Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“ GLAUKOMA “
OLEH:
Nim:201702016a
prodi :keperawatan
TA .2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata
Nyeri
TIO Meningkat Glaukoma TIO meningkat
Luka insisi
Kebutaan
Risiko Infeksi
Risiko Cedera
E.Gejala Klinis
F .Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar
Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan
selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor.
Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui
kanal Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat
produksi berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal
terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior (COA).
Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan
TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya
dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat
permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang
pandang
G. Manifestasi Klinis
1.Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik sampai
onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk konstriksi jarak
pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik
buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan
perubahan penglihatan warna.
2.Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal
intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar cahaya dan biasanya
sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan
, edematous, nyeri pada ocular, mual, muntah, dan nyeri abdominal dan
diaphoresis
(NANDA, 2015)
H.Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
(1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase
yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan
mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada
permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat
memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi,
anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
(2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi
atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b) Obat Tetes Mata Lokal
(1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol,
betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol.
Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
(2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.
c) Terapi Bedah
(1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik
mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam
pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut
yang tertutup sebanyak 50%.
(2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang
tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
I.Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin
disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis
arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi
bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan
menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
J.Komplikasi
1.Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalanan
progresif dari glaucoma yang lebih parah.
2.Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekuler
(sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan irreversibel sudut
kamera anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar.
3.Katarak
Glaukoma pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan
terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan
lensa.
4.Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan
tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara
10-20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang
lebih dari normal bahkan kadang dapat mencapai 50-60 mmHg pada
keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan
saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi.
6.Kebutaan
Kontrol tekanan intaokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya
nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Status :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Dx medis :
Sumber biaya :
Penanggung Jawab Pasien:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku bangsa :
Alamat :
Hubungan :
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama MRS :
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
a. Posisi dan kesejajaran mata :
b. Alis :
c. Kelopak mata
OD :
OS :
d. Aparatus laktrimal
OD :
OS :
e. Konjungtiva
OD :
OS :
f. Sklera
OD :
OS :
g. Pupil
OD :
OS :
h. Iris
OD :
OS :
i. Lensa
OD :
OS :
Palpasi :
Nyeri tekan dibagian mata
Pengkajian Fisik
A. Vital Sign
Tekanan darah :
Suhu :
Nadi :
Pernafasan :
B. Kesadaran : ………………………
GCS :………..
Eye :……
Motorik :……..
Verbal :……..
C. Keadaan umum :
Sakit/ nyeri
1. ringan
2. sedang
3. berat
Skala nyeri : …………………
Data Penunjang
b.Program Terapi
Nama
Dosis Rute Indikasi
obat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Perubahan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang persiapan tindakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan persiapan perawatan
mandiri di rumah.
C. Rencana Tindakan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b.d NOC : Pain Level Pain Management
peningkatan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
TIO keperawatan selama ….. secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang atau terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
2. Nyeri berkurang 2. Observasi reaksi non verbal
3. Mampu mengenali skala dari ketidaknyamanan
nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
4. Menyatakan rasa nyaman terapeutik untuk
setelah nyeri berkurang mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
8. Tingkatkan istirahat/tidur
untuk membantu penurunan
nyeri
2. Perubahan NOC NIC
persepsi Sensory Function : Vision Communication Enhancement
sensori visual Setelah dilakukan tindakan : Visual Deficit
/ penglihatan keperawatan selama 1 x 10 menit, 1. Pantau implikasi fungsional
b.d serabut pasien tidak mengalami gangguan visi berkurang (misalnya ,
saraf oleh persepsi sensori dengan kriteria risiko cedera , depresi ,
karena hasil : kecemasan , dan
peningkatan 1. Ketajaman pusat pengelihatan kemampuan untuk
TIO (kiri) melakukan aktivitas sehari-
2. Ketajaman pusat pengelihatan hari dan kegiatan dihargai).
(kanan) 2. Bantu pasien dalam
3. Ketajaman peripheral meningkatkan stimulasi
pengelihatan (kiri) indera lainnya (misalnya ,
4. Ketajaman peripheral menikmati aroma, rasa , dan
pengelihatan (kanan) tekstur makanan).
5. Lapang pandang pusat 3. Berikan pencahayaan ruang
pengelihatan (kiri) yang memadai
6. Lapang pandang pusat 4. Instruksikan keluarga untuk
pengelihatan (kanan) mengenali dan menanggapi
7. Lapang pandang peripheral bentuk ekspresif
pengelihatan (kiri) nontradisional komunikasi
8. Lapang pandang peripheral (misalnya, gerakan dan
pengelihatan (kanan) ekspresi wajah).
9. Respon terhadap rangsangan 5. Bantu pasien atau keluarga
pengelihatan dalam mengidentifikasi
Keterangan penilaian NOC sumber daya yang tersedia
1 = Tidak pernah dilakukan untuk rehabilitasi
2 = Jarang dilakukan penglihatan
3 = Beberapa waktu dilakukan 6. Berikan rujukan untuk
4 = Hampir dilakukan pasien yang membutuhkan
5 = Selalu dilakukan pengobatan medis bedah
atau lainnya.
Medication Administration :
Eye
1. Perhatikan riwayat
kesehatan pasien dan
riwayat alergi
2. Kaji pengetahuan pasien
mengenai obat dan
pemahaman metode
administrasi
3. Posisikan pasien terlentang
atau duduk di kursi dengan
leher sedikit hyperextended
; meminta pasien untuk
melihat langit-langit
4. Tanamkan obat ke kantung
konjungtiva menggunakan
teknik aseptik
5. Anjurkan pasien untuk
menutup mata dengan
lembut untuk membantu
mendistribusikan obat
6. Pantau efek lokal, sistemik,
dan merugikan dari obat.
3. Ansietas b.d NOC Anxiety Reduction
Penurunan Anxi ety level 1. Gunakan pendekatan yang
ketajaman Coping menenangkan
penglihatan Anxi ety self control 2. Nyatakan dengan jelas
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.