Anda di halaman 1dari 32

KEBUTUHAN DASAR PROFESI

ISTIRAHAT DAN TIDUR

DI SUSUN :

NAMA : TETY RAHMAWATY SUSISNO

NIM : PO7120420033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES PALU


T.A 2020/2021
KONSEP KEBUTUHAN DASAR

ISTIRAHAT TIDUR

1. Pengertian Istirahat Tidur

. Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun

dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203).

Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa

kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing

menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).

Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya

melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar,

2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun

yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).

Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau

berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola

istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup

yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522).Gangguan pola tidur adalah

gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA

NIC-NOC,2013:603).

Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang

menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur

ayam” yang periodic dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan

tidur adalah pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat
adekuat, mempertahankan gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan

(NANDA, 2012).

2. Anatomi

Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur

Gambar 1: Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus

tidur-bangun.Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro

penghasil GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari

hipotalamus mengirimkan sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending

arousal system di pons, basis frontalis dan hipotalamus. Sistem ini

meliputi; nukleus tuberomamilarius (TMN) yang terletak di posterior dari

hipotalamus yang memproduksi histamin(HIST), sel raphe dorsalis yang

memproduksi serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin (Ach) yang


terletak di laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum dari

pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi

noreprinefrin(NA).Sistem lain yang tidak diilustrasikan pada gambar ini

meliputi area perifornikal dari hipotalamus yang memproduksi orexin, sel

produsen dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan

serta proyeksi kolinergik yang berasal dari basis frontalis (nukleus basalis,

pita diagonal dari brocca,dan septum medialis) semua struktur ini

memberikan proyeksi ke istem limbik dan korteks (Chiong, 2008).

Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi

beberapa sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta

meliputi beberapa neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama

lain. Berdasarkan penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah

dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan

terjadinya proses tidur di medulla oblongata.Berikut dibawah ini

merupakan area-area di otak yang berperan dalam siklus tidur-bangun

(Posner, 2007, Blumenfeld, 2002, Shneerson, 2005, Aminoff, 2008).

3. Fisiologi

1. Fisiologi Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam
siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam
tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan
tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata
tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari
kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di
tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami
penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan
responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur
dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur
REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi


empat tahapan yaitu:

1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadarmenjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat.
Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerakkekiri dan kekanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awaltahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-
30menit.Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi
1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-
25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 
h) Gelombang otak : EEG aktif.
Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

4. Perubahan Fungsi

Perubahan fungsi tidur atau Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang

jika tidak diobati, umunya menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan

salah satu dari tiga masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi
saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di

siang hari (Tarwoto dan Wartonah, 2010)

a. Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami

kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau

tidur non retoratif. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara

kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.

Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti

perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia

adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten insomnia adalah kesulitan

untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah

bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

b. Parasomnia

Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat

seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.

Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,

enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

c. Hipersomnia

Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama

pada siang hari.

d. Narkolepsi

Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba

pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi


seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit

dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu

bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya

(Guilleminault dan Bassiri, 2005).

e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur

Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara

melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.

Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran.

Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep

Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah. OSA

terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan

mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau

seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya

(apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih

mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga

sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau

mendengkur..

f. Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji penampilan wajah klien , adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata

sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan

lelah.
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara

lambat, postur tubuh tidak stabil.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami

gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian

terhadap :

a. Pola tidur penderita

b. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

c. Tingkatan stres psikis

d. Riwayat medis

e. Aktivitas fisik.

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang

disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),

elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan

alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien

lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien

terjaga di malam hari.The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan

informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur

tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot

menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien

dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola

tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi


waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas

dan istirahat (Buysse, 2005).

7. Tindakan Penanganan

a. Tindakan Penanganan

1. Terapi Non Farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena

penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada

pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

a. Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang

dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa

pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,

aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.

b. Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan

nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat

tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

c. Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti

irama sirkardian tidur normal  penderita. Jadi penderita harus disiplin

menjalankan waktu-waktu tidurnya.

d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat

yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh

tenaga ahli atau dokter psikiatri.

e. Sleep Restriction Therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi

tidur si penderita gangguan tidur.

2. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-

obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan

oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk

penanganan gangguan tidur antara lain:

1) Golongan obat hipnotik

2) Golongan obat antidepresan

3) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.

4) Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien

gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-

sedatif misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,

Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut

mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan

psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.


KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Umum

Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien

dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku

bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara

pasien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang

menyebabkan klien meminta  bantuan pelayanan seperti :

1) Apa yang dirasakan klien

2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba

atau perlahan dan sejak kapan dirasakan

3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari

4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu

klien.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang

dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah

berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan

penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi

ini tidak dikeluhkan.


c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada

tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh

klien.Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit

keturunan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali

atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.

3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual

a. Bernapas

b. Nutrisi

c. Eliminasi

d. Aktivitas

e. Istirahat tidur

f. Berpakaian

g. Pengaturan suhu tubuh

h. Personal Hygiene

i. Rasa Aman Nyaman

j. Komunikasi

k. Spiritual

l. Rekreasi

m. Bekerja

n. Pengetahuan atau belajar


4. Data Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum Pasien

Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit,

warna kulit.

b. Gejala Kardial

Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.

c. Keadaan fisik

Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung,

mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam

memperoleh  berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,

Auskultasi dan Perkusi.

5. Data Pemeriksaan Penunjang

Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah

dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

6. Pengkajian Psikososial

Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai

taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

E. Diagnosa Keperawatan

1. Insomnia

2. Deprivasi tidur

3. Kesiapan meningkatkan tidur

4. Gangguan pola tidur


F. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Insomnia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam NIC

00095 diharapkan pasien tidak mengalami insomnia dengan Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk

kriteria hasil : Menyelesaikan Masalah :

Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)

Tidur (0004) - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung

No Indikator Awal Tujuan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam


1 2 3 4 5
1. Jam mengelola lingkunagn dan kenyamanan yang optimal
2. Pola Tidur
3. Kualitas Tidur - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
4. Perasaan Segar Setelah

Tidur - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk


5. Tempat tidur yang
individu
nyaman
6. Suhu ruangan yang - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
nyaman kenyamanan terhadap suhu

Manajemen Nyeri (1400)


Keterangan:
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
1. Keluhan ekstrime
- Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
2. Keluhan berat
ketidaknyamanan
3. Keluhan sedang
- Pastikan perawatan analgesik
4. Keluhan ringan

5. Tidak ada keluhan - Gunakan strategi komunikasi terapeutik

1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk - Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan

orang dewasa (000401) dukungan

2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) Pilihan intervensi tambahan :

3) Kualitas tidur pasien (000404) - Pengurangan kecemasan

4) Perasaan segar setelah tidur (00048)


- Latihan autogenik
5) Tempat tidur yang nyaman (0004419)
- Memandikan
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420) - Teknik menenangkan

- Peningkatan koping

- Peningkatan latihan

- Terapi latihan : ambulasi

- Perawatan kanguru

- Pemijatan

- Fasilitasi meditasi

- Terapi musik

- Manajemen nutrisi

- Pengaturan posisi

- Relaksasi otot progresif

- Bantuan perawatan diri : eliminasi


- Perawatan inkontinensia urin : enuresisi

2. Deprivasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 jam NIC

Tidur diharapkan pasien tidak mengalami deprivasi tidur Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk

00096 dengan kriteria hasil : Menyelesaikan Masalah :

Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)

Tidur (0004) - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung

No Indikator Awal Tujuan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam


1 2 3 4 5
1. Jam mengelola lingkunagn dan kenyamanan yang optimal
2. Pola Tidur
3. Kualitas Tidur - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
4. Perasaan Segar Setelah

Tidur - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk


5. Tempat tidur yang
individu
nyaman
6. Suhu ruangan yang - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan

nyaman kenyamanan terhadap suhu

Manajemen Nyeri (1400)


Keterangan: - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif

1. Keluhan ekstrime - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai


2. Keluhan berat
ketidaknyamanan
3. Keluhan sedang
- Pastikan perawatan analgesik
4. Keluhan ringan
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik
5. Tidak ada keluhan
- Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan

dukungan
1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam
Pilihan intervensi tambahan :
untuk orang dewasa. (000401)
- Pengurangan kecemasan
1) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403)

2) Kualitas tidur pasien (000404) - Latihan autogenik

3) Perasaan segar setelah tidur (00048) - Memandikan

4) Tempat tidur yang nyaman (0004419) - Teknik menenangkan

5) Suhu ruangan yang nyaman (000420)


- Peningkatan koping
- Peningkatan latihan

- Terapi latihan : ambulasi

- Perawatan kanguru

- Pemijatan

- Fasilitasi meditasi

- Terapi musik

- Manajemen nutrisi

- Pengaturan posisi

- Relaksasi otot progresif

- Bantuan perawatan diri : eliminasi

- Perawatan inkontinensia urin : enuresisi

4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam NIC

Pola Tidur diharapkan px tidak terganggu saat tidur dengan kriteria Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
00198 hasil : Menyelesaikan Masalah :

Tidur (0004) Pengaturan Posisi (0840)

No Indikator Awal Tujuan - Tempatkan pasien pada tidur


1 2 3 4 5
1. Jam - Monitor status oksigen pasien
2. Pola Tidur
3. Kualitas Tidur
- Masukkan posisi tidur yang diinginkan pasien ke
4. Perasaan Segar Setelah
dalam rencana keperawatan
Tidur
5. Tempat tidur yang
- Dorong pasien untuk ROM aktif atau ROM pasif
nyaman
6. Suhu ruangan yang - Tinggikan kepala tempat tidur

nyaman Terapi Relaksasi (6040)

- Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi


Keterangan:
yang dipilih
1. Keluhan ekstrime
- Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa distraksi
2. Keluhan berat
dengan lampu yang redup dan suhu ruangan yang
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan nyaman.

5. Tidak ada keluhan - dorong klien untuk mengambil posisi yang nyamana

dengan pakaian yang naman dan longgar

1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk - minta klien untuk rileks dan merasakan sensasiyang

orang dewasa. (000401) terjadi


2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) - gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat
3) Kualitas tidur pasien (000404)
disetiap kata.berikan informasi tertulis mengenai
4) Perasaan segar setelah tidur (00048)
persiapan dan keterlibatan di dalam teknik relaksasi
5) Tempat tidur yang nyaman (0004419)
Peningkatan tidur
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420)
Pilihan intervensi tambahan :

- Pengurangan kecemasan

- Latihan autogenik

- Memandikan teknik menenangkan


- Peningkatan koping

- Manajemen energi

- Peningkatan latihan

- Terapi latihan : ambulasi

- Pemijatan

- Fasilitasi meditasi

- Terapi musik

- Manajemen nutrisi

- Manajemen nyeri

- Relaksasi otot progresif

4. Kesiapan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x 24 jam NIC

Meningkat diharapkan pasien dapat meningkatkan tidur dengan Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk

kan Tidur kriteria hasil Pasien akan : Menyelesaikan Masalah :


000165 Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)

Istirahat (0003) - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung

No Indikator Awal Tujuan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam


1 2 3 4 5
1 Jumlah istirahat mengelola lingkunagn dan kenyamanan yang optimal
2 Pola istirahat
3 Kualitas istirahat - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
4 Energi pulih setelah

istirahat - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk


5 Tampak segar setelah
individu
istirahat
Keterangan: - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan

1. Keluhan ekstrime kenyamanan terhadap suhu

2. Keluhan berat Aktivitas – aktivitas :

3. Keluhan sedang - Tentukan pola tidur / aktivitas pasien

4. Keluhan ringan - Perkirakan tidur / siklus bangun pasien di dalam

5. Tidak ada keluhan perawatan perenceanaan

- Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama


1. Jumlah jam istirahat (000301) kehamilan, penyakit, tekanan psikososial, dan lain –

2. Pola istirahat ( 000302) lain

3. Kualitas istirahat energi pulih setelah istirahat - Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien

(000303) terhadap pola tidur.

4. Energi pulih setelah istirahat (000309) - Monitor / cata pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

5. Tampak segar setelah istirahat (000310)


- Monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik

( misalnya : apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas,

nyeri / ketidaknyamanan, dan frekuensi buang air

kecil) dan atau psikologis ( misalnya, ketakutan atau

kecemasan ) keadaan yang menggangu tidur

- Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur

- Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan

selama terjaga untuk mencegah penat yang


berlebihan

- Sesuaikan lingkungan ( misalnya : cahaya,

kebisingan, suhu, kasur dan tempat tidur ) untuk

meningkatkan tidur

- Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur

untuk memfasilitasi perpindahan dari terjaga menuju

tidur

- Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu

tidur pasien yang biasa, tanda – tanda sebelum tidur

atau alat peraga, dan benda – benda yang lazim

digunakan ( misalnya untuk anak – anak : selmut /

mainan favorit, ayunan, dot, atau cerita : untuk

dewasa : buku untuk dibaca, dan lain – lain ) yang

sesuai
- Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum

tidur

- Monitor makanan sebelum tidur dan intake minuman

yang dapat mengganggu tidur


DAFTAR PUSTAKA

Aminoff.M, Neurology and General Medicine 4th edition, 2008,Churchill


Livingstone, USA,P;605-609.

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth


Edition. United State of America: Mosby Elsevier.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Blumenfeld.H , Neuroanatomy through Clinical Cases,2002, Sinauer Associates


INC, Massachusets P;588-597
Carney.P, Clinical Sleep Disorder, 2005,Lippincott Williams &Wilkins ,
Philadelphia; P 21-58

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing
Interventions Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby
Elsevier.

Guillemunault C. Bassiri A (2005). Clicinal Features and evaluation of


obstructive sleep apnea-hypoapnea syndrome and the upper airway
resistance syndrome, in : MH kryger, TH Roth, WC Dement (Eds.).
Pronciples and Practice of sleep Medicine. $th edn. WB Saunders,
Philadelphia.

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Lee-Chiong.T, Sleep Medicine Essentials And Review, 2008, Oxford University


Press, PUSA, P;9-15

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.
Posner.J, Plum And Posner Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition,
2007,Oxford University Press, New York P;11-25
Shneerson.J, Sleep Medicine 2nd Edition,2005,
Blackwell,Massachusets,Usa,P;22-51
Smith.H, Sleep Medicine , 2008, Cambridge University Press , New York ,P;61-
67
Sumirta, I Nengah. 2014. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Tidur ( Insomnia
) Pada Lansia. Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
http://www.poltekkesdenpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA
%20KEPERAWATAN/JUNI%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf.
[diakses pada tanggal 3 Sepertember 2018 ].

Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha


Publishing.

Anda mungkin juga menyukai