Anda di halaman 1dari 6

Hillary Lakeisha

01051190013

UU 25 Tahun 2004 tntang sistem perencanaan pembangunan nasional

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
bertujuan untuk:
1.mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
2.menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
3.menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan;
4.mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
5.menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan

Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun


secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya. Hal tersebut menghasilkan
a.rencana pembangunan jangka panjang;
b.rencana pembangunan jangka menengah; dan
c.rencana pembangunan tahunan.

Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi:


a.penyusunan rencana;
b.penetapan rencana;
c.pengendalian pelaksanaan rencana; dan
d.evaluasi pelaksanaan rencana.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dilakukan seperti


1.Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional.
2.Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP Daerah.
3.Rancangan RPJP Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan rancangan RPJP
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang
Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh unsur-unsur
penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat, dan Musrenbang Jangka
Panjang Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Musrenbang Jangka Panjang
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun
sebelum berakhirnya periode RPJP yang sedang berjalan.
Rencana Pembangunan jangka menengah dilakukan seperti
1.Menteri menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagai penjabaran dari visi, misi,
dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program
prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal.
2.Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM Daerah sebagai penjabaran dari visi,
misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan Daerah.

Rencana pembangunan tahunan dilakukan oleh


1. Menteri menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dari RPJM Nasional
2. Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM
Daerah
Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP dan kemudian Menteri
mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD dan juga Kepala Bappeda
mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD.

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-masing pimpinan


Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan
rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.

UU no 17/2003 tentang Keuangan Negara

Pengertian Keuangan Negara


Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai denga uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (pasal 1 butir 1)
Pengertian Keuangan dari sesi :

Objek : semua hak, kewajiban, negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Subjek : seluruh objek keuangan diatas yang dimiliki negara dan/atau dikuasai Pemerintah
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara

Proses: seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek tersebut diatas
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban

Tujuan:seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan
dan/atau penguasaan objek dalam rangka.
(Penjelasan UU No. 17 tahun 2003 butir 3)

Keuangan negara meliputi:


1.Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang dan melakukan pinjaman
2.Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan
umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak
ketiga
3.Penerimaan Negara
4.Pengeluaran Negara
5.Penerimaan Daerah
6.Pengeluaran Daerah
7.Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah
8.Kekayaan lain yang dikuasai pemerintah dengan rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum
9.Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah

Bidang pengelolaa Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam :
a.Sub Biang Pengelolaan Fiskal
b.Sub Bidang Pengelolaan Moneter
c.Sub Bidang Pengelolaan Keuangan Negara yang Disahkan
(Penjelasan UU No. 17 tahun 2003 butir 3)

Pengaturan Kekuasaan Atas Keuangan Negara

1. Presiden : selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan


negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Sebagian dari kekuasaan tersebut
dikuasakan/diserahkan:

2. Menteri Keuangan : selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan

3. Menteri/pimpinan lembaga : Pengguna anggaran/pengguna barang kementrian


negara/lembaga yang dipimpinnya

4. Gubernur/bupati/walikota : selaku kepala pemerintahan di daerah dan mewakili


pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan

5. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter yang meliputi antara lain


mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Meteri Keuangan mempunyai
tugas :

1. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro

2. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN

3. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

4. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan


5. Melaksanakan pemungutan pendapatan yang ditetapkan dengan undang-
undang

6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara

7. Menyusun laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

8. Melaksanakan tugas lain-lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan


ketentuan undang-undang

Pengaturan Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 10 ayat (1))

1. Pengelolaan keuangan ditingkat daerah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

2. Selanjutnya, dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku
pejabat pengelola APBD.

3. Dan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pejabat pengguna
anggaran/barang daerah

Tugas Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (Pasal 10 ayat (2))

1. Menyusun an melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD

2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD

3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan


Peraturan Daerah.

4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.

5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggung jawaban


pelaksanaan APBD

Penyusunan APBN

1. Penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro


Pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro disampaikan Pemerintah
Pusat kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) paling lambat pertengahan Mei tahun
berjalan.

2. Pembicaraan Pendahuluan Rancangan APBN

Pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro dibahas oleh Pemerintah Pusat
adn DPR dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
c. Pembahasan Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran Pembahasan kebijakan umum dan
prioritas anggaran (berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal)
oleh Pemerintah Pusat dan DPR untuk dijadikan acuan penyusunan usulan anggaran oleh
kementerian negara/lembaga (Pasal 13)

d. Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) (Pasal 14)

1.Penyusunan RKA-KL tahun berikutnya oleh menteri/ lembaga yang :


a.Berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai
b.Disertai prakiraan belanja tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang disusun

2.Pembahasan pendahuluan rancangan APBN

RKA-KL disampaikan ke DPR untuk dibahas dalam pembicaraan rancangan APBN

3.Hasil Pembahasan RKA-KL

Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan ke Menteri Keuangan untuk bahan penyusunan


rancangan undang- undang tentang APBN tahun berikutnya

4. Ketentuan tentang penyusunan RKA-KL diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 tahun
2004

Penetapan APBN

1. Rancangan Undang-udang tentang APBD disertai nota keuangan dan dokumen-


dokumen pendukungnya disampaikan oleh Pemerintah Pusat kepada DPR

2. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN, dimana DPR dapat


mengajukan usulan perubahan atas Rancangan Undang-undang tentang APBN

3. Penetapan Undang-undang oleh DPR selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum


tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan

4. APBN dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis
belanja

5. Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang APBN, Pemerintah Pusat


melakukan pengeluaran setinggi- tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai