Anda di halaman 1dari 8

BAB I

DISIPLIN KERJA

Dalam menjalankan setiap aktivitas atau kegiatan sehari-hari, masalah disiplin sering
didefinisikan dengan kata tepat, baik waktu maupun tempat. Apapun bentuk kegiatan itu, jika
dilaksanakan dengan tepat waktu tidak pernah terlambat, maka itu pula dikatakan tepat waktu.
Demikian pula dengan ketepatan tempat, jika dilaksanakan dengan konsekuen, maka “predikat”
disiplin tersebut telah merasuk kedalam jiwa seseorang.

1. Pengertian Disiplin Kerja


Disiplin mengandung pengertian sebagai sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan
perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan
diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan.
Menurut Keith Davis, ”Dicipline is management action to enforce organization standar”.
Disiplin kerja diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi (Anwar Prabu Mangkunegara, 2009).
Menurut Veithzal Rivai (2013), ”Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer
untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah suatu perilaku serta
sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Maka ketika terjadi hal-hal yang tidak berkenaan
dengan indisipliner sangat penting untuk melakukan penegakan disiplin.
Contoh, terbiasa terlambat untuk bekerja, mengabaikan aturan dan prosedur keselamatan kerja,
melalaikan hal-hal yang diperlukan untuk pekerjaan mereka, tidak sopan kepada pelanggan,
terlibat tindakan yang tidak pantas, meninggalkan tempat kerja sebelum waktunya.

Disiplin karyawan adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang
ada atau disiplin adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari
organisasi, baik tertulis maupun tidak tertulis.

1
Sehingga seorang karyawan dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi jika yang
bersangkutan konsekuen, konsisten, taat asas, bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan
kepadanya.

2. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja


Menurut Anwar Prabu (2009), terdapat dua jenis bentuk-bentuk disiplin kerja, yaitu:
1) Disiplin Preventif adalah suatu upaya yang menggerakan pegawai mengikuti dan
mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan.
Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara
preventif pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peratuan-peraturan perusahaan.
2) Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu
perusahaan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan-peraturan sesuai dengan
pedoman yang berlaku pada perusahaan.
Dalam hal ini, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberi sanksi sesuai denga
peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai
pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada
pelanggar.

3. Pendekatan Disiplin Kerja


Anwar Prabu (2009), terdapat tiga pendekatan disiplin kerja, yaitu:
1) Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan
baru di luar hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
(1) Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara
fisik.
(2) Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlaku.
(3) Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka harus
diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-
faktanya.

2
(4) Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus
disiplin.

2) Pendekatan Disiplin dengan Tradisi


Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
(1) Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan
kembali bila telah diputuskan.
(2) Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan
dengan tingkat pelanggarannya.
(3) Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada
pegawai lainnya.
(4) Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras.
(5) Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus diberi
hukuman yang lebih berat.

3) Pendekatan Disiplin Bertujuan


Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa :
(1) Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
(2) Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku.
(3) Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik.
(4) Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perbuatannya.

Veithzal Rivai (2013), menjelaskan tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam
pelaksanaan tindakan disipliner, yaitu :
1) Aturan tungku panas (hot stove rule). Pendekatan tungku panas ini terfokus pada perilaku
masa lalu. Konsekuensi yang analog dengan menyentuh sebuah tungku panas :
(1) Membakar dengan segera
(2) Memberi peringatan

3
(3) Memberikan hukuman yang konsisten
(4) Membakar tanpa membeda-bedakan.

2) Tindakan disiplin progresif (progressive discipline). Tindakan ini dimaksudkan untuk


memastikan bahwa terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran.
Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin yang berkembang mulai dari
hukuman yang ringan hingga yang sangat keras.
3) Tindakan disiplin positif (positive discipline).
Disiplin positif tertumpukan pada konsep bahwa para karyawan mesti memikul tanggung
jawab atas tingkah laku pribadi mereka dan persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Pedoman-pedoman yang dianjurkan untuk tindakan disipliner bagi pelanggaran adalah :


pertama : suatu peringatan lisan,
Kelalaian dalam pelaksanaan tugas-tugas
Ketidakhadiran kerja tanpa izin
Inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan
kedua : suatu peringatan tertulis
Tidak berada di tempat kerja
Kegagalan melapor kerja satu atau dua hari berturut-turut tanpa adanya pemberitahuan
Kecerobohan dalam pemakaian property perusahaan.
ketiga : terminasi
Pencurian di tempat kerja
Perkelahian di tempat kerja
Pemalsuan kartu jam hadir kerja
Kegagalan melapor kerja tiga hari berturut-turut tanpa adanya pemberitahuan.

4. Indikator Disiplin Kerja


Menurut Nitisemito (2015), adapun yang menjadi indikator dari rendahnya disiplin kerja,
yaitu:
1) Turunnya produktivitas kerja

4
2) Tingkat absensi yang tinggi
3) Adanya kelalaian dalam penyelesaian tugas
4) Tingkat kecerobohan atau kecelakaan yang tinggi
5) Seringnya pencurian bahan-bahan pekerjaan
6) Sering konflik antar karyawan

5. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin kerja


Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang pegawai yang
melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan organisasi. Sedangkan sanksi
pelanggaran kerja adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai
yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi.
Ada beberapa tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam
suatu organisasi yaitu :
1) Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis :
Teguran lisan
Teguran tertulis
Pernyataan tidak puas secara tertulis
2) Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis :
Penundaan kenaikan gaji
Penurunan gaji
Penundaan kenaikan pangkat
3) Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis :
Penurunan pangkat
Pembebasan dari jabatan
Pemberhentian sementara
Pemecatan

Anwar Prabu (2009), pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin dengan memberikan
peringatan, harus segera, konsisten, dan impersonal.
1) Pemberian Peringatan

5
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan
ketiga. Tujuan agar pegawai yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah
dilakukannya.
2) Pemberian Sanksi Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai dengan
peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar pegawai yang bersangkutan memahami
sanksi pelanggran yang berlaku di perusahaan.
3) Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini bertujuan agar
pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.
4) Pemberian Sanksi Harus Impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membeda-bedakan pegawai, tua muda,
pria-wanita tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar
pegawai menyadari bahwa disiplin kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi
pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.

6. Teknik-Teknik Pelaksanaan Disiplin Kerja


Beberapa teknik dalam melaksanakan disiplin kerja antara lain:
1) Teknik Disiplin Pertimbangan Sedini Mungkin
Jika keadaan yang tidak baik dibiarkan memburuk, semakin sulitlah untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dari bawahan yang tidak efektif atau tidak
berkemauan penuh.
2) Teknik Disiplin Pencegahan yang Efektif
Salah satu cara terbaik untuk membentu bawahan menyadari perlunya disiplin diri
adalah dengan memberi mereka teladan yang baik. Selain itu, dengan mengadakan
hubungan kerja yang erat dengan setiap bawahan, memberikan pujian kepada bawahan
atas pekerjaan mereka yang baik, juga merupakan teknik lain yang digunakan manajer
yang efektif dalam bidang disiplin pencegahan ini.
3) Teknik Disiplin dengan Mendisiplinkan Diri

6
Disiplin diri membedakan manajer yang dewasa dan efektif dengan manajer yang
belum dewasa dan masih harus berjuang. Disiplin diri adalah usaha seseorang untuk
mengendalikan reaksi mereka terhadap keadaan yang tidak mereka senangi, dan usaha
seseorang untuk mengatasi ketidaksenangan itu. Contoh dari disiplin manajerial adalah
belajar menerima orang yang tidak anda sukai dan mengerjakan pekerjaan yang tidak
anda senangi.
4) Teknik Disiplin Inventori Penyelia
Inventori penyeliaan terhadap disiplin memberikan pengetahuan pada seorang manajer
tentang kesadaran dan pemahaman tentang bidang-bidang kritis dalam disiplin, seperti
sebab-sebab terjadinya masalah dalam kedisiplinan, komunikasi, prinsip dan konsepsi
tentang disiplin, proses penegakan hukum, pembuatan kaidah, dan pengambilan
keputusan tindakan kedisiplinan.
5) Teknik Disiplin Menegur Pegawai “Primadona”
Teknik ini mengajar kepada manajer untuk mengetahui cara menegur bawahan yang
menunjukkan perilaku kerja primadona. Karyawan yang bertingkah primadona
tersebut karena ia merasa mempunyai seorang pelindung dalam perusahaan tersebut.
Bila tidak mampu menegur karyawan primadona tersebut maka seorang manajer bisa
kehilangan sebagian atau seluruh pengendalian terhadap kelompoknya. Jangan sekali-
kali takut kehilangan seorang karyawan yang cantik, rajin, cerdas, jika ia merupakan
faktor perusak keadaan yang sulit diperbaiki.
6) Teknik Disiplin Menimbulkan Kesadaran Diri
Suatu teguran lunak dapat diberikan secara halus melalui pertanyaan tertentu pada
bawahan yang jawabannya merupakan teguran otomatis bagi dirinya sendiri.
Keberhasilan teknik ini bergantung pada bentuk pertanyaan anda selaku manajer.
7) Teknik “Sandwich”
Pada dasarnya teknik ini terdiri dari teguran lisan secara langsung, diikuti oleh ucapan
syukur, dan diakhiri dengan peringatan yang lunak. Sebenarnya manajer itu
menyelipkan (seperti sandwich) ucapan syukur dan persetujuannya di antara dua
teguran yang semuanya dilakukan pada saat itu juga.

7
8

Anda mungkin juga menyukai