PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori siklus bisnis rill adalah sebuah sudut pandang yang digunakan oleh
sekelompok kecil ekonom minoritas tetapi terkenal. Menurut teori ini, fluktuasi
ekonomi jangka pendek seharusnya dijelaskan sambil mempertahankan asumsi model
klasik, yang telah kita gunakan untuk mempelajari jangka panjang. Yang terpenting,
teori siklus bisnis rill mengasumsikan harga sepenuhnya fleksibel, bahkan dalam
jangka pendek. Hamper seluruh analisis mikroekonomi didasarkan pada alasan bahwa
harga disesuaikan dengan clear markets. Para pendukung teori siklus bisnis rill
menyarankan bahwa analisis makroekonomi harus didasarkan pada asumsi yang sama
(Mankiw, 2003:493).
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 1
Karena teori siklus bisnis rill mengasumsikan fleksibilitas harga sepenuhnya,
maka teori ini konsisten dengan dikotomi klasik: dalam teori ini, variabel-variabel
nominal, seperti jumlah uang yang beredar dan tingkat harga tidak mempengaruhi
variabel rill, seperti output dan kesempatan kerja. Untuk menjelaskan fluktuasi dalam
variabel-variabel rill teori siklus bisnis menekankan perubahan-perubahan rill dalam
perekonomian seperti perubahan teknologi produksi. “Rill” dalam teori siklus bisnis
rill mengacu pada pengabaian variabel nominal dalam teori ketika menjelaskan
fluktuasi ekonomi jangka pendek (Mankiw, 2003:493).
Sebaliknya, ilmu ekonomi Keynesian baru didasarkan pada alasan bahwa
market clearing model dari teori siklus bisnis ril tidak dapat menjelaskan
model dengan upah dan harga yang bersifat kaku (Mankiw, 2003:493).
PEMBAHASAN
Perusahaan denga biaya tetap yang tingii akan memiliki operating laverge yang tinggi
juga, sehingga goncangan yang kecil pada kondisi bisnis akan memiliki dampak yang
besar terhadap profitabilitas
Ketika mempelajari pertumbuhan ekonomi yang menjelaskan proses yang
relatif lancar. Output tumbuh ketika populasi, modal dan teknologi yang ada
berevolusi. Dalam model pertumbuhan Solow, perekonomian mendekati kondisi
mapan dimana sebagian besar variabel tumbuh bersama-sama pada tingkat yang
ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi konstan (Mankiw, 2003:4934).
Tetapi apakah proses pertumbuhan ekonomi perlu semapan yang diasumsikan
model solow? Mungkin saja kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi
berkembang tidak sama cepatnya. Mungkin juga ada guncangan atas perekonomian
yang mendorong fluktuasi jangka pendek dalam tingkat output dan kesempatan kerja
alamiah (Mankiw, 2003:494).
1. Ilmu Ekonomi Robinson Crusoe
Robinson Crusoe adalah seorang pelaut yang terdapat di pulau gersang. Karena
Crusoe tinggal sendirian, hidupnya sederhana. Tetapi ia harus membuat banyak
keputusan ekonomi. Keputusan Crusoe dan bagaimana keputusan itu berubah dalam
menanggapi situasi yang berubah dapat menjelaskan kaputusan yang dihadapi setiap
orang dalam perekonomian yang lebih besar dan lebih komples (Mankiw, 2003:494).
Untuk menyederhanakan masalah, bayangka bahwa Crusoe hanya terlibat
dalam beberapa aktivitas. Crusoe menghabiskan sebagian dari waktunya untuk
bersantai, barangkali berenang di pantai. Ia menghabiskan siswa waktunya untuk
bekerja, mungkin menagkap ikan atau mengumpulkan serat daun untuk membuat
jala. Kedua bentuk pekerjaan ini menghasilkan barang berharga: ikan adalah
konsumsi Crusoe, dan jala adalah investasi Crusoe. Jika kita menghitung GDP untuk
pulau Crusoe, kita akan tambahkan jumlah ikan yang ditangkap dan jumlah jarring
yang dibuat (ditimbang oleh “harga” untuk mencerminkan penilaian relative Crusoe
terhadap kedua barang ini) (Mankiw, 2003:494).
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 4
Crusoe mengalokasikan waktunya di antara berenang, memancing, dan
membuat jala berdasarkan preferensi serta peluang yang ada. Masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa Crusoe optimis. Yaitu, ia memiliki kuantitatas waktu
senggang, konsumsi, dan investasi yang terbaik baginya berdasarkan batasan-batasan
yang diberikan oleh alam (Mankiw, 2003:494).
Sepanjang waktu, kepurusan Crusoe akan berubah ketika guncangan menerpa
hidupnya. Misalnya, anggaplah suatu hari sekumpulan besar ikan melintas di pulau
itu. GDP meningkat dalam perekonomian Crusoe karena dua alasan. Pertama,
produktivitas Crusoe meningkat dengan banyaknya ikan di laut, Crusoe menangkap
lebih banyak ikan. Kedua kesempatan kerja Cruseo naik yaitu ia memutuskan akan
lebih keras dan mengambil keuntungan dari peluang yang tidak biasa ini guna
menangkap ikan. Perekonomian Crusoe mengalami booming (Mankiw, 2003:495).
Demikian pula, anggaplan badai menerjanh suatu hari. Karena badai
mempersulit kegiatan luar rumah, maka produktivitas turun; setiap jam yang
dihabiskan untuk memancing ikan atau membuat jala menghasilkan output yang lebih
sedikit. untuk itu, Crusoe memutuskan untuk menghabiskan lebih sedikit waktu
bekerja dan menunggu badai reda. Konsumsi ikan dan investasi dalam jala turun,
sehingga GDP turun. Perekonomian Crusoe mengalami resesi (Mankiw, 2003:495).
Anggaplah suatu ketika Crusoe diserang penduduk asli. Karena ia harus
membela diri, Crusoe hanya memiliki sedikit waktu untuk bersantai. Jadi,
meningkatnya permintaan terhadap pertahanan mengalihkan kesempatan kerja dalam
perekonomian Crusoe, khususnya dalam “industry pertahanan” karena itu, Crusoe
menghabiskan lebih sedikit waktu memancing untuk konsumsi. Lebih dari itu, Crusoe
memiliki sedikit waktu untuk membuat jala, karena pekerjaan ini mudah ditunda
untuk sementara. Jadi, pengeluaran pertahanan menyusutkan atau meng-cowding out
investasi. Karena Cruseo menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja, GDP
(yang sekarang meliputi pertahanan nasional) meningkat. Perekonomian Cruseo
mengalami booming masa perang (Wartime boom) (Mankiw, 2003:495).
Hal yang perlu dicatat tentang kisah booming dan resesi ini adalah
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 5
penyederhanaannya. Dalam cerita ini, fluktuasi dalam output, kesempatan kerja,
konsumsi, investasi, dan produktivitas adalah tanggapan alamiah serta diinginkan
dari individu atas perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindari pada
lingkarannya. Dalam perekonomian Crusoe, fluktuasi tidak berkaitan dengan
kebijakan moneter, harga perekonomian kaku, atau bentuk kegagalan pasar apapun
(Mankiw, 2003:495).
Menurut teori siklus bisnis rill, fluktuasi dalam perekonomian kita banyak
kesamaanya dengan perekonomian Ribonson Crusoe. Guncangan terhadap
kemampuan kita untuk memproduksi barang dan jasa (seperti perubahan cuaca di
pulau Crusoe) mengubah tingkat output dan kesempatan kerja alamiah. Guncangan
ini tidak diinginkan, tetapi tak dapat dihindari. Begitu guncangan terjadi, GDP,
kesempatan kerja, dan variabel-variabel makroekonomi lain akan berfluktuasi
(Mankiw, 2003:495).
Kisan perumpamaan Robinso Crusoe, seperti model apapun dalam ilmu
ekonomi, tidak dimaksudkan menjadi deskripsi literal mengenai cara kerja
perekonomian. Kisah itu hanya berusaha mendapatkan esensi dari fenomena
kompleks yang sering kita sebut siklus bisnis. Apakah perumpamaan itu berhasil
mencapai tujuan ini? Apakah booming dan resesi dalam perekonomian industry
modern benar-benar seperti fluktuasi dalam pulau Robinson Crusoe? Para ekonom
tidak sepakat tentang jawaban atas pertanyaan ini dan, karena itu, tidak sepakat
tentang keabsahan teori siklusi bisnis rill (Mankiw, 2003:494). Terdapat empat isu
asar menjadi pusat perdebatan, yaitu:
a. Interpretasi pasar tenaga kerjaa: apakah fluktuasi dalam kesempatan kerja
ini mencerminkan perubahan kuantitas tenaga kerja yang ditawarkan?
b. Pentingnya guncangan teknologi: apakah fungsi produksi perekonomian
mengalami pergeseran eksogen yang besar dalam jangka pendek?
c. Netralitas uang: apakah perubahan jumlah uang yang beredar hanya
memiliki dampak nominal?
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 6
d. Fleksibilitas upah dan harga: apakah upah dan harga disesuaikan dengan
cepat dan utuh untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan?
Apakah anda memandang atau tidak perumpamaan Robinson Crusoe sebagai
alegori yang masuk akal mengenai siklus bisnis, sangat dianjurkan untuk tetap
memperhatikan keempat isu ini karena masing-masing memunculkan pertanyaan
mendasar tentang bagaimana perekoonomian bekerja.
2. Interpretasi Pasar Tenaga Kerja
Teori siklus bisnis rill menekankan gagasan bahwa jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan selama waktu tertentu bergantung pada insentif yang diterima para
pekerja, seperti halnya Robinson Crusoe mengubah cara kerjanya secara sukarela
dalam menanggapi kondisi yang berubah. Ketika para pekerja dihargai dengan baik,
mereka akan bekerja lebih lama: bila penghargaan atas hasil kerja kurang, mereka
akan sengaja membuang-buang waktu. Kadang-kadang, jika penghargaan cukup
kecil, para pekerja akan enggan bekerja sama sekali- setidaknya untuk sementara.
Keinginan untuk merealokasikan jam kerja disebut subsitusi tenaga kerja antar waktu
(intertemporan substitution of labor) (Mankiw, 2003:496).
Untuk melihat bagaimana subsitusi antar waktu mempengaruhi
penawarantenaga kerja, perhatikanlah contoh berikut ini. Seorang mahasiswa yang
menyelesaikan studinya memiliki dua liburan musim panas sebelum lulus. Dia ingin
memanfaatkan salah satu liburan musim panasnya untuk bekerja (sehingga ia bisa
membeli mobil seteah lulus) dan berlibur ke pantai selama musim panas lainnya.
Bagaimanakah seharusnya ia memilih musim panas mana yang akan digunakan untuk
bekerja?
Anggaplah W 1 menyatakan upah rill pada musim panas pertama dan W 2 upah
rill yang ia harapkan pada musim panas kedua. Untuk memilih musim panas mana
yang akan digunakan untuk bekerja, mahasiswa itu membandingkan kedua upah rill
itu. Tetapi, karena ia dapat menerima bunga, uang yang diterima pada musim panas
pertama lebih bernilai daripada uang yang diterima musim panas kedua. Kita
nyatakan r sebagai tingkat bung aril. Jika mahasiswa itu bekerja pada usim panas
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 7
pertama dan menabung pendapatannya, ia akan memiliki (1 + r) W 1 setahun
kemuadia. Jika ia bekerja pada musim panas kedua, ia akan memiliki W 2 . Upah
relative antar waktu yaitu, penghasilan pada musim panas petama relatih terhadap
penghasilan pada musim pana kedua adalah:
( 1+ r ) W 1
Upah Relatif Antar Waktu =
W2
Bekerja pada musim panas pertama lebih menarik jika tingkat bunga tinggi atau
jika upah relatif tinggi terhadap upah yang diharapkan berlaku di masa depan.
Menurut teori siklus bisnis ril, seluruh pekerja melaksanakan analisis biaya
manfaat ini ketika memutuskan apakah mereka akan bekerja atau menikmati waktu
senggang. Jika upah secara temporer tinggi atau jika tingkat tinggi, itu adalah waktu
yang baik untuk bekerja. Jika upah secara temporer rendah atau jika tingkat bunga
rendah, itu adalah waktu yang baik untuk menikmati waktu senggang (Mankiw,
2003:496).
Teori siklus bisnis rill menggunakan substansi tenaga kerja antar waktu untuk
menjelaskan mengapa kesempatan kerja dan output berfluktuasi. Guncangan terhadap
perekonomian yang menyebabkan tingkat bunga naik atau upah secara temporer
meningorang ingin bekerja lebih lama. Meningkatnya semangat kerja meningkatkan
kesempatan kerja dan produksi (Mankiw, 2003:496).
Para pengkritik teori siklus bisnis rill percaya bahwa fluktuasi dalam
kesempatan kerja tidak mencerminkan perubahan jumlah orang yang ingin bekerja.
Mereka percaya bahwa kesempatan kerja yang diinginkan sangat tidak sensitive
terhadap upah rill dan tingkat bunga rill. Mereka menunjukkan bahwa tingkat
pengangguran berfluktuais secara substansial selama siklus bisnis. Pengangguran
yang tinggi dalam resesi menyatakan bahwa pasar tenaga kerja tidak jelas jika orang-
orang secara sukarelamemilih tidak bekerja dalam resesi, mereka tidak akan
menyebut diri mereka menganggur. Para pengkritik ini menyimpulkan bahwa upah
tidak menyesuaikan diri untuk menyeibangkan penawaran tenaga kerja dan
permintaan tenaga kerja, sebagaimana diasumsikan oleh model siklus bisnis rill
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 8
(Mankiw, 2003:496).
Sebagai jawabanya, para pendukung teori ini berpendapat bahwa statistic
pengangguran sulit di interpretasi. Satu-satunya fakta adalah tingkat pengangguran
yang tinggi tidak berarti bahwa substansi tenaga kerja antar waktu tidak penting.
Individu-individu yang secara sukareltunjangan asuransi pengangguran.a memilih
tidak bekerja dapat menyebut diri mereka sendiri menganggur. Sehingga dapat
memperoleh
3. Studi Kasus Mencari Substitusi Antarwaktu
Karena substansi tenaga kerja antarwaktu merupakan pusat teori siklus bisnis
rill , maka banyak riset ditujukan untuk mengkaji apakah subsitusi tenaga kerja
antarwaktu merupakan determinan penawaran tenaga kerja yang penting. Riset ini
meneliti data upah dan jam kerja untuk melihat apakah orang-orang mengubah
jumlah jam kerja nya untuk menanggapi perubahan kecil dalam upah rill. Jika waktu
senggang dapat disubstansikan, maka individu-individu yang mengaharpkan kenaikan
upah rill seharusnya sedikit bekerja hari ini dan banyak bekerja di masa depan.
Orang-orang yang mengharapkan upah rill tutun seharusnya bekerja keras hari ini dan
menikmati waktu senggang pada hari esok.
Sebagian besar studi tenaga kerja menemukan bahwa perubahan-perubahan
yang diharapkan dalam upah rill hanya mengarah ke perubahan-perubahan kecil
dalam jam kerja. Individu-individu tampaknya tidak menanggapi perubahan upah rill
yang diharapkan dengan cara merelokasi waktu senggan mereka sepanjang tahun.
Bukti menyatakan bahwa substitusi antarwaktu bukan determinan penawaran tenaga
kerja yang penting sebagaimana klaim para ahli teori siklus bisnis rill.
Namun demikian, bukti ini tidak meyakinkan setiap orang. Salah satu alasannya
adalah data itu seringkali jauh dari sempurna. Misalnya, untuk mempelajari
penawaran tenaga kerja, kita membutuhkan data tentang upah tetapi bila seseorang
tidak bekerja kita tidak mengamati upah yang dapat ia terima bila seandainya ia
bekerja. Jadi, meskipun sebagian besar studi tentang penawaran tenaga kerja kurang
menemukan bukti adanya substitusi antarwaktu, studi-studi itu tidak mengakhiri
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 9
perdebatan tentang teori siklus bisnis rill.
4. Pentingnya Guncangan Teknologi
Perekonomian Crusoe berfluktuasi karena perubahan cuaca, yang mendorong
Crusoe mengubah cara kerjanya. Dalam teori siklus bisnis rill, variabel yang analog
adalah teknologi, yang menentukan kemampuan kita mengubah input (modal dan
tenaga kerja) menjadi output (barang dan jasa). Teori ini mengasumsikan bahwa
perekonomian kita mengalami fluktuasi dalam teknologi, dan bahwa fluktuasi dalam
teknologi ini menyebabkan fluktuasi dalam output dan kesempatan kerja. Ketika
teknologi produksi berkembang, perekonomian memproduksi lebih banyak output,
dan upah rill naik. Karena subsitusi tenaga kerja antar waktu, kemajuan teknologi
juga mengarah ke kesempatan kerja yang lebih besar. Teori siklus bisnis rill sering
menjelaskan resesi sebagai priode “kemunduran teknologi”. Menurut model ini,
output dan kesempatan kerja turun selama resesi karena teknologi produksi menurun,
yang mengurangi output dan insentif untuk bekerja
Para pengkritik teori siklus bisnis rill bersikap skeptic bahwa perekonomian
mengalami guncangan teknologi yang besar. Merupakan pandangan yang lebih
umum bahwa kemajuan teknologi terjadi secara bertahap. Para pengkritik
berpendapat bahwa kemunduran teknologi terjadi secara bertahap. Para pengkritik
berpendapat bahwa kemunduran teknologi tidak masuk akal: akumulasi pengetahuan
teknologi akan melambat, tetapi sulit membayangkan hal sebaiknya akan terjadi.
Para pendukung pandangan ini menanggapi dengan memandang guncangan
teknologi secara luas. Mereka berpendapat bahwa ada banyak peristiwa, meskipun
tidak teknologis secara harfiah, yang mempengaruhi perekonomian sebagaimana
halnya guncangan teknologi. Sebagai contoh, cuaca yang buruk, pemberlakuaan
aturan lingkungan yang ketat, atau naiknya harga minyak dunia memiliki dampak
yang sama untuk menekan perubahan teknologi; semua itu mengurangi kemampuan
kita untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa. Apakah
peristiwa-peristiwa itu cukup memadai untuk menjelaskan frekuensi dan besaran
siklus bisnis merupakan sebuah pertanyaan terbuka.
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 10
5. Studi Kasus Residu Solow dan Siklus Bisnis
Untuk menunjukkan guncangan teknologi dalam menghasilkan siklus bisnis,
ekonomi Edward Prescott meneliti data tentang input perekonomian (modal dan
tenaga kerja) dan outputnya (GDP), Setiap tahun ia menghitung residu Solow (solow
residual) perubahan persentase output dikurangi persentase input, di mana input-input
yang berbeda ditimbang oleh bagian-bagian faktornya. Residu solow mengukur
bagian pertumbuhan output yang tidak dapat dijelaskan oleh pertumbuhan modal atau
tenaga kerja. Prescott menginterpretasikannya sebagai ukuran dari tingkat kemajuan
teknologi.
Gambar 19.1 menujukkan residu solow dan pertumbuhan output untuk priode
1948 sampai 1999. Perhatikan bahwa residu solow sangat berfluktuasi. Residu solow
menyatakan, misalnya bahwa teknologi memburuk pada tahun 1982 dan meningkat
pada tahun 1984. Selain itu, residu solow bergerak rapat dengan output: dan tahun-
tahun ketika output turun, teknologi memburuk. Menurut Prescott, fluktuasi besar
dalam residu solow ini menunjukkan bahwa guncangan teknologi merupakan sumber
fluktuasi ekonomi yang penting.
Namun demikian, onterpretasi Prescott dari gambar ini bersifat kontroversial.
Banyak ekonomi percaya bahwa residu Solow tidak secara akurat menujukkan:
Gambar 1.1 Grafik Residu Solow
M ∆Y ∆K ∆L
= -α - (1-α )
A Y K L
Keterangan:
A = Produktifitas faktor total
Y = Output
α = Bagian modal dari pendapatan
Perubahan teknologi selama priode waktu yang pendek. Penjelasan perilaku
siklis residu solow adalah bahwa residu Solow berasal dari pengukuran,
Pertama, selama resesi, perusahaan mungkin terus mempekerjakan para pekerja
yang tidak mereka butuhkan, sehingga tetap memiliki pekerja ketika perekonomian
pulih. Fenomena ini disebut penimbunan tenaga kerja (labor boarding), yang berarti
bahwa input tenaga kerja diperkirakan terlalu besar (overestimate) dalam resesi,
karena para pekerja itu kemungkinan tidak bekerja sekeras biasanya. Akibatnya,
residu Solow lebih bersifat siklis daripada teknologi produksi yang tersedia. Dalam
resesi, produktivitas yang diukur dengan residu Solow turun meskipun teknologi
tidak berubah karena para pekerja hanya duduk berpangku tangan menunggu resesi
berakhir.
Kedua, bila permintaan rendah, perusahaan mungkin memproduksi sesuatu
yang tidak mudah diukur, pada saat resesi, para pekerja dapat membersihkan pabrik,
mengorganisasi persediaan, mengikuti pelatihan, dan melakukan tugas-tugas
bermanfaat lain yang gagal diukur oleh ukuran output standar. Jika demikian, maka
output diperkirakan terlalu rendah dalam resesi, yang akan membuat residu Solow
bersifat siklis untuk alasan-alasan selain teknologi.
Jadi, para ekonom dapat menginterpretasikan perilaku siklis dari residu Solow
dengan berbagai cara. Pendukung teori siklus bisnis rill menunjukkan produktivitas
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 12
yang rendah dalam resesi sebagai bukti guncangan teknologi yang memburuk.
Ekonom lain percaya bahwa produktivitas adalah rendah dalam resesi karena para
pekerja tidak bekerja segiat biasanya dank arena lebih banyak output yang tidak
diukur. Sayangnya, tidak ada bukti yang jelas atas pentingnya penimbunan tenaga
kerja dan kesalahan pengukuran output siklis. Karena itu, interpretasi yang berbedad
dari gambar 19-1 terus berlanjut. Ketidaksepakatan ini adalah salah satu bagian dari
perdebatan antara para pendukung dan pengkritik teori siklus bisnis rill.
6. Netralitas Uang
Seperti hanya uang yang memiliki peran dalam perkonomian Crusoe, teori
siklus bisnis rill mengasumsikan bahwa uang dalam perekonomian kita adalah netral,
bahkan dalam jangka pendek. Yaitu, kebijakan moneter ditidak mendukung netralitas
moneterasumsikan tidak mempengaruhi variabel-variabel rill seperti output dan
kesempatan kerja. Netralitas uang tidak tidak sekedar nama, tetapi juga merupakan
asumsi yang paling radikal dari teori itu.
Para pengkritik berpendapat bahwa bukti tidak mendukung netralitas moneterr
jangka pendek. Mereka menunjukkan bahwa penurunan dalam pertumbuhan uang
dan inflasi selalu dikaitkan dengan priode pengangguran tinggi. Kebijakan moneter
tampaknya memiliki pengaruh yang kuat terhadap perekonomian rill.
Para pendukung teori siklus bisnis rill berpendapat bahwa para pengkritik
mereka dibingunkan oleh arah sebab akibat antara uang dan output. Para pendukung
teori itu mungkin bahwa jumlah uang yang beredar adalah endogen; fluktuasi dalam
output dapat menyebabkan fluktuasi dalam jumlah uang yang beredar. Misalnya,
ketika output meningkat karena guncangan teknologi yang menguntungkan, kuantitas
uangyang diminta meningkat. Bank sentral AS dapat menanggapi dengan
meningkatkan jumlah uang beredar untuk mengakomodasi permintaan yang lebih
besar. Tanggapan endogen uang terhadap aktivitas ekonomi ini dapat memberi
ilustrasi non netralitas moneter.
7. Studi Kasus Menguji Netralitas Uang
Arah sebab akibat antara fluktuasi jumlah uang beredardan fluktuasi out put
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 13
sulit di tetapkan satu satunya cara menentukan sebab dan dampak adalah dengan
melakukan eksperimen terkontrol .bayangkanlah fed menetapkan jumlah uang
beredar menurut beberapa proses acak.setiap bulan januari gubernur fed akan
melempar koin. Kpala berarti kebijakan moneter ekspansif akan di jalankan tahun
depan;ekor berarti kebijakan kontraktif. setelah bertahun tahun kita akan mengetahui
dengan pasti dampak moneter. Jika output dan kesempatan kerja biasanya naik
setelah muncul kepala dan turun bila muncul ekor. Maka kita akan menyimpulkan
bahwakebijakan moneter memilikidampak riil. Namun jika pelemparan koin tidak
berhubungan dengan kinerja prekonomian tahun berikutnya, maka kita akan
menyimpulkan bahwa para pendukung teori siklus bisnisriilbenar mengenai netralitas
uang.
Sayangnya untuk kemajuan ilmiah, tetapi beruntung bagi perekonomian para
ekonomi tidak d perbolehkan melakukan eksperimen itu jadi,kita harus mengambil
manfaat dari data yang di berikan sejarah. Sebuah studi klasik dalam sejarah
kebijakan moneter adalah buku karya Milton friedman dan Anna Schwartz,A
monetary history of united states, 1867-1960. Buku yang terbit pada tahun 1963 ini
menjelaskan peritiwa peristiwa bersejarah yang membentuk keputusan terhadap
kebijakan moneter dan peristiwa ekonomi yang di akibatkan oleh keputusan ini.
Friedman dan Schwartz mengklaim,misalnya,bahwa kematian Benjamin
strong,presiden bank sentral new York, pada tahun 1928 adalah salah satu penyebab
depresi besar tahun 1930-an. Kematian strong menyebabkan kekosongan kekuasaan
di fed. Yang membuat fed tidak sigap dalam menanggapi kondisi ekonomi yang kian
memburuk. Dengan kata lain,kematian strong,seperti munculnya ekor dari lemparan
koin, adalah peristiwa acak yang mengarah ke kebijakan moneter yang lebih
kontraktif.
Studi yang lebih baru oleh Christina romer dan david mengikuti langkah
friedman dan schrwatz. Romers dengan hati hati menyimak rapat komite pasar
terbuka bank sentral AS, yang menetapkan kebajikan moneter.dari rapat ini,mereka
mengidentifikasi tanggal tanggal ketika fed tampaknya ingin menggeser kebajikannya
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 14
untuk menurunkan tingkat inflasi. Romers berpendapat bahwa tanggal tanggal ini
,pada dasarnya ekuivalen dengan munculnya ekor dan koin fed.mereka lalu
menunjukkan bahwa prekonomian mengalami penurunan dalam output dan
kesempatan kerja setelah tanggal tanggal ini.jadi, bukti romer muncul untuk
menegaskan nonnetralitas uang jangka pendek.
Akan tetapi interpretasi sejarah selalu terbuka untuk diperdebatkan. Tidak
seorang pun yakin apa yang akan terjadi selama tahun 1930-an bila banjamin Strong
masih hidup. Demikian pula, tidak seorang pun yakin apakah tanggal-tanggal Romer
bersifat eksogen seperti lemparan koin: barangkali Fed benar-benar menanggapi
peristiwa-peristiwa yang akan menyebabkan menurunnya output dan kesempatan
kerja bahkan tanpa tindakan Fed. Jadi, walaupunsebagian besar ekonom yakin bahwa
kebijakan moneter memiliki peran penting dalam siklus bisnis, penilaian ini
didasarkan pada akumulasi bukti dari banyak studi. Tidak ada “pistol yang masih
berasap”.
8. Fleksibilitas Upah dan Harga
Teori siklus bisnis rill mengasumsikan bahwa upah dan harga disesuaikan
dengan cepat untuk “membersihkan pasar” (to clear market), seperti Crusoe selalu
mencapai tingkat GDP optimalnya tanpa rintangan dari ketidaksempurnaan pasar.
Para pendukung teori ini percaya bahwa ketidaksempurnaan pasar dari upah dan
harga yang kaku, karena asumsi itu mengaitkan teori makroekonomi lebih dekat ke
teori mikroekonomi.
Parang pengkritik menunjukkan bahwa banyak upah dan harga tidak fleksibel.
Mereka percaya bahwa infleksibilitas ini menjelaskan eksistensi pengangguran dan
nonnetralitas uang. Untuk menjelaskan harga bersifat kaku, mereka mengandalkan
berbagai teori Keynesian baru yang akan kita bahas dalam bagian berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
harga adalah kaku/sulit berubah, seperti halnya mereka yang menerapkan teori
Keynesian baru, seringkali percaya bahwa kebijakan moneter dan fiskal seharusnya
digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Kekuatan harga adalah bentuk
ketidaksempurnaan pasar, dan hal itu membuka kemungkinan bahwa kebijakan
pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh masyarakat.
Sebaliknya, teori siklus bisnis rill menyatakan bahwa pengaruh pemerintah
terhadap perekonomian adalah terbatas dan bahkan kalaupun mampu menstabilkan
perekonomian, pemerintah seharusnya tidak mencobanya. Menurut teori ini, turun
naiknya siklus bisnis adalah tanggapan perekonomian yang wajar dan efesien
terhadap kemungkinan perunahan teknologi. Model siklus bisnis rill standar tidak
mencakup jenis ketidaksempurnaan pasar apapun. Dalam model ini “tangan ajaib”
pasar menuntun perekonomian menuju alokasi sumberdaya yang optimal.
Untuk mengevaluasi pandangan-pandangan alternative tentang perekonomian,
riset para ekonom menguak banyak bukti, sebagaimana kita lihat dalam lima studi
kasus bab ini. Mereka menggunakan data mikro untuk mempelajari subsitusi
antarwaktu, data makro untuk menelaah perilaku teknologi siklis, risalah rapat Fed
untuk menguji netralitas moneter, pengalaman untuk menujukkan kemungkinan
kegagalan koordinasi, dan survey untuk menilai teori kekuatan harga. Para ekonom
berbeda pendapat tentang potongan bukti mana yang mereka anggap yang paling
meyakinkan, sehingga teori fluktuasi ekonomi tetap menjadi sumber perdebatan
hangat.
Meskipun bab ini membagi riset terbaru menjadi dua kelompik yang berbeda,
tidak semua ekonom seutuhnya berada disalah satu kelompok. Sepanjang waktu,
semakin banyak ekonom yang berusaha menghubungkan kekuatan dari kedua
pendekatan itu ke dalam riset mereka. Teori siklus bisnis rill sangat menekankan pada
optimisasi antar waktu dan perilaku memandang kedapan, sedagkan teori Keynesian
baru menekankan pentingnya harga kaku dan ketidaksempurnaan pasar yang lain.
Dengan demikian, teori-teori di perbatasan riset menggabungkan banyak elemen ini
untuk mengembangkan pemahaman kita tentang fluktuasi ekonomi. Bentuk aktivitas
PERKEMBANGAN TEORI SIKLUS BISNIS 26
inilah yang membuat makroekonomi menjadi bidang studi yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, B. S. 2001. Ringkasa Pemikiran Keynesian Baru. Tugas Program
Pascasarjana Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomi Universitas
Gadja Mada Yogyakarta.