Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“ GLAUKOMA “

Dosen pembimbing :Ns.Dirgantari Pademme,S.kep.,M.kep

OLEH:

Nama :Beatriks warijo

Nim:201702016a

prodi :keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

YAYASAN PERBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TA .2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan
cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak
jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan belakang bola mata
(Nurarif, 2015)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang
membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari
otak yang memproses informasi pengelihatan
B .Etiologi
Penyebab dari glaucoma adalah sebagai berikut:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata/di celah
pupil (NANDA, 2015)
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik
posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata
melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena
penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka
akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang
mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan
kebutaan.
C.Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma, yaitu:
1.Glaukoma primer
a.Glaukoma sudut terbuka
b.Glaucoma sudut tertutup
2.Glaukoma congenital
- Primer atau infantile
- Menyertai kelainan congenital lainnya
3. Glaukoma sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan vuvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
- Steroid
4. Glaukoma absolute
Dari pembagian di atas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-bentuk:
a. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blockade pupil atau tanpa
blockade pupil)
b. Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder
c. Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infantile, juvenile), sekunder
kelainan pertumbuhan lain pada mata
(NANDA, 2015)
D.Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri
TIO Meningkat Glaukoma TIO meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Perubahan Penglihatan Ansietas Defisiensi


Sensori Perifer Pengetahuan
Penglihatan

Luka insisi

Kebutaan

Risiko Infeksi

Risiko Cedera
E.Gejala Klinis

1.Glaukoma sudut terbuka

a.Berkurangnya penglihatan secara perlahan, biasanya di kedua mata


b.Jika sudah berada di tahap lanjut, maka penglihatan akan seperti memiliki frame atau
sering disebut juga Tunnel Vision.
2.Glaukoma sudut tertutup
a.Sakit mata
b.Penglihatan buram
c.Mata memerah
d.Mual dan muntah (disertai sakit mata yang parah)
3.Glaukoma kongenital primer
a.Terlihat ada gambaran putih pada bagian mata anak
b.Bagian hitam mata anak tampak lebih besar dibanding normal
c.Anak sering reflek menutup matanya, terutama di saat cahaya terang
d.Di saat terang, anak terlihat kesakitan dibagian mata
e.Anak terlihat sering berair matanya

F .Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar
Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan
selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor.
Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui
kanal Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat
produksi berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal
terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior (COA).
Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan
TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya
dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat
permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang
pandang

G. Manifestasi Klinis
1.Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik sampai
onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk konstriksi jarak
pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik
buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan
perubahan penglihatan warna.
2.Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal
intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar cahaya dan biasanya
sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan
, edematous, nyeri pada ocular, mual, muntah, dan nyeri abdominal dan
diaphoresis
(NANDA, 2015)

H.Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
(1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase
yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan
mata sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada
permulaan pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat
memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi,
anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
(2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi
atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b) Obat Tetes Mata Lokal
(1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol,
betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol.
Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
(2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.
c) Terapi Bedah
(1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik
mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam
pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut
yang tertutup sebanyak 50%.
(2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang
tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

I.Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin
disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis
arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi
bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan
menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

J.Komplikasi
1.Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalanan
progresif dari glaucoma yang lebih parah.
2.Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekuler
(sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan irreversibel sudut
kamera anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar.
3.Katarak
Glaukoma pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan
terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan
lensa.
4.Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan
tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara
10-20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang
lebih dari normal bahkan kadang dapat mencapai 50-60 mmHg pada
keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan
saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi.
6.Kebutaan
Kontrol tekanan intaokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya
nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Status :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Dx medis :
Sumber biaya :
Penanggung Jawab Pasien:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku bangsa :
Alamat :
Hubungan :

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama MRS :

Keluhan utama saat pengkajian :


b) Riwayat Penyakit
................................

3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
a. Posisi dan kesejajaran mata :

b. Alis :

c. Kelopak mata
OD :
OS :

d. Aparatus laktrimal
OD :
OS :

e. Konjungtiva
OD :
OS :

f. Sklera
OD :
OS :

g. Pupil
OD :
OS :

h. Iris
OD :
OS :
i. Lensa
OD :
OS :

Palpasi :
Nyeri tekan dibagian mata

Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Pengkajian Fisik
A. Vital Sign

Tekanan darah :

Suhu :

Nadi :

Pernafasan :

B. Kesadaran : ………………………
GCS :………..
Eye :……
Motorik :……..
Verbal :……..

C. Keadaan umum :
Sakit/ nyeri
1. ringan
2. sedang
3. berat
Skala nyeri : …………………

Nyeri di daerah :……………………

Sikap : 1. tenang 2. gelisah menahan nyeri

Personal hygiene : 1. bersih 2. kotor 3. lain-lain…….

Data Penunjang

Pemeriksaan Penunjang; Laboratorium DLL

b.Program Terapi
Nama
Dosis Rute Indikasi
obat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Perubahan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
c. Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi tentang persiapan tindakan operasi.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan persiapan perawatan
mandiri di rumah.

C. Rencana Tindakan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b.d NOC : Pain Level Pain Management
peningkatan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
TIO keperawatan selama ….. secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang atau terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
2. Nyeri berkurang 2. Observasi reaksi non verbal
3. Mampu mengenali skala dari ketidaknyamanan
nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
4. Menyatakan rasa nyaman terapeutik untuk
setelah nyeri berkurang mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
8. Tingkatkan istirahat/tidur
untuk membantu penurunan
nyeri
2. Perubahan NOC NIC
persepsi Sensory Function : Vision Communication Enhancement
sensori visual Setelah dilakukan tindakan : Visual Deficit
/ penglihatan keperawatan selama 1 x 10 menit, 1. Pantau implikasi fungsional
b.d serabut pasien tidak mengalami gangguan visi berkurang (misalnya ,
saraf oleh persepsi sensori dengan kriteria risiko cedera , depresi ,
karena hasil : kecemasan , dan
peningkatan 1. Ketajaman pusat pengelihatan kemampuan untuk
TIO (kiri) melakukan aktivitas sehari-
2. Ketajaman pusat pengelihatan hari dan kegiatan dihargai).
(kanan) 2. Bantu pasien dalam
3. Ketajaman peripheral meningkatkan stimulasi
pengelihatan (kiri) indera lainnya (misalnya ,
4. Ketajaman peripheral menikmati aroma, rasa , dan
pengelihatan (kanan) tekstur makanan).
5. Lapang pandang pusat 3. Berikan pencahayaan ruang
pengelihatan (kiri) yang memadai
6. Lapang pandang pusat 4. Instruksikan keluarga untuk
pengelihatan (kanan) mengenali dan menanggapi
7. Lapang pandang peripheral bentuk ekspresif
pengelihatan (kiri) nontradisional komunikasi
8. Lapang pandang peripheral (misalnya, gerakan dan
pengelihatan (kanan) ekspresi wajah).
9. Respon terhadap rangsangan 5. Bantu pasien atau keluarga
pengelihatan dalam mengidentifikasi
Keterangan penilaian NOC sumber daya yang tersedia
1 = Tidak pernah dilakukan untuk rehabilitasi
2 = Jarang dilakukan penglihatan
3 = Beberapa waktu dilakukan 6. Berikan rujukan untuk
4 = Hampir dilakukan pasien yang membutuhkan
5 = Selalu dilakukan pengobatan medis bedah
atau lainnya.

Medication Administration :
Eye
1. Perhatikan riwayat
kesehatan pasien dan
riwayat alergi
2. Kaji pengetahuan pasien
mengenai obat dan
pemahaman metode
administrasi
3. Posisikan pasien terlentang
atau duduk di kursi dengan
leher sedikit hyperextended
; meminta pasien untuk
melihat langit-langit
4. Tanamkan obat ke kantung
konjungtiva menggunakan
teknik aseptik
5. Anjurkan pasien untuk
menutup mata dengan
lembut untuk membantu
mendistribusikan obat
6. Pantau efek lokal, sistemik,
dan merugikan dari obat.
3. Ansietas b.d NOC Anxiety Reduction
Penurunan Anxi ety level 1. Gunakan pendekatan yang
ketajaman Coping menenangkan
penglihatan Anxi ety self control 2. Nyatakan dengan jelas

Setelah dilakukan asuhan harapan terhadap pelaku


keperawatan selama ….. pasien
diharapkan rasa cemas yang ada 3. Jelaskan semua prosedur dan
pada diri klien berkurang dengan apa yang dirasakan selama
kriteria hasil: prosedur
1. Pasien mampu 4. Pahami perspektif pasien
mengidentifikasikan dan terhadap situasi stress
mengungkapkan intensitas 5. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
2. Mampu menggunakan strategi mengurangi takut
koping efektif 6. Dorong keluarga untuk
3. Mampu menggunakan teknik menemani anak
relaksasi untuk mengurangi 7. Identifikasi tingkat
cemas kecemasan
4. Ekspresi wajah menunjukkan 8. Bantu pasien mengenal
kecemasan berkurang situasi yang menimbulkan
kecemasan
9. Dorong pasien untuk
mengungkapkan pearasaan,
ketakutan, persepsi
10. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
11. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4. Risiko cedera NOC NIC
b/d penurunan Physical Injury Severity Environmental Management :
lapang Setelah dilakukan asuhan Safety
pandang keperawatan selama ….. 1. Identifikasikan defisit
diharapkan risiko cedera yang ada kognitif atau fisik pasien
pada diri klien berkurang dengan yang dapat meningkatkan
kriteria hasil: potensi cedera dalam
1. Pasien terbebas dari lingkungan tertentu.
cedera 2. Identifikasikan perilaku dan
2. Pasien mampu faktor yang mempengaruhi
menjelaskan factor risiko resiko cedera
dari lingkungan/perilaku 3. Identifikasikan karakteristik
personal lingkungan yang dapat
3. Mampu mengenali meningkatkan potensi untuk
perubahan status cedera (misalnya lantai
kesehatan licin. tangga terbuka dan
4. Mampu memodifikasi lain-lain)
gaya hidup untuk 4. Dorong pasien untuk
mencegah cedera mengunakan tongkat atau
alat pembantu berjalan
5. Ajarkan pasien bagaimana
jatuh untuk meminimalkan
cedera
6. Gunakan teknik yang tepat
untuk mentransfer pasien
ke dan dari kursi roda,
tempat tidur, toilet, dan
sebagainya
7. Sediakan kursi dari
ketinggian yang tepat,
dengan sandaran dan
sandaran tangan untuk
memudahkan transfer
8. Mendidik anggota keluarga
tentang resiko yang
berkontribusi terhadap
cedera dan bagaimana
mereka dapat menurunikan
resiko tersebut
9. Sarankan adaptasi rumah
untuk meningkatkan
keselamatan
10. Intruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan
tangan untuk kamar mandi,
tangga, dan trotoar
11. Sarankan alas kaki yang
aman
12. Berikan pengawasan yang
ketat dan/perangkat
penahan.

5 Defisiensi Knowledge : health Behavior Teaching : disease Process


pengetahuan Knowledge : disease process 1. Berikan penilaian tentang
berhubungan Setelah dilakukan asuhan tingkat pengetahuan pasien
dengan keperawatan selama …….. tentang proses penyakit yang
kurangnya diharapkan defisiensi spesifik
pajanan pengetahuan teratasi dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
informasi kriteria hasil : penyakit dan bagaimana hal
1. Pasien dan keluarga ini berhubungan dengan
menyatakan pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang karakteristik penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3. Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan yang biasa muncul pada
2. Strategi untuk meminimalisir penyakit, dengan cara yang
progresi penyakit tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.
6 Nyeri b/d NOC : Pain Level Pain Management
tuberkulectom Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
i iriodektomi keperawatan selama ….. secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
berkurang atau terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
2. Nyeri berkurang 2. Observasi reaksi non verbal
3. Mampu mengenali skala dari ketidaknyamanan
nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
4. Menyatakan rasa nyaman terapeutik untuk mengetahui
setelah nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat/tidur
untuk membantu penurunan
nyeri
7 Risiko infeksi NOC Infection Control
berhubungan Risk Control : Infectious 1. Ajarkan teknik aseptik pada
dengan luka Process pasien.
insisi operasi. Setelah dilakukan tindakan 2. Cuci tangan sebelum
keperawatan selama ………. memberi asuhan keperawatan
tidak terjadi infeksi dengan ke pasien
kriteria hasil : 3. Dorong untuk beristirahat
1. Pasien bebas dari tanda 4. Kolaborasi pemberian obat
dan gejala infeksi pencegahan infeksi
2. Mendeskripsikan proses 5. Ajarkan pasien dan anggota
penularan penyakit, factor keluarga mengenai
yang mempengaruhi bagaimana menghindari
penularan serta infeksi
penatalaksanaannya
3. Menunjukan kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
4. Menunjukan perilaku
hidup sehat
8 Defisiensi Knowledge : health Behavior Teaching : disease Process
pengetahuan Knowledge : disease process 1. Berikan penilaian tentang
b/d persiapan Setelah dilakukan asuhan tingkat pengetahuan pasien
perawatan keperawatan selama …….. tentang proses penyakit yang
mandiri diharapkan defisiensi spesifik
dirumah pengetahuan teratasi dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
kriteria hasil : penyakit dan bagaimana hal
3. Pasien dan keluarga ini berhubungan dengan
menyatakan pemahaman anatomi dan fisiologi,
tentang karakteristik penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan 3. Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan yang biasa muncul pada
4. Strategi untuk meminimalisir penyakit, dengan cara yang
progresi penyakit tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4


buku II. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore:
Elsevier
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Singapore: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai