4.bab I
4.bab I
BAB I
Himpunan Kabur
μ(A B ) (x ) μ c (x )
(A B )(A c B )
max(μ(ABc ) ( x ), μ(Ac B ) ( x ))
max(μ(AB ) ( x ), μ(AB ) ( x )) , xU (1.4)
Ilustrasi 1
Misalkan himpunan orang-orang botak didefinisikan sebagai orang yang
memiliki helai rambut kurang atau sama dengan 50.000 helai. Apabila
seseorang memiliki tepat 50.000 helai rambut, maka orang tersebut akan
masuk dalam kategori orang botak. Akan tetapi, apabila ada seseorang yang
memiliki tepat 50.001 helai rambut, maka orang tersebut akan masuk dalam
kategori orang yang tidak botak. Pada kenyataannya, orang yang memiliki
helai rambut sebanyak 50.000 helai dengan orang yang memiliki 50.001 helai
rambut tidak akan berbeda kebotakannya atau ketidakbotakannya. Sehingga
sangat tidak adil jika kebotakan atau ketidakbotakan kedua orang tersebut
dibedakan secara tajam.
Ilustrasi 2
Misalkan umur manusia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu muda apabila
seseorang berumur kurang dari 35 tahun; paruh baya apabila seseorang
Himpunan Kabur 5
Definisi 1.1
Misalkan U adalah suatu himpunan semesta dengan x U. Suatu himpunan
kabur dalam U adalah himpunan pasangan-pasangan terurut elemen x
dengan derajat keanggotaannya, yaitu:
A = { (x, μ A (x ) ) | xU } (1.5)
μ A merupakan fungsi keanggotaan yang memetakan setiap x U ke interval
[0,1]. Nilai dari μ A (x ) dalam interval [0,1] disebut nilai keanggotaan atau
derajat keanggotaan dari elemen x dalam A , sedangkan interval [0,1] sendiri
disebut ruang keanggotaan. Pada himpunan biasa, anggota dari ruang
keanggotaannya hanyalah nol dan satu, sehingga himpunan kabur
merupakan perluasan dari himpunan biasa. Derajat keanggotaan
menunjukkan besarnya keterlibatan suatu anggota dalam suatu himpuanan.
Gambar 1.1 memperlihatkan suatu grafik fungsi keanggotaan himpunan
biasa, dan Gambar 1.2 memperlihatkan suatu grafik fungsi keanggotaan
himpunan kabur dalam .
A x
1
0,5
A~ x
0,5
x
0
~
Gambar 1.2 Suatu grafik fungsi keanggotaan himpunan kabur A
A~ x
1-
-
-
-
0,5-
-
-
-
0- x
- 1 2 3 4 5 6
~
Gambar 1.3 Grafik fungsi keanggotaan A (Contoh 1.3)
Dari Contoh 1.3 di atas, terlihat bahwa jenis rumah berkamar empat
mempunyai derajat keanggotaan satu, sehingga jenis rumah tersebut
merupakan jenis rumah paling cocok untuk keluarga dengan empat anggota
keluarga dibandingkan dengan jenis-jenis rumah yang lain yang derajat
keanggotaannya kurang dari satu.
Contoh 1.4
Misalkan U adalah himpunan ibu kota propinsi di Sulawesi. Himpunan kabur
B menyatakan “kota-kota yang penduduknya ramah tamah” dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Himpunan Kabur 9
Contoh 1.5
5x
Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}. Jika μC (x ) xU, maka
5
himpunan kabur C adalah:
C = {(1, 0.8), (2, 0.6), (3, 0.4) (5, 0), (6, 0.2), (7, 0.4), (8, 0.6), (9, 0.8)}
Dari Contoh 1.3 dan 1.5, himpunan semesta U merupakan objek-objek yag
diskrit terurut, sedangkan pada Contoh 1.2 dan 1.4, himpunan semesta U
merupakan objek-objek yang diskrit tidak terurut.
Contoh 1.6
Misalkan U adalah himpunan bilangan real . Himpunan kabur D
menyatakan “bilangan-bilangan yang dekat ke nol” dapat dinyatakan sebagai:
D {( x, μ D ( x))}
0 ; x 1
1 x ; 1 x 0
di mana x dan μD ( x ) (1.6)
1 x ; 0 x 1
0 ; x 1
Gambar 1.4 memperlihatkan grafik fungsi keanggotaan himpunan kabur D .
D~ x
1-
0,5 -
x
-1 0 1
~
Gambar 1.4 Grafik fungsi keanggotaan D (Contoh 1.6)
10 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
Definisi 1.3
Potongan- (-cut) dari suatu himpunan kabur A , yaitu A , adalah
himpunan semua elemen x dalam U yang derajat keanggotaannya dalam A
lebih besar atau sama dengan suatu nilai yang ditentukan, [0, 1]:
A ={xU | μ A ( x ) , [0, 1]} (1.9)
Apabila derajat keanggotaan xU dalam himpunan kabur A lebih besar dari
nilai yang ditentukan, yaitu :
A' = {xU | μ A ( x ) , [0, 1]},
maka A' merupakan potongan- kuat (strong -cut). Himpunan A dan
A' merupakan himpunan biasa.
Contoh 1.8
Pandang kembali Contoh 1.3 dan 1.6. Untuk = 0.3, potongan- himpunan
kabur A pada Contoh 1.3 adalah A0.3 = { 2, 3, 4, 5, 6}. Sedangkan
potongan- kuat untuk A adalah A'0.3 = { 2, 3, 4, 5}. Untuk = 0.2,
potongan- untuk himpunan kabur D pada Contoh 1.6 adalah D0.2 = {x
| -0.8 x 0.8}
Apabila himpunan semesta U merupakan himpunan semua n-tuple
bilangan rill dalam ruang vektor Euclidean n, maka konsep kekonveksan
(convexity) dapat diperluas ke himpunan kabur.
Definisi 1.4
Suatu himpunan kabur disebut konveks jika dan hanya jika potongan- nya
merupakan suatu himpunan konveks untuk sebarang [0, 1].
Suatu himpunan kabur konveks mempunyai fungsi keanggotaan yang
monoton naik atau monoton turun atau monoton naik kemudian monoton
turun. Secara eqivalen dapat dikatakan bahawa jika untuk semua elemen x, y
dan z dalam himpunan kabur A , relasi x < y < z yang mengakibatkan μA (y )
12 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
x x
1 1
0 0
x y z x y z
(a) (b)
Gambar 1.5 Suatu grafik fungsi keanggotaan himpunan kabur konveks (a)
dan non konveks (b)
Contoh 1.10
Pada Contoh 1.3, tinggi dari himpunan kabur A adalah satu, sedangkan
pada Contoh 1.4, tinggi dari himpunan kabur B adalah 0,9.
Definisi 1.7
Suatu himpunan kabur disebut normal jika tinggi dari himpunan kabur tersebut
sama dengan satu. Atau dapat dikatakan bahwa suatu himpunan kabur
disebut normal jika intinya bukan himpunan kosong.
Contoh 1.11
Himpunan kabur A pada Contoh 1.3 merupakan himpunan kabur normal
karena intinya bukan himpunan kosong, sedangkan himpunan kabur B
pada Contoh 1.4 bukanlah himpunan kabur normal karena intinya merupakan
himpunan kosong.
Definisi 1.8
Titik silang (crossover point) dari suatu himpunan kabur A , yaitu
Crossover( A ), adalah himpunan semua elemen x dalam U, sedemikian
sehingga μ A (x ) 0,5 , yaitu :
Crossover( A ) = {xU | μ A (x ) 0,5 } (1.12)
Definisi 1.9
Titik tunggal (fuzzy singelton) adalah suatu himpunan kabur yang supportnya
tunggal.
14 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
Definisi 1.10
Kardinalitas dari suatu himpunan kabur berhingga A didefinisikan sebagai
A μ A (x ), sedangkan kardinalitas relatif dari himpunan kabur
xU
A
berhingga didefinisikan sebagai A . Jika U tak berhingga, maka
U
kardinalitas A adalah A x μ A (x )dx .
Dari definisi di atas, kardinalitas relatif himpunan kabur sangat tergantung
pada kardinalitas himpunan semestanya, sehingga untuk membandingkan
himpunan-himpunan kabur dengan menggunakan kardinalitas relatifnya maka
himpunan kabur tersebut haruslah dalam himpunan semesta yang sama.
Irisan
Irisan dari himpunan kabur A dan B , yaitu A B , mempunyai fungsi
kenggotaan yang didefinisikan sebagai :
μ A B (x ) = min[ μ A (x ) , μ B (x ) ], xU (1.14)
A B merupakan himpunan kabur terbesar yang terkandung dalam A dan
dalam B .
Contoh 1.14
Pandang kembali himpunan kabur A dan B dalam Contoh 1.12, maka:
A B ={(a, 0.2), (b, 0.3), (c, 0.1), (d, 0), (e, 0.5)}.
16 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
Contoh 1.15
Pandang kembali himpunan kabur A dan B dalam Contoh 1.13, maka
0
; x 10
μ AB ( x ) = -2 -1 4 1
, x
min[(1 ( x 10) ) ,(1 ( x 11) ) ] ; x 10
( x jauh lebih besar dari 10 dan mendekati 11 )
A~ B~ x
1
-
0,5 -
A~ B~ x
0 x
10 11
Gambar 1.6 Grafik fungsi keanggotaan A~ B~ dan A~ B~
(Contoh 1.13 dan 1.15)
1.16)
Komplemen
Komplemen dari himpunan kabur A , yaitu Ac , mempunyai fungsi
keanggotaan yang didefinisikan sebagai:
μAc ( x ) = 1 – μA ( x) , xU (1.15)
Contoh 1.16
Pandang kembali Contoh 1.12, komplemen himpunan kabur A adalah :
Ac = {(a, 0.8), (b, 0.3), (c, 0.9), (d, 1), (e, 0.5)}
Contoh 1.17
Komplemen dari himpunan kabur A pada Contoh 1.13 adalah Ac , dengan
fungsi keanggotaan:
Himpunan Kabur 17
1 untuk x 10
μAc ( x ) = -2 -1
, x.
1- (1+ ( x -10) ) untuk x 10
Gambar 1.7 memperlihatkan grafik fungsi keanggotaan himpunan kabur Ac .
A~ ( x)
1
A~ ( x)
c
0,5
0 x
10
~
Gambar 1.7 Grafik fungsi keanggotaan A c (Contoh 1.17)
μA B
(x) = max [μ A B c ( x ), μ Ac B ( x )]
=max [μ A B (x), μB- A (x)] , xU (1.17)
Contoh 1.18
Selisih dari himpunan kabur A dan B pada Contoh 1.12 adalah:
A - B = {(a, 0.2), (b, 0.7), (e, 0.5)}
Adapun jumlah disjungtifnya adalah:
A B = {(a, 0.5), (b, 0.7), (d, 0.1), (e, 0.5)}
18 Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur
vi. Identitas : A = A
A U A
A (A B ) A
vii. Absorpsi :
A (A B ) A
viii. Involusi : (A c )c A
(A B )c A c B c
ix. Hukum De Morgan’s :
(A B )c A c B c
Bukti
Akan dibuktikan bagian (i) dan (ix), sedangkan pembuktian bagian lainnya
diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
(i) Untuk membuktikan A B B A , maka akan diperlihatkan bahwa
μ A B ( x) μB A ( x) , x U yaitu:
μ A B ( x) = max[ μ A ( x ) , μ B ( x ) ] max[ μ B ( x ) , μ A ( x ) ]
μ B A (x ) , x U
Dengan cara yang serupa, A B B A dapat dibuktikan sebagai
berikut:
μ A B (x ) = min[ μ A ( x ) , μ B ( x ) ] min[ μ B ( x ) , μ A ( x ) ]
μ B A ( x) , x U ■
bahwa identitas
1 – min[ μ A ( x ) , μ B ( x ) ] = max[1– μ A ( x ) ,1– μ B ( x ) ] (1.20)
μ A ( x) μ B ( x ) , maka:
1 – μ A ( x) 1 – μ B ( x ) (*)
dan 1 – min[ μ A ( x) , μ B ( x ) ] = 1 – μ B ( x ) (**)
dari (*) dan (**), maka (1.20) benar
μ A ( x) < μ B ( x ) , maka :
1– μ A ( x) > 1– μ B ( x ) (▪)
dan 1 – min[ μ A ( x) , μ B ( x ) ] = 1 – μ A ( x) (▪▪)
dari (▪) dan (▪▪) , maka (1.20) benar.
Dari kedua kemungkinan tersebut, maka lengkaplah bukti untuk (1.20).
Dengan cara yang serupa, dengan mudah dapat dibuktikan bahwa
(A B )c A c B c ■
Semua sifat-sifat operasi pada himpunan kabur juga berlaku pada himpunan
biasa, akan tetapi sebaliknya tidaklah berlaku.
1. Representasi Linear
(x)
1
0
a b
(x)
0 x
a b
Gambar 1.9 Representasi linear turun
Kurva segitiga merupakan gabungan antara garis linear naik dan garis
linear turun, seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.10.
(x)
0
x
a b c
(x
)
1
0
a b c d x
Dengan menggunakan operator max dan min, maka ekspressi lain dari fungsi
keanggotaan trapesium adalah:
x a d x
μ (x ) max min , 1, ,0 , xU (1.26)
b a d c
4. Representasi Kurva – S
(x) (x)
1 1
0 0
a b x a x
b
(a) (b)
(x)
1
0,5
0 x
(x)
1
0,5
0
x
Kurva bentuk lonceng merupakan kurva yang simetris pada suatu titik
dan bentuknya menyerupai bentuk lonceng atau berbentuk kurva normal.
Representasi kurva ini terbagi atas tiga kelas fungsi keanggotaan, yaitu fungsi
keanggotaan kurva-, fungsi keanggotaan kurva-beta dan fungsi keanggota-
an kurva Gauss.
(i) Fungsi keanggotaan kurva-
Fungsi keanggotaan kurva- didefinisikan dengan menggunakan dua
parameter, yaitu parameter untuk titik tengah dengan derajat keanggotaan
Himpunan Kabur 27
sama dengan satu, dan parameter untuk lebar pita (bandwidth), seperti
diperlihatkan dalam Gambar 1.15.
(x)
1
0,5
0
x
2
2
Gambar 1.15 Grafik fungsi keanggotaan kurva-
(x)
1
0,5
0
0,5
0 x
k
Gambar 1.17. Grafik fungsi keanggotaan kurva-Gauss
Fungsi keanggotaan kurva-Gauss adalah
(x) = G(x ; k, ) = exp(–k( – x)2), xU (1.31)
Himpunan Kabur 29
Soal-Soal Latihan
1.1. Tuliskan himpunan berikut dengan menggunakan metode kaidah:
a. A terdiri atas huruf-huruf a, b, c, d dan e
b. B = {2, 4, 6, 8, …}
c. C terdiri atas negara-negara anggota FIFA.
d. D = {5}
e. E terdiri atas presiden B.J. Habibie, Abd. Rahman Wahid,
Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudoyono.
1.2. Diketahui himpunan semesta U = 10.