PERDATA
Makalah
FAKULTAS HUKUM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
Fred.B.G. Tumbuan, “Beberapa Catatan Mengenai Sewa-Beli,” Majalah FHUI, 23 Februari
1976, hlm.381.
Sewa beli merupakan suatu perjanjian yang dikelompokkan
dalamperjanjian tidak bernama (Onbenoemde Contracten). Menurut
WirjonoProdjodikoro, bahwa sistem dalam KUH Perdata memungkinkan para
pihak
mengadakan persetujuan-persetujuan yang sama sekali belum diatur
dalamKUH Perdata maupun peraturan perundang-undangan.
Sewa beli adalah perjanjian yang tidakdiatur secara khusus dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tetapi oleh karenabuku III Kitab
Undang-Undang HukumPerdata menganut system terbuka, makapara pihak
boleh membuat perjanjian yangtidak diatur secara khusus dalam Kitab
Undang Undang Hukum Perdata.2Dengandemikian perjanjian sewa beli
sebagaisuatu perjanjian Innominaat juga tundukkepada ketentuan umum
tentangperjanjian. Dan merupakan jenis perjanjianbaru dalam praktek di
Indonesia sehinggabentuk perjanjian ini telah menjadi pranatahukum yang
berlaku dan diakui olehmasyarakat serta telah menjadiyurisprudensi meskipun
belum diaturdengan undang-undang. Perjanjian sewabeli berkembang sebagai
perjanjian yangberdasarkan kebiasaan dan kebutuhanbisnis.
Dalam suatu perjanjian sewa beli tidak menutup kemungkinan bahwa
pihak pembeli sewakarena sesuatu hal, tidak mampu memenuhi kewajibannya
membayar sewa sesuai dengan isiperjanjian yang telah disepakati dengan
penjual sehingga ia (pembeli) dapat dikatagorikan telahmelakukan ingkar janji
atau wanprestasi.3Masalah – masalah yang muncul dalam perjanjian sewa beli
adalah tentang klausul dapatdituntut dan harus dengan pembayaran sekaligus
(vervroeg opeisbaarheids) yang merupakanpersyaratan dari pihak penjual
yang memberatkan pihak pembeli. Persyaratan ini berlaku jikapembeli
melakukan wanprestasi, sehingga ia dituntut untuk segera membayar seluruh
sisapembayaran sekaligus.
2
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Dan Analisa Kasus, Prenada Media, hlm 64-65
3
M. Yahya Harahap, 1986, Segi – Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal.16.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa beli dan dimana letak
pengaturannya?
2. Bagaimana Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia?
3. Bagaimana Akibat Hukum Jika Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian
Sewa beli?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perjanjian sewa beli dan dasar
hukumnya.
2. Untuk memahami Penerapan Perjanjian Sewa beli Di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Akibat Hukum Jika Terjadi Wanprestasi Dalam
Perjanjian Sewa beli.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perjanjian Sewa Beli Dan Letak Pengaturannya
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata telah memberikan kebebasan pada
setiap orang untuk membuat perjanjian. Hal ini erat kaitannya dengan asas
kebebasan berkontrak dalam membuat suatu perjanjian. Dari pasal tersebut
maka pada perkembangannya timbullah perjanjian-perjanjian dalam
masyarakat yang tidak diatur dalam KUHPerdata. Seperti perjanjian Sewa
Beli atau dikenal dengan istilah HUURKOOP.
4
Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang, Surabaya: Fakultas Hukum, Universitas
Pembangunan Nasional, 2011, hlm.13
5
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang melekat pada
Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal.,Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996 ,
hlm.11
B. Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa perjanjian sewa beli
merupakan perjanjian yang tidak bernama (contract innominat). Sehingga
selain Hukum kontrak innominaat diatur dalam Buku III KUH Perdata. Di
dalam Buku III KUH Perdata, hanya ada satu pasal yang mengatur tentang
kontrak innominaat, yaitu Pasal 1319 KUH Perdata6 berbunyi:
“semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang
tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum
yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain”
Selain itu secara umum Pasal 1338 memberikan dasar yang sangat penting
dalam mana para pihak membuat kontrak diluar yang tertulis dalam
KUHPerdata. Pasal 1338 KUHPerdata menegaskan bahwa “semua perjanjian
yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang”. Artinya, semua
perjanjian mengikat bagi mereka yang membuatnya, mempunyai hak yang
oleh perjanjian itu diberikan kepadanya dan berkewajiban melakukan hal-hal
yang ditentukan dalam perjanjian. Setiap orang dapat mengadakan perjanjian,
asalkan memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
perjanjian innominaat muncul karena adanya asas kebebasan
berkontrak, dimana asas kebebasan berkontrak membolehkan seseorang itu
membuat perjanjian diluar yang dicantumkan dalam KUHPerdata asalkan
perjanjian tersebut tidak melanggar syarat sahnya suatu perjanjian, asas-asas
hukum perjanjian, serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. Ini hal-hal yang penting yang
tidak boleh diabikan oleh setiap orang yang yang hendak membuat perjanjian
Innominaat. Sehingga pada dasarnya perjanjian innominaat sama dengan
perjanjian nominaat. Kebebasan untuk membuat kontrak itu dibatasi oleh
undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. Dengan
6
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
2008, hlm 5.
demikian asas-asas hukum kontrak innominaat pun mengikuti asas-asas yang
tercantum dalam Buku III KUH Perdata. jadi yang dimaksudkan di sini bahwa
dasar kontrak innominaat yaitu asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338
KUH Perdata.
Sewa beli atau beli sewa belum ada undang-undang yang
mengaturnya, tetapi perjanjian ini masih diberlakukan di masyarakat, asalkan
masih berpegang pada asas kebebasan berkontrak dengan tidak mengabaikan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Sewa beli yang
menampakkan jati diri bukanlah sebagai perjanjian jual beli atau perjanjian
sewa menyewa, walaupun mencerminkan cirriciri dari keduanya. Perjanjian
sewa beli adalah sebagai jual beli benda tertentu, penjual melaksanakan
penjualan benda dengan cara memperhatikan setiap pembayaran yang
dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga benda yang telah
disepakati bersama dan diktat dalam suatu perjanjian. Selanjutnya ditentukan
bahwa hak milik atas benda tersebut, baru beralih dari penjual kepada pembeli
setelah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.
Latar belakang timbulnya sewa beli pertama kali adalah untuk
menampung persoalan, yang dikarenakan kebanyakan para calon pembeli
tidak mampu membayar jumlah uang yang ditentukan secara tunai.
Kesimpulan dari uraian ini bahwa penyebab lahirnya kontrak sewa beli adalah
pasaran barang industry semakin menyempit, dan daya beli masyarakat
kurang.7Selain itu yang menjadi latar belakang lahirnya kontrak sewa beli
adalah karena adanya asas kebebasan berkontrak.
Pada dasarnya penerapan perjanjian sewa beli di Indonesia dilakukan
seperti perjanian-perjanjian lain pada umumnya. Perjanjian sewa beli bukan
seperti perjanjian jual beli ataupun sewa menyewa, namun perjanjian sewa
beli merupakan gabungan dari keduanya yang diaplikasikan dengan cara para
pihak melakukan hak dan kewajiaban dalam perjanjian seperti yang telah
7
Ibid, hlm 131.
dijelaskan sebelumnya. Biasanya penerapan perjajian sewa beli di Indonesia
contohnya misalnyaA ingin membeli sewa sebuah rumah kepada B, yaitu
dengan cara membayar uang muka terlebih dahulu, kemudian membayar
angsuran/cicilan samapai lunas. Dengan membayar uang muka hak milik atas
rumah tersebut belum beralih, namun rumah tersebut sudah dikuasai atau
ditempati dan pembeli sewa wajib merawat memelihara rumah tersebut. Dan
ketika angsuran/cicilan lunas, maka barulah hak milik berali kepada Pembeli
sewa dengan penjual sewa menyerahkan bukti kepemilikan atas rumah
tersebut. Untuk itu sewa beli adalah suatu perjanjian campuran dimana
terkandung unsur jual beli dan perjanjian sewa menyewa. Dalam perjanjian
sewa beli selama harga belum dibayar lunas maka hak milik atas barang tetap
berada pada si penjual sewa meski barang sudah berada ditangan pembeli
sewa. Hak milik baru beralih dari penjual sewa kepada pembeli sewa, setelah
pembeli sewa setelah membayar angsuran terakhir untuk melunasi harga
barang.8
8
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta, 2012, hlm
65.
dalam perjanjian, wanprestasi dapat juga terjadi di mana debitor tidak
menjalankan kewajibannya yang telah ditentukan dalam undang-undang.9
10
Nanda Amalia, Hukum Perikatan, Unimal Press, 2012, hlm. 6-7
11
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli Di Indonesia Dan Akibat Hukumnya,
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014, hlm. 16.
b. Meninggal pihak kedua (pembeli sewa) dan tidak ada ahli waris
yang melanjutkannya;
c. Pembeli jatuh pailit serta saat kendaraan ditarik;
d. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak
lain. Ini terjadi karena pembelih sewah telah mengalihkan objek
sewa beli kepada pihak lain;
e. Pihak kedua wanprestasi:
f. Adanya putusan pengadilan;
g. Terjadi suatu tindak pidana (penipuan, perusakan, penggelapan);
h. Pihak ketiga melakukan perbuatan melawan hukum.