Anda di halaman 1dari 32

Dosen Pengampu : Dr.

Ni Komang Yuni Rahyani,


S.Si.T.,M.Kes

Oleh:

Nama : Anak Agung Oka Yadnya Sari

NIM : P07124220095

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan bayi, terutama pada periode neonatal

merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan

suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah, pemberian air susu ibu

(ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare,

pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi

psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak

dalam hal ini yaitu tenaga kesehatan, ibu dan keluarga. Neonatus pada

minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kemampuan ibu melakukan

perawatan bayi baru lahir. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam

kandungan, selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, perawatan bayi baru

lahir dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan

menghasilkan bayi yang sehat (Biben, 2016).

Penilaian terhadap derajat kesehatan dapat menggunakan beberapa

indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian) dan morbiditas

(kesakitan). Angka Kematian Bayi (AKB) hingga saat ini masih menjadi

indikator yang digunakan untuk menggambarkan derajat kesehatan suatu

Negara. Berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2017 bahwa AKB di Indonesia sebesar 24 kematian per 1000 kelahiran
hidup dan AKBA sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2017). Angka

ini masih lebih tinggi dibanding AKB yang direncanakan pada target

Sustainable Development Goals dalam The 2030 Agenda For Sustainable

Development menargetkan pada tahun 2030 dapat mengurangi angka kematian

neonatal paling sedikit 12 per 1000 kelahiran hidup dan kematian pada anak

di bawah 5 tahun paling sedikit 25 per 1000 kelahiran hidup Salah satu

penyebab kematian bayi di Indonesia adalah infeksi sebanyak 7,3 %. (Profil

Kesehatan Indonesia, 2019).

Pada profil kesehatan Provinsi Bali ini, derajat kesehatan masyarakat di

Provinsi Bali digambarkan melalui Angka Mortalitas yang terdiri atas Angka

Kematian Neonatal (AKN) per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi

(AKB) per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per

1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran

hidup, sedangkan untuk Angka Morbiditas yaitu Angka Kesakitan beberapa

penyakit. (Profil Dinas Kesehatan Bali, 2019).

Angka kematian neonatal di Kota Denpasar Tahun 2018 adalah sebesar 0,6

per 1000 Kelahiran Hidup, terdapat 10 kematian neonatal yang terdiri dari 6

laki – laki dan 4 perempuan. Lebih dari 90% kematian bayi di Kota Denpasar

terjadi pada usia kurang dari 28 hari. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar

mencantumkan target kematian bayi pada tahun 2019 sebesar 8 per 1000

kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar (0.7/1000 Kelahiran

Hidup) capaian ini sudah dibawah target. Penyebab kematian neonatal tahun

2019 adalah BBLR, asfiksia, Sepsis, kelainan bawaan, dan angka kematian
bayi tertinggi terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan (Profil Dinas

Kesehatan Kota Denpasar, 2019).

Kematian Bayi umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat

kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan

persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian faktor yang

mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil yang mempengaruhi

perkembangan fungsi dan organ janin. Upaya-upaya yang telah dilakukan

untuk mencegah kematian pada bayi terbagi dalam beberapa upaya antara lain,

mencegah kematian bayi akibat infeksi maka upaya yang dilakukan adalah

imunisasi TT pada ibu hamil, persalinan yang bersih, perawatan mata, ASI

dini dan eksklusif serta pemberian antibiotika. Untuk penyebab kematian

karena asfiksia dan trauma kelahiran dilakukan upaya berupa resusitasi dan

penghangatan. Untuk mencegah kematian bayi karena kelainan kongenital

dilakukan upaya yang meliputi terapi spilis bagi WUS penderita sifilis dan

suplementasi Folat pada ibu hamil serta peningkatan KIE pada ibu hamil.

Cakupan penanganan komplikasi neonatal tahun 2019 sebesar 74%. Capaian

tahun 2018 belum mencapai target yang ditetapkan restra dinas kesehatan

dikes kota Denpasar sebesar 80% (Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar,

2019).

Berdasarkan data diatas dapat dikemukakan bahwa penanganan dan

perawatan bayi sehari- hari merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

kematian perinatal. Kurang baiknya penanganan dan perawatan bayi sehari-

hari salah satunya disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang

perawatan bayi khususnya bagi ibu primipara yang belum mempunyai


pengalaman langsung dalam hal merawat bayi. Berkembangnya kemampuan

seseorang terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai dari pembentukan

pengetahuan, sikap, sampai dimilikinya pengalaman dan keterampilan baru

mengenai kemampuan ibu merawat bayi sehari- hari. Ibu membutuhkan

pelatihan khusus dan juga harus memahami beberapa prosedur dan

manajemen perawatan bayi. Oleh sebab itu penting bagi ibu untuk mengetahui

perawatan bayi dan yakin terhadap kemampuan sendiri, sehingga mampu

merawat bayinya dengan baik dan sehat, sehingga menimbulkan tingginya

efikasi diri ibu dalam perawatan bayi sehari -hari.

Efikasi diri atau self efficacy merupakan suatu penilaian, dan keyakinan

individu terhadap diri sendiri terkait kemampuan diri dalam melakukan

aktivitas dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efikasi diri pada ibu dalam

perawatan bayi sehari- hari dapat meningkatkan motivasi ibu dalam merawat

bayi sehari-hari (Manuntung, 2018). Efikasi diri seharusnya harus tetap

diperhatikan pada ibu primipara terutama pada ibu post partum, karena

perubahan psikologis pada ibu post partum terkait perasaan mudah cemas,

tidak percaya diri, serta perasaan mudah takut. Ketidakmampuan dan belum

siapnya ibu untuk menerima kehadiran bayinya yang membutuhkan perawatan

khusus pada minggu minggu pertama kelahirannya.

Salah satu upaya untuk hal tersebut dilakukan dengan cara peningkatan

mutu pelayanan fasilitas kesehatan terutama rumah sakit dengan program

Rumah Sakit Sayang Ibu & Bayi (RSSIB). Program RSSIB telah dijalankan

sejak 2001 dan kemudian dilakukan revisi pada 2008 melalui Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 603/Menkes/SK/VII/2008 tentang


Pemberlakuan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi. Keputusan

tersebut antara lain adalah bahwa rumah sakit diharuskan melaksanakan 10

langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna dalam rangka

menurunkan AKI dan AKB serta harus dilaksanakan secara konsisten.

Kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah audit maternal perinatal sebagai

suatu bentuk kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan

perinatal dengan maksud mencegah kematian dan kesakitan pada masa yang

akan dating ( Depkes, 2016). Sejak 10 tahun yang lalu hingga saat ini RS

Prima Medika sudah tersertifikasi RSSIB dan  melaksanakan sistem

monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB sebagai salah satu upaya

langkah pelayanan, perlindungan ibu dan bayi secara terpadu serta ditambah

dengan layanan homecare.

Berdasarkan penelitian Nurul Kurniawati (2020) dengan judul Efikasi Diri

Menyusui Nifas Post Sectio Caesaria penelitian ini adalah deskriptif dengan

jumlah responden sejumlah 30 subyek, dengan quota sampling. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan kuesioner BSES-SF yang telah divalidasi.

Hasil penelitian menunjukkan secara umum gambaran tingkat efikasi diri

menyusui ibu adalah rendah sejumlah 56,67% pad post SC, ibu dengan paritas

multipara cenderung memiliki self-efficacy yang tinggi (43,33%), dan

berdasarkan usia ibu, rentang usia reproduktif cenderung memiliki self-

efficacy yang rendah (33,3%). Kesimpulan: Self efficacy ibu menyusui post

SC dari faktor paritas dan usia masih cenderung rendah.

Penelitian Faizah Betty (2019) dengan judul Hubungan Pelatihan

Persiapan Masa Nifas Dengan Efikasi Diri Ibu Nifas di Kabupaten Sragen
Jawa Tengah Tahun 2019 , didapatkan 41 sampel responden dengan hasil, ada

hubungan antara pelatihan persiapan masa nifas dengan efikasi diri ibu nifas,

pada kunjungan pertama (Z= 0,304, p= 0,004), kunjungan ke dua (Z=0,307,

p=0,003) dan dengan total efikasi diri ibu nifas (Z=0,300, p=0,004), dengan

sifat hubungan positif, yaitu ibu yang mengikuti pelatihan persiapan masa

nifas, pada kunjungan pertama memiliki efikasi diri yang tinggi, dan

sebaliknya, ibu yang tidak mengikuti pelatihan persiapan masa nifas, memiliki

efikasi diri yang rendah. Namun tidak ada hubungan antara pelatihan

persiapan masa nifas dengan efikasi diri ibu nifas pada kunjungan ke tiga

(Z=0,291, p= 0,003).

Hasil penelitian Rainy Tri Kurnianingtyas (2018) dengan judul Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Terhadap Efikasi Diri

Menyusui pada Ibu Primigravida Trimester III. Besar sampel dalam penelitian

ini adalah 32 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat efikasi diri menyusui pada ibu

primigravida trimester III sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

manajemen laktasi adalah sebanyak 6 orang ( 18,75 %) memiliki efikasi diri

menyusui rendah, 21 orang (65,625%) memiliki efikasi diri menyusui sedang

dan 5 (15, 625%) orang memiliki efikasi diri menyusui yang tinggi. 2. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat efikasi diri menyusui pada ibu

primigravida setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen

laktasi sebanyak 2 orang (6,25%) memiliki efikasi diri yang rendah , 26

( 81,255%) orang memiliki efikasi diri menyusui sedang dan sebanyak 4 orang

(12,5%) memiliki efikasi diri menyusui tinggi Hasil penelitian menunjukkan


ada pengaruh intervensi pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen

laktasi terhadap tingkat efikasi diri menyusui pada ibu primigravida trimester

III uji T-test dengan nilai p = 0.0001.

Studi awal Studi awal di Rumah Sakit Prima Medika yang terletak di

Denpasar Selatan, dari studi awal yang dilakukan dari 10 ibu nifas terdapat 4

ibu nifas memiliki pengetahuan kurang, 3 ibu memiliki pengetahuan cukup

dan 3 ibu memiliki pengetahuan baik tentang perawatan bayi sehari-hari, dari

4 ibu nifas yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 3 diantaranya

memiliki efikasi diri yang rendah 1 diantaranya memiliki efikasi diri yang

tinggi, dari 3 ibu nifas yang memiliki pengetahuan cukup 2 memiliki efikasi

diri yang rendah dan 1 memiliki efikasi diri yang tinggi, 2 ibu nifas yang

memiliki pengetahuan baik 1 diantaranya memiliki efikasi diri yang rendah, 1

memiliki efikasi diri yang tinggi dalam perawatan bayi sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “ Hubungan Pengetahuan Dengan Efikasi Diri Ibu

Primipara Dalam Perawatan Bayi Sehari-hari Di Rumah Sakit Umum Prima

Medika Tahun 2021.

B. Rumusan masalah penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang ingin

diteliti adalah :

Adakah hubungan antara pengetahuan dengan efikasi diri ibu primipara dalam

perawatan bayi sehari-hari di Rumah Sakit Umum Prima Medika Tahun 2021?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahahui hubungan pengetahuan dengan efikasi diri ibu

primipara dalam perawatan bayi sehari-hari di Rumah Sakit Umum Prima

Medika Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan pengetahuan ibu primipara tentang perawatan

bayi sehari-hari di Rumah Sakit Umum Prima Medika Tahun 2021.

b. Untuk mendeskripsikan efikasi diri ibu primipara dalam perawatan

bayi sehari-hari di Rumah Sakit Umum Prima Medika Tahun 2021.

c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan efikasi diri ibu

primipara dalam perawatan bayi sehari-hari di Rumah Sakit Umum

Prima Medika Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi

kesehatan dalam rangka memberikan pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan efikasi diri ibu primipara dalam perawatan

bayi sehari-hari, juga dapat dijadikan sebagai referensi serta menjadi

bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya khususnya

tentang perawatan bayi sehari- hari


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk menambah wawasan peneliti selanjutnya dan hasil penelitian

dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih

lanjut mengenai hubungan pengetahuan dengan efikasi diri ibu

primipara dalam perawatan bayi sehari-hari di Rumah Sakit Umum

Prima Medika Tahun 2021.

b. Bagi Responden

Sebagai bahan masukan bagi para ibu, khususnya ibu primipara untuk

dapat menambah pengetahuan tentang cara perawatan bayi sehari-hari

serta meningkatkan efikasi diri ibu terutama bila dihubungkan dengan

pengetahuan ibu primipara tersebut.

c. Bagi Instansi Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk

dapat berperan langsung dan sebagai bahan masukan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dengan efikasi diri ibu primipara

dalam perawatan bayi sehari-hari.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2010) pengertian merupakan hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Pengetahuan pada dasarnya terjadi dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun

pengalaman orang lain. Bila seseorang dapat menjawab pertanyaan mengenai

bidang tertentu dengan cara lisan atau tulisan, maka dikatakan mengenai

bidang tertetu pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk tertibnya tindakan seseorang (Guest Behavior) dari pengalaman

dan penelitian terbukti bahwa yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

sering langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan yang telah di pelajari.

Pengetahuan adalah segala yang telah diketahui dan mampu diingat oleh

setiap orang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajarkan

semenjak lahir sampai menginjak dewasa khususnya setelah diberi pendidikan

baik melalui pendidikan formal maupun non formal dan diharapkan dapat

mengevaluasi suatu materi atau obyek tertentu untuk melaksanakannya

sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2014).


2. Tingkat Pengetahuan

Terdapat enam tingkah laku pengetahuan seebagai berikut (Notoatmodjo,


2014) :

a. Tahu (Know)
Tahu mempunyai arti sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk diantaranya adalah mengingat
kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan kemampuan utnuk menjelaskan secara bentar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan juga

sebagi penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan utuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu stuktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari pengunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu

kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dari formula-formula yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian yang didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang sudah ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2014) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara Tradisional atau non ilmiah

Cara kuno atau tradisonal ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau metode penemuan

secara sistematik yang logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini

antara lain:

1) Cara Coba-coba (Trilal dan error)

Cara coba-coba ini yang pernah digunakan oleh manusia dalam

memperoleh pengetahuan melalui cara coba-coba merupakan salah satu dengan

kata lain yang lebih dikenal dengan trial dan error. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lainnya.Apabila


kemungkinan kedua ini gagal, dicoba kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai

masalah tersebut terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut trial (coba)

dan eror (gagal).

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pada cara ini prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan empiris atau berdasarkan penalaran

sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa apa yang dikemukakanya sudah benar.

3) Pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang tebaik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah

ini mengandung bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu pengatahuan pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan dengan kata lain dalam

memperoleh pengetahuan menuasia telah menggunakan jalan pikirannya.

5) Cara modern dalam memeperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah atau popular

disebut metode penelitian ilmiah. Kesimpulan diperoleh dengan mengadakan


observasi langsung dan membuat pencatatan fakta terdapat obyek yang

diamatinya.

Pencatatan ini mencangkup tiga hal pokok, yaitu:

a) Segala sesuatu yang positif, yaitu gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

c) Gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala yang berubah-ubah pada

kondisi tertentu.

Berdasarkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada suatu gejala,

selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau

generalisasi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (Notoadmojo, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain:

a. Umur

Umur dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Umur lebih muda

akan mempengaruhi daya ingat yang lebih kuat dibandingkan dengan orang yang

lebih tua. Disamping itu, kemampuan yang menyerap pengetahuan baru lebih

mudah dilakukan pada umur yang lebih muda karena otak berfungsi maksimal

pada umur muda.

Menurut (Nursalam,2016) umur reprodiksi dapat digolongkan menjadi:

1) Umur reproduksi muda yaitu <20 tahun

2) Umur reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun


3) Umur repruduksi tua >35 tahun

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang membantu orang tersebut untuk lebih

mudah menangkap dan memahamisuatu informasi. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat.

Menurut (Depkes RI,2015) pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Tingkat pendidikan dasar : SD dan SMP

2) Tingkat pendidikan menengah : SMA/SMK

3) Tingkat pendidikan tinggi : Diploma dan Sarjana

c. Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik

dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan

cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara

tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

d. Kepercayaan

Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau

pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh

dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu

berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan

kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali

mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2014).


5. Cara pengukuran pengetahuan

Menurut (Nursalam,2016) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan teknik wawancara atau menggunakan angket yang menanyakan tentang

materi yang ingin kita ukur.

Nilai dan pengetahuan yang diukur dapat dikategorikan kedalam tiga

kelompok yaitu:

a. Pengetahuan baik : 80-100%

b. Pengetahuan cukup : 56-79%

c. Pengetahuan kurang : 0-55%

B. Ibu Primipara

Primipara adalah wanita yang melahirkan bayi untuk pertama kalinya dan

anak yang dilahirkan dalam keadaan hidup. Jadi bisa dikatakan primi para

merupakan wanita yang pertama kali mempunyai anak dan baru menjadi

seorang ibu. Ibu primipara merupakan wanita yang pertama kali mengalami satu

kali persalinan pada masa gestasi lebih dari minggu ke-20, wanita yang baru

pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu

(Musiskah,2016). Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk

melahirkan bayi yang bebas dari gangguan sehingga memotivasi ibu untuk

mencari banyak pengetahuan tentang perawatan maternal dan neonatal,

pengetahuan tersebtu termasuk didalamnya tentang cara merawat bayi baru lahir.
C. Perawatan Bayi Sehari-hari

1. Pengertian Perawatan bayi sehari-hari

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, amun tidak ada

batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang

merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Bayi adalah anak berusia 0-12

bulan. Perawatan bayi adalah suatu tidakan merawat dan memelihara kesehatan

bayi dalam bidang preventif dan kuratif. Pengertian dasar mengenai perawatan

bayi sehari-hari secara menyeluruh, sangat penting bagi ibu dalam merawat bayi,

sehingga bisa optimal dalam merawat bayi. Dengan demikian seorang ibu dapat

melakukan perawatan bayi sehari-hari. Agar bayi dapat terpenuhi kebutuhannya,

maka bayi yang dilahirkan dirawat hingga tetap sehat dan tercapai kualitas

hidupnya (Kemenkes RI,2016).

2. Tujuan Perawatan Bayi Seahri-hari

a. Memelihara perasaan aman dan nyaman pada bayi

b. Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas

c. Agar bayi mendapatkan perawatan yang seoptimal mungkin

untuk mendapatakan bayi yang sehat

d. Agar bayi dapat tumbuhdan berkembang secara normal

3. Perawatan bayi sehari-hari

a. Memandikan bayi

Memandikan bayi adalah salah satu tindakan perawatan bayi sehari-hari

yang dilakukan oleh seorang ibu . Memandikan bayi baru lahir dilakukan

pada saat suhu tubuh bayi stabil yaitu 36,5 0 C - 37,5 0 C. Memandikan bayi

adalah kegiatan penting yang harus dilakukan secara benar. Tujuannya


adalah memberi rasa nyaman pada bayi, membuat bayi tetap wangi dan

bersih, mengurangi risiko terjadinya infeksi. Mandi sebelum tidur akan

membantu relaksasi dan juga merupakan bentuk perhatian ibu untuk

menunjukan rasa sayangnya, merangsang saraf sensorik dan motorik. Hal-

hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi yaitu hindari mandi

tepat sesudah atau sebelum makan, jangan meninggalkan bayi sendirian

ketika sedang mandi, hindari bayi dari kedinginan (Sukesi dkk,2016).

b. Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat adalah perawatan yang dilakukan pada tali pusat bayi

selama tali pusat bayi belum lepas. Perawatan tali pusat adalah tindakan

perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai

tali pusat puput atau kering dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali

pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali

pusat. Perawatan tali pusat adalah suatu aktivitas pemeliharaan tali pusat

sampai tali pusat mengering dan lepas dengan spontan untuk menjaga

kebersihan tali pusat dan mencegah terjadinya infeksi pada potongan tali

pusat yang tersisa pada bayi (Sukesi dkk,2016).

1) Tujuan dari perawatan tali pusat menurut (Sukesi dkk,2016) ada empat,

yaitu:

a) Mencegah terjadinya infeksi. Bila tali pusat basah, berbau dan

menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus waspada terhadap infeksi tali

pusat. Infeksi ini harus segera diobati untuk menghindari infeksi yang

lebih berat. Di mana infeksi tali pusat pada bayi dapat menyebabkan

sepsis, meningitis dan tetanus. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat
dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar,

yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih.

b) Mempercepat proses pengeringan tali pusat.

c) Mempercepat terlepasnya tali pusat.

d) Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Penyakit ini

disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh

melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk

atau daundaunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat

mengakibatkan infeksi.

2) Waktu Perawatan Tali Pusat Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat

menurut (Sukesi dkk,2016).yaitu :

a) Sehabis mandi pagi atau sore.

b) Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh kencing

c) Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

3) Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat

a) Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah

b) Keluar cairan yang berbau dan bernanah.

c) Ada darah yang keluar terus menerus, Kejang.

d) Bayi mengalami demam.

4) Hal- hal yang perlu diperhatikan saat merawat tali pusat menurut (Sukesi

dkk,2016).yaitu :

a) Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat

menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat


b) Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan

bersih.

c) Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan

menyebabkan tali pusat menjadi lembab.

d) Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.

e) Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau

mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas

kesehatan.

c. Memandikan bayi sehari-hari

Memandikan bayi dilakukan pada saat suhu tubuh bayi stabil yaitu 36,50 C

– 37,50 C. Memandikan bayi adalah kegiatan penting yang harus dilakukan secara

benar. Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan badan bayi, memberi rasa

nyaman pada bayi, membuat bayi tetap wangi dan bersih, mengurangi risiko

terjadinya infeksi, mandi sebelum tidur akan membantu relaksasi merupakan

bentuk perhatian ibu untuk menunjukkan rasa sayangnya dan merangsang saraf

sensorik dan motoric (Sukesi dkk,2016).

d. Perawatan mata

Perawatan mata bayi merupakan bagian penting dari perawatan bayi secara

keseluruhan. Perawatan mata yang benar bisa menghindari bayi terkena infeksi

mata, Merawat bayi merupakan hal yang belum tentu mudah dilakukan oleh

setiap ibu. Padahal jika tidak dirawat dengan benar dan kebersihannya tidak

dijaga, tubuhnya bakal rentan terhadap banyak penyakit. Salah satu bagian tubuh

dari bayi baru lahir yang penting dan perlu dirawat dan dijaga kebersihannya
adalah mata. Pada mata terdapat sumber air mata yang terletak di atas mata. Dari

hasil penelitian sebelumnya membuktikkan bahwa setiap 3 detik, sumber air

mata akan mengeluarkan air mata, yang kemudian mengalir ke saluran di ujung

tengah mata dekat hidung. Pada bayi baru lahir, karena di kandungan belum

pernah menangis, maka sumber air mata belum bisa berproduksi. Jadi,

salurannya masih tertutup. Bisa juga, kadang terbuka tapi lalu menutup lagi,

sehingga air mata yang seharusnya sudah mengalir jadi tergenang. Tujuan

perawatan mata adalah menjaga kebersihan mata dan mencegah terjadinya

infeksi pada mata karena kurang dibersihkan di daerah sekiar mata (Sukesi

dkk,2016).

e. Perawatan pada ruam popok

Pengertian ruam popok adalah peradangan pada kulit bayi yang tertutup

popok, seperti bokong. Ruam ini biasanya terjadi karena reaksi kulit terhadap

urine dan tinja. Awalnya ditandai dengan kemunculan kulit kemerahan pada

bokong bayi. Perawatan diaper rush adalah perawatan yang dilakukan pada bayi

yang mengalami masalah diaper rush. Pencegahan Diaper Rush (ruam popok)

Menjaga agar kulit bayi tetap bersih dan kering adalah metode paling efektif

dalam menangani sekaligus mencegah ruam popok. Langkah ini dapat dilakukan

dengan cara-cara sederhana berikut ini (Sukesi dkk,2016) :

1) Segera mengganti popok yang kotor dan lakukan sesering mungkin.

2) Bersihkan bagian kulit yang sering tertutup popok secara seksama, terutama

saat mengganti popok.


3) Jangan biarkan bayi selalu memakai popok. Kulit bayi juga perlu dibiarkan

‘bernapas’. Makin sering kulit bayi terbebas dari popok dan kena udara,

risiko ruam popok juga makin berkurang.

4) Setelah dibasuh, seka kulit bayi perlahan-lahan sampai kering sebelum

memakaikan popok baru.

5) Hindari penggunaan bedak. Bedak dapat memicu iritasi kulit, sekaligus

iritasi pada paru-paru bayi.

6) Sesuaikan ukuran popok dengan bayi. Jangan menggunakan popok yang

terlalu ketat.

7) Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol serta

pewangi. Kandungan alkohol dan bahan kimianya dapat memicu iritasi serta

memperparah ruam.

8) Oleskan krim atau salep pencegah ruam popok tiap mengganti popok bayi.

Obat oles yang umumnya memiliki bahan dasar zinc oxide ini juga berguna

mengatasi ruam popok.

9) Gunakan popok dengan satu ukuran lebih besar selama bayi menjalani masa

penyembuhan dari ruam popok.

10) Basuhlah tangan sebelum dan sesudah mengganti popok.

11) Jika menggunakan popok kain, cucilah dengan bersih dan hindari

penggunaan pewangi pakaian.

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi

harus dibungkus dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
ditutup. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur

yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Bayi dijaga dalam keadaan

bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan selimut sesuai dengan

keperluan. Suhu tubuh bayi mungkin sedikit di atas normal pada saat lahir,

tetapi akan segera turun sampai berkisar 37,5 C (secara aksilar).

g. Perawatan kulit bayi

Kulit bayi biasanya berwarna merah muda atau merah pucat. Ketika baru lahir

mungkin ada bahan lengket dikulit yang disebut verniks. Verniks dapat

dibersihkan secara hati-hati dengan mengusapkan sedikiti minyak pada hari ke

dua atau bisa juga dibiarkan sampai mengelupas sendiri secara bertahap pada saat

dimandikan. Kulit bayi harus tetap bersih. Kulitnya dapat dicuci dengan air yang

hangat dan bersih, dan dikeringkan dengan lembut. Bayi cukup bulan kadang-

kadang kuning kulitnya dalam hari ke 2-3, hal ini tidak berbahaya karena biasanya

akan menghilang dalam waktu 1 minggu. Jemurlah bayi pada pagi hari sebelum

jam 10.00 pagi selama 15-30 menit. Hal ini akan mempercepat hilangnya warna

kuning pada bayi. Bila kuning timbul dalam 24 jam setelah lahir atau berlangsung

lebih dari 1 minggu, segera bawa ke Puskesmas atau dokter.

h. Feses bayi

Feses (tinja) pertama yang dikeluarkan oleh bayi berwarna kehitaman. Warna

feses berubah menjadi kuning dalam dua atau tiga hari berikutnya. Jika fesesnya

cair, hijau tua, mengandung lendir, dan berbusa, bayi tersebut sakit parah dan

harus segera dibawah ke Rumah Sakit.


i. Pemberian ASI

Bayi harus disusui secara teratur sejak lahir, dimulai dengan pemberian

beberapa menit dan bertambah lama secara berangsur-angsur. Berikan bayi ASI

yang cukup, karena dengan memberikan ASI pada semua bayi segera setelah

lahir, bayi akan mendapatkan perlindungan terhadap infeksi dari kolostrum

ibunya. Bayi yang minum kolostrum ibunya lebih jarang terinfeksi selama 6 bulan

pertama. Pemberian ASI segera setelah lahir membantu uterus berkontraksi.

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari

hari ke-1 sampai hari ke-4, yang berupa cairan yang kental, lengket dan berwarna

kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

Kandungan tertinggi dalam colostrum adalah anti bodi yang siap melindungi bayi

ketika bayi masih sangat lemah (Saifuddin, 2012) Perawatan bayi dalam 4 minggu

sesudah kelahirannya dapat berupa :

1) Berilah ASI pada 30 menit pertama bayi lahir. Karena pada saat bayi lahir,

pemberian makanan melalui ari-ari terputus.

2) Jagalah suhu kamarnya agar bayi tidak kedinginan, karena dalam kandungan

ibu, bayi mendapatkan kehangatan sesuai dengan suhu tubuh

3) Atur pertukaran udara dengan baik, karena bayi baru lahir belum dapat

mengatur suhu tubuhnya dengan baik.

4) Cucilah tangan bersih-bersih sebelum ibu merawat bayi, jagalah tempat tidur

bayi dan popok tetap bersih, jangan biarkan orang lain memegang bayi bila

tidak perlu. Bila bayi anda menderita demam, diare, susah bernafas, kejang-

kejang segera bawa ke dokter.


5) Bila berat lahir bayi kurang dari 1,5 kg atau terdapat kelainan, segera ke

Puskesmas atau dokter. Berat lahir bayi akan menurun 10% dan dalam 2

minggu akan kembali ke berat badan semula.

6) Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yang harus dikenali oleh ibu pada

hari-hari pertama kelahirannya adalah pemberian ASI sulit, sulit menghisap

atau hisapan lemah, kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat > 60/menit

atau menggunakan otot napas tambahan, letargi, bayi terus menerus tidur

tanpa bangun untuk menyusu, warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis) atau

bayi sangat kuning, suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia),

tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa, gangguan gastrointestinal.

D. Efikasi Diri

1. Pengertian Efiaksi Diri

Efikasi diri atau self efficacy merupakan suatu penilaian, persepsi, dan keyakinan

individu terhadap diri sendiri dimana individu memiliki pikiran dan motivasi

terkait kemampuan dan kompetensi terhadap diri sendiri, dalam melakukan

aktivitas dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efikasi diri adalah aspek dan

keyakinan terkait diri sendiri atau disebut self knowledge yang memiliki pengaruh

terhadap diri sendiri dalam menentukan tindakan atau berbagai kejadian dalam

kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya (Rahmania,

2020).

Efikasi diri sangat berperan dalam mempengarui usaha yang telah

dilakukan oleh individu dalam mencapai tujuanya, dimana semakin besar

keyakinan seseorang terhadap kemampuan dan tujuanya, maka akan


semakin tinggi kemampuan yang ia miliki dalam menyelesaikan tugas

tugasnya. (Anwar, 2009) dalam (Manuntung, 2018).

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi efikasi diri

Menurut Bandura, dalam (Rahmania, 2020) efikasi diri dapat dipengaruhi melalui

beberapa faktor yang terkait yaitu :

a. Modeling sosial

Modeling sosial dalam hal ini individu dapat meningkatkan dan menurunkan

efikasi diri melalui pengamatan terhadap keberhasilan dan kegagalan orang

lain di sekitarnya yang dapat mempengaruhi indivisu dalam menjalankan

usaha dengan kemampuan yang sebanding dnegan dirinya.

b. Kondisi fisik emosional

Kondisi emosional akan berpengaruh besar terhadap efikasi diri setiap

individu. Seseorang yang mengalami peningkatan emosi maka ia cenderung

cemas ketakutan, performa peran menurun, serta mengalami stress dan akan

berdampak pada efikasi diri yang rendah.

c. Persuasi sosial

Pada faktor ini individu diberikan arahan dan keyakinan melalui cara verbal

yaitu dengan memberi nasihat, bimbingan dan saran sehingga dapat menjadi

evaluasi terhadap dirinya dan dapat meningkatkan keyakinan terhadap

kemampuan dirinya.

d. Pengetahuan dan pengalaman menguasai sesuatu

Pengetahuan dan pengalaman setiap individu akan berpengaruh terhadap

status efikasi diri nya. Pengetahuan yang baik biasanya akan meningkatkan

efikasi seseorang sebaliknya jika pengetahuan terkait serta pengalaman


terhadap kegagalan biasanya akan dapat menurunkan status efikasi diri

seseorang, sebaliknya jika terdapat pengalaman terkait keberhasilan maka,

efikasi diri individu dapat mengalami peningkatan. Pada dasarnya ndividu

yang mampu menguasai pengalaman di masa lalu baik pengalaman

keberhasilan ataupun kegagalan maka dampak negatif akan berkurang dan

mampu meningkatkan status self efficaci pada dirinya.

3. Proses pembentukan efikasi diri

Proses pembentukan efikasi diri, terdapat beberapa jenis proses yang

dapat dilakukan, proses tersebut adalah: Bandura (1994) dalam (Rahmania,

2020).

a. Proses Kognitif

Proses kognitif merupakan suatu proses penentuan tujuan yang dapat

dipengarui oleh kemampuan yang dimiliki setiap individu, dimana keyakinan

sangat berperan dalam membentuk sebuah gagasan dalam perubahan diri

sendiri tujuan yang lebih baik.

b. Proses Afektif

Proses afektif adalah suatu proses bagaimana seseorang dapat memperkuat

keyakinannya dalam menghadapi perasaan stress dan depresi yang dapat

mempengarui keyakinan seseorang.

c. Proses Motivasional

Pada proses ini, dalam mencapai tujuan yang diinginkan harus melalui

pembentukan keyakinan pada proses pikir untuk membentuk suatu motivasi

dalam hidupnya.

d. Proses Seleksi
Proses ini individu memilih pilihanya terkait aktivitas yang akan ia lakukan.

Individu akan menerima jika ia merasa mampu dan meiliki manfaat dalam

aktivitas yang dilakukanya. Sebaliknya, individu akan menolak saat tidak

mampu melakukanya dan merasa dirugikan.

3. Efikasi Diri dalam perawatan bayi sehari-hari

Efikasi Diri dalam perawatan bayi sehari-hari adalah keyakinan dan

kepercayaan diri yang dimiliki oleh ibu terhadap kemampuanya perawatan bayi

sehari-hari. Efikasi diri pada ibu dapat meningkatkan motivasi ibu dalam

memberikan asuhan dan perawatan bayi sehari-hari, serta membantu ibu dalam

mengatasi hambatan yang terjadi saat merawat bayi sehari-hari. Penilaian

perawatan bayi sehari-hari dapat dinilai melalui dua faktor dimensi yang

berhubungan dengan kesuksesan perawatan bayi sehari-hari yang dikemukakan

(Rahmania, 2020) yaitu :

a. Dimensi pemikiran intrapersonal (interpersonal thought)

Dimensi intrapersonal merupakan pemikiran secara intrapersonal terkait

bagaimana tingkat keyakinan, sikap dan persepsi yang dimiliki oleh ibu dalam

perawatan bayi sehari-hari. Semakin tinggi tingkat dimensi pemikiran

intrapersonal ibu makan semakin tinggi efikasi diri pada ibu dalam perawatan

bayi sehari-hari

b. Dimensi teknik (technique)

Dimensi teknik merupakan seluruh aktivitas usaha ibu terkait ketepatan serta

keberhasilan dalam dalam perawatan bayi sehari-hari. Semakin tinggi tingkat

dimensi teknik ibu maka akan semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki oleh ibu.

6. Klasifikasi efikasi
Efikasi diri memiliki klasifikasi berdasarkan tingkatan yaitu

(Bandura, 1994) dalam (Rahmania, 2020).

a. Efikasi diri tinggi

Tingkatan efikasi diri setiap individu dapat mempengarui dalam menjalankan

tugas yang ia lakukan. Memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi, dapat

mendorong individu memiliki minat intrinsik, gigih dalam berusaha dan

menyelesaikan masalah, ketertarikan lebih terhadap tugas yang ia kerjakan,

serta memiliki rasa percaya terhadap kemampuan. Segi efikasi diri pada ibu

primipara yakni bagaimana usaha ibu dalam merawat bayi sehari-hari.

b. Efikasi diri rendah

Efikasi diri yang rendah yaitu individu yang merasa tidak memiliki

kemampuan yang optimal serta cenderung menjauh dari tugas dan masalah

yang ia kerjakan. Tujuan dari tugas yang telah disusun tidak dijalankan sesuai

komitmen yang telah disepakati.

7. Pengukuran efikasi diri

General Self-Efficacy Scale G.S.E.S , dengan berlandaskan pada teori general

self efficacy yang dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Bandura yaitu

teori self-efficacy , yang kemudian dimodifikasi oleh penulis. Angket ini disusun

dengan 4 pernyataan dan setiap pernyataan tersebut memiliki empat alternatif

jawaban sebagai berikut yakni: 1. SS : Sangat Setuju, 2. S: Setuju, 3. TS: Tidak

Setuju, dan 4. STS: Sangat Tidak Setuju (Rahmania, 2020).

Pengukuran yang digunakan untuk efikasi diri dalam perawatan bayi sehari-

hari yaitu menggunakan kuesioner self efficacy. Kuesioner ini sebelumnya

pernah digunakan oleh Arini, (2018) dalam efikasi diri perawtan bayi prematur
.Untuk setiap pertanyaan yang diberikan kepada responden terdapat 5 nilai poin

pada kolom kuesioner, yang memiliki interpretasi yaitu poin 1 memiliki makna

sangat tidak percaya diri sama sekali, poin 2 tidak terlalu percaya diri, poin 3

kadang kadang percaya diri, poin 4 percaya diri serta poin 5 yang berarti sangat

percaya diri. Pada kuesioner ini terdapat 20 pertanyaan yang terkait yakni,

pengetahuan ibu dalam perawatan bayi, kesulitan dalam merawat bayi karena

tugas lain, memegang kendali dalam perawatan bayi, dapat membaca isyarat

bayi, menenangkan bayi, memahami apa yang bayi inginkan, melakukan

perawatan tali pusat, memandikan bayi, mengganti pakaian bayi, menunjukan

kasih sayang kepada bayi.

Anda mungkin juga menyukai