Anda di halaman 1dari 10

A.

DIAGNOSIS
Menurut NKF-KDOQI, diagnosis GGK dapat diketahui dari hasil evaluasi
laboratorium seperti:
1) Pemeriksaan serum kreatinin untuk estimasi nilai GFR.
2) Rasio antara protein dengan kreatinin atau albumin dengan kreatinin
pada sampel urin di pagi hari.
3) Pemeriksaan ada tidaknya sel darah merah atau sel darah putih pada
endapan urin.
4) Melihat keadaan ginjal menggunakan USG.
5) Melihat nilai elektrolit darah (natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat)
(KDOQI, 2002).
 GEJALA KLINIS

Pada bagan di atas menunjukkan suatu perkembangan, perjalanan, dan


komplikasi dari gagal ginjal kronik. Pada bagan tersebut disebutkan
keterlibatan peningkatan faktor risiko, stage penyakit, dan komplikasi
termasuk kematian. Faktor risiko gagal ginjal kronik meliputi
sosialdemografik dan faktor genetik, atau akibat paparan faktor-faktor
luar. Pada gagal ginjal kronik, gejala – gejalanya berkembang secara
perlahan. Gagal ginjal kronik didefinisikan berdasarkan adanya kerusakan
pada ginjal (misal albuminuria) atau penurunan fungsi ginjal (LFG<60
ml/menit) selama 3 bulan atau lebih, terlepas dari gejala klinis yang
menyertai(7). Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi
ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Sejalan
dengan berkembangnya penyakit, maka lama kelamaan akan terjadi
peningkatan kadar ureum darah semakin tinggi (uremia). Pada stadium ini,
penderita menunjukkan gejala – gejala fisik yang melibatkan kelainan
berbagai organ seperti :
- Kelainan saluran cerna : nafsu makan menurun, mual, muntah dan
fetor uremik
- Kelainan kulit : urea frost dan gatal di kulit
- Kelainan neuromuskular : tungkai lemah, parastesi, kram otot,
daya konsentrasi menurun, insomnia, gelisah
- Kelainan kardiovaskular : hipertensi, sesak nafas, nyeri dada,
edema
- Gangguan kelamin : libido menurun, nokturia, oligouria
Pada stadium yang paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal, pada keadaan mana basal LFG masih
normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan
terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60
% pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik), tapi sudah
terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG
sebesar 30 % mulai terjadi keluhan pada seperti nokturia, badan lemah,
mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG
kurang 30 % pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata
seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor
dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas,
maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan
air seperti hipo atau hipervolumia, gangguan keseimbangan elektrolit
antara lain natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15 % akan terjadi
gejala dan komplikasi yang lebih serius dan pasien sudah memerlukan
terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
stadium gagal ginjal.(2)
Pada penjelasan diatas telah disebutkan bahwa LFG memiliki peranan
penting dalam patofisiologi komplikasi gagal ginjal kronik, sehingga
stadium penyakit ditentukan berdasarkan data dari LFG.
Penyakit ginjal kronis diklasifikasikan menjadi lima tahapan sesuai dengan
ada atau tidaknya kerusakan ginjal (contohnya proteinuria dan
albuminuria) dan atau penurunan tingkat fungsi ginjal (laju filtrasi
ginjal/GFR). Tabel I. Klasifikasi GGK menurut KDOQI 2002

 GAMBARAN LABORATORIUM(2)
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :
a) Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
b) Penurunan fungsi ginjal berupa peningakatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan LFG
c) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia,
hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis
metabolik
d) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,
isostenuria
 GAMBARAN RADIOLOGIS(2)
Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi :
a) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio – opak
b) Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa
melewati filter glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya
pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan
c) Pielografi antegrad atau retrograd sesuai indikasi
d) Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang
mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal,
kista, massa, kalsifikasi
e) Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada indikasi

 BIOPSI DAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI GINJAL(2)


Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati
normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan dan
bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis dan
mengevaluasi hasil terapi yang sudah diberikan. Kontraindikasi pada
ukuran ginjal yang mengecil, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak
terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal nafas,
dan obesitas.

Apabila menjumpai pasien yang di curigai menderita gagal ginjal kronik,


maka langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain seperti pada
gambar di bawah ini(7).
B. KOMPLIKASI(2)
Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan berbagai komplikasi sebagai
berikut :
- Hiperkalemia
- Asidosis metabolik
- Komplikasi kardiovaskuler ( hipertensi dan CHF )
- Kelainan hematologi (anemia)
- Osteodistrofi renal
- Gangguan neurologi ( neuropati perifer dan ensefalopati)
- Tanpa pengobatan akan terjadi koma uremik
Banyak komplikasi yang timbul seiring dengan penurunan fungsi
ginjal ataupun naiknya stadium GGK. Jenis komplikasi yang muncul
antara lain yaitu anemia, dehidrasi, hiperparatiroid, hiperlipidemia,
uremia, terganggunya fungsi imunologi, malnutrisi, dan penyakit
jantung (O’ Callaghan, 2006)

KATEGORI

PROGNOSIS
DIAGNOSIS
Kriteria CKD ( Tampakan klinis dengan durasi lebih dari 3 bulan)
Tanda Kerusakan ginjal (1 atau Albumineria (AER ≥ 30 mg/24 jam;
lebih) ACR ≥ 30mg/g [ ≥ 3 mg/mmol])
Abnormalitas sedimen urin
Kelainan elektrolit dan gangguan
tubular
Kelainan yang terdeteksi dari
pencitraan
Riwayat transplatasi ginjal
Penurunan GFR GFR < 60 ml/min/1.73 m2
(category G3a-G5)

Keterangan kriteria CKD


KDOGI , 2012
KOMPLIKASI
1. Anemia
Definisi dan identifikasi anemia di CKD
Diagnosa anemia pada dewasa dan anak > 15 tahun dengan CKD ketika
konsentrasi Hb < 13.0 g/dl untuk laki-laki, dan < 12 g/dl untuk wanita
2. Hipertensi
3. Defisiensi Vit D 25 (OH)
4. Asidosis
Prevalensi dan keparahan asidosis metabolik pada orang dengan CKD
semakin meningkat akibat GFR turun.

Pasien dengan CKD dan konsentrasi serum bikarbonat < 22 mmol/l


diberikan pengobatan dengan suplemen bicarbonat oral untuk
mempertahankan serum bikarbonat normal.
5. Hiperfosfatemia
Konsentrasi fosfat serum yang lebih tinggi terkait dengan mortalitas dan
data eksperimen menunjukkan serum
6. Hipoalbuminemia
7. Hiperparatiroid
8. Cardiovascular disease

9. Peripheral Arterial Disease


10 Resiko infeksi
Faktor risiko infeksi pada pasien dengan CKD
Usia lanjut
Penyakit penyerta yang memperberat seperti DM
Hipoalbuminemia
Terapi imunosupresan
Sindrom Nefrotik
Uremia
Anemia dan malnutrisi
Prevalensi tinggi kecacatan fungsional
11. AKI
O’callaghan, Chris. 2007. At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
KDOQI, 2002. Clinical Practice Guidelines for chronic kidney disease
evaluation classification and stratification. New york : National Kidney
Foundation

Anda mungkin juga menyukai