Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL KINEMATIKA GERAK

DENGAN ANALISIS VEKTOR DISERTAI KONSEP MATEMATIKA


DASAR DI SMA SUB RAYON WAY JEPARA

Oleh :Eliyawati, Herpratiwi, I Dewa Putu Nyeneng


FKIP Unila, Jl. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
e-mail: yawati2610@gmail.com
HP : 085269452610

Abstrak : Pengembangan bahan ajar modul kinematika gerak dengan analisis


vektor disertai konsep matematika dasar di sma sub rayon way jepara.
Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi awal pembelajaran
fisika materi kinematika gerak dengan analisis, (2) mendeskripsikan langkah langkah
dalam pengembangan modul, (3) menganalisis efektifitas. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian dan pengembangan.Data dikumpulkan dengan
menggunakan angket, lembar observasi, dan tes serta dianalisisis menggunakan Uji t
test. Hasil penelitian menyimpulkan : (1) Pada materi kinematika gerak dengan
analisis vektor belum ada bahan ajar yang mengoptimalkan proses belajar. Bahan ajar
yang tersedia tidak menyajikan materi prasyarat yaitu integral dan deferensial. (2)
Langkah langkah dalam pengembangan modul adalah : a) penulisan modul, b)
validasi ahli, c) uji coba dan revisi, d) uji lapangan. (3) Modul lebih efektif 75%
berdasarkan peningkatan nilai tes, namun jika berdasarkan pencapaian KKM hanya
efektif pada SMAIT Baitul Muslim.

Kata kunci: modul, kinematika gerak, analisis vektor.

Abstract : Development of teaching materials module motion with vector


analysis accompanied basic mathematical concepts in senior high school of sub
rayon Way Jepara. This study aims to: (1) describe the potential and initial
conditions matter physics learning kinematic motion with vector analysis, (2)
describe the steps in the development of modules, (3) analyze the effectiveness. The
method used is research and development.Data was collected using questionnaires,
observation sheets, and test and test analyzed using t-test. The study concluded: (1) In
the matter of kinematics motion with vector analysis not available teaching materials
that optimize the learning process. Teaching materials not present prerequisite
material that is an integral and deferensial. (2) The step in the development of the
module are: a) the writing module, b) validation experts, c) testing and revision, d)
field testing. (3) The module is more effective 75% based on the increased value of
the test, but if it is based on the achievement of KKM is only effective on SMAIT
Baitul Muslim.

Keywords: module, kinematics motion , vector analysis.


PENDAHULUAN siswa secara pribadi, adanya materi
prasyarat matematika yaitu konsep
Tujuan mata pelajaran fisika tingkat
integral dan diferensial pada materi
SMA memiliki beberapa tujuan
kelas XI semester ganjil dengan
diantaranya mengembangkan
kompetensi dasar menganalisis gerak
kemampuan bernalar dalam berpikir
lurus, gerak melingkar dan gerak
analisis induktif dan deduktif dengan
parabola dengan analisis vektor.
menggunakan konsep dan prinsip
Materi prasyarat tersebut belum
fisika untuk menjelaskan berbagai
diperoleh siswa pada kelas XI
peristiwa alam dan menyelesaian
semester ganjil.
masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Tujuan mata pelajaran Belajar adalah suatu aktifitas yang
fisika tersebut dapat tercapai apabila berlangsung antara pebelajar dengan
pembelajaran yang dialami siswa lingkungannya dan menimbulkan
efektif dan bermakna serta ditunjang perubahan pada berbagai aspek. Dalam
oleh sarana dan prasarana pendidikan banyak teori belajar yang
pembelajaran yang memadai. Indikator disumbangkan oleh beberapa ahli,
tercapainya tujuan mata pelajaran namun teori belajar memiliki tujuan
dapat ditinjau dari meningkatnya utama untuk menjelaskan proses
prestasi belajar siswa. belajar. Memperhatikan pada
hubungan diantara variabel variabel
Berdasarkan analisis terhadap siswa
yang menentukan hasil belajar.
yaitu tentang karakteristik umum
Berbeda dengan teori pembelajaran
siswa, kemampuan awal dan gaya
yang memperhatikan pada bagaimana
belajar siswa diperoleh bahwa
pembelajar memepengaruhi siswanya
karakteristik umum siswa Sekolah
untuk belajar. Menurut Riyanto (2009 :
Menengah Atas (SMA) di Sub Rayon
6) behaviorisme akan menimbulkan
Way Jepara Lampung Timur belum
tingkah laku yaitu perubahan tingkah
dapat memfasilitasi pembelajaran
laku sebagai akibat dari interaksi
dengan internet dan komputer baik
antara stimulus dan respon. Teori
yang disediakan oleh sekolah maupun
belajar behavioristik menjelaskan orang lain. Menurut Piaget dalam
belajar itu adalah perubahan perilaku Siregar dkk (2010 : 39) bahwa
yang dapat diamati, diukur dan dinilai pengetahuan merupakan ciptaan
secara konkret. Perubahan terjadi manusia yang dikonstruksikan dari
melalui rangsangan (stimulans) yang pengalamannya, proses pembentukan
menimbulkan hubungan perilaku berjalan terus menerus dan setiap kali
reaktif (respon) berdasarkan hukum- terjadi rekonstruksi karena adanya
hukum mekanistik. Menurut Karwono pemahaman yang baru. Sehingga
(2010 : 42) teori behaviorisme siswa mengartikan apa yang telah
menekankan pada tingkah laku diajarkan dengan konstruksi yang telah
manusia dan memandang individu dibangun sebelumnya. Menurut
sebagai mahluk reaktif yang Budiningsih (2005:59) Paradigma
memberikan respon terhadap konstruktivisme memandang siswa
lingkungan. Pengalaman dan latihan sebagai pribadi yang sudah memiliki
akan membentuk perilaku mereka. kemampuan awal sebelum
Berdasarkan uraian diatas teori belajar mempelajari sesuatu. Kemampuan
behaviorisme bahwa belajar sebagai awal tersebut akan menjadi dasar
suatu proses perubahan tingkah laku dalam mengkonstruksi pengetahuan
dimana reinforcement dan punishment yang baru.
menjadi stimulus untuk merangsang
Berdasarkan uraian diatas, dalam
pebelajar dalam berperilaku.
belajar siswa harus membangun

Teori belajar lain, teori sendiri pengetahuannya karena proses

konstruktivisme memahami belajar belajar itu datang dari dalam individu

sebagai proses pembentukan bukan dri luar individu. Dalam hal

pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. sarana belajar, peran utama dalam

Pengetahuan ada di dalam diri kegiatan belajar adalah aktivitas siswa

seseorang yang sedang mengetahui. dalam mengkonstruksi pengetahuan

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan sendiri melalui bahan, media,

begitu saja dari otak guru kepada peralatan, lingkungan dan fasilitas
lainnya yang disediakan untuk Kondisi Pembelajaran
membantu pembentukan pengetahuan didefenisikan sebagai faktor faktor
tersebut. Lingkungan belajar juga yang mempengaruhi penggunaan
sangat berpengaruh terhadap metode tertentu untuk
konstruksi pengetahuan oleh siswa. meningkatkan hasil belajar. Yang
dimaksud dalam klasifikasi
Dengan demikian pembelajaran
variabel ini adalah tujuan
konstruktivistik memberi ruang yang
pembelajaran, karakteristik bidang
luas bagi siswa untuk secara mandiri
studi, kendala, dan karakteristik
melakukan kegiatan belajarnya dengan
siswa
bantuan guru yang menciptakan
b. Metode pembelajaran
suasana konstruktivistik, karena jika
Metode pembelajaran
tidak ada perancangang dan
didefenisikan sebagai cara cara
pengawasan dalam pembelajaran,
yang berbeda untuk mencapai hasil
tujuan pembelajaran akan sulit untuk
pembelajaran yang berbeda
dicapai.
dibawah kondisi yang berbeda.
Klasifikasi variabel ini adalah
Menurut Reigeluth Strategi
strategi pengorganisasian, strategi
pembelajaran adalah spesifikasi untuk
penyampaian dan strategi
menyeleksi serta mengurutkan
pengelolaan.
peristiwa belajar atau kegiatan
c. Hasil pembelajaran
pembelajaran dalam suatu pelajaran.
Hasil belajar didefenisiskan
Strategi pembelajaran meliputi situasi
sebagai efek yang dapat dijadikan
belajar seperti belajar induktif serta
sebagai indikator tentang nilai dari
komponen proses belajar mengajar
penggunaan suatu metode dibawah
seperti motivasi dan elaborasi.
kondidi yang berbeda. Klasifikasi
Variabel penting dalam pembelajaran dari variabel ini adalah, efektif,
menurut Reigeluth yaitu : efesien dan menarik.
a. Kondisi pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas teori konsep integral, dan diferensial
pembelajaran Reigeluth menegaskan sebagai materi prasyarat tidak
bahwa keberhasilan pembelajaran dimunculkan konsepnya terlebih
yang efektif, efesien dan menarik bagi dahulu dalam bahan ajar yang
siswa bergantung pada dua variabel digunakan siswa untuk memudahkan
yaitu 1) kondisi pembelajaran yaitu siswa dalam memahami konsep ini.
tujuan pembelajaran, karakteristik Proses pembelajaran sangat
bidang studi, kendala, dan karakteristik bergantung pada guru sebagai sumber
siswa; 2) metode pembelajaran yang belajar.
meliputi strategi pengorganisasian,
Pada era pendidikan sekarang sumber
strategi penyampaian dan strategi
belajar sangat luas dan mudah ditemui
pengelolaan.
siswa namun sumber belajar tersebut
Hasil pembelajaran yang efektif,
belum serta merta dapat memudahkan
efesien dan menarik dapat dicapai jika
siswa dalam belajar. Maka sumber
menggunakan strategi peorganisasian
belajar tersebut harus sengaja
materi, strategi penyampaian kepada
dirancang untuk memudahkan siswa
siswa dan pengelolaan pembelajaran
dalam belajar. Sumber belajar
yang dipilih berdasarkan analisis
demikian dinamakan bahan ajar.
tujuan pembelajaran, karakteristik
bidang studi, kendala, dan karakteristik
Berdasarkan panduan pengembangan
siswa.
bahan ajar KTSP disebutkan bahwa
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
Beberapa bahan ajar seperti LKS
yang digunakan untuk membantu
(Lembar Kerja Siswa), modul dan
guru/instruktor dalam melaksanakan
buku dari penerbit telah dapat
kegiatan belajar mengajar. Berbagai
digunakan oleh siswa di SMA Negeri I
jenis bahan ajar cetak, antara lain hand
Labuhan Ratu. Namun kedua bahan
out, buku, modul, poster, brosur, dan
ajar tersebut belum mempermudah
leaflet. Bahan ajar yang memadukan
siswa untuk mahami materi kinematika
konsep matematika untuk
dengan analisis vektor. Penggunaan
pembelajaran fisika pada materi
kinematika gerak dengan analisis mereka dapat melanjutkan pada satuan
vektor sangat diperlukan. Menjadi modul tingkat berikutnya.
tanggung jawab guru fisika untuk
Modul adalah bahan ajar sederhana
menyajikan materi matematika yang
berbentuk cetakan yang dapat
akan dipergunakan, namun konsep
digunakan oleh semua siswa yang ada
matematika tidak dapat serta merta
di SMA Sub Rayon Way Jepara yang
dikuasai oleh siswa dan dapat
tidak membutuhkan alat bantu dalam
dipergunakan dalam pembelajaran.
penggunaannya dan sesuai dengan
Maka diperlukan pengalaman belajar
gaya belajarnya. Penyajian modul
mandiri bagi siswa yang menyajikan
yang lengkap dan detail serta disajikan
konsep matematika yang dipergunakan
dalam ruang lingkup materi yang kecil
dalam pembelajaran fisika sehingga
memberikan ruang siswa untuk belajar
siswa dapat belajar secara mandiri
sesuai dengan kecepatan belajarnya.
untuk memahaminya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas


Menurut Prastowo (2012 : 106) modul
maka dibutuhkan pengembangan
pada dasarnya adalah sebuah bahan
bahan ajar berbentuk modul untuk
ajar yang disusun secara sistematis
materi kinematika gerak dengan
dengan bahasa yang mudah dipahami
analisis vektor yang disertai integrasi
siswa sesuai tingkat pengetahuan dan
penggunaan konsep konsep
usia mereka, agar mereka dapat belajar
matematika yang mendasarinya
sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
sehingga pembelajaran pada materi
bimbingan yang minimal dari
tersebut dapat menjadi lebih efektif,
pendidik. Dengan modul siswa dapat
efesien dan menarik.
mengukur sendiri tingkat penguasaan
mereka terhadap materi yang dibahas
Pembelajaran menggunakan modul
pada setiap satuan modul bedasarkan
yang pada hakikatnya disusun dalam
kunci jawaban yang disediakan,
rangka belajar mandiri untuk siswa,
sehingga apabila telah menguasainya
sangat banyak menggunakan
reinforcement berupa penguatan yang
diberikan kepada siswa agar semakin bagi siswa. Pembelajaran
termotivasi mempelajari modul. menggunakan modul klasikal dalam
Prinsip pengulangan latihan, kelas membutuhkan rancangan
penguatan dan sebab akibat pada teori pembelajaran yang matang oleh guru
behaviorisme adalah teknik dalam sebagai perancang pembelajaran dalam
penyusunan modul sehingga kelas. Pengembangan modul diawali
diharapkan pembaca modul dengan analisis kebutuhan terhadap
diharapkan mencapai hasil belajar karakteristik siswa dan mata
yang diinginkan. pelajaran. Penerapannya dalam
pembelajaran di kelas juga
Pembelajaran menggunakan modul
membutuhkan perancangan
dalam rangka pembelajaran mandiri
pembelajaran oleh guru. Perancangan
memberikan ruang yang luas bagi
meliputi bagaimana strategi
siswa untuk membangun
pengorganisasian, strategi
pengetahuannya sendiri. Modul yang
penyampaian dan strategi pengelolaan
memberikan kesempatan bagi siswa
yang dipilih.
untuk melanjutkan mempelajari materi
jika sudah menyelesaikan tahap Menurut Sanjaya (2008:128) strategi
selanjutnya memberikan kesempatan pembelajaran individual dilakukan
bagi siswa untuk terus mengkonstruksi oleh siswa secara mandiri. Kecepatan,
pemahamannya dan pembelajaran kelambatan dan keberhasilan
mandiri ini memotivasi siswa untuk pembelajaran siswa sangat ditentukan
bertanya kepada guru jika menemui oleh kemampuan individu yang
kesulitan. Keaktifan siswa baik itu bersangkutan. Sedangkan Rusman
secara pribadi maupun sosial dalam (2011 : 355) menyatakan belajar
mempelajari modul ini adalah salah mandiri adalah peningkatan
satu ciri pembelajaran yang menganut kemampuan dan ketrampilan siswa
teori konstruktivisme.Bahan ajar dalam proses belajar tanpa bantuan
modul adalah bahan ajar yang orang lain, sehingga pada akhirnya
dirancang untuk pembelajaran mandiri siswa tidak tergantung pada orang
lain. Selanjutnya Rusman Menyatakan kebiasaan tertentu. Metode latihan
dalam belajar mandiri siswa berusaha pada umumnya digunakan untuk
sendiri terlebih dahulu untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
memahami isi pelajaran melalui ketrampilan dari apa yang dipelajari.
media, jika mendapat kesulitan
Menurut Sagala (2011 : 219) Metode
kemudian siswa akan bertanya atau
pemberian tugas atau metode resistasi
mendiskusikan dengan teman, guru
adalah cara penyajian bahan pelajaran
atau orang lain. Berdasarkan uraian
dimana guru memberikan tugas
diatas pembelajaran individu atau
tertentu agar murid melakukan
mandiri bukan berarti siswa dilepas
kegiatan belajar, kemudian harus
secara total dalam proses
dipertanggungjawabkannya.
pembelajaran, tetap ada peran guru
dalam proses pembelajaran terutama Sedangkan menurut Fathurrohman
dalam penyediaan bahan ajar. Maka (2009 : 64) metode penugasan tidak
guru sebagai fasilitator dapat sama dengan istilah pekerjaan
memberikan informasi kepada rumah, tapi jauh lebih luas. Tugas
siswanya tentang sumber belajar yang dilaksankan di rumah, di sekolah, di
dapat digunakan dalam proses perpustakaan dan tempat lainnya.
pembelajaran. Tidak hanya sebatas itu, Metode Penugasan untuk
guru juga dapat mengembangkan merangsang anak belajar baik
bahan ajar yang sesuai dengan tujuan secara individual atau kelompok.
pembelajaran ayang akan dicapai dan Oleh karena itu, tugas dapat
karakteristik siswanya sehingga dikerjakan secara indivual maupun
pembelajaran dapat berjalan dengan kelompok.
baik.
Dari dua pengertian diatas dapat
Metode latihan (drill) atau metode disimpulkan bahwa metode pemberian
training Menurut Sagala (2011 : 217) tugas adalah suatu penyajian bahan
merupakan suatu cara mengajar yang pembelajaran dengan cara guru
baik untuk menenamkan kebiasaan memberikan tugas tertentu agar
diselesaikan siswa sebagai salah satu langkah dalam pengembangan modul
bentuk kegiatan belajarnya, baik kinematika gerak dengan analisis
secara individu atau kelompok dan vektor disertai konsep matematika
adanya laporan sebagai hasil dari tugas dasar. (3) Menganalisis efektifitas,
tersebut tanpa terikat dengan tempat. efesiensi, dan kemenarikan modul
materi kinematika gerak dengan
Menurut Riyanto (2009:355) tugas
analisis vektor .
guru dalam proses belajar mandiri
adalah menjadi fasilitator, yaitu orang
METODE PENELITIAN
yang siap memberikan bantuan kepada
siswa jika diperlukan. bentuknya Penelitian ini menggunakan
terutama bantuan dalam menentukan pendekatan Research and
tujuan belajar, memilih bahan dan Development (R&D) pada mata
media belajar, serta dalam pelajaran fisika atau penelitian yang
memecahkan kesulitan yang tidak berfokus pada analisis kebutuhan
dapat dipecahkan siswa sendiri siswa untuk meningkatkan prestasi
belajar mata pelajaran fisika.
Pembelajaran individual, metode Penelitian ini adalah penelitian dan
pemberian tugas dan metode latihan pengembangan dengan prosedur
adalah strategi penyampaian penelitian pengembangan menurut
pembelajaran menggunakan modul Borg and Gall (1979: 626) adalah:
sehingga teori belajar konstruktivisme
³UHVHDUFK DQG LQIRUPDWLRQ
dan behaviorisme digabungkan dalam collecting, planning, develop
pembelajaran menggunakan modul. preliminary form of product,
preliminary field testing, main
product revision, main field testing,
Tujuan yang ingin dicapai dalam operational product revision,
penelitian pengembangan ini: (1) operational field testing,final
product revision, and dissemination
Mendeskripsikan Potensi dan kondisi aQG LPSOHPHQWDWLRQ´
awal pembelajaran fisika materi
Tahap kedelapan, yaitu uji coba
kinematika gerak dengan analisis
operasional, tahap kesembilan
vektor . (2) Mendeskripsikan langkah
adalah perbaikan produk akhir, dan
tahap terakhir, yaitu diseminasi Select Methods, Media, and Material,
nasional. Penelitian ini dibatasi Utilize Media and materials, Require
pada tahap ketujuh yakni revisi Learner Participation, Evaluate and
produk operasional dengan Revise. Pada Penelitian ini tahapan
pertimbangan keterbatasan waktu Assure merupakan tahapan
dan biaya serta mengacu pada pengembangan modul dan dilakukan
pendapat Borg and Gall bahwa jika sampai di langkah tiga karena langkah
merencanakan melaksanakan selanjutnya sama dengan langkah
penelitian R&D untuk tesis dan langkah dalam tahap penelitian Borg
disertasi lebih baik melaksanakan and Gall.
penelitian berskala kecil dengan
Efektifitas dianalisis dengan melihat
membatasi langkah langkah
perbedaan perolehan nilai dalam
penelitian R & D. Penelitian ini
mengerjakan soal pretes dan postes.
dilaksanakan di SMA Sub Rayon
Efesiensi dianalisis dengan
Way Jepara pada semester ganjil
menggunakan lembar observasi
tahun pelajaran 2014-2015.
tentang perbandingan waktu dalam
Proses pengembangan modul adalah pembelajaran menggunakan modul
proses desain modul yang dilakukan dengan waktu yang direncanakan.
untuk menghasilkan draf modul yang Kemenarikan dianalisis berdasarkan
mencakup : (a) perumusan KD yang angket yang diisi oleh responden
harus dikuasai, (b) menentukan alat (siswa).
evaluasi/penilaian dan kunci jawaban,
(c) penyusunan materi, (d)Urutan HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran
Observasi di lapangan menunjukkan
Desain pengembangan modul pada tujuan pembelajaran fisika di SMA
penelitian ini menggunakan desain Negeri I Labuhan Ratu belum
Assure, adapun tahapannya menurut tercapai. Materi kinematika tidak
Smaldino (2011 :110) adalah mencapai ketuntasan 50 % disetiap
Analyze Learners, States Objectives, evaluasinya. Pada tahun 2009/2010
terdapat 5 siswa yang tuntas dari 30 pada tahun 2011/2012 terdapat 6
siswa, pada tahun 2010/2011 terdapat siswa yang tuntas dari 30 siswa (lihat
6 siswa yang tuntas dari 30 siswa, dan tabel 1.1).
Timur menunjukkan mereka
mengalami kendala dalam
membelajarakan kinematika gerak
dengan analisis vektor dikarenakan
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan siswa belum mendapatkan konsep
Mata Pelajaran Fisika
integral dan diferensial serta belum
Materi Kinematika Gerak
Dengan Analisis Vektor. ada bahan ajar yang memadukan
konsep tersebut dengan fisika.
No Tahun KKM Jumlah siswa Jumlah siswa Persentase
Pelajaran yang tuntas yang tidaktuntas ketuntasan
1 2009/2010 70 5 25 Langkah
17% langkah dalam
2 2010/2011 73 6 24 20%
pengembangan modul antara lain
3 2011/2012 73 6 22 21%
1. Penulisan modul. Modul
dikembangkan dengan
Hasil analisis kebutuhan terhadap menggunakan desain Assure sampai
siswa SMA Negeri I Labuhan Ratu pada langkah 3 yaitu, analisis siswa,
diperoleh bahwa siswa mengalami menentukan tujuan dan memilih
kesulitan dalam menentukan besaran media, materi dan bahan ajar
besaran yang ditanyakan dalam soal 2. Validasi ahli. Setelah dilakukan
jika ada suatu persamaan yang penulisan modul, dilakukan validasi
diketahui. Siswa dapat menentukan oleh ahli materi fisika, ahli
rumusnya namun tidak dapat dengan pembelajaran fisika dan media
lancar mengerjakannya karena masih pembelajaran. Modul kinematika
mengalami kesulitan dalam gerak dengan analisis vektor dinilai
menggunakan operasi integral dan layak sebagai modul pembelajaran
deferensial. Berdasarkan lembar oleh ahli media pembelajaran dan
angket yang diberikan kepada guru ahli materi fisika. Namun menurut
guru fisika kelas XI di SMA Lampung ahli pembelajaran fisika, modul
yang dikembangkan belum layak peningkatan nilai tes karena
digunakan dalam pembelajaran dan Penyajian pembelajaran
memerlukan revisi. menggunakan modul dalam tesis
3. Uji coba dan revisi. Setelah ini, menggunakan 3 model yaitu
dilakukan revisi berdasarkan pembelajaran individual, pemberian
validasi ahli dilakukan uji tugas, dan latihan yang dipilih
perorangan dan uji kelompok kecil. berdasarkan karakteristik modul
Uji coba ini dilakukan untuk yang menekankan pada
melihat bagaimana penerapan kemandirian siswa dan karakteristik
modul pada penerapan ketiga metode tersebut yang bersifat
pembelajaran skala kecil kemudian berpusat pada siswa dengan
responden diminta untuk memadukan konsep behavioristik
memberikan saran untuk perbaikan dan konstruktivistik. Selain itu
modul. modul dikembangkan dengan
4. Uji lapangan. Setelah dilakukan menggunakan langkah langkah
revisi modul diperoleh modul yang pengembangan ASSURE yang
telah mendapat saran dari siswa dan merupakan model pengembangan
ahli. Uji lapangan dilakukan pada yang berorientasi kelas. Model
sekolah sampel yaitu SMA N I pengembangan ASSURE dilakukan
Labuhan Ratu, SMAIT Baitul sampai pada langkah tiga
Muslim Labuhan Ratu dan SMA selanjutnya dikombinasikan dengan
Teladan Way Jepara. Uji Lapangan desain penelitian Borg and Gall.
dilakukan untuk mengetahui tingkat Sehingga modul sudah melewati
efektivitas, efesiensi dan evaluasi ahli, uji perorangan, dan
kemenarikan pembelajaran uji kelompok kecil sebelum
menggunakan modul. digunakan dalam kelas sehingga
modul yang dikembangkan
Berdasarkan uji lapangan diperoleh
memang benar benar layak
bahwa modul yang dikembangkan
digunakan karena telah dilakukan
efektif jika ditinjau dari
revisi berdasarkan saran
respondenya. Namun dengan materi kinematika gerak dengan
metode inividual modul hanya analisis vektor memperoleh ketuntasan
efektif pada SMAIT Baitul Muslim tidak lebih dari 21% dan belum ada
karena penyajian pembelajaran bahan ajar yang mengoptimalkan
modul menggunakan metode proses belajar. Bahan ajar yang
individual sehingga maksimal tersedia tidak menyajikan materi
pelaksanaanya di SMA IT Baitul prasyarat yaitu integral dan
Muslim karena dalam satu kelas deferensial. Langkah langkah dalam
terdiri 22 siswa. Modul yang pengembangan modul kinematika
dikembangkan efesien ditinjau dari gerak dengan analisis vektor disertai
segi penggunaan waktu karena konsep matematika dasar adalah
modul disusun secara lengkap dan langkah pengembangan Assure yaitu
sistematis dilengkapi kunci jawaban denan tahapan : 1) penulisan modul,
yang melatih kemandirian siswa 2) validasi ahli, 3) uji coba dan revisi,
sehingga siswa dapat mengatur 4) uji lapangan.
sendiri belajarnya.
Modul lebih efektif 75% berdasarkan
Modul yang dikembangkan menarik peningkatan nilai tes, namun jika
karena modul ini dikembangkan berdasarkan pencapaian KKM hanya
dengan model pengembangan efektif pada SMAIT Baitul Muslim.
ASSURE yang langkah pertama Modul efesien dengan penghematan
dalam pengembangannya adalah waktu rata rata 25%, alokasi
analisis siswa, yaitu pengembangan pembelajaran menggunakan modul
modul disesuaikan dengan lebih sedikit dibandingkan
karakteristik siswa dan gaya belajar direncanakan, namun modul tidak
siswa. efesien jika ditinjau dari pembiayaan.
Modul menarik 80% ditinjau dari

SIMPULAN kemudahan penggunaan, kejelasan


materi, kemudahan materi untuk
Berdasarkan data hasil penelitian dan
dipahami, kemudahan untuk belajar
pembahasan, dapat disimpulkan pada
mandiri dan menumbuhkan semangat Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan
belajar. Makna Pembelajaran. Bandung :
Alfabeta

DAFTAR PUSTAKA Sanjaya, Wina. 2008. Strategi


Borg, Walter R. & Meredith D Pembelajaran Berorientasi Standar
Gall,. 1979. Educational Proses Pendidikan. Jakarta :
research. an introduction (4 th Kencana
ed.). New York: Longman Inc.
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini,.
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan 2010. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Cipta Indonesia
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Smaldino, Sharon E, dkk. 2011.
Sutikno. 2009. Strategi Intructional Technology And Media
Mewujudkan Pembelajaran Media For Learning : Teknologi
Bermakna Melalui Penanaman Pembelajaran Dan Media Untuk
Konsep Umum dan Konsep Belajar. Jakarta : Kencana
Islami. Bandung : PT Refika
Aditama

Karwono. 2010. Belajar dan


Pembelajaran serta Pemanfaatan
sumber belajar. Bandung : Cerdas
Jaya

Prastowo, Andi. 2012. Panduan


Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. Jogjakarta : DIVA press

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma


Baru Pembelajaran. Jakarta :
Kencana

Rusman. 2011. Model Model


Pembelajaran. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai