Anda di halaman 1dari 22

SIKLUS BISNIS (KONJUNKTOR), FLUKTUASI

PEREKONOMIAN, PERMINTAAN DAN PENAWARAN


AGREGATIF, KEBIJAKAN STABILISASI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi
Makro
Dosen : Yukinun, MM., Mba.

Penyusun:
Cindia kurniati
Citra Yuli Maulin
Dadah Rosmiati
Dina Hakiki
Dina Komalawati

Jurusan Manajemen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
Jl.A.H.Nasution No.105 Bandung 40614 Telp: (022) 7802844
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema yang diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Makro.

1
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Perekonomian
Indonesia, Yukinun, MM., Mba..
Dalam menyusun makalah ini penulis telah berusaha secara maksimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Bandung, Maret 2015

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang...............................................................................................................1

Rumusan Masalah..........................................................................................................1

Tujuan Penulisan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

Siklus Bisnis (Konjuktur) Fluktuasi Perekonomian...........................................1

Permintaan Agregat............................................................................................1

Penawaran Agregat.............................................................................................1

Kebijakan Stabilisasi..........................................................................................1

BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka..............................................................................................................1

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa
satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan
tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas neraca
perdagangan dan neraca pembayaran pun mengalami surplus yang baik.
Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan
keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi. Sayangnya, perekonomian tersebut
diatas hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya
mengalami gelombang pasang surut. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan
terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Ada yang berdurasi
pendek, panjang dan sangat panjang. Fluktuasi ekonomi menunjukkan masalah yang
sedang terjadi bagi para ekonom dan ekonom dan pembuat kebijakan. Resesi adalah
suatu periode pengurangan output dan aktivitas bisnis. Sebagai akibat dari pasar yang
mengalami penurunan, yang biasanya ditandai dengan meningkatnya pengangguran.
Kebanyakan ekonom mempercayai bahwa kemerosotan perekonomian atau resesi
hanyalah sebuah penurunan dalam aktivitas bisnis, yang berlangsung setidaknya
selama enam bulan. Sebagian besar ahli makroekonomi percaya bahwa perbedaan
penting antara jangka pendek dan jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam
jangka panjang, harga adalah fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam
penawaran atau permintaan. Dalam jangka pendek, banyak harga adalah “kaku” pada
tingkat yang bisa ditentukan sebelumnya. Karena harga berperilaku secara berbeda
dalam jangka pendek dari pada dalam jangka panjang. Kebijakan ekonomi memiliki
dampak yang berbeda pada horison waktu yang berbeda.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Fluktuasi Ekonomi?

2. Bagaimana jangka pendek dan jangka panjang dalam fluktuasi ekonomi?

3. Kasus-kasus apa yang sering terjadi dalam fluktuasi ekonomi?

4. Bagaimana kurva permintaan agregat?

5. Bagaimana kurva pnawaran agregat?

6. Bagaimana kebijakan stabilisasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Fluktuasi Ekonomi

2. Mengetahui bagaimana jangka pendek dan jangka panjang dalam fluktuasi


ekonomi.

3. Mengetahui kasus-kasus yang sering terjadi dalam fluktuasi ekonomi.

4. Memahami kurva permintaan agregat.

5. Memahami kurva penawaran agregat.

6. Mengetahui kebijakan stabilisasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Siklus Bisnis (Konjuktur) Fluktuasi Perekonomian

1) Siklus Bisnis

Siklus bisnis adalah fluktuasi ekonomi yang melanda produksi nasional,


pendapatan, kesempatan kerja, yang biasanya berlangsung selama 2 sampai 10
tahun, yang di tandai dengan adanya kontraksi dan ekspansi di seluruh sector
ekonomi. Atau Siklus ekonomi adalah periode yang terulang secara teratur dalam
pengembangan sebuah pasar perekonomian. Keseluruhan trend dari pertumbuhan
ekonomi disertai dengan adanya fluktuasi secara periodik dalam aktivitas
perekonomian, yaitu : kemunduran dan perluasan yang terjadi secara silih berganti
pada produksi, investasi, peningkatan dan penurunan pada level pendapatan,
ketenagakerjaan, harga-harga, suku bunga dan rate pada sekuritas. Siklus aktivitas
ekonomi meliputi 4 fase berikut:

(a) Ekspansi : Setelah mencapai titik terendah pada sebuah siklus ada sebuah fase
pemulihan, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapangan kerja dan
produksi. Banyak ekonom yang mempercayai bahwa tahapan ini memiliki
tingkat inflasi yang rendah hingga perekonomian mulai beroperasi pada
kapasitas penuh atau, dengan kata lain hingga perekonomian mencapai tahapan
peak.

(b) Peak : Sebuah peak, atau puncak dari siklus bisnis, adalah titik tertinggi pada
suatu pemulihan perekonomian. Pada titik ini, pengangguran mencapai titik
terendah atau bahkan tidak ada sama sekali dan perekonomian berjalan dengan
muatan maksimal (atau hampir), dimana seluruh modal dan sumber daya
tenaga kerja pada negara tersebut terlibat dalam produksi. Biasanya, meski
tidak selalu, selama terjadinya tahapan peak, tekanan inflasi meningkat.

6
(c) Resesi : Resesi adalah suatu periode pengurangan output dan aktivitas bisnis.
Sebagai akibat dari pasar yang mengalami penurunan, yang biasanya ditandai
dengan meningkatnya pengangguran. Kebanyakan ekonom mempercayai
bahwa kemerosotan perekonomian atau resesi hanyalah sebuah penurunan
dalam aktivitas bisnis, yang berlangsung setidaknya selama enam bulan.

(d) Bottom : Bottom pada siklus perekonomian adalah titik terendah pada produksi
dan ketenagakerjaan.

Dipercaya bahwa sampainya level/tahapan bottom memprediksikan bahwa akhir


dari resesi pada tahapan pada siklus ini tidaklah lama. Long Cycle adalah siklus
perekonomian dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun. Fluktuasi ekonomi
menunjukan masalah yang sedang terjadi bagi para ekonom dan pembuat
kebijakan. Menurut John Bates Clark, 1898 “ Dunia modern menghargai siklus
bisnis sebagaimana orang Mesir kuno meng-hormati meluapnya sungai Nil.
Fenomena tersebut terjadi dalam interval, yang begitu penting bagi setiap orang,
dan sebab-sebab alaminya tidak diketahui “. Para ekonom menyebutnya fluktuasi
jangka pendek dalam output dan kesempatan kerja ( employment) ini sebagai
siklus bisnis. Meskipun istilah ini menyatakan bahwa fluktuasi ekonomi adalah
bisa diprediksi, tidak demikian kenyataanya.

Ada empat tahapan dalam siklus perekonomian:

(1) masa depresi ( depession ), yaitu suatu periode penurunan permintaan agregat
yang cepat yang diikuti dengan rendahnya tingkat output dan tingkat
pengangguran yang tinggi yang secara bertahap mencapai dasar yang paling
rendah.

(2) tahap pemulihan ( recovery) , yaitu peningkatan permintaan agregat yang


diikuti dengan peningkatan output dan penurunan tingkat pengangguran

(3) masa kemakmuran ( prosperity), yaitu permintaan agregat yang mencapai dan

7
kemudian melewati taraf output yang terus menerus (PDB potensial) pada saat
puncak siklus telah dicapai, dimana tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
dicapai dan adanya kelebihan permintaan mengakibatkan naiknya tingkat
harga-harga umum (inflasi).

(4) masa resesi (recession), dimana permintaan agregat menurun, yang


mengakibatkan penurunan yang kecil dari output dan tenaga kerja, seperti
yang terjadi pada tahap awal, seiring dengan hal ini maka akan muncul masa
depresi.

2) Fluktuasi ekonomi

Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara


relative dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari
ekonomi.Fluktuasi ini atau business cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam
intensitas dan jangka waktunya.Kenaikan dan penurunan biasanya meliputi
Negara dan bahkan dunia, dan mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan
ekonomi, tidak hanya tingkat pengangguran dan produksi. Dalam perkembangan
teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan
yang berbeda dalam menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja
jangka pendek. Teori tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini adalah
teori Real Business Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori Business
Cycle Moneter.

(a) Teori Real Business Cycle

Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi
dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi
jangka pendek dari output dan kesempatan kerja (employment) yang
dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam
teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output alami
atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan.

8
Teori ini mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel, bahkan
dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini
menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel nominal seperti
pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel di
sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000). Teori ini
menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh faktor alami di
sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological shock yang membuat
produktivitas meningkat yang kemudian berakhir pada perekonomian yang
semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti
pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi
merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam
perekonomian. Selama resesi/kemunduran teknologi dan output, insentif untuk
bekerja menurun karena teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga
penting dalam teori ini adalah netralitas uang dalam perekonomian. Hal ini
berlaku juga untuk jangka pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan
mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.

(b) Teori Business Cycle Keynesian

Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut
aliran Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan
kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi
dalam permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan
dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini
percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan
pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk
menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun diatas model
permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini
dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki
dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan

9
agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran,
ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam
modelnya (Mankiw, 2000). Teori Keynesian menekankan pada pentingnya
ketidakstabilan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi.

(c) Teori Business Cycle Moneter

Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan


permintaan, khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka
pendek. Dalam business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi
output sedangkan teori real business cycle menyatakan bahwa output
mempengaruhi uang. Horison waktu dalam makroekonomi Bagaimana jangka
pendek dan jangka panjang berbeda? Sebagian besar ahli makroekonomi
bahwa perbedaan penting antara jangka pendek dan jangka panjang adalah
perilaku harga. Dalam jangka panjang, harga adalah fleksibel dan bias
menanggapi perubahan dalam penawaran atau permintaan. Dalam jangka
pendek, banyak harga adalah kaku pada tingkat uang bisa ditentukan
sebelumya. Karena harga berperilaku secara berbeda dalam jangka pendek
dari pada dalam jangka panjang, kebijakan ekonomi memiliki dampak yang
berbeda pada horison waktu yang berbeda. Dalam jangka panjang,
pengurangan 5 % dalam penawaran uang mengurangi seluruh harga
( termasuk upah nominal) sampai 5 % sedangkan seluruh variabel riil tetap
sama. Jadi, dalam jangka panjang, perubahan- perubahan dalam penawaran
uang tidak tenaga kerja. Namun dalam jangka pendek, banyak harga tidak
menanggapi perubahan dalam kebijakan moneter. Pengurangan dalam
penawaran uang tidak langsung menyebabkan seluruh perusahaan memotong
upah, semua toko mengubah lebel harga barangnya, seluruh perusahaan mail-
order mengeluarkan katalog baru, dan semua restoran mencetak menu baru.
Tetapi, ada sedikit perubahan langsung dalam banyak harga; yaitu, harga-
harga adalah kaku/sulit berubah (sticky). Kekakuan harga jangka- pendek ini

10
menunjukkan bahwa dampak jangka-pendek dari perubahan dalam penawaran
uang tidaklah sama sebagaimana dampak jangka-panjang. Model fluktuasi
ekonomi harus memperhitungkan kekakuan harga jangka pendek ini. Kita
akan melihat bahwa kegagalan harga untuk menyesuaikan dengan cepat dan
utuh berarti bahwa, dalam jangka pendek, output dan kesempatan kerja harus
melakukan beberapa penyesuaian. Dengan kata lain, selama horison waktu
ketika harga adalah kaku, dikotomi klasik tidak berlangsung lama; variabel-
variabel nominal bisa mempengaruhi variabel- variabel riil, dan perekonomian
bisa menyimpang dari keseimbangan yangdiprediksi oleh model klasik. Model
penawaran agregat dan permintaan agregat Dalam teori makroekonomi klasik,
jumlah output bergantung pada penawaran modal dan tenaga kerja dan pada
ketersediaan teknologi produksi. Harga fleksibel adalah asumsi penting dari
teori klasik. Teori klasik menyatakan, kadang-kadang secara implisit, bahwa
harga menyesuaikan untuk menjamin bahwa kuantitas output yang diinginkan
sama dengan kuantitas yang ditawarkan. Perekonomian bekerja cukup berbeda
ketika harga adalah kaku. Dalam hal ini, sebagaimana kita lihat, output juga
bergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Permintaan, sebaliknya
dipengaruhi oleh kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan berbagai faktor lain.
Kebijakan fiskal dan moneter bias mempengaruhi output perekonomian atas
horison waktu ketika adalah kaku, kekakuan harga memberi alasan mengapa
kebijakan ini berguna dalam menstabilkan perekonomian dalam jangka
pendek. Meskipun model penawaran agregat dan permintaan agregat
menyerupai model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal, analogi
ini tidak eksak. Model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal
memperhatikan hanya satu barang di dalam perekonomian besar.

Tiga Faktor Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi :

1) Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat


diramalkan

11
2) Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama

3) Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik

Contoh kasus di Indonesia

1) Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan


perekonomian Indonesia sangat tergantung pada kondisi eksternal.Misalnya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-
1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan
penerimaan ekspor migas. Minyak inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk
meningkatkan APBN, selama PJP1 merupakan salah satu mesin utama
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomin yang rendah,
terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami
resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan
terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan
kemampuan Indonesia mengimpor bahan baku dan barang modal guna
meningkatkan produksi.

2) Krisis Ekonomi 1998

Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang


ditempuh pemerintah.Risiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar,
yang disebabkan ketidaksempurnaan informasi atau penyimpangan moral para
pelaku ekonomi.

B. Permintaan Agregat

Permintaan agregat ( aggregate demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output
yang diinginkan dan tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan
agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada tingkat

12
harga tertentu.

1) Persamaan kuantitas sebagai permintaan agregat

Teori kuantitas menyatakan bahwa:

Keterangan :

M : Penawaran uang P : Tingkat harga

V : Perputaran uang Y : Jumlah output

MV = PY

Jika perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini menyatakan bahwa
penawaran uang menentukan nilai nominal output, yang sebaliknya adalah produk
dari tingkat harga dan jumlah output.

2) Mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah

Kurva permintaan agregat AD menunjukan hubungan antara tingkat harga P dan


jumlah barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambar untuk nilai penawaran
uang M tertentu. Kurva permintaan agregat miring ke bawah : semakin tinggi
harga P, semakin rendah tingkat keseimbangan riil M/F, dan karena itu semakin
rendah jumlah barang dan jasa yang diminta Y.

Kita juga bisa menjelaskan kemiringan dari kurva permintaan agregat dengan
memikirkan penawaran dan permintaan untuk keseimbangan uang riil. Jika output
lebih tinggi, orang-orang terlibat dalam lebih banyak transaksi dan membutuhkan
keseimbangan riil yang lebih tinggi. Untuk penawaran uang tetap M, keseimbangan
riil lebih tinggi menunjukan tingkat harga yang lebih rendah. Sebaliknya, jika tingkat
harga lebih rendah, keseimbangan uang riil lebih tinggi; tingkat keseimbangan riil
membolehkan volume transaksi yang lebih besar, yang berarti jumlah output yang
diminta lebih besar.

13
3) Pergeseran dalam kurva permintaan agregat

Kurva permintaan agregat digambar untuk nilai penawaran uang. Dengan kata
lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang mungkin dari P dan Y untuk nilai
M tertentu. Jika Fed mengubah penawaran uang, maka kombinasi yang mungkin
dari P dan Y berubah, yang berarti kurva permintaan agregat bergeser. Fluktuasi
dalam penawaran uang tidak hanya merupakan sumber fluktuasi dalam
permintaan agregat. Bahkan jika penawaran uang tetap konstan, kurva permintaan
bergeser jika beberapa peristiwa menyebabkan perubahan dalam perputaran uang.
Tingkat Harga P AD 1 AD 2 Pendapatan, output, Y Penurunan dalam penawaran
uang menggeser kurva permintaan agregat ke kiri Pergeseran ke dalam kurva
permintaan agregat Perubahan dalam penawaran uang menggeser agregat. Untuk
tingkat harga tertentu P, penurunan dalam penawaran uang M menunjukan bahwa
keseimbang uang riil M/P adalah lebih rendah dan dengan demikian output Y
lebih rendah. Karena itu, penurunan dalam penawaran uang menggeser kurva
permintaan agregat ke dalam dari AD 1 ke AD 2 Tingkat Harga P AD 1 AD 2
Pendapatan, output, Y Pergeseran ke luar dalam kurva permintaan agregat. Untuk
tingkat harga tertentu P, kenaikan dalam penawaran uang M menunjukan bahwa
keseimbangan uang riil M/P adalah lebih tinggi dan dengan output Y lebih tinggi.
Karena itu, kenaikan dalam penawaran uang menggeser kurva permintaan agregat
ke dalam dari AD 1 ke AD 2 Kenaikan dalam penawaran uang menggeser kurva
permintaan agregat ke kanan Asal Pergeseran Kurva Permintaan Agregat.

1. Pergeseran yang berasal dari konsumsi : peristiwa yang membuat konsumen


mengeluarkan uang lebih banyak pada tingkat harga tertentu (pemotongan
pajak, meledaknya pasar saham) menggeser kurva permintaan agregat ke
kanan. Peristiwa yang menyebabkan konsumen mengurangi pengeluarannya
pada tingkat harga tertentu (kenaikan pajak, kelesuan pasar saham) menggeser
kurva permintaan agregat ke kiri.

2. Pergeseran yang berasal dari investasi: Peristiwa yang menyebabka perusahan

14
melakukan lebih banyak investasi pada tingkat harga tertentu (optimisme
mengenai masa depan, penurunan suku bunga akibat kenaikan jumlah uang
yang beredar) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang
menyebkan perusahaan mengurangi investasinya pada tingkat harga tertentu
dan menggeser kurva ke kiri.

3. Pergeseran yang berasal dari pembelanjaan pemerintah : Peningkatan


pembelanjaan pemerintah untuk barang dan jasa (pengeluaran lebih besar
untuk pembanguna jalan raya atau untuk pertahanan) menggeser kurva
permintaan agregat ke kanan. Penurunan jumlah pembelanjaan pemerintah
untuk barang dan jasa menggeser kurva ke kiri

4. Pergeseran yang berasal dari ekspor neto : Peristiwa yang meningkatkan


pengeluaran atas ekspor neto pada tingkat harga tertentu (terjadinya ledakan
di pasar luar negeri, depresiasi nilai tukar) menggeser kurva permintaan
agregat ke kanan. Peristiwa yang mengurangi pengeluaran atas ekspor neto
pada tingkat harga tertentu menggeser kurva ke kiri.

C. Penawaran Agregat

Penawaran egregat ( aggregate supply AS) adalah hubungan antara jumlah barang dan
jasa yang di tawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang
dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga yang kaku dalam
jangka pendek, hubungan penawaran agregat bergantung pada horison

waktu.

1) Jangka panjang : Kurva penawran agregat vertical

Jika kurva penawaran agregat adalah vertikal, maka perubahan dalam


permintaan agregat mempengaruhi harga tetap tetai tidak output. Misalnya,

15
jika penawaran uang turun, kurva permintaan agregat bergeser ke bawah,
seperti pada gambar 1-4. Perekonomian bergerak dari perpotongan penawaran
agregat dan permintaan agregat lama, titik A, ke perpotongan beru, titik B.
Pergeseran dalam permintaan agregat hanya mempengaruhi harga. Kurva
penawaran agregat vertikal memuaskan dikotomi klasik, karena menunjukan
bahwa tingkat output adalah independen dari penawaran uang. Tingkat output
jangka panjang ini Ȳ, disebut kesempatan kerja-penuh (full-employment) atau
tingkat output alamiah ( natural). Pada tingkat output tersebut sumber daya
perekonomian dikaryakan sepenuhnya atau, yang lebih realistis, di mana
pengangguran berada pada titik wajarnya.

2) Jangka pendek : Kurva penawara agregat horizontal

Keseimbangan jangka-pendek dari perekonomian adalah perpotongan kurva


permintaan agregat dan kurva penawaran agregat jangka-pendek horisontal
ini. Jadi, penurunan dalam permintaan agregat mengurangi output dalam
jangka pendek karena harga-harga tidak menyesuaikan secara instan. Setelah
penurunan tiba-tiba dalam permintaan agregat, perusahaan tertahan dengan
harga yang terlalu tinggi.Dengan permintaan rendah dan harga tinggi,
perusahaan menjual lebih sedikit produk, sehingga mengurangi produksi dan
memecat pekerja. Perekonomian mengalami resesi. Kurva penawaran agregat
jangka pendek miring ke atas :

Teori kekakuan upah: Penurunan tingkat harga yang tidak terduga akan
meningkatkan upah riil, menyebabkan perusahaan mempekerjakan lebih
sedikit pekerja dan memproduksi jumlah barang dan jasa yang lebih sedikit.
Penurunan tingkat harga yang tidak terduga membuat perusahaan mengenakan
harga yang lebih tinggi dari yang dikehendaki, menekan penjualan dan
mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi.

Teori kesalahan persepsi : penurunan tingkat harga menimbulkan anggapan

16
pada produsen bahwa harga relative produk mereka telah menurun, sehingga
mendorong mereka untuk mengurangi produksi.

3) Dari jangka pendek ke jangka panjang

Selama periode waktu yang panjang, harga-harga adalah fleksibel, kurva


penawaran agregat adalah vertikal, dan perubahan dalam permintaan agregat
mempengaruhi tingkat harga tetapi tidak output. Selama periode waktu yang
pendek, harga-harga adalah kaku, kurva agregat adalah horisontal, dan
perubahan dalam permintaan agregat mempengaruhi output barang dan jasa
perekonomian. Keseimbangan jangka-panjang adalah titik di mana permintaan
agregat memotong kurva penawaran agregat jangka-panjang. Harga- harga
telah menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka-panjangnya, kurva
penawaran agregat jangka pendek harus memotong pada titik ini.

Contoh kasus di Indonesia

Kenaikan harga bahan baku menjelang hari raya Menjelang hari raya besar khusunya
hari raya agama yakni Natal, Idul fitri serta tahun baru. Harga bahan baku selalu
mengalami kenaikan. Hal itu merupakan fenomena berulang yang seolah tak
terhindarkan bagi rakyat Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena ini sebenarnya
wajar, di mana ada peningkatan permintaan, maka harga pun melonjak. Pedagang pun
tak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil untung lebih besar. Selain itu
kenaikan harga misalnya Cabe pada hari Natal itu disebabkan oleh cuaca yang
membuat banyak petani cabe gagal panen. Tapi tak urung hal ini meresahkan
masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan minim.

D. Kebijakan stabilisasi

Kebijakan stabilisasi pada dasarnya adalah kebijakan ekonomi makro, yang


digunakan oleh pemerintah untuk mengandung fluktuasi di suatu negara inflasi dan
kerja tingkat sementara sisi-by-side mengoptimalkan pertumbuhan pendapatan

17
Nasional. Kebijakan stabilisasi digunakan untuk membantu perekonomian pulih dari
krisis ekonomi.

Contoh kasus di Indonesia

Kebijakan Pemerintah terhadap kenaikan BBM Di berbagai daerah di Indonesia saat

ini, sudah mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini dikarenakan
kebijakan pemerintah yang berencana akan menaikkan harga BBM dalam waktu yang
dekat. Pemerintah menghimbau para aparat keamanan untuk memperketat
pengawasan di setiap area SPBU agar tidak terjadinya kelangkaan BBM yang akan
merugikan rakyat. Sudah banyak kasus yang ditemukan di berbagai daerah, bahwa
BBM dijadikan objek untuk menguras keuntungan oleh berbagai pihak yang "nakal".
Contohnya dari beberapa penjual BBM eceran yang menjual dengan harga tinggi. Ini
tentu saja sangat mencekik rakyat kecil. Menurut Gubernur Sulawesi Barat Anwar
Adnan, "Kenaikan BBM harus dilakukan pemerintah dan tidak ada pilihan lain karena
defisit akan mengancam APBN kalau tidak dilakukan." Gubernur menjelaskan,
subsidi BBM yang akan dilakukan pemerintah dengan prediksi Rp190 triliun, ternyata

mengalami kenaikan hingga Rp300 triliun. "Sehingga apabila kenaikan BBM tidak
dilakukan maka defisit akan melanda APBN kita," katanya. Ia mengatakan
masyarakat mesti memahami posisi pemerintah dalam mengambil kebijakan
menaikkan harga BBM. Bila harga BBM tidak dinaikkan, negara dalam kondisi
terancam akibat beban belanja APBN yang berat. "Meski akan ada demo, itu akan
dipahami, tetapi bagaimanapun kenaikan BBM sudah melalui kajian sehingga harus
dilaksanakan," katanya. Ia mengatakan kenaikan harga sembako dan tarif transportasi
akan terjadi terkait dengan rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah. "Namun,
demi penyelamatan bangsa, hal itu harus dilakukan," katanya. Para ekonom menyebut
perubahan eksogen dalam kurva ini guncangan (shock) terhadap perekonomian.
Guncangan yang menggeser kurva permintaan agregat disebut guncangan permintaan
(demand shock), dan guncangan yang menggeser kurva penawaran agregat disebut

18
guncangan penawaran (supply shock). Guncangan ini mengurangi kesejahteraan
ekonomi dengan mendorong output dan kesempatan kerja keluar dari tingkat
wajarnya. Satu tujuan dari model penawaran agregat dan permintaan agregat adalah
untuk menunjukkan bagaimana guncangan menyebabka fluktuasi ekonomi.
Guncangan pada permintaan agregat Penurunan dalm permintaan uang ini adalah
ekuivalen terhadap kenaikan dalam perputaran uang. Ketika setiap orang memegang
lebih sedikit uang, parameter uang ƙ turun. Artinya, setiap dolar beralih dari tangan ke
tangan dengan cepat, sehingga perputaran V (=1 / ƙ) meningkat. Guncangan pada
penawaran agregat Guncangan pada penawaran agregat, sebaimana guncangan dalam
permintaan agrergat bisa menyebakan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran
agregat pada perekonomian yang bisa mengubah produksi barang dan jasa akibatnya,
harga yang perusahaan bebankan. Karena memiliki dampak yang besar terhadap
tingkat harga, guncangan penawaran kadang-kadang disebut guncangan harga.
Beberapa contoh :

1) Hama yang menghancurkan pertanian.

Penurunan dalam penawaran makin mendorong harga naik.

2) Undang-undang perlindungan lingkungan baru yang menuntut perusahaan


mengurangi emisi polusinya.

Perusahaan mengeluarkan biaya tambahan pada pelanggan dalam bentuk


harga yang lebih tinggi.

3) Kenaikan dalam agresivitas serikat pekerja.

Ini mendorong kenaikan upah dan harga barang-barang yang diproduksi oleh
pekerja.

4) Organisai kartel minyak internasional.

Dengan mencegah persaingan, produsen minyak utama bisa meningkatkan

19
harga minyak dunia.

Seluruh peristiwa di atas adalah guncangan penawaran yang memperburuk, yang


berarti meningkatkan biaya dan harga. Guncangan penawaran yang menguntungkan,
seperti bubarnya kartel minyak internasional, mengurangi biaya dan harga.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam penjelasan makalah diatas dapat kami simpulkan bahwa Fluktuasi ekonomi
adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara relatif dibandingkan dengan
tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi. Fluktuasi ini atau business cycle

20
(siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya. Siklus ekonomi
adalah merupakan fluktuasi atau pasang surut ekonomi yang melanda produksi
nasional, pendapatan, inflasi dan kesempatan kerja yang ditandai dengan adanya
konstraksi dan ekspansi diseluruh sektor ekonomi. Tiga Faktor Utama Mengenai
Fluktuasi Ekonomi :
1. Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan.
2. Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama.
3. Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik
Maka dari itu dengan adanya gerakan pasang surutnya kegiatan ekonomi ini, memicu
perubahan kurva permintaan dan penawaran agregat yang berpengaruh terhadap
kebutuhan makro ekonomi. Kebijakan stabilisasi merupakan kebijakan yang penting
dalam menjaga keseimbangan yang ada di sektor perekonomian. Sedangkan
Kebijakan stabilisasi digunakan untuk membantu perekonomian pulih dari krisis
ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, Georgy N., Macroeconomics (4 th ed).
New York, N.Y.: Worth Pub., 1997
McEachern, William A. Ekonomi Makro,
Singapore, 2000
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung.,

21
Teori Ekonomi Makro. Jakarta, 2005
http://fe-manajemen.unila.ac.id/
~perkuliahan/bahanajar/MAKROEKOMI
%20MANKIW%20ED.6/6Mankiw09.ppt
http://warriorshogun.blogspot.com/2012/04/
makalah-siklus-ekonomi.html
http://ind.fxclearing.com/fundamental/
economic_cycles

22

Anda mungkin juga menyukai