Kep, Ns
Keperawatan Anak I
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Hardianti (21806042)
Keperawatan B
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana,
2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus,
hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di
udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim
kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor
lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
C. KLASIFIKASI ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu :
1) Pneumonia berat : diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
terjadinya inflamasi/reaksi peradangan. Setelah itu virus akan melepas endotoksin
yang merangsang tubuh untuk melepas zat pirogen oleh leukosit. Hipotalamus akan
merespon ke bagian themoregulator yang menyebabkan suhu tubuh meningkat. Selain
itu kerusakan struktur lapisan dinding menyebakan kenaikan aktifitas kelenjar mukus
yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal
gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri dan jamur. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan
terhadap infeksi bakteri da jamur sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang
terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus
influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan
Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri dan jamur ini menyebabkan sekresi mukus
bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas
dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri dan jamur ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell,
1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1) Batuk
2) Nafas cepat
3) Bersin
4) Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5) Demam
6) Hidung tersumbat
7) Nausea
8) Muntah
9) Anoreksia
10) Kadang-kadang sakit saat menelan.
F. KOMPLIKASI
SPA ( saluran pernafasan akut) sebenarnya merupakan self limited disease yang
sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit
ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat
menimbulkan penyakit seperti :
1) Semusitis paranosal
2) Penutuban tuba eustachii
3) Lanyingitis
4) Tracheitis,
5) Bronchtis,
6) Brhoncopneumonia
7) kematian karena danya sepsis yang meluas.
( Whaley and Wong, 2000 ).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir
baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan
dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain
seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi
purulenta pada sekret.
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin.
2. Antibiotik :
1) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
2) Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
3. Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,
Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
4. Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan
lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b) Meningkatkan makanan bergizi.
c) Bila demam beri kompres dan banyak minum.
d) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih.
e) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
g) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air
es).
h) Mengatasi batuk, Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu
½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
b. Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
b) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami
penyakit seperti yang dialaminya sekarang).
d) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)
e) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
c. Pemeriksaan fisik :
Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan.
a) Inspeksi
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung.
b) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri
Nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
d) Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi.
B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan
pada telinga, terjadi gangguan penciuman
B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Produksi
mucus meningkat.
2) Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit.
3) Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Intake tidak adekuat.
4) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
5) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan.
6) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Produksi
mucus meningkat.
Tujuan :
Respiratory status : Ventilation :Pergerakan udara yang masuk dan
keluar paru.
Respiratory status : Airway patency : Jalur nafas trakebronkial
bersih dan terbuka untuk pertukaran gas.
Kriteria Hasil :
Menunjukan bersihan jalan nafas yang efektif., Menunjukkan jalan
nafas yang paten klien tidak merasa tercekik,irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak adasuara nafas abnormal,
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas, Saturasi O2 dalam batas
normal.
Intervensi :
Monitor respirasi dan status O2.
Anjurkan klien untuk istrahat dan nafas dalam.
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
Auskultasi suara nafas , catat adanya suara tambahan.
Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi
sesuai program.
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Hipertermi
Kongesti Hidung Produksi mucus meningkat
Sulit menelan
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISPA
I. DATA UMUM
A. Identitas Klien
Nama : An. F
Tanggal lahir : 2 Februari 2019
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Jl. Hasan Dangkua, Gorontalo
Agama : Islam
Diagnosa Medik : ISPA
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Jl. Hasan Dangkua
Hubungan Dengan Klien : Ibu Klien
x ? x ?
40 24 19
35 30
KETERANGAN
G1 : Ayah dari orang tua Ayah dan Ibu klien telah meninggal dunia karena faktor usia.
G2 : Ayah berusia 35 tahun dan Ibu klien berusia 30 tahun masih hidup, dalam kondisi
sehat dan masih bisa beraktivitas.
G3 : Klien adalah anak pertama yang menderita penyakit ISPA.
d. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi: BCG 1x, Polio 3x, DPT
3x, Campak 1x, TT 1x.
Selama MRS
Selama MRS
Selama MRS
Kekuatan otot : 3 3
4 4
DO : Reaksi Peradangan
Klien batuk berdahak
Napas Nampak cepat. Akumulasi secret di
Terdapat secret bronkus
dihidung An. F
Produksi Mucus meningkat
TTV :
TD: 100/70 mmHg
Bersihan jalan nafas tidak
N: 100x/menit
efektif
S: 38,5°C
P: 50 x/menit.
Saat di Auskultasi
Terdengar bunyi
ronchi.
2. DS : Virus,bakteri,jamur Hipertermi
Ibu klien mengatakan
klien demam sudah 7 Invasi saluran Nafas
hari .
DO : Kuman berlebih di bronkus
Klien tampak
lemah,rewel,akral Reaksi Peradangan
panas. v
Klien tampak pucat Hipotalamus berespon
TTV : dengan menaikkan set point
TD: 100/70 mmHg
N: 100x/menit Tubuh demam
S: 38,5°C
P: 50 x/menit. Hipertemi
3 DS : Virus,bakteri,jamur Ketidakseimbangan
Ibu klien mengatakan nutrisi kurang dari
klien sudah 3 hari Invasi saluran Nafas kebutuhan tubuh
mual, muntah.
Ibu klien mengatakan Kuman berlebih di bronkus
BB klien mengalami
penurunan. Reaksi Peradangan
Ibu Klien mengatakan
klien sulit makan. Akumulasi secret di
DO : bronkus
BB : 12 kg
TB : 105 cm Produksi Mucus meningkat
IMT : 10,8 Kg.
HB : 7,80g/dl Pengeluaran Cairan mukosa
Intake: berlebih
Frekuensi makan 1x
sehari, Kadang tidak Nyeri Telan
makan
Nafsu makan kurang, Anoreksia
½ porsi makan
dihabiskan. Nutrisi Kurang dari
Output : kebutuhan
Frekuensi BAK 2x/
kali sehari (pempers)
Frekuensi BAB 1x
selama dirawat.
Klien tampak lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Produksi mucus
meningkat. Ditandai dengan:
DS :
Ibu Klien mengatakan sudah 3 hari klien batuk dan susah bernafas.
DO :
Klien batuk berdahak
Napas Nampak cepat.
Terdapat secret dihidung An. F
TTV :
TD: 100/70 mmHg
N: 100x/menit
S: 38,5°C
P: 50 x/menit.
Saat di Auskultasi Terdengar bunyi ronchi.
Bulechek, Gloria M. dkk. (Ed.). 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.
Indonesia : Elsevier
Moorhead, Sue., Johnson, Marion, Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2016. edisi lima
Nursing Outcomes Classification (NOC) Indonesian Edition. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda International. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi
11 editor T.Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC