Anda di halaman 1dari 11

Literature Review : 1

Pengaruh Berita Bohong di Whatsapp Terhadap Pemilihan Partai Politik

Azzahra

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikai

Universitas Padjadjaran
Literature Review : 2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem Demokrasi dipercaya sebagai sebuah sistem yang mencerminkan mekanisme

politik yang dianggap mampu menjamin adanya pemerintahan yang tanggap terhadap keinginan

warga negaranya. Demokrasi adalah sebuah sistem politik dimana para pembuat keputusan

mengumpulkan suara terbanyak dalam memilih pemimpin yang mereka inginkan sesuai dengan

pemilu yang adil, jujur dan berkala. Sistem demokrasi yang ada di Indonesia sudah ada sejak

Indonesia merdeka dari penjajahan, sehingga Ir. Soekarno dan Masyarakat Indonesia

memutuskan Indonesia menganut kepada sistem demokrasi sebagai sistem pemerintahan. Sistem

Demokrasi ini di ambil dikarenakan Indonesia memiliki keberagaman pulau, agama, ras, dan

budaya, sehingga perlu adanya musyawarah dalam menentukan pemimpin yang sesuai dengan

keinginan masyarakat. Dalam memilih pemimpin yang maju dalam pemilihan bersifat rahasia

dan bebas tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Sebelum terlaksananya sebuah pemilihan umum, biasanya setiap kandidat dan

pendukungnya akan melakukan sebuah kegiatan kampanye. Kampanye ini bertujuan untuk

menarik minat para pendukung baru yang masih kebingungan dalam menentukan pilihannya

pada saat pemilihan berlangsung. Sebagai syarat utama dari terbentuknya demokrasi yang baik

secara universal, pemilihan umum merupakan cara praktik politik yang dapat mewakilkan

pemikiran dan keinginan masyarakat. karena dengan pemilihan umum atau pemilu, masyarakat

secara individu maupun berkelompok dapat memilih calon yang mereka inginkan. Cara-cara

berkampanye para calon pun beragam, ada yang berkampanye sesuai dengan peraturan KPU atau
Literature Review : 3

pun cara-cara curang untuk mendapatkan partisipasi masyarakat. pemilihan partai politik pun

dilakukan sebagai pengusung mereka untuk menarik suara lebih banyak, karena sejatinya, setiap

partai politik memiliki partisipan yang cukup banyak.

Di era perkembangannya teknologi dan informasi seperti saat ini. Berhubungan dengan

adanya perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan

komunikasi juga mengalami perubahan. Komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara

individual, namun perlu adanya lawan berbicara satu atau lebih. Penggunaan Media saat ini juga

semakin kompleks, misalnya ada radio, televise, surat kabar, internet, media massa, media

online, dan lain sebagainya.

Media telah mengalami transformasi besar selama dekade terakhir (Mangold dan Faulds

2009). Statistik terkini menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengakses Internet melebihi dua

miliar empat ratus ribu, yaitu 34% populasi dunia (Internet Statistik Dunia 2013). Selain itu, satu

dari tujuh orang di dunia memiliki Facebook profil dan hampir empat dari lima pengguna

Internet mengunjungi situs media sosial (Nielsen 2012). Dengan jumlah pengguna Internet dan

media sosial yang berkembang di seluruh dunia, ini penting untuk manajer komunikasi untuk

memahami perilaku konsumen online.

WhatsApp adalah media social yang sangat popular di masyarakat. Hampir semua pengguna

smartphone menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai alat berkomunikasi. WhatsApp memiliki

banyak fitur yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran seperti grup chat, whatsApp di

web dan desktop, pesan suara, panggilan suara dan video, enskripsi end-ro-end,

mengirim/menerima foto, video, dan dokumen.


Literature Review : 4

Namun, sebagai digital commons, media sosial juga tidak dapat dihindari oleh semua

orang. Kekhawatiran atas "sisi gelap" media sosial berupa disinformasi (populer disebut "hoax",

merujuk pada fenomena umum kebohongan) mendapat perhatian yang sangat besar selama masa

kampanye Pemilu 2019 di Indonesia. Hambatan yang rendah untuk masuk dan kemudahan

berbagi konten buatan pengguna berarti bahwa media sosial lebih mudah digunakan untuk semua

jenis tujuan, termasuk tujuan negatif. Aksi Bela Islam 212 (Aksi Bela Islam 2 Desember 2016),

yang dipadukan dengan kerusuhan politik yang intens pada pemilu sebelumnya, menghasilkan

"hoax" menjadi istilah yang berarti perpecahan bagi banyak orang Indonesia, berpotensi

menghancurkan demokrasi muda.

Berita palsu (Hoax) adalah spektrum fenomena yang terdiri dari kepalsuan dan bahkan

informasi nyata yang disebarkan secara sengaja dan juga tidak sengaja untuk membingungkan.

Missinformasi dan baru-baru ini, penyebaran kampanye disinformasi yang merajalela melalui

platform teknologi telah menjadi perhatian dalam pemilu baru-baru ini. Dengan 130 juta

pengguna aktif, media sosial menjadi aspek penting dalam politik Indonesia dan juga berita

palsu. Pada minggu-minggu terakhir menjelang pemilihan presiden dan legislatif pada 17 April,

penyebaran berita palsu semakin meningkat. Menurut data Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia

(MAFINDO), berita palsu (populer disebut “hoax”) telah meningkat 61 persen antara Desember

tahun lalu dan Januari 2019. Sebagian besar hoax ditemukan di platform jejaring sosial

Facebook. Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia melaporkan lebih dari 700 hoax

terkait pemilu pada Maret 2019.

Meskipun dampak hoax pada perilaku pemilu tidak secara langsung, pertanyaan tentang

bagaimana informasi yang terdistorsi diproses secara kognitif harus dipertimbangkan. Pada

pemilu 2019, beberapa perusahaan survei Indonesia berpendapat bahwa hoax dapat mengurangi
Literature Review : 5

elektabilitas kandidat yang diincar. Hoaks juga bisa mengikis minat masyarakat Indonesia

terhadap calon dan proses pemilu. Misalnya, maraknya penyebaran hoax dapat meningkatkan

golput pada pemilu kali ini. Penyalahgunaan hoax untuk kepentingan politik tetap menjadi

kemungkinan dalam pemilu mendatang.

PEMBAHASAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi yang sangat cepat

memberikan dampak yang besar dalam persaingan dibidang usaha. Berhubungan dengan adanya

perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi

juga mengalami perubahan. Komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara individual, namun

perlu adanya lawan berbicara satu atau lebih. Penggunaan Media saat ini juga semakin

kompleks, misalnya ada radio, televise, surat kabar, internet, media massa, media online, dan lain

sebagainya.

Media

Media telah mengalami transformasi besar selama dekade terakhir (Mangold dan Faulds

2009). Statistik terkini menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengakses Internet melebihi dua

miliar empat ratus ribu, yaitu 34% populasi dunia (Internet Statistik Dunia 2013). Selain itu, satu

dari tujuh orang di dunia memiliki Facebook profil dan hampir empat dari lima pengguna

Internet mengunjungi situs media sosial (Nielsen 2012).

Media sosial menawarkan ketersediaan dan fasilitas yang luas untuk bertukar informasi.

Ini juga memberi ruang bagi orang-orang untuk mengumpulkan minat dan narasi yang sama.

Pada situasi tertentu, media sosial memungkinkan konten menyebar dengan cepat ke seluruh

jaringan dan menjadi viral. Namun, media sosial juga menyediakan cara cepat untuk
Literature Review : 6

menyampaikan informasi atau opini sepihak tanpa kemampuan untuk memverifikasi keasliannya

(Del Vicario et al., 2016; Sheikh, 2016).

Berita Bohong (Hoax)

Hoax sudah ada selama bertahun-tahun. Istilah “hoax” diperkenalkan pertama kali oleh

MacDougall dalam buku klasiknya Hoaxes (1958). Dalam bukunya, ia menggunakan berbagai

hoax yang beredar di Amerika pada awal abad ke-20 sebagai studi kasus. Hoax mulai meledak di

Indonesia selama Pilpres 2014 yang diperebutkan dengan sengit. Cerita-cerita palsu (Hoax) yang

terang- terangan beredar di kalangan pecinta media sosial oleh pendukung pemenang akhirnya

Joko “Jokowi” Widodo dan lawannya, Prabowo Subianto. Masing-masing pihak dinyatakan

bersalah menyebarkan hoax untuk menggagalkan kampanye calon lainnya. Namun, kebanyakan

serangan hoax menargetkan Jokowi dan banyak yang didasarkan pada ras dan agama.

Tujuan dari penyebaran berita bohong pun tidak lain adalah untuk menarik suara lebih

banyak dengan menjatuhkan lawan. Dengan cara ini pula, banyak masyrakat yang mudah

terpengaruh dan menjadikan berita ini seolah-olah seperti benar, sehingga mereka berpikir

negative terhadap lawan politiknya. Seperti contoh Pada Pilkada Jakarta 2017, penggunaan hoax

meningkat. Peredaran hoax semakin intensif selama periode pemilu ketika ketegangan sektarian

meningkat karena pengadilan penistaan agama untuk Basuki Tjahja Purnama atau Ahok,

Gubernur Jakarta saat itu (Varagur, 2016). Dalam salah satu pidatonya sebelum pemilu, Ahok,

calon petahana, mengkritik saingan politiknya karena menggunakan Islam sebagai alat

kampanye. Dia menyatakan bahwa pemilih tertipu oleh mereka yang menggunakan ayat 51 Sura

Al-Maida (selanjutnya Al-Maida 51) dari kitab suci Muslim, Quran (BBC Indonesia, 2016,

“Pidato di Kepulauan Seribu dan harihari hingga Ahok menjadi tersangka” para. 5 ). Salah satu
Literature Review : 7

tafsir ayat tersebut adalah bahwa umat Islam tidak boleh memilih non-Muslim sebagai pemimpin

(Ahok adalah seorang Tionghoa-Kristen).

WhatsApp

WhatsApp adalah media social yang sangat popular di masyarakat. Hampir semua pengguna

smartphone menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai alat berkomunikasi. WhatsApp memiliki

banyak fitur yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran seperti grup chat, whatsApp di

web dan desktop, pesan suara, panggilan suara dan video, enskripsi end-ro-end,

mengirim/menerima foto, video, dan dokumen.

Pengguna grup obrolan pribadi terikat bersama oleh kepercayaan sosial yang mendorong

berbagi informasi lebih besar daripada di platform yang lebih terbuka dan keyakinan yang lebih

besar pada keakuratan informasi. Di Indonesia, media massa bahkan media sosial yang "terbuka"

seperti Facebook, Twitter dan WhatsApp group dianggap partisan. Pakar media Ross Tapsell

berpendapat bahwa orang Indonesia semakin suka mendapatkan pandangan dan pendapat dari

jaringan pribadi personal dan menganggap komunikasi dari pemerintah dan media arus utama

sebagai kurang dapat dipercaya. Tindakan pembatasan WhatsApp tidak akan mencegah

komunikasi untuk tujuan mengatur aktivitas. Hal ini terutama menonjol dalam kasus

disinformasi, yang oleh peneliti media Claire Wardle disebut sebagai informasi yang salah dan

orang yang menyebarkannya sadar bahwa itu salah.

Berita palsu (Hoax) adalah spektrum fenomena yang terdiri dari kepalsuan dan bahkan

informasi nyata yang disebarkan secara sengaja dan juga tidak sengaja untuk membingungkan.

Misinformasi dan baru-baru ini, penyebaran kampanye disinformasi yang merajalela melalui

platform teknologi telah menjadi perhatian dalam pemilu baru-baru ini. Dengan 130 juta
Literature Review : 8

pengguna aktif, media sosial menjadi aspek penting dalam politik Indonesia dan juga berita

palsu. Pada minggu-minggu terakhir menjelang pemilihan presiden dan legislatif pada 17 April,

penyebaran berita palsu semakin meningkat. Menurut data Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia

(MAFINDO), berita palsu (populer disebut “hoax”) telah meningkat 61 persen antara Desember

tahun lalu dan Januari 2019. Sebagian besar hoax ditemukan di platform jejaring sosial

Facebook. Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia melaporkan lebih dari 700 hoax

terkait pemilu pada Maret 2019.

Dengan adanya penyebaran hoax yang marak terjadi maka perlu di perhatikan bahwa tujuan

dari penyebaran hoax itu sendiri adalah untuk mengambil hati dari pemilih lain, sehingga mereka

berpikir buruk terhadap lawannya. Cara untuk menghindari hoax itu sendiri adalah dengan cara

memilah selalu informasi yang diterima, dan tanyakan kepada ahlinya. Kalau perlu tanyakan

langsung kepada pihak yang bersangkutan, sehingga informasi yang didapat akan menjadi

akurat.

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem Demokrasi dipercaya sebagai sebuah sistem yang mencerminkan mekanisme

politik yang dianggap mampu menjamin adanya pemerintahan yang tanggap terhadap keinginan

warga negaranya. Demokrasi adalah sebuah sistem politik dimana para pembuat keputusan

mengumpulkan suara terbanyak dalam memilih pemimpin yang mereka inginkan seuai dengan

pemilu yang adil, jujur dan berkala. Di era perkembangannya teknologi dan informasi seperti

saat ini. Berhubungan dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,
Literature Review : 9

bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan. WhatsApp adalah media

social yang sangat popular di masyarakat. Hampir semua pengguna smartphone menggunakan

aplikasi WhatsApp sebagai alat berkomunikasi. Hoax mulai meledak di Indonesia selama Pilpres

2014 yang diperebutkan dengan sengit. Tujuan dari penyebaran berita bohong pun tidak lain

adalah untuk menarik suara lebih banyak dengan menjatuhkan lawan. Dengan cara ini pula,

banyak masyarakat yang mudah terpengaruh dan menjadikan berita ini seolah-olah seperti benar,

sehingga mereka berpikir negative terhadap lawan politiknya.


Literature Review : 10

Daftar Pusaka

Damanik, E. L. (2019). Middle Class, WhatsApp, and Political Orientation: The Election of

North Sumatera Governor, 2018. 208(Icssis 2018), 49–57. https://doi.org/10.2991/icssis-

18.2019.11

A. Ghana Pratama, and T. Pradekso, "Pengaruh Terpaan Berita Hoax dan Persepsi Masyarakat

Tentang Kualitas Pemberitaan Televisi Berita Terhadap Intensitas Menonton Televisi

Berita," Interaksi Online, vol. 6, no. 4, pp. 1-13, Aug. 2018.

Sosiawan, E. A., & Wibowo, R. (2019). Kontestasi Berita Hoax Pemilu Presiden Tahun 2019 di

Media Daring dan Media Sosial. 133–142.

Aminah, A., & Sari, N. (2019). Dampak Hoax di Media Sosial Facebook Terhadap Pemilih

Pemula. Jurnal Komunikasi Global, 8(1), 51–61. https://doi.org/10.24815/jkg.v8i1.13565

Utami, D. (2019). Dampak Berita Hoax Di Media Sosial Dalam Mempengaruhi Opini

Mahasiswa Pada Saat Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun

2019. Jurnal S1 Ilmu Politik, 4.

https://fisipuntan.org/jurnal/index.php/aspirasi/article/view/1663/1450

Aprillia, M., & Rafni, A. (2019). Analisis Isu Pemilihan Presiden 2019 Di Media Sosial

Whatsapp Mahasiswa Universitas Negeri Padang. Journal of Civic Education, 1(4), 451-

463. https://doi.org/10.24036/jce.v1i4.332

Utami, P. (2019). Hoax in Modern Politics. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 22(2), 85.

https://doi.org/10.22146/jsp.34614
Literature Review : 11

Hui, J. Y. (2019). WhatsApp targets fake news in lead-up to Indonesian elections. February, 1–3.

P. Natalie., & W.T. Yue. (2019). What abaout WhatsApp? A systematic review of WhatsApp and

its role in civic and political engagement.

https://journals.uic.edu/ojs/index.php/fm/article/view/10417/8322

Hui, J.Y. (2020). Social Media and the 2019 Indonesian Elections: Hoax Takes the Centre Stage.

Southeast Asian Affairs 2020(1), 155-171. https://www.muse.jhu.edu/article/754745.

R. Gustavo., M. Philipe., S.Hugo., M. Hohnnatan., V.Marisa. (2019). (Mis)Information

Dissemination in WhatsApp: Gathering, Analyzing and Countermeasures.

https://doi.org/10.1145/3308558.3313688

Political, E., & Discourse, L. A. W. (2019). A PRÁVNÍ DISKURZ. 6(4).

Anda mungkin juga menyukai