Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut,
melainkan diberikan setelahnya.[2] Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres
tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda[3].
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah
Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.
Sumpah Pemuda hadir sebagai fakta paling otentik, bagaimana Indonesia yang begitu
beragam, disatukan dalam satu kesadaran sebagai satu bangsa. Ada tiga hal penting
terdapat di dalamnya yaitu tanah air, bangsa, dan bahasa. Tiga hal yang menekankan
meskipun kita memiliki perbedaan, misalnya suku, tetapi kita memiliki rasa persatuan
yang sama yaitu tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia. Tiga hal ini yang mengikat
dan mempersatukan kita. Sehingga dari hasil itu, tertanam rasa kesatuan rakyat
Indonesia yang berpengaruh terhadap perebutan Kemerdekaan Republik Indonesia
dari tangan penjajah. Semangat Indonesia untuk semua, yang melintasi paham suku,
agama, etnisitas, gender, dan status sosial adalah fondasi yang paling penting bagi
kokohnya Indonesia Raya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang penting bagi berdirinya NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia) Karena sumpah pemuda merupakan awal mula
terbentuknya organisasi-organisasi bersifat nasionalisme, yang pada awalnya lebih
cenderung bersifat kedaerahan. Dan sumpah pemuda juga merupakan pembuktian
bahwa kita semua adalah satu, satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. Oleh
karena itu bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa yang tetap
digunakan hingga saat ini. Kesimpulannya, kenapa sumpah pemuda begitu penting hal
ini dikarenakan sumpah pemuda merupakan tolak ukur terbentuknya rasa persatuan
dan kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.