8,12 MP-ASI mempengaruhi
4. Hubungan antara Jumlah Anggota pertumbuhan anak, pemberian
Keluarga dengan Stunting MPASI yang tidak baik memiliki
Ada pengaruh yang bermakna peluang 6,5 kali lebih besar
antara jumlah anggota keluarga mengalami gangguan pertumbuhan
dengan kejadian stunting pada anak dibandingkan anak yang
16
usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana. mendapatkan MP-ASI. Dan
Sejalan dengan penelitian yang berisiko 3,4 kali mengalami
dilakukan oleh Wahdah (2016). Anak stunting.10,15
dengan jumlah anggota keluarga 7. Hubungan antara Status Imunisasi
yang banyak cenderung mengalami dengan Stunting
stunting dibandingkan dengan anak Tidak ada pengaruh yang
dengan jumlah anggota keluarga bermakna antara status imunisasi
yang sedikit. Anak dari keluarga dengan kejadian stunting pada anak
yang jumlah anggotanya banyak usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana.
lebih birisiko 1,34 kali mengalami Sejalan dengan penelitian yang
stunting dibandingkan dengan anak dilakukan oleh Anisa (2012). Anak
dari keluarga yang jumlah anggota dengan status imunisasi yang baik
keluarga sedikit.8,13 akan memiliki kekebelan tubuh
5. Hubungan antara Pemberian ASI terhadap antigen tertentu untuk
Eklusif dengan Stunting mencegah infeksi. Anak dengan
Ada pengaruh yang berkmana status imunisasi yang lengkap akan
antara pemberian ASI eklusif dengan mengurangi risiko kejadian
kejadian stunting pada anak usia 2-5 stunting.6,9,12
tahun di Posyandu Cendana. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan KESIMPULAN DAN SARAN
oleh Darmayanti (2016). Anak yang A. Kesimpulan
tidak mendapatkan ASI eklusif (0-6 1. Lebih dari separuh ibu memiliki
bulan) lebih berpeluang mengalami tingkat pendidikan tinggi (75,9%),
stunting diabndingkan dengan anak setengah dari ibu bekerja (54,4%),
yang mendapat ASI eklusif. Anak lebih dari separuh keluarga
yang tidak mendapat ASI eklusif berpendapatan rendah (64,4%), lebih
berisiko 4,659 kali lebih besar dari separuh keluarga memiliki
mengalami stunting dibandingkan jumlah anggota keluarga banyak
dengan anak yang mendapat ASI (69,0%), lebih dari separuh anak
eklusif.6,14 tidak mendapat ASI eklusif (67,1%),
6. Hubungan antara Pemberian setengah dari anak mendapat
MPASI dengan Stunting pemberian MPASI yang tidak baik
Ada pengaruh yang bermakna (50,6%) dan sebagian besar status
antara pemberian MPASI dengan imunisasi anak baik (86,7%) di
kejadian stunting pada anak usia 2-5 Posyandu Cendana Puskesmas
Botania tahun 2019.
NASKAH PUBLIKASI

2. Kurang dari setengah (15,2%) terjadinya peningkatan angka


kejadian stunting pada anak usia 2-5 stunting pada anak.
tahun di Posyandu Cendana 3. Bagi Peniliti Selanjutnya
Puskesmas Botania tahun 2019. Hasil penelitian ini dapat
3. Terdapat hubungan yang bermakna memberikan informasi dan manfaat
antara faktor tingkat pendidikan ibu bagi peneliti selanjutnya yang
(p=0,001), pekerjaan ibu (p=0,024), berhubungan dengan pendidikan ibu,
pendapatan keluarga (p=0,037), pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
jumlah anggota keluarga (p=0,009), jumlah anggota keluarga, ASI
pemberian ASI eklusif (p=0,010), eklusif, pemberian MPASI dan status
dan pemberian MPASI (p=0,021) imunisasi dengan kejadian stunting.
dengan kejadian stunting pada anak Diharapkan kepada peneliti
usia 2-5 tahun di Posyandu Cendana selanjutnya untuk meneliti faktor lain
Puseksmas Botania tahun 2019 yang belum diteliti dalam penelitian
dengan didapatkan nilai P lebih kecil ini dan melakukan pengukuran
dibandingkan dengan taraf signifikan terhadap gizi anak dan dengan desain
(α)=5% (0,05). peneitian yang dapat
4. Tidak terdapat hubungan yang menggambarkan hubungan sebab-
bermakna antara status imunisasi akibat agar lebih pasti untuk
(p=0,901) dengan kejadian stunting mengetahui faktor apa yang menjadi
pada anak usia 2-5 tahun di penyebab dominan terjadinya
Posyandu Cendana Puskesmas stunting pada anak usia 2-5 tahun.
Botania Kota Batam tahun 2019
dengan didpatkan nilai P lebih besar DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan dengan taraf signifikan 1. WHO (2012) ‘Global Nutrition Target
(α)=5% (0,05). 2025 Stunting Policy Brief.
B. Saran 2. WHO. (2013) ‘Childhood stunting:
1. Bagi Responden dan Masyarakat context, causes and consequences’,
Diharapkan kepada ibu untuk Maternal and Child Nutrition, 9(2),
mengetahui faktor-faktor resiko yang pp. 27–45. Available at:
menyebabkan terjadinya stunting dan http://www.who.int/nutrition/events/
memberikan asupan gizi yang 2013_ChildhoodStunting_colloqu_1
adekuat sehingga dapat mengurangi 4Oct_ConceptualFramework_colou
pada anak agar dapat mengurangi r.pdf
resiko kejadian stunting. 3. Adriani, M. and Kartika, V.(2013)
2. Bagi Posyandu dan Puskesmas ‘Pola asuh makan pada balita
Diharapkan kepada petugas dengan status gizi kurang di Jawa
kesehatan dan kader posyandu untuk Timur, Jawa Tengah dan
melakukan pengukur tinggi badan Kalimantan Tengah, tahun 2011
secara berkala pada anak dan ( Feeding Pattern for Under Five
memberikan penyuluhan serta Children with Malnutrition Status
informasi tentang pentingnya ASI in East Java , West Java , and
eklusif dan pemberian MPASI untuk Central Kalimantan , Year 2011 ).
pertumbuhan dan perkembangan 4. Ni'mah, C and Muniroh, L. (2015)
anak sehingga dapat mencegah ‘Hubungan tingkat pendidikan,
NASKAH PUBLIKASI

tingkat pengetahuan dan pola asuh 11. Damanik, P. dkk. (2014) 'Hubungan
ibu dengan wasting dan stunting status gizi, pemberianASI eklusif,
pada balita keluarga miskin’, Media status ikunisasi dsar dengan
Gizi Indonesia, 10(2015), Vol. 10, kejadian Infeksi Saluran Penafasan
No. 1 Januari–Juni 2015: hlm. 84– Akut (ISPA) pada anak usia 12-24
90 terdiri. bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
5. Ardiyah, F. dkk. (2015) ‘Faktor-faktor Gluyur Darat Kota Medan,' Jurnal
yang mempengaruhi kejadian gizi, Kesehatan Reproduksi dan
stunting pada anak balita di wilayah Epidemiologi
pesedaan dan perkotaan’. 12. Setiawan, E. dkk. (2018). ‘Faktor-
6. Muganti, S. dkk. (2018) ' Faktor faktor yang berhubungan dengan
penyebab anak stunting usia 25-60 kejadian stunting pada anak usia
bulan di Kecamatan Sukprejo Kota 24-59 bulan di Wilayah Kerja
Blitar,' Journal of Ners and Puskesmas Andalas Kecamatan
Midwifery. Padang Timur Kota Padang Tahun
7. Aini, E. dkk. (2018) ‘Faktor yang 2018’, Jurnal Kesehatan Andalas.
mempengaruhi stunting pada balita 13. Oktariana, Z dan Sudiarti, T. (2013)
usia 24-59 bulan di Puskesmas 'Faktor risiko pada balita (24-59
Cepu Kabupaten Blora,’ Jurnal bulan) di Sumatera,' Jurnal Gizi
Kesehatan Masyarakat (e-Journal). dan Pangan.
8. Ibrahim, I dan Faramitha, R. (2014) ' 14. Wahdah, S. Juffrie, M. and Huriyati,
Hubungan faktor sosial ekonomi E. (2016) ‘Faktor risiko kejadian
dengan kejadian stunting pada anak stunting pada anak umur 6-36 bulan
usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja di wilayah Pedalaman Kecamatan
Puskesmas Barombang kota Silat Hulu, Kapuas Hulu,
Makassar tahun 2014,' Public Kalimantan Barat’, Jurnal Gizi dan
Health Scince Journal. Dietetik Indonesia (Indonesian
9. Agustia, R. dkk (2018) 'Faktor risiko Journal of Nutrition and Dietetics).
kejadian stunting pada balita usia 15. Wanda, L. dkk. (2014) ‘Faktor risiko
12-59 bulan di Wilayah Tambang stunting pada anak umur 6-24 bulan
Poboya, Kota Palu', Jurnal Dunisa di kecamatan Penanggalan kota
Gizi. Subulussalam provinsi Aceh’,
10. Rahmad Agus, H. (2017) ‘Pemberian Jurnal Gizi Indonesia: The
ASI dan MP ASI terhadap Indonesian Journal of Nutrition.
pertumbuhan bayi usia 6-24 bulan’,
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
PERSETUJUAN VALIDASI NASKAH PUBLIKASI

Nama : dr. Rosyadi Aziz Rahmat, M.Pd.Ked


NIDN :1002038402
NASKAH PUBLIKASI

Anda mungkin juga menyukai