Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH OTITIS MEDIA AKUT

Disusun oleh:

NAMA: NIA FITRIYANINGSIH


NIM : 18021351
PSIK A SEMESTER V

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
2019/2020.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007). Robbins &
Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut paling sering terjadi pada bayi dan
anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa (jika disebabkan oleh virus), tetapi dapat
menjadi supuratif jika terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab otitis media menurut Brunner
& Suddarth (2002) otitis media akut disebabkan oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya steril.

B. Rumusan Masalah
Otitis Media Akut dan Otitis Media akut merupakan penyakit yang masih tinggi
prefelensinya di dunia dan Indonesia dengan penuntasan masalah yang lambat berdasarkan
gambaran data maka diperlukan sebuah langkah strategis untuk mengatasinya melalui
pemahaman tentang penyakit Otitis Media.

C. TujuanPenulisan
a. Tujuan Umum Setelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan pasien dengan sistem persepsi sensori secara komprehensif.
b. Tujuan Khusus Mahasiswa diharapkan mampu :
1) Menjelaskan definisi OMA
2) Menyebutkan etiologi terjadinya OMA
3) Menyebutkan tanda dan gejala OMA
4) Menjelaskan patofisiologi terjadinya OMA
5) Menjelaskan penatalaksanaan OMA
6) Menyebutkan komplikasi OMA.
7) Menjelaskan prognosis pasien dengan OMA
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Otitis MediaAkut
Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Soepardi, et al.,ed. 2007) b. Otitis media
akut adalah infeksi akut telinga tengah. (Brunner & Suddarth 2002) c. Otitis media akut
adalah inflamasi pada telinga tengah yang berkaitan dengan akumulasi cairan. (Williams &
Wilkins 2011)

B. Klasifikasi Otitis Media Robbins & Cotran (2009) menjelaskan bahwa otitis media akut dan
kronik paling sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan eksudasi serosa
(jika disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif jika me ngalami infeksi bakter

C. Etiologi
Brunner&Suddarth (2002) menjelaskan otitis media akut disebabkan oleh :
1. Masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. Bakteri
yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptoccocus
pneumoniae, Hemophylus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Williams & Wilkins
(2011) menambahkan bakteri penyebab otitis media akut adalah Staphylococcus
aureus, Escherecia coli, Pneumococcus, Streptococcus anhaemolyticus, Proteus
vulgaris, dan Pseudomonas aerugenosa.
2. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang
diakibatkaan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan di sekitarnya
(misalnya: sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalnya: rinitis alergika).

D. Patofisiologi
Brunner & Suddarth (2002) menjelaskan terjadinya otitis media akut adalah akibat adanya
bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat kontaminasi sekresi dari nasofaring. Bakteri juga
bisa masuk telinga tengah bila ada perforasi membrana timpani.

E. Manifestasi Klinis
Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan sementara atau
sangat berat. a. Adanya eksudat di telinga tengah yang mengakibatkan kehilangan
pendengaran konduktif. b. Nyeri telinga c. Demam d. Kehilangan pendengaran e. Tinitus f.
Membran timpani sering tampak merah dan menggelembung

F. Pemeriksaan Diagnostik
Williams & Wilkins (2011) menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk gangguan telinga
adalah sebagai berikut: a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh,
bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. b. Kultur cairan melalui
mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab. c. Laboratorium 1)
Pemeriksaan kultur dan sensitivitas terhadap eksudat menunjukkan organisme penyebab 2)
Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis

G. Penatalaksanaan
Menurut Williams & Wilkins (2011), penatalaksanaan otitis media akut meliputi: a. Terapi
antibiotik, seperti amoksilin b. Analgetik seperti aspirin atau asetaminofen c. Sedatif (pada
anak kecil) d. Terapi dekongestan nasofaring Penatalaksanaan bergantung pada efektivitas
terapi (misalnya dosis antibiotika oral dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan status fisik
pasien. 9 Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yang tepat dan awal. Bila terjadi
pengeluaran cairan bisa diresepkan preparat otik antibiotika. (Brunner & Suddarth 2002)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Tucker et al (2007) pengkajian yang dilakukan pada sistem pendengaran
meliputi : 1. Data Subjektif a. Sakit telinga b. Sakit kepala c. Penurunan, kehilangan
ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga d. Distorsi suara e. Tinitus f.
Merasakan penuh atau sumbatan di dalam telinga g. Mendengar gaung suara sendiri h.
Mendengar suara letupan saat menguap atau menelan i. Vertigo, pusing,
ketidakseimbangan j. Gatal pada telinga k. Merasa denyut jantung di telinga l. Drainase
telinga (berwarna gelap, merah, hitam, jernih, kuning) m. Penggunaan minyak, lidi kapas,
jepit rambut untuk membersihkan telinga 2. Data Objek

B. Diagnosa
Keperawatan Masalah Keperawatan
1. Pre Operasi a. Nyeri akut b. Resiko cidera c. Ansietas d. Gangguan body image e.
Kerusakan integritas jaringan Gangguan komunikasi verbal g. Kurang pengetahuan h.
Manajemen regimen terapeutik tidak efektf
2. Post Operasi a. Gangguan komunikasi verbal b. Resiko cidera c. Resiko infeksi

C. Intervensi
1. Kaji lokasi, tipe, durasi dan frekuensi nyeri 16
Rasional : mengetahui karekteristik nyeri yang dirasakan pasien
2. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai 5 (0 tidak ada nyeri dan 5
nyeri hebat atau skala nyeri standar lainnya
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
3. Kaji faktor penyebab nyeri Rasional : membantu dalam pemberian terapi
4. Diskusikan tindakan pereda nyeri yang efektif dan tidak efektif bagi pasien Rasional
menentukan tindakan yang paling efektif bagi pasien dalam meredakan nyeri
5. Kaji efek nyeri pada pasien Rasional : mengetahui adanya masalah lain akibat nyeri
yang di alami pasien
6. Ajarkan tehnik pereda nyeri sesuai kubutuhan pasien (misal : tehnik relaksasi,
imajinasi, sentuhan) Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara
meredakan nyeri
7. Berikan analgesik sesuai program Rasional : mengurangi nyeri dengan terapi
farmakologis
8. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat Rasional : dukungan keluarga
membantu pasien dalam mentoleransi nyeri

D. Resiko cidera yang berhubungan dengan faktor regulatori : disfungsi sensori a.


Tujuan : pasien mampu terhindar dari cidera setelah dilakukan tindakan perawatan
selama 1 x 24 jam
b. Kriteria hasil :
1) Menunjukkan pemahaman mengenai potensi bahaya kesehatan
2) Mempraktikkan tindakan pencegahan cidera untuk diri sendiri
3) Tetap bebas dari cidera

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis
media akut sering terjadi pada bayi dan anak. Kelainan ini menyebabkan
eksudasi serosa (jika disebabkan oleh virus), tetapi dapat menjadi supuratif
jika terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab otitis media akut disebabkan oleh
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.
Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat
B. Saran Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih
memahami mengenai OMA dapat dijadikan referensi dalam melakukan
asuhan keperawatan. Namun makalah ini mungkin masih ada kekurangan
dalam penyampaian, saran dan kritik yang positif sangat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Taufik. 2009. Otitis Media Akut. http ://library.usu.ac.id (diambil 28 september
2012)

Brunner & Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.

George L, Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Soepaardi, et al., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala
& Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Djafar, Zainul A. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga, Hidung,


Tenggorok Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Tucker, Susan Martin, et al., 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan Kolaboratif &
Intervensi Keperawatan. Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai