Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL
Dosen : Drs. Said Darnius,M.SI

Disusun Oleh : Kelompok 12


Anadia Syarifah Irawan 2006104040083
Annisa Amalia 2006104040031
Atika Putri 2006104040048
Hayatul Ismi 2006104040060
Hairunnisa 2006104040108
Mira Shima Asri 2006104040068
Nazhirah 2006104040050
Nurkhaliza 2006104040034
Nofitri Aisah 2006104040008
Nisaul Kamila 2006104040044

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

‫اسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karuni-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pengetahuan
Kebencanaan dan Lingkungan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Penulisan makalah berjudul “PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA” ini
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang pencegahan
dan mitigasi bencana ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik. Selain itu, kami
juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

ُ‫َوال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬

Banda Aceh , 17 Oktober 2020

Penyusun
Anggota Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Pengertian Pencegahan...........................................................................................5
B. Pengertian Mitigasi Bencana..................................................................................5
C. Tujuan Mitigasi Bencana........................................................................................5
D. Kebijakan Dan Strategi Mitigasi Bencana .............................................................6
E. Jenis-Jenis Mitigasi Bencana..................................................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa,
di antara Benua Asia dan Australia serta di antara Samudera Pasifik dan Hindia, berada pada
pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat
rawan terhadap bencana alam. Tidak berbeda halnya dengan negara-negara lain, Indonesia
pun rawan terhadap berbagai bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi, transportasi, gangguan
ekologis, biologis serta kesehatan. Bencana merupakan kejadian yang tiba-tiba atau musibah
yang besar yang menganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat (atau
komunitas). Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan korban dan atau
kerusakan atau kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan yang penting atau
sarana kehidupan pada satu skala yang brada diluar kapasitas normal dari komunitas-
komunitas yang terlanda untuk mengatasinya.

Mengingat dampak yang luar biasa terebut, maka penanggulangan bencana alam harus
dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan
bencana alam juga harus menyeluruh tidak hanya pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan
sebelum terjadi bencana dan rehabilitas serta rekonstruksi setelah terjadi bencana

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pencehgahan dan mitigasi bencana ?
2. Apa tujuan mitigasi bencana?
3. Bagaimana Kebijakan dan Strategi dalam Mitigasi Bencana ?
4. Apa jenis-jenis mitigasi Bencana ?
5. Apa langkah-langkah yang harus dilakukan bila terjadi suatu bencana ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pengertian pencegahan dan mitigasi bencana

4
2. Mengetahui pengaruh-pengaruh, strategi, dan manajemen mitigasi bencana.
3. Menambah wawasan mengenai arti penting mitigasi bencana
4. Memahami tentang bagaimana tindakan yang kita lakukan apa bila terjadi suatu
bencana.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencegahan

Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.

B. Pengertian Mitigasi Bencana


Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana,baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan
langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana.

Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :

1) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
3) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
4) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.

C. Tujuan Mitigasi Bencana

5
1) Mengurangi risiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa,keruguan
ekonomi dan kerusakan sumber daya alam.
2) Menjadi landasan perencanaan pembangunan
3) Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta mengurangi dampak
dan risiko bencana sehingga masyarakat hidup aman.

D. Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana


1. Kebijakan
a) Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain :
b) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi
semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang
ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum,petunjuk pelaksanaan dan
prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan
bidang tugas unit masing-masing.
c) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang
melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
d) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.

2. Strategi

Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:

a) Penilaian Bahaya

Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan


aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang
karakteristik sumber bencana, probabilitas kejadian bencana, serta data kejadian bencana di
masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta Potensi Bencana yang sangat penting untuk
merancang kedua unsur mitigasi lainnya.

b) Peringatan Dini

6
Peringatan Dini (EWS) diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang
bencana yang akan mengancam (seperti bahaya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi,
aliran lahar akibat letusan gunung berapi, perubahan muka air sungai, badai, dsb). Konsep
sistem peringatan dini terdiri dari empat unsur yaitu:

 Pengetahuan tentang risiko bencana


 Layanan pengawasan dan peringatan
 Penyebaran informasi dan komunikasi
 Kemampuan merespon

3. Kesiapsiagaan

Persiapan (Preparedness) Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi


sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), membutuhkan :

 Pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan


 Pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan
evakuasi dan kapan Peringatan Dini(EWS);
 Perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial
di luar zona bahaya bencana (mitigasi non struktur),
 serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang aman terhadap
bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur).

4. Adaptasi

Adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana. Contoh adaptasi dalam
berbagai bidang kehidupan manusia:

 Adaptasi dalam bidang ekonomi


 Adaptasi dalam bidang kesehatan
 Adaptasi dalam ketersediaan air
 Adaptasi terhadap wilayah perkotaan yang sering dilanda banjir

Hal-hal penting dalam adaptasi terhadap ancaman bencana alam adalah:

 Kesadaran publik

7
 Kesiapsiagaan
 Ketangguhan/tangguh
 Langkah-langkah struktural/non struktural
 Manajemen risiko bencana
 Partisipasi

5. Pemetaan.

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan
bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi
kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum
dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :

 Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan.


 Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik.
 Peta bencana belum terintegrasi.
 Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga
menyulitkan dalam proses integrasinya.

6. Pemantauan

Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan.
Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa
kawasan rawan bencana.

7. Penyebaran informasi

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana,
tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke
media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi
dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan
tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan
mengingat Indonesia sangat luas.

8
8. Sosialisasi dan Penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada masyarakat


bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu
terjadi.

E. Jenis-Jenis Mitigasi Bencana

Mitigasi dibagi menjadi dua macam,yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.

a) Bencana struktural

Mitigasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan


melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi,
seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan
untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis
bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami
kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa
teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan
karakteristik aksi dari bencana.

b) Bencana Non-strukural

Mitigasi non –struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya
tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu
peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural

9
di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota,
capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang
berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua
dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana.

Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan
non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko
yang tidak perlu dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih
dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan
terjadinya bencana dan dampak yang mungkin ditimbulkannya.

Adapun Langkah-Langkah pencegahan Mitigasi secara Struktural dan Non Struktural


1. Banjir

Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air
yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia
dan binatang.langkah-langkah pencegahannya yaitu:

 Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.


 Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan
dibuat bertingkat.
 Pembangunan infrastruktur harus kedap air
 Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun
dengan pipa atau terowongan dapat membantu mengurangi resiko banjir.

2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi yang
disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik dan rekahan akibat
naiknya fluida dari dalam bumi menuju ke permukaan, di sekitar gunung api, disebut gempa

10
bumi gunung api/vulkanik. Getaran tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur
bangunan yang menimbulkan korban bagi penghuninya. langkah pencegahannya yaitu:

 Harus dibangun dengan konstruksi tahan gempa khususnya di daerah rawan gempa.
 Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
 Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
 Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.

3. Tanah Longsor

Gerakan tanah atau tanah Iongsor merusakkan jalan,pipa dan kabel baik akibat
gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran.Gerakan tanah
yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan dan bangunan tidak dapat
digunakan. Langkah pencegahannya yaitu:

 Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari bahaya


liquefation.
 Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari
penurunan yang tidak seragam (differential settlement).
 Menyarankan pembangunan utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat
fleksibel.

4. Kebakaran

Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam yang berupa cuaca yang kering serta
faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja. Kebakaran ini
akan menimbulkan efek panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas dengan
cepat.Langkah prncegahannya yaitu:

 Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan air dan Hydran unuk


pemadaman api.

 Pembuatan barrier penghalang api terutama antara lahan perkebunan dengan hutan.

 Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.

11
 Pembakaran lahan bisa dilakukan jika selalu dalam pengawasan dan segera
dimatikan jika sudah terlalu besar.

5. Bencana Kekeringan

Kekeringan akan berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewan baik
langsung maupun tidak langsung. Kekeringan menyebabkan pepohonan akan mati dan tanah
menjadi gundul dan pada saat musim hujan akan mengalami erosi. Lagkah pencegahannya
yaitu:

 Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti


penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan
waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.

 Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam,
reboisasi

 Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari
penebangan hutan/tanaman.

6. Bencana Angin Sinklon

Tekanan dan hisapan dan tenaga angin meniup selama beberapa jam. Tenaga angin yang
kuat dapat merobohkan bangunan. Umumnya kerusakan dialami oleh bangunan dan bagian
yang non struktural seperti atap, antene, papan reklame dan sebagainya.Lnagkah
pencegahannya yaitu:

 Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan
terhadap gaya angin.

 Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin


khususnya di daerah yang rawan angin topan.

 Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang


terlindung dari serangan angin topan.

 Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.

12
7. Wabah Penyakit

Bencana Wabah Penyakit Wabah penyakit menular dapat menimbulkan dampak kepada
masyarakat yang sangat luas. Langkah pencehagahnnya yaitu:

 Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di


jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami resiko bila wabah terjadi
serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi metalui kegiatan
sosialisasi yang berkesinambungan.

 Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya


pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.

 Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia


yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi,
logistik serta pembiayaan operasional.

 Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko


dan menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di
semua jajaran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kami dapat menarik kesimpulan bahwa bencana alam
adalah salah satu faktor yang bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup. dan
mitigasi bencana adalah sebuah upaya untuk memperingan suatu dampak dari terjadinya
bencana. mitigasi bencana harus benar-benar dilakukan ketika terjadi suatu bencana baik
longsor, banjir bandang,tsunami,dan lain-lain. mitigasi bencana juga harus benar-benar

13
direncanakan sematang mungkin agar dalam pelaksanaan di lapangan dapat berjalan
dengan baik.

B. Saran

Dalam mitigasi bencana sebaiknya dilakukan dengan kerja sama yang baik antara pihak
pemerintah dan pihak masyarakat agar semua pihak tidak kesulitan/menderita pada saat
terjadi bencana. Untuk kesempurnaan dari makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman maupun dosen mata kuliah PKL.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemhan.go.id/badiklat/wp-content/uploads/2017/12/HANJAR-PENCEGAHAN-
DAN-MITIGASIREVISIutk-PDF.pdf

http://p2mb.geografi.upi.edu/Tentang_Bencana.html
http://www.bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-
Persiapan Bencana : Wikipedia Bahasa Indonesia.

file:///C:/metigasi%20bencana/Menyunting%20Persiapan%20bencana%20-
%20Wikipedia.html. Di akses tanggal 18 oktober 2020, di www.google.com.

http://poskosiagabencana.blogspot.co.id/2013/06/12-prinsip-penanggulangan-
bencana.html

Setiawan,. D. 2013. Mitigasi Bencana Alam. file:///D:/kesmas/MITIGASI%20BENCANA


%20ALAM%20~%20DS%20Self%20Development.htm. Di akses tanggal 18 oktober 2020.
Di www.google.com

Dheasy, C. 2012. Makalah Mitigasi Bencana. file:///D:/kesmas/Cii%20Dheasy


%20%20Makalah%20Mitigasi%20Bencana.htm. Di akses tanggal 18 oktober 2020. Di
www.google.com

15

Anda mungkin juga menyukai