Anda di halaman 1dari 8

Posisi Transportasi dalam Sains Kontemporer

Sulit untuk menentukan posisi studi transportasi dalam struktur sains kontemporer, mengingat
sifatnya yang interdisipliner dengan komponen, hubungan, dan kompleksitas yang banyak, besar
dan beragam. Sains transportasi memiliki irisan dengan studi teknik, perencanaan kota, ekonomi,
manajemen, administrasi publik, geografi, dan lain-lain. Selain itu, sains transportasi termasuk
disiplin ilmu yang relatif muda, sehingga beraneka rupa masalah baru dapat dengan cepat
bermunculan. Dalam perkembangan sejarahnya, sains transportasi umumnya dikristalkan ke
dalam studi teknik atau rekayasa transportasi yang menjadi cabang dari teknik sipil.1

Dalam pelembagaannya, studi transportasi dapat berdiri sendiri sebagai suatu cabang sains atau
terintegrasi ke dalam cabang sains lain. Sebagai suatu cabang sains yang berdiri sendiri, studi
transportasi dapat dilembagakan ke dalam institut, sekolah, fakultas, atau program studi (prodi)
yang khusus, baik dalam jenjang sarjana maupun pascasarjana. Sementara itu, sains transportasi
yang menjadi cabang keilmuan lain dapat maujud ke dalam suatu mata kuliah, sub bidang studi,
sub jurusan, atau kelompok keahlian tertentu. Nomenklatur yang digunakan pada keduanya dapat
beragam.

Sains transportasi yang berdiri sendiri umumnya berada dalam naungan sekolah atau institut
transportasi dan logistik yang mempelajari aspek manajemen sistemis dan teknik sistemis
transportasi yang berkaitan dengan alur logistik (supply-chain). Contoh institut semacam itu
adalah Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Yayasan Trisakti di Jakarta; Institute of Transport
and Logistics Studies di University of Sydney, Australia; serta The Chartered Institute of
Logistics and Transport di Northamptonshire, Inggris dan di Ottawa, Ontario, Canada.

Selain itu, juga terdapat institut atau prodi dengan orientasi studi yang lebih spesifik, seperti
Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) di Bekasi, Akademi Perkeretaapian Madiun, Prodi
Teknik Perkeretaapian Politeknik Negeri Madiun (PNM), Prodi Teknik Perkeretaapian Institut
Teknologi Sumatra (Itera), Prodi Manajemen Transportasi Udara di Sekolah Tinggi Teknologi
Kedirgantaraan (STTKD) Yogyakarta, Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS), dan lain-lain.

Sementara itu, sains transportasi yang menjadi cabang ilmu lain dapat memiliki keilmuan induk
yang beragam, dari bidang teknik hingga managemen. Kelompok keahlian Rekayasa
Transportasi di Institut Teknologi Bandung (ITB) misalnya, dinaungi oleh Fakultas Teknik Sipil

1
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Edisi Ketiga Jilid 1, Terjemahan Fidel Miro,
(Jakarta: Erlangga, 2005), hal xi-xiii
dan Lingkungan.2 Kelompok keahlian Manajemen dan Rekayasa Transportasi di ITS juga
termasuk dalam cakupan Teknik Sipil.3 Sementara itu, kelompok keahlian Desain, Operasi, dan
Perawatan Pesawat Terbang (DOPPT), Prodi Teknik Dirgantara, Fakultas Teknik Mesin dan
Dirgantara (FTMD) ITB mencakup topik studi rekayasa dan operasi transportasi udara serta
pemodelan dan analisis transportasi udara.4

Sementara itu, dalam Lampiran I Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia Nomor 257/M/KPT/2017 tentang Nama Program Studi pada Perguruan
Tinggi, nomenklatur kelompok keahlian dan program studi terkait transportasi mencakup Teknik
atau Rekayasa Transportasi dalam Prodi Teknik atau Rekayasa Sipil, Teknik atau Rekayasa
Transportasi Laut dalam Prodi Teknik atau Rekayasa Kelautan, serta Prodi Transportasi dan
Manajemen Logistik yang berdiri sendiri.

Berdasarkan cakupan aspeknya, umumnya terdapat tiga pendekatan studi sains transportasi, yaitu
pendekatan manajemen dan ekonomi, pendekatan teknik, dan pendekatan sistem. ITL Trisakti
misalnya memiliki Fakultas Manajemen dan Bisnis Transportasi dengan konsentrasi manajemen
pada tiga matra (Udara, Darat, dan Laut) serta Manajemen Logistik dan Material; Fakultas
Sistem Transportasi dan Logistik yang mencakup Prodi Logistik dan Prodi Transportasi; dan
Fakultas Teknik Transportasi dan Logistik yang mencakup Prodi Teknik Dirgantara dengan
konsentrasi Kebandarudaraan, Prodi Teknik Kelautan dengan konsentrasi Kepelabuhan, dan
Prodi Rekayasa Infrastruktur dengan konsentrasi Perkeretaapian.5

Berdasarkan tahapan implementasinya, topik-topik sains transportasi dapat dibagi dalam


kelompok studi perencanaan, perancangan, pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan, dan
pengendalian transportasi.6 Kelompok keahlian Rekayasa Transportasi di FTSL ITB misalnya,
membagi kegiatan penelitiannya ke dalam empat sub yang meliputi Perencanaan Transportasi
yang meliputi Perencanaan dan Kebijakan Transportasi, Pemodelan Transportasi, Ekonomi
Transportasi, dan Transportasi Publik; Perancangan Transportasi yang memuat Rekayasa Lalu
Lintas, Rekayasa Infrastruktur Transportasi, dan Pemodelan Perkerasan; Pengoperasian dan
Pemeliharaan Transportasi yang mencakup Pengelolaan dan Pengoperasian Lalu Lintas,
Pengelolaan Transportasi Publik, Keselamatan Lalu Lintas, dan Pengelolaan Infrastruktur

2
Web: https://ftsl.itb.ac.id/kelompok-keahlian/rekayasa-transportasi/
3
Web: https://www.its.ac.id/id/kuliah-di-its/program-studi/program-magister/
4
Web: https://www.ftmd.itb.ac.id/penelitian/
5
Web: http://itltrisakti.ac.id/pendidikan/
6
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ... , hal. 5
Transportasi; hingga Pemantauan dan Penelitian Transportasi yang mewadahi Studi Dampak
Transportasi dan Audit Pengelolaan Kualitas Konstruksi Jalan.7

Berdasarkan matra operasionalnya, sains transportasi dapat mencakup studi transportasi darat,
laut, udara, dan perkeretaapian. Studi transportasi matra darat umumnya dicakup dalam
Rekayasa Transportasi yang merupakan cabang dari Teknik Sipil karena berkaitan erat dengan
objek keilmuan Teknik Sipil, seperti dirinci di atas. Selain itu, transportasi berbasis jalan dan
transportasi berbasis rel (kereta api) dapat dipisahkan, seperti pada STTD yang memiliki jurusan
Transportasi Darat, Manajemen Transportasi Jalan, dan Manajemen Transportasi
Perkeretaapian.8 Program studi perkeretaapian juga dapat berdiri sendiri, seperti di Itera 9 atau
PNM.10

Sementara itu, studi transportasi matra laut dan udara umumnya menjadi cabang keilmuan dari
Teknik Kelautan (Transportasi Laut) atau Perkapalan dan Teknik Penerbangan atau Dirgantara.
Penekanan studinya dapat dibagi ke dalam orientasi produk serta orientasi fungsi dan permintaan
(jasa). Orientasi studi produknya berpusat pada keilmuan teknis tentang kapal, pesawat,
pelabuhan, dan bandara. Sementara itu, orientasi fungsinya berpusat pada pendekatan sistemis
dari turunan kebutuhan pengguna jasa transportasi masing-masing matra, baik pada level makro
maupun mikro.

Dengan begitu, konsep rute (route) dan armada (fleet) pada keduanya setara dengan konsep jalan
(road) dan mode (moda) pada matra darat, yaitu memerikan juga cakupan manajemen dan
sistemis, walaupun berada dalam lingkup keilmuan yang lebih teknis. Pembagian keahliannya
pun menyesuaikan aspek produk dan fungsi itu, seperti Perencanaan dan Manajemen Pelayaran,
Perencanaan dan Manajemen Pelabuhan, dan Transportasi Multimoda dan Logistik pada Teknik
Transportasi Laut;11 serta Rekayasa dan Operasi Transportasi Udara, Pemodelan dan Analisis
Transportasi udara, Keandalan Maskapai Penerbangan dan Rekayasa Program Perawatan,
Analisis Keselamatan Penerbangan, dan Analisis Sistem Bandara pada Teknik Dirgantara.12

Selain itu, studi transportasi yang dilakukan lebih dengan pendekatan ekonomi dan manajemen
sistemis daripada teknik sistemis, umumnya dimasukkan ke dalam cakupan keilmuan
manajemen dan bisnis. ITL Trisakti misalnya, memisahkan antara Fakultas Manajemen dan
Bisnis Transportasi, Fakultas Sistem Transportasi dan Logistik, serta Fakultas Teknik
7
Web: https://ftsl.itb.ac.id/kelompok-keahlian/rekayasa-transportasi/
8
Web: https://www.ptdisttd.ac.id/
9
Web: https://www.itera.ac.id/itera-buka-pendaftaran-jalur-mandiri-khusus-prodi-s1-teknik-perkeretaapian/
10
Web: http://tka.pnm.ac.id/tentang_prodi/d4/profil
11
Web: https://www.its.ac.id/seatrans/id/mahasiswa/kurikulum/
12
Web: https://www.ftmd.itb.ac.id/penelitian/
Transportasi dan Logistik.13 Pemisahan kelompok studi Manajemen Transportasi Udara dari
Teknik Dirgantara juga dilakukan oleh STTKD Yogyakarta. 14 Institute of Transport and
Logistics Studies di University of Sydney juga termasuk dalam kelompok Business School.15

Meskipun terdapat spesialisasi semacam itu, Rekayasa atau Teknik Transportasi yang menjadi
cabang Teknik Sipil – atau Fakultas Sistem Transportasi seperti di ITL Trisakti – tetaplah dapat
dirujuk sebagai representasi umum studi transportasi, karena objek keilmuan utamanya
memanglah berkenaan dengan transportasi, bukan turunan yang timbul dari persentuhan
teknologi kapal, pesawat, atau kereta api dengan industri transportasi. Selain itu, bahan ajar pada
Teknik Transportasi juga dapat mencakup topik-topik yang terdapat dalam kajian transportasi di
Teknik Penerbangan, Teknik Transportasi Laut, dan Teknik Perkeretaapian, walaupun
persentasenya mungkin tidak sebanyak topik-topik tentang transportasi berbasis jalan.

Rekayasa atau teknik transportasi umumnya didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip


sains dan teknologi dalam perencanaan, desain fungsional, pengoperasian, dan pengelolaan
berbagai fasilitas untuk segala bentuk mode transportasi (jalan, rel, air, dan udara) dengan tujuan
untuk menjamin pergerakan manusia dan barang yang aman, cepat, nyaman, mudah, ekonomis
dan ramah lingkungan.16 Frasa “segala bentuk mode transportasi” tersebut menunjukkan bahwa
cakupan studi transportasi dalam Teknik Sipil memang lebih global. Namun, hal itu tidaklah
dimaksudkan untuk mengerdilkan pentingnya studi transportasi dalam cakupan Teknik
Dirgantara, Teknik Transportasi Laut, Teknik Perkeretaapian, maupun Manajemen dan Ekonomi
Transportasi. Toh, paradigma transportasi pada dewasa ini semakin sistemis dan multi-modal.

Terlihat bahwa teknik transportasi merupakan bidang studi yang multidisipliner dan relatif baru
yang telah memperoleh landasan teoretis, perangkat metodologis, dan area yang luas dari
keterlibatan negara, publik, dan swasta. Konsep-konsepnya diambil dari berbagai bidang, seperti
ekonomi, geografi, riset operasi, perencanaan wilayah, sosiologi, psikologi, statistik dan
probabilitas, dipadukan dengan perangkat analisis yang umum digunakan dalam bidang teknik.
Implementasi keilmuannya melibatkan berbagai aktivitas penting dari para pembuat kebijakan,
manajer, administrator, perencana, insinyur, analis, pekerja konstruksi, operator, petugas
pemeliharaan, hingga regulator dan badan-badan pengawas.17

13
Web: http://itltrisakti.ac.id/pendidikan/
14
Web: https://sttkd.ac.id/program-studi/
15
Web: https://www.sydney.edu.au/business/our-research/institute-of-transport-and-logistics-studies.html
16
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 5
17
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 6
Kurikulumnya dapat mencakup sistem transportasi perkotaan, statistik transportasi, matematika
transportasi, sistem transportasi nasional, teknologi sarana transportasi, sumber daya manusia
transportasi, perhitungan biaya dan tarif transportasi, hubungan tata guna lahan dengan
transportasi, metode survei dan analisis data transportasi, sistem informasi geografis, lingkungan
dan energi transportasi, riset operasi, transportasi penumpang, ekonomi transportasi, manajemen
lalu lintas jalan, manajemen operasi transportasi, manajemen rantai pasok, studi kelayakan
transportasi, manajemen proyek transportasi, kebijakan transportasi, digitalisasi dan sistem
transportasi cerdas, perangkat lunak untuk solusi transportasi, dan transportasi barang.

Dalam pemaknaannya yang lebih luas di matra udara, kurikulum transportasi dapat meliputi
sistem bandar udara, regulasi penerbangan, rencana induk bandar udara, leadership airport,
mekanika teknik dasar, pengetahuan dasar penerbangan, desain dasar bandara, operasi bandara,
fasilitas bandara internasional, pelayanan lalu lintas penerbangan, regulasi bandara, studi
kelayakan bandara, manajemen proyek bandara, aksesibilitas bandara, pemeliharaan kelistrikan
bandara, penyelamatan bandara dan penanggulangan kebakaran, pemeliharaan alat bantu
navigasi udara, keamanan penerbangan, pemeliharaan pavements & unpaved areas, standarisasi
dan sertifikasi bandara, perkembangan teknologi bandara, dan teknik perawatan pesawat.

Dalam bidang transportasi laut, kurikulum yang ada umumnya memuat mekanika tanah,
mekanika teknik, desain pelabuhan, teknik fondasi, teknik gelombang, sistem operasi terminal
umum, dredging & reclamation curah cair, konstruksi pelabuhan, desain breakwater, teknik
pantai, peti kemas dan peralatan peti kemas, sistem informasi pelabuhan dermaga, gudang dan
lapangan penumpukan, sistem operasi terminal penumpang, rencana induk pelabuhan, studi
kelayakan pelabuhan, biaya dan tarif pelabuhan, shipping operation, sistem dan regulasi
pelabuhan, dangerous goods, riset operasi, dan sumber daya kelautan.

Sementara itu, kurikulum transportasi perkeretaapian dapat mencakup sejarah perkembangan


perkeretaapian, pengetahuan dasar sistem operasi kereta api, sains lingkungan, statika dan
mekanika bahan, mekanika tanah, perancangan struktur beton, gambar teknik, pemetaan dan
survei, teori rangkaian listrik, teknik dan konstruksi, persinyalan kereta api, teknik fondasi
konstruksi jalan rel, hidrologi, konstruksi jembatan kereta api, railway tunnelling, construction
railway station yard, teknik dan konstruksi telekomunikasi kereta api, regulasi dan perundang-
undangan kereta api, konstruksi bangunan stasiun, teknik perawatan trek, perencanaan
infrastruktur ramah lingkungan, perencanaan kereta api, keselamatan transportasi, dan kereta api
berkecepatan tinggi (high speed train).
Begitu pula hasil survei yang dilakukan oleh C. Jotin Khisty terhadap para praktisi transportasi di
Amerika Serikat pada 1980-an, juga memperlihatkan bentang studi transportasi yang luas dan
interdisipliner. Para praktisi tersebut, berdasarkan pengalaman mereka, mengusulkan topik-topik
yang mereka anggap sebagai pokok studi dalam rekayasa transportasi, yang meliputi desain
geometris jalan raya, karakteristik pengoperasian kendaraan, studi kapasitas jalan raya, desain
persimpangan jalan raya, perencanaan transportasi, peralatan kendali lalu-lintas, ekonomi
transportasi, interaksi tata guna lahan dengan transportasi, teknik evaluasi, manajemen sistem
transportasi, deskripsi sistem transportasi, karakteristik arus lalu-lintas, keamanan lalu-lintas,
prosedur-prosedur kontrak, spesifikasi, karakteristik operasional mode transportasi, angkutan
massal, perencanaan bandara, transportasi dan pemberdayaan manusia, dan sejarah transportasi.18

Dengan demikian, semakin jelas bahwa sebagai cabang ilmu, rekayasa transportasi memiliki
keterkaitan yang erat dengan sosiologi, psikologi, politik, manajemen, ekonomi, planologi,
arsitektur, rekayasa sistem, teknik sipil, matematika dan statistika, teknik dirgantara, teknik
perkapalan dan kelautan, teknik perkeretaapian, rekayasa informatika dan elektronika, teknik
mesin, dan lain-lain. Kita lihat cakupan interdisipliner teknik transportasi begitu luas, meliputi
sisi “keilmuan lunak” yang berkenaan dengan manusia dan kemasyarakatan, dan sisi “keilmuan
keras” yang berhubungan dengan teknik dan sains eksak.

Dengan luasnya kajian yang ada di dalamnya, pendekatan studi transportasi sulit untuk berdiri
sendiri, meskipun pada praktiknya, terdapat kelompok studi yang mengkhususkan pendekatan
manajemen dan bisnis saja – yang dianggap mewakili sisi lunak transportasi – atau pendekatan
teknis saja – yang berkenaan dengan sisi keras transportasi. Namun, pada perkembangan
studinya, masing-masing pendekatan tersebut mengarah pula kepada pendekatan sistemis.
Dengan demikian, pada setiap program studi atau institut yang mengkhususkan diri di bidang
manajemen atau teknik transportasi itu, kita akan mendapati topik-topik studi yang digelar dalam
kerangka sistem transportasi.

Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara yang sistemis dan menyeluruh untuk
memecahkan masalah yang melibatkan suatu sistem. Sistem adalah suatu perangkat yang terdiri
dari bagian-bagian yang saling berhubungan, disebut komponen, yang menjalankan sejumlah
fungsi dalam rangka mencapai suatu tujuan. Analisis sistem adalah penerapan metode ilmiah
guna memecahkan masalah-masalah yang rumit dan interdisipliner di dalamnya. Tujuan (goal)
dari sistem yang dianalisis harus dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan operasional yang
terukur dan dapat dicapai (disebut objektif).19
18
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal xv
19
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 7
Setiap objektif dari suatu sistem umumnya memiliki ukuran-ukuran efektivitasnya sendiri
(measure of effectiveness / MOE). MOE merupakan suatu ukuran yang menunjukkan hingga
sejauh mana setiap tindakan yang diambil dapat memenuhi objektifnya. Ukuran-ukuran yang
berhubungan dengan hilangnya keuntungan atau lepasnya peluang untuk setiap alternatif disebut
ukuran biaya (measure of costs / MOC). MOC merupakan konsekuensi dari keputusan dalam
memilih alternatif itu. Suatu kriteria atau persyaratan menghubungkan MOE dan MOC dengan
cara menetapkan suatu aturan yang digunakan untuk memilih salah satu dari beberapa tindakan
alternatif yang biaya dan efektivitasnya telah diketahui. Suatu tipe kriteria atau persyaratan yang
khusus untuk mematok tingkat terendah (atau tertinggi) dari performa sistem yang dapat diterima
maujud sebagai objektif definitif, yang disebut sebagai standar.20

Standar bagi suatu sistem umumnya ditetapkan dalam regulasi otoritas. Regulasi itu diwujudkan
melalui suatu kebijakan (policy) dari pihak yang berkuasa atau berwenang sebagai prinsip
pengarah atau langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai objektif sistem. Pelaksanaan
standar atau regulasi itu tentu perlu dievaluasi, karena umpan balik dan pengendalian sangat
diperlukan agar performa sistem efektif. Tindakan mengevaluasi status aktual dari suatu sistem
dan menentukan arah perubahannya disebut sebagai penentuan kebijakan.21

Kebijakan terkait sistem itu pada akhirnya akan memberikan dampak terhadap manusia,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya, terutama pengguna langsung dari sistem itu. Hal itu
karena terdapat konsep-konsep rumit yang membentuk keinginan dasar dan menggerakkan
perilaku manusia sebagai pengguna sistem. Seiring perubahan pada sistem itu, insan yang
berhubungan dengannya juga dapat mengalami perubahan nilai. Lebih jauh lagi, setiap kebijakan
dalam merumuskan regulasi atau standar itu pasti dipengaruhi oleh nilai-nilai dari pihak yang
menentukannya, baik itu nilai sosial, nilai budaya, nilai tamadun, dan lain-lain.22

Meskipun studi sains dan teknik kontemporer selalu menekankan objektivitas, setiap keilmuan
yang melibatkan manusia, sebagai makhluk yang memiliki sisi pandangan subyektif, tidak akan
terlepas dari nilai-nilai yang melandasi pemikiran manusia itu, termasuk dalam melakukan
analisis sistem transportasi. Paradigma yang terbentuk dari nilai-nilai itu akan mempengaruhi
cara penentu kebijakan dalam mengidentifikasi masalah-masalah dan nilai-nilai komunitasnya
yang terkait dengan sistem itu. Seterusnya, paradigma itu akan memberi warna dalam proses
penentuan tujuan, objektif, kriteria, standar, dan regulasi bagi sistem.23

20
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 7
21
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 8
22
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 7
23
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi ..., hal. 8
Berbagai patokan itu pada gilirannya akan menuntun otoritas dalam merancang, mengkaji, dan
memilih alternatif aksi. Pengujian terhadap objektif dan alternatif yang lama serta penentuan atau
modifikasi objektif dan alternatif baru hingga keseluruhan perulangan analisis, sampai dihasilkan
bentuk sistem yang dinilai paling tepat, juga tidak terlepas dari paradigma, nilai, asumsi, dan
berbagai hal subyektif lainnya. Besarnya peran paradigma atau nilai-nilai dalam studi dan
implementasi rekayasa transportasi itu akan semakin terlihat jika kita meninjau pergeseran
paradigma transportasi dari paradigma lama yang berkutat pada motorisasi mekanis menuju
paradigma baru yang multi-modal dan lebih mementingkan manusia, komunitas, dan lingkungan.

Dengan demikian, sistem transportasi dapat dipandang sebagai suatu pengejawantahan dari
tatanan nilai suatu kelompok kecil penentu kebijakan, yang dapat mempengaruhi perkembangan
tatanan nilai dari kelompok masyarakat yang lebih besar. Dengan kata lain, studi tentang
transportasi, seberapa pun objektifnya, tetaplah sarat dengan nilai. Sains dan rekayasa
transportasi dalam berbagai bentuknya, perlu kita pandang sebagai keilmuan yang memiliki
paradigma tertentu. Karena itu, penyelidikan terhadap paradigma transportasi kontemporer, serta
hubungannya dengan struktur peradaban secara umum, perlu dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai