AVERTEBRATA AIR
“ARTRHOPODA, CEPHALOPODA DAN BIVALVIA”
OLEH:
MUHAMMAD FADHLILLAH
C1K 212 049
KELOMPOK 1
MENGETAHUI
(Asisten) (Praktikan)
Tanggal Pengesahan :
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pada praktikum kali ini, akan diuraikan ciri-ciri dan klasifikasi dari phylum
arthropoda. Arthropoda merupakan hewan yang memiliki lebih banyak spesies
dari pada spesies dari phylum lain. Hewan-hewan yang tercakup dalam phylum
ini memiliki anggota badan atau extrimitas yang bersendi-sendi, seperti Panulirus
sp. Dan Panilirus Homarus.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan praktikum ini untuk mengetahui
struktur morfologi dan anatomi organisme yang tergolong dalam phylum
arthropoda. Berdasarkan pengamatan pada praktikum dapat dilihat ciri dan bagian
pada spesies.
Selain phylum arthropoda, ada juga spesies dari phylum mollusca. Mollusca
merupakan hewan yang bertubuh lunak. Hewan ini mempunyai kelas-kelas yang
dipraktikan, seperti kelas Pelecypoda (bivalvia) dan Cephalopoda. Sehingga
dapat mengetahui ciri dan bagian tertentu dari spesies tersebut, melalui
pengamatan yang dilakukan pada praktikum.
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan
podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m,
sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter
(Karmana,2007).
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar.
Ciri-ciri crustacea yaitu pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu: 2
pasang antena, 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla,
dan memilik 1 pasang maksilliped (Anonim, 2011).
Cepalophoda Yang termasuk kelas ini adalah gurita, cumi-cumi, dan nautilus.
Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala
terdapat tangan-tangan (delapan pada gurita dan sepuluh pada cumi-cumi) yang
berguna untuk pergerakan dan mencari mangsa. Mata cephalophoda dapat melihat
dan berfungsi seperti vertebrata. Hanya Nautilus lah yang bercangkang. Cangkang
cumi-cumi kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel sedangkan gurita tidak
bercangkang (Masduqi, 1992).
Pinctada maxima adalah genus dari tiram mutiara. Tiram mutiara adalah
kerang air laut. Tiram mutiara memiliki organ tubuh antara lain; kristal kapur, batas
transisi, bibir emas, nacre, pangkat engsel, dan otot. Tiram mutiara termasuk dalam;
phylum Mollusca, kelas Pelecypoda, sub kelas Lamellibranchia, ordo Anisomyaria,
famili peteriidae, genus pinctada, dan spesies pinctada maxima.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling
tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel
pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan
terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada
tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki
kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah
kelamin. Kerang ini rata-rata mempunyai warna kemeraham. Pada bagian dorsalnya
terdapat garis yang dinamakan sircular line, radial line, ligamen dan pada bagian
bawah ventralnya dinamakan umbo.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki
kerang berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernapas
dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran
(lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat
rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.
LEMBAR KERJA
GAMBAR DORSAL Klasifikasi
Phylum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Aroida
Family : Anadae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara antiquate
Local Name : Kerang bulu
GAMBAR VENTRAL Keterangan Gambar
1. Umbo
2. Gigi
3. Periostrakum
4. Hinge ligament
5. Radial line
6. Circulal line
GAMBAR LITERATUR Ciri-ciri
1. Memiliki dua kutub (umbo),
2. Respirasi dengan dua buah insang dan
mantel,
3. Insang berbentuk lembaran – lembaran
(lamela),
4. Hidup di pantai, laut pada substrat
( lumpur berpasir), dan
Sumber: Anonim, 2012 5. Memiliki gigi pada hinge ligament banyak
dan sama.
Anadara antiquata biasa disebut dengan kerang bulu, karena pada bagian
dorsalnya terdapat bulu. Pada praktikum ini yang diamati dari kerang bulu adalah
bagaimana morfologinya serta fungsi organdan habitat dari kerang bulu itu sendiri.
Karang ini termasuk dalam; phylum Mollusca, kelas bivalvia, ordo Aroida, family
Anadae, genus Anadara, dan spesies Anadara antiquata. Kerang bulu memiliki organ
tubuh antara lain; pada bagian dorsalnya Radial line, dan Sircular line sedangkan
pada bagian ventralnya Gigi ligamen, dan Umbo.
Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya memiliki mata. Organ
yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan
"kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang sewaktu-waktu
atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut. Makanan kerang adalah
plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi cumi-cumi
dan hiu. Semua kerang bulu adalah jantan ketika muda, beberapa akan menjadi betina
seiring dengan kedewasaan.
Anadara antiquata dapat tumbuh dengan baik pada zona perairan litoral dan
sublitoral dengan tipe perairan yang tenang, terutama di teluk berpasir dan berlumpur
sampai pada kedalaman 30 m tetapi yang biasa dijadikan tempat hidup adalah daerah
litoral dimana daerah tersebut masih terkena pasang surut (Poutiers, 1998). Mudjiono
dan Kastoro (1997) menambahkan dari penelitian mengenai kepadatan A. pilula di
Teluk Miskam Panimbang Banten, Jawa Barat, jenis kerang tersebut banyak terdapat
daerah pasang surut rendah yang bersubstrat lumpur berpasir dengan kisaran
kedalaman 0,75–3 m. Sedangkan pada penelitan mengenai struktur komunitas
makrozoobenthos pada kawasan budidaya tambak di pesisir Malakosa Parigi
Moutong, Sulawesi Tengah beberapa spesies Anadara antiquata ditemukan pada
wilayah pantai dan mangrove (Masak dan Pirzan, 2006). Pada habitat kerang
Anadara antiquata dibutuhkan kondisi alami dengan air yang tenang dengan sirkulasi
air dan salinitas yang cukup mendukung. Beberapa faktor seperti iklim, kedalaman
perairan, salinitas, dan jenis substrat merupakan beberapa variabel lingkungan yang
dapat mendukung kehidupan moluska dengan habitat yang ditempati, dimana hal ini
akan terkait dengan suplai makanan bagi moluska (Dance, 1977). Pada dasarnya tepi
mantel hanya melekat pada bagian dorsal saja, sedangkan tepi lainnya bebas. Namun
dalam evolusinya terjadi penyatuan di beberapa tepi yang lain untuk efisiensi aliran
air melalui insang, hingga berbentuk sifon air masuk dan sifon air keluar. Sifon
kerang Anadara pendek, sehingga hanya dapat masuk ke dalam lumpur tidak terlalu
dalam.
LEMBAR KERJA
GAMBAR DORSAL KLASIFIKASI
Kerajaan : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Upakelas : Coleoidea
Superordo : Decapodiformes
Ordo : Sephia sp.
LEMBAR KERJA
GAMBAR DORSAL KLASIFIKASI
Phylum : Mollusca
Class : Cephalopoda
Sub Class : -
Ordo : Teuthoidea
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Species : Loligo sp.
Local name : Cumi-cumi
GAMBAR VENTRAL KETERANGAN GAMBAR
1. Cangkang 6. Lengan 10. Tentakel
2. Sirip lateral 7. Sucker cup
3. Mantel 8. Siphon
4. Mata 9. Mulut
Secara morfologi, tubuh cumi-cumi (loligo sp.) relatif panjang, langsing dan
bagian belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala,
leher dan badan. Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang
besar dan tidak berkelopak, leher pendek dan badan berbentuk tabung dengan sirip
lateral berbentuk segitiga di setiap sisinya. Pada kepala terdapat mulut yang
dikelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang tentakel (8 tangan dan 2 tentakel
panjang). Pada permukaan dalam tangan dan tentakel terdapat batil isap yang
berbentuk mangkok terletak pada ujung tentakel. Gigi khitin atau kait terletak pada
tepi batil isap untuk memperkuat melekatnya mangsa yang diperolehnya. Di posterior
kepala terdapat sifon atau corong berotot, Sedangkan pada anterior badan terdapat
eksoskeleton. Sistem skeletal terdiri atas eksoskeleton yang berbentuk bulu dan
beberapa tulang rawan. Beberapa tulang rawan tersebut membentuk artikulasi untuk
sifon dan mantel, yang lain melindungi ganglia dan menyokong mata. Eksoskeleton
yang berbentuk pen tersebut homolog dengan cangkang pada Mollusca lain. Pada
Loligo eksoskeleton tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna
putih transparan, tipis dan terbuat dari bahan chitin. Mantel berwarna putih dengan
bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir.
Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang besar dan
tidak berkelopak berfungsi sebagai alat untuk melihat. Di posterior kepala terdapat
sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke
belakang, sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak
ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya.
sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin.
Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya cumi-cumi
menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-
cumi dapat meloloskan diri dari lawan.
Menurut data dari Food and Agricultural Organization atau FAO, jumlah
moluska yang ditangkap untuk kepentingan komoditas komersial, pada tahun 2002
adalah 3.173.272 ton dan 75,8% dari jumlah tersebut adalah cumi-cumi yang
dimakan. Bahkan cumi-cumi poligo atau jenis yang biasa kita makan, menurut data
US Commercial Fisheri, di tahun 2008 sudah tercatat sekitar 8 juta ekor cumi-cumi
ini telah ditangkap di pesisir pantai California. Hal ini dikarenakan kandungan gizi
dalam cumi-cumi yang baik untuk manusia, yaitu selenium, riboflavin, dan vitamin B
12.
LEMBAR KERJA
GAMBAR DORSAL KLASIFIKASI
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Ordo : Anadae
Sub ordo : Natautia
Family : Metatitia
Genus : pennaeus
Spesies : Pennaeus monodon
Nama lokal: Udang windu
GAMBAR VENTRAL Keterangan Gambar
1. Antena 9. Mata
2. Antenula 10.Uropod
3. Rostrum 11.Abdomen
4. Chephalothoraks
5. Telson
6. Kaki Renang
7. Kaki Jalan
8. Spine
GAMBAR LITERATUR Ciri-Ciri
1. Ujung depan rostrum lengkung
mengarah ke atas dengan gigi atas
rostrum 7-8 buah dan gigi
bawahnya 3buah.
2. Terdapat sebuah duri pada buku
kedua pasangan pertama dan kedua
dari kaki jalannya.
Sumber : Anonim, 2012
Pada praktikum ini phylum arthropoda hanya melakukan pembahasan pada
kelas crustasea yaitu biota udang windu ( pennaeus monodon). Morfologi udang
windu terbagi atas dua yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu
dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di
bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6
ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang
beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu
telson yang berbentuk runcing.
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan
meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau
rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi
untuk Pennaeus monodon. Pada bagian kepala lainnya adalah Sepasang mata
majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan, mulut terletak pada bagian
bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat, sepasang sungut besar atau
antenna, dua pasang sungut kecil atau antennula, sepasang sirip kepala (Scophocerit),
sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped), lima pasang kaki jalan (pereopoda),
kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan chela.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas
pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang
mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas
terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ
dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang
terletak pada ujung ruas keenam. Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat
air laut. Betina mampu menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas
setelah 24 jam menjadi larva (nauplius). Nauplius kemudian bermetamorfosis
memasuki fase ke dua yaitu zoea (jamak zoeae). Zoea memakan ganggang liar.
Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamak myses). Mysis
memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari kemudian
mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap pascalarva: udang muda yang
sudah memiliki ciri-ciri hewan dewasa. Seluruh proses memakan waktu sekitar 12
hari dari pertama kali menetas. Pada tahap ini, udang budidaya siap untuk
diperdagangkan, dan disebut sebagai benur. Di alam liar, postlarvae kemudian
bermigrasi ke estuari, yang sangat kaya akan nutrisi dan bersalinitas rendah. Di sana
mereka tumbuh dan kadang-kadang bermigrasi lagi ke perairan terbuka di mana
mereka menjadi dewasa. Udang dewasa merupakan hewan bentik yang utamanya
tinggal di dasar laut.
Sama seperti makanan laut lainnya, udang kaya akan kalsium dan protein
tetapi rendah energi. Makanan yang bahan utamanya udang merupakan sumber
kolesterol. Banyak resep menggunakan udang dari berbagai kebudayaan: contoh
jambalaya, okonomiyaki, poon choi, bagoong, dan scampi.
LEMBAR KERJA
GAMBAR DORSAL KLASIFIKASI
PHYLUM : Arthropoda
KELAS : Crustacea
SUB KELAS : Malacostraca
ORDO : Decapoda
FAMILY : Palinuridae
GENUS : Panulirus
SPECIES : Lycidice lomarus
NAMA LOKAL: Lobster
Cara budidaya lobster sendiri tidaklah sulit. Walaupun lobster belum dapat
dilakukan pembenihan namun ketersedian benih di alam cukup melimpah sehingga
benih dapat diperoleh dengan mudah. Benih lobster dapat diperoleh dari nelayan.
Harga benih lobster berkisar antara Rp. 30.000 – 45.000 per ekornya. Proses
pembudidayaan lobster dilakukan dengan menggunakan satu unit karamba jaring
apung berukuran 3x3x3 m3 dengan 4 petak karamba jaring apung. Satu petak
karamba jaring apung diisi dengan benih berukuran 50 gram/ekor dengan kepadatan
tebar 250 – 300 ekor per petak. Jaring sebaiknya dibuat rangkap dua untuk mencegah
predator. Jarak antara kedua jaring sekitar 25 – 30 cm. Di dalam jaring perlu
digantungkan shelter dari bahan potongan kayu berlubang, potongan pipa pvc,
potongan waring dan karung beras, serta rumput laut. Pakan diberikan sebanyak 3
kali sehari dengan prosentase 15 – 20 persen berat biomassa berupa ikan rucah atau
kerang hijau. Pemberian makan perlu di kontrol jangan sampai pakan banyak tersisa
karena akan menjadi racun dan mengotori lingkungan perairan.Pemeliharaan lobster
dilakukan selama 6 – 10 bulan. Berdasarkan pengalaman para pembudidaya tingkat
kehidupan lobster setelah dipelihara sampai ukuran konsumsi mencapai SR 75 – 80
persen.
5.1 Saran