NIM : 4211419043
Prodi : Fisika
1. Kesetimbangan termodinamika
suatu system termodinamik disebut berada dalam kesetimbangan
termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang
mekanis, setimbang termal dan setimbang secara kimia.
Kesetimbangan mekanis terjadi bila di bagian dalam sistem dan juga antara
sistem dengan lingkungannya tidak ada gaya yang tidak berimbang.
Kesetimbangan termal dicapai ketika dua sistem dalam termal kontak dengan
masing-masing berhenti untuk memperoleh net perubahan energi. Ini berarti
bahwa jika dua sistem dalam kesetimbangan termal, suhu mereka
sama Kesetimbangan termal terjadi ketika suatu sistem termal mokroskopik
yang teramati telah berhenti untuk perubahan waktu. Contohnya, suatu gas
ideal dengan fungsi distribusi telah stabil pada suatu distribusi Maxwell-
Boltzmann dalam kesetimbangan termal. Kesetimbangan termal dari suatu
sistem tidak berarti mutlak tidak seragam dengan sistem; contohnya, sebuah
sistem sungai dapat berada dalam kesetimbangan termal saat distribusi suhu
makroskopik stabil dan tidak berubah terhadap waktu, mesekipun distribusi
temperatur spasial merefleksikan masukan polusi termal.
Dalam kesetimbangan kimia, suatu sistem tidak mengalami perubahan spontan
dalam struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam kesetimbangan
kimia juga tidak mengalami perpindahan materi dari satu bagian sistem ke
bagian sistem lainnya, seperti difusi atau pelarutan.
Bila salah satu persyaratan dari tiga jenis kesetimbangan yang merupakan
komponen dari kesetimbangan termodinamik tidak dipenuhi, dikata-kan bahwa
sistem dalam keadaan tidak setimbang.
2. Persamaan keadaan
Persamaan keadaan adalah persamaan konstitutif yang menyediakan
hubungan matematik antara fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperature, tekanan, volume dan energy dalam. Persamaan keadaan digunakan saat
sistem berada dalam keadaan setimbang termodinamik. Persamaan keadaan suatu
sistem menyatakan hubungan fungsional antara koordinat-koordinat sistem. Ditinjau
persamaan keadaan umum yang menyatakan hubungan dari tiga koordinat sistem
sebarang yaitu x, y, z.
Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam
memprediksi keadaan gas dan cairan.
Salah satu persamaan keadaan paling sederhana dalam penggunaan ini
adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas
pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi
semakin tidak akurat pada tekanan yang makin tinggi dan temperatur yang
makin rendah, dan gagal dalam memprediksi kondensasi dari gas menjadi
cairan. Namun, sejumlah persamaan keadaan yang lebih akurat telah
dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat ini, tidak ada
persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan sifat-
sifat semua zat pada semua kondisi.
Persamaan keadaan gas itu dapat ditulis dengan :
f(P,v,T)=0
PV=nRT
V = Volume
n = jumlah mol
Persamaan ini berlaku juga saat tekanan daerah uap cenderung rendah dan gaya antar
molekul pada gas cenderung melemah. Dengan kata lain bila gas dengan masa
tertentu memiliki volume yang dapat diubah hingga melebihi volume awalnya maka
tekanan pada gas juga berubah. Hal ini dapat berimbas pada hasil kali antara tekanan
dan volume mendekati konstan. Dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :
( P+ va ) ( v −b)=RT
2
Persamaan keadaan Van der Waals berlaku baik dalam cairan, daerah uap, dan di
dekat serta di atas titik kritis. Pada ketiga persamaan diatas R adalah tetap disebut
dengan tetapan gas semesta dan v adalah volume molar (V/n) dan n menyatakan
banyaknya mol gas.
Persamaan Keadaan Beattie-Bridgeman
Dibanding dengan persamaan keadaan yang lain, persamaan keadaan Beattie-
Bridgeman yang memiliki paling banyak konstanta. Oleh karena itu, persamaan ini berhasil
menunjukkan kompresibilitas gas yang nilainya lebih tinggi daripada prediksi gas ideal.
Dengan bentuk persamaan sebagai berikut :
dV = ( ∂∂ VT ) d T +( ∂∂ VP ) dP.
P T
dengan masing-masing turunan parsial tersebut merupakan fungsi dari T dan P. Arti
fisis dari kedua turunan parsial tersebut berkaitan dengan kuantitas yang disebut
koefisien muai rata-rata atau kenuaian volume, yang dinyatakan: [pada kondisi
tekenana tetap]
1 ∂V
β= ( )
V ∂T p
pada dasarnya merupakan fungsi dari T dan P, tetapi karena perubahan temperatur
dibuat pada kisaran kecil sehingga dapat dipandang tetap. Efek perubahan tekanan
pada volume sistem hidrostatik bila temperaturnya dibuat tetap dinyatakan oleh
kuantitas yang disebut dengan ketermampatan isoterm dan dilambangkan dengan
[dibaca kappa].
−1 ∂ V
k=
V ∂P ( ) T
dx= ( ∂∂ xy ) dy +( ∂∂ xz ) dz
z y
dy = ( ∂∂ xy ) dx +( ∂∂ yz ) dz
z x
dx= ( ∂∂ xy ) [( ∂∂ xy ) dx +( ∂∂ yz ) dz ]+( ∂∂ xz ) dz ,
z z x y
Dari ketiga koordinat, hanya 2 yang bebas (x,z). Jika dz = 0 dan dx≠0, maka :
( ∂∂ xy ) ( ∂∂ yx ) =1
z z
( ∂∂ xy ) = ∂1y
z
( ∂x ) z
( ∂∂ xy ) ( ∂∂ yz ) +( ∂∂ xz ) =0 ,
z x y
dan
( ∂∂ xy ) ( ∂∂ yz ) =−( ∂∂ xz )
z x y
( ∂∂ xy ) ( ∂∂ yz ) ( ∂∂ xz ) =−1
z x y
−1 ∂V
V (∂P )
κ=
T
Maka
( ∂∂ TP ) = βκ
V
Perubahan tekanan diferensial sekarang dapat dinyatakan dalam kuantitas fisis, jadi
dP= ( ∂∂ TP ) dT +( ∂∂VP ) dV
V T
β 1
dP= dT − dV
κ κV
Dalam volume konstan,
β
dP= dT
κ
Jika kita buat agar temperaturenya berubah dari Ti ke Tf pada volume konstan,
tekanan akan berubah dari Pi ke Pf, dengan i dan f menunjukkan keadaan awal dan
akhir. Dengan mengintegralkan kedua keadaan tersebut, didapatkan :
Tf
β
Pf −Pi=∫ dT
Ti κ
Jika perubahan antara Tf dan Ti adalah kecil dan diibaratkan keduanya tetap, maka
didapat :
β
Pf −Pi= (Tf −Ti )
κ
Pertanyaan:
Hukum dasar dari gas ideal yaitu?