Anda di halaman 1dari 10

HIV/AIDS

Dosen pengampuh
dr. Edwina Rugaiah Monayo, M.Biomed

PENGERTIAN, PATOFISIOLOGI,
PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSA HIV AIDS
OLEH
KELOMPOK II
FAULA AZZAHRA 841419120
SITTI NURHASANAH DJAILANI 841419081
RAHMA DWI ASTUTI YUSUF 841419074
SRI WAHYU NINGSI MAHAJANI 841419087
NUR RIZKIANA 841419053
ISNIYATI YASIN 841419057
ADHAN REGITTO THALIB 841419065
SITI NURMAGFIRAH TOME 841419063

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat waktu. Adapun
pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
HIV/AIDS. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat
yang berguna bagi pengetahuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang
lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.

Gorontalo, 18 Februari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3. Tujuan...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia sepanjang hidupnya mengalami proses perkembangan yang berlangsung


sejak masa konsepsi sampai akhir hayatnya. Berlangsungnya perkembangan manusia
ditentukan oleh sejumlah faktor. Salah satu faktor yang harus menjadi perhatian dan
mempunyai peran besar dalam perkembangan individu adalah faktor kesehatan. Pertumbuhan
dan perkembangan individu akan berjalan dengan baik apabila tubuhnya sehat. Tubuh sehat
berarti tidak terkena penyakit. Mengidap penyakit akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan individu. Penyakit jelas pengaruhnya pada perkembangan, terutama
perkembangan fisik. Penyakit yang diderita individu akan menjadi masalah yang dapat
menghambat aktivitas dan perkembangan individu dalam menjalani kehidupannya.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Acquired Immune Deficiency


Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang ditakuti dan dapat menghambat aktivitas dan
perkembangan individu. Menurut Murni Suzana, dkk (2007:4) HIV adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan segala jenis penyakit yang datang, dan AIDS merupakan gejala kumpulan penyakit
akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. HIV/AIDS
merupakan suatu fenomena besar yang melanda dunia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan HIV?
2. Apa yang dimaksud dengan AIDS?
3. Bagaimana perjalanan penyakit HIV/AIDS?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari HIV
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari AIDS
3. Mahasiswa dapat mengetahui perjalanan penyakit HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV


Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah
putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan
virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi
penggunaan alat suntik dengan orang lain (KPAD Kab. Jember, 2015).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu
jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut
terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada
di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol) (KPAD Kab. Jember, 2015).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau
media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS,
apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai
infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang
dikenal dengan infeksi oportunistik (Fetting, 2016).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat limfotropik
khas yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau
merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa
faktor T4 (CD4). ). Virus ini diklasifikasikan dalam famili Retroviridae, subfamili
Lentiviridae, genus Lentivirus. Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tingkat HIV dalam
tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV
telah berkembang menjadi AIDS (Acquired Imunnodeficiency Syndrome). (Dewi
Rokmah, 2014.)
2.2 Pengertian AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh
infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut
sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit,
paru, saluran penernaan, otak dan kanker.(KPAD Kab. Jember, 2015)
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrom kekebalan tubuh oleh
infeksi HIV. Virus masuk melalui perantara darah, semen, dan sekret vagina. Sebagian
besar penularan (75%) diakibatkan hubungan seksual (Noviana, 2016).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan
infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem
pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain
(Fetting, 2016).
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah salah satu penyakit yang
termasuk kategori kronis, yang muncul sehubung dengan adanya infeksi yang disebabkan
oleh masuknya virus yang disebut HIV (human immunodeficiency virus). HIV
menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia, dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pertukaran cairan tubuh saat melakukan hubngan seksual, melalui
darah, melalui air susu ibu yang terpapar HIV, serta melalui penggunaan jarum suntik
secara bersamaan dengan individu yang terpapar HIV. (Fetting, 2016.)

2.3 Perjalanan Penyakit


Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring pertambahan
replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan terus menurun.
Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis pada AIDS berkisar
antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik,
seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam
kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada
fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga
terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun (berupa infeksi oportunistik).
Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat reaksi autoimun, reaksi
hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta, 2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel – sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya funsi sel T penolong (Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Imunodevisiensi Virus (HIV) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertaun-tahun. Selama waktu ini jumlah
sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu T4 mencapai kadar ini ,
gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik)(Susanto & Made Ari, 2013).

Menurut Robbins, Dkk (2011) perjalanan HIV paling baik dipahami dengan
menggunakan kaidah saling mempengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap
yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan pejamu. (1) fase
akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase kritis pada tahap
akhir.
Fase akut menggambarkan respon awal seseorang deawas yang imunokompeten
terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yanmg khas merupakan penyakit yang sembuh
sendiri yang terjadi pada 50% hingga 70% dari orang dewasa selama 3-6 minggu setelah
infeksi; fase ini ditandai dengan gejalah nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, nilagioa,
demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga ditandai dengan
prooduksi virus dalam jumlah besar, viremia dan persemaian yang luas pada jaringan
limfoid perifer, yang secara khas disertai dengtan berkurangnya sel T CD4+ kembali
mendekati jumlah normal. Namun segera setelah hali itu terjadi, akan muncul respon
imun yang spesifik terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi ( biasanya
dalam rentang waktu 3 hingg 17 minggu setelah pejanan) dan munculnya sel T sitoksik
CD8+ yang spesifik terhadap virus. Setelah viremia meredah, sel T CD4+ kembali
mendekati jumlah normal. Namun berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan
penanda berakhirnya replikasi virus, yang akan terus berkanjut didalam magkrofak dan
sel T CD4+ jaringan.
Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukan tahap penahanan relatif virus.
Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut
hingga beberapa tahun. Pada pasien tiudak menunjukan gejala ataupn limfadenopati
persisten, dsan banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik ”ringan” seperti
sariawan (candida) atau herpes zoster selama fase ini replikasi viru dalam jaringan
limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluasakan disertai dengan kehilangan sel
CD4+ yang berlanjut. Namun, karena kemampuan regenerasi imun besar, sel CD4+ akan
tergantikan dengan juumlah yang besar. Oleh karena itu penuruna sel CD4+ dalam darah
perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati periode yang panjang dan
beragam, pertahanan mulai berkkurang, jumlah CD4+ mulai menurun, dan jumlah CD4+
hidup yang terinfeksi oleh HIV semakin meningkat. Linfadenopati persisten yang disertai
dengan kemunculan gejala konstitusional yang bermakna (demam, ruam, mudah lelah)
mencerminkan onset adanya deokompesasi sistem imun, peningkatan replikasi virus, dan
onset fase “kritis”.
Tahap akhir, fase kritis , ditandai dengan kehancuran pertahanna penjamu yang
sangat merugikan viremia yang nyata, srerta penyakit kinis. Para pasien khasnya akan
mengalami demam lebih dari satu bulan, mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare.
Jumlah sel CD4+ menurun dibawah 500 sel/µ L. Setelah adanya interval yang berubah-
ubah, para pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma sekunder, dan
atau manifestasi neurologis (disebut kondisi yang menentukan AIDS), dan pasien yang
bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS yang sesungguhnya. Bahkan jikakondisi
lazim yang menentukan AIDS tidak muncul, pedoman CDC yanng digunakan saat ini
menentukan bahwa seseorang teerinfeksi HIV dengan jumlah sel CD4+ kurang atau sma
dengan 200/µL sebagai pengidap AIDS.

2.4 Pemeriksaan Fisik dan Diagnosis


Seseorang yang ingin menjalani tes HIV/AIDS untuk keperluan diagnosis harus
mendapatkan konseling pra tes. Hal ini harus dilakukan agar ia dapat mendapat informasi
sejelas-jelasnya mengenai infeksi HIV/AIDS sehingga dapat mengambil keputusan yang
terbaik untuk dirinya serta lebih siap menerima apapun hasil tesnya nanti. Untuk
memberitahu hasil tes juga diperlukan konseling pasca tes, baik hasil positif maupun
negatif. Jika hasilnya positif akan diberikan informasi mengenai pengobatan untuk
memperpanjang masa tanpa gejala serta cara pencegahan penularan. Jika hasilnya negatif,
konseling tetap perlu dilakukan untuk memberikan informasi bagaimana
mempertahankan perilaku yang tidak berisiko. Terdapat dua uji khas yang digunakan
untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV untuk menegakan diagnosis, yaitu
 ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay)
ELISA adalah salah satu uji serologis yang dapat digunakan untuk mengukur
antigen/antibodi. Prinsip utama teknik ELISA adalah penggunaan indikator enzim
untuk reaksi imunologi. Sensitivitasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes
ini memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. Antibodi HIV adalah protein
yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Tes antibodi terdiri
atas beberapa jenis, antara lain: ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assay). ELISA merupakan tes HIV yang umumnya digunakan sebagai langkah
awal untuk mendeteksi antibodi HIV.
 Western blot
Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang
diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes ini juga digunakan untuk mengonfirmasi
hasil tes ELISA Spesifikasinya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya
cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kesimpulannya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang


memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Sedangkan, Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • RISNA
    RISNA
    Dokumen171 halaman
    RISNA
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Kel 34
    Kel 34
    Dokumen467 halaman
    Kel 34
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Kel 34
    Kel 34
    Dokumen467 halaman
    Kel 34
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat
  • Adil
    Adil
    Dokumen2 halaman
    Adil
    Zubedi Mahajani
    Belum ada peringkat