Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIFITAS LINGKUNGAN TERAPETIK TERHADAP REAKSI

HOSPITALISASI PADA ANAK


Umi Solikhah*
*Departemen Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl.Letjend Soepardjo Roestam Sokaraja Purwokerto 53186 Indonesia
umi_zian@yahoo.com

Abstrak

Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi hospitalisasi dalam bentuk anak rewel, tidak mau
didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif, bahkan tamper tantrum. Tujuan
untuk mengetahui efektifitas lingkungan terapeutik terhadap reaksi hospitalisasi pada anak. Rancangan
penelitian quasy eksperiment dengan desain crossectional. Sampel 44 anak usia 1-13 tahun. Analisis data dengan
independent t-test dan chi-square. Hasil penelitian diperoleh lingkungan terapetik efektif untuk meminimalkan
reaksi hospitalisasi. Reaksi hospitalisasi ditunjukkan dengan angka signifikansi dari variabel reaksi hospitalisasi
yang meliputi kecemasan anak (p-value=0,004), sikap kooperatif (p-value=0,000), respon anak (p-value=0,000),
mood anak (p-value=0,000), dan sikap penerimaan pada petugas (p-value=0,000). Hendaknya perawat ruang
anak menerapkan lingkungan terapeutik sehingga dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif.

Kata kunci: lingkungan terapetik, reaksi hospitalisasi

Abstract

Children hospitalized often have reactions to hospitalization in a fussy child, refuse to be approached by nurse,
fear, looking anxious, uncooperative, even tamper tantrums. Order to determine the effectiveness of the
therapeutic environment to the reaction of hospitalization in children. The study design quasy experiment with
cross sectional. Samples were 44 children aged 1-13 years. Analysis of the data by independent t-test and chi-
square. The results obtained effective therapeutic environment to minimize reaction to hospitalization. Reaction
hospitalization indicated by the significance of the variable hospitalization reactions include anxiety child (p-
value = 0.004), cooperation (p-value = 0.000), child's responses (p-value = 0.000), mood children (p-value =
0.000 ), and the official acceptance (p-value = 0.000).
The nurse should apply a therapeutic environment, so as minimize negative reactions to hospitalization.

Key words: therapeutic environment, the reaction hospitalization.

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi Pada Anak 1
Hospitalisasi Pada 1
Umi Solikhah
Pendahuluan Lingkungan terapetik yang diharapkan
Anak yang dirawat di rumah sakit sering dapat meminimalkan reaksi hospitalisasi
mengalami reaksi hospitalisasi dalam negatif diantaranya penataan ruang,
bentuk anak rewel, tidak mau didekati oleh restrain terapetik, sikap dan komunikasi
petugas kesehatan, ketakutan, tampak perawat terapetik, permainan terapetik,
cemas, tidak kooperatif, bahkan tamper seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-
tantrum. Menurut Ball dan Bindler (2003), Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2011;
anak yang dirawat di rumah sakit berada CNO, 2009; RCN, 2010). Tujuan
pada lingkungan asing yang tidak penelitian ini adalah untuk mengetahui
diketahuinya, dikelilingi orang-orang efektifitas lingkungan terapetik terhadap
asing, peralatan, dan pemandangan sekitar reaksi hospitalisasi pada anak.
menakutkan; sehingga menimbulkan reaksi
hospitalisasi. Respon anak ketika menghadapi efek
Reaksi hospitalisasi pada anak hospitalisasi, bisa dalam bentuk
diasumsikan dapat diminimalisir dengan kecemasan, takut prosedur invasif, tidak
keberadaan lingkungan yang terapetik. kooperatif, tantrum, dan menolak petugas
Menurut Smith dan Watkins (2010), kesehatan. Pada anak usia sekolah
lingkungan terapetik meliputi efek cenderung mulai matur baik fisik maupun
psikososial lingkungan, efek lingkungan mental, konsep waktu difahami dengan
terhadap sistem immune, dan bagaimana baik, sehingga orang tua tinggal
pengaturan ruangan yang menarik. Setting menganjurkan sesuatu ketika berkunjung
ruang rawat anak yang menarik diharapkan ke rumah sakit. Stress terhadap prosedur
memberikan kesenangan tersendiri tindakan yang dilakukan berperan penting
sehingga anak menjadi tidak cemas selama terhadap kemunduran atau perubahan
horpitalisasi. Anak yang kooperatif ketika perilaku (Ball & Bindler, 2003). Walaupun
dilakukan tindakan keperawatan tingkat pemahaman mereka tentang konsep
merupakan salah satu tanda anak yang tubuh sudah mulai ada, efek hospitalisasi
tidak cemas akibat hospitalisasi. tetap menjadi masalah bagi anak usia
sekolah.
Penerapan lingkungan terapetik oleh
perawat baik fisik maupun non fisik perlu Anak yang dirawat di rumah sakit
diteliti, sehingga diharapkan dapat menunjukkan reaksi menangis karena
memberi masukan kepada manajemen kesakitan dan hospitalisasi. Penyebab
untuk peningkatan kualitas pelayanan. penurunan mood antara lain perubahan

2 Efektifitas
Jurnal Keperawatan Anak Lingkungan Terapetik
. Volume 1, Terhadap
No. 1, Mei 2013; Reaksi
1-9 Hospitalisasi Pada Anak 2
Umi Solikhah
status kesehatan dan lingkungan yang jauh lingkungan), psychoneuroimmunology
dari rutinitasnya sehari hari serta (efek lingkungan terhadap sistem
keterbatasan koping mekanisme anak immune); neuroscience (bagaimana
dalam memecahkan masalah. Reaksi anak pemikiran arsitektur atau desain ruang).
terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pasien
faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan,
pengalaman dirawat di rumah sakit, keamanan, dan hubungan sosial yang
pembawaan anak dan ketrampilan koping, normal, dan tidak terkesan mengisolasi.
kegawatan diagnosa, dan support system Desain lingkungan yang terapetik
(Hockenberry & Wilson, 2009). diperlukan untuk pasien di lingkungan
rumah sakit (Smith & Watkins, 2010).
Reaksi hospitalisasi yang ditunjukkan pada Ruang rawat anak perlu desain ruang
anak usia sekolah lebih ringan menarik.
dibandingkan dengan anak usia toddler dan
pra sekolah. Anak yang pernah merasakan Desain ruang yang terapetik di ruang rawat
sakit sebelumnya akan merespon sakitnya anak diantaranya penggunaan sprei
saat ini dengan lebih positif. Perpisahan bergambar, hiasan bergambar kartun,
dengan rutinitas sehari-hari bagi anak usia restrain infus bergambar, permainan
sekolah menjadi faktor penting penyebab terapetik, dan komunikasi perawat yang
munculnya reaksi negatif hospitalisasi. terapetik. Disamping itu kombinasi musik
Anak yang pernah dirawat di rumah sakit dan seni dapat juga diterapkan. Terapi
yang sama akan merasa lebih terbiasa musik dapat dilakukan dengan
dibandingkan dengan yang baru pertama diperdengarkannya musik yang disukai
kali di rawat. Pembawaan anak yang anak, sedangkan terapi seni dapat
tenang dan kemampuan ketrampilan diterapkan dengan menggambar bebas.
koping yang baik akan lebih menunjukkan Nesbit dan Tabatt-Haussmann (2008),
reaksi positif. Kegawatan diagnosa meneliti tentang peran kreatif terapi seni
menjadi sumber ketakutan anak dan orang dan musik untuk anak kanker dan kelainan
tua. Support system yang cukup dari darah. Kombinasi kedua terapi tersebut
keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial dinilai sangat efektif di lingkungan pasien
terutama dari teman sebaya. onkologi dan hematologi sebab dapat
membantu mengurangi nyeri dan
Teori lingkungan terapetik meliputi mempengaruhi emosi secara non-
psikologi lingkungan (efek psikososial dari farmakologis. Kombinasi terapi musik dan
Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi Pada Anak 3
Hospitalisasi Pada 3
Umi Solikhah
seni tersebut secara non-farmakologis Teknik analisis data yang akan digunakan
membuktikan terjadinya sistem aktivasi dalam penelitian ini adalah analisis
reticular otak dan koordinasi sensori univariat numerik dan kategorik untuk
terkoordinasi dengan baik, sehingga anak variabel karakteristik responden dan
lebih mudah menerima informasi. Hal ini deskripsi variabel reaksi hospitalisasi;
menurunkan kecemasan dan memberikan analisis bivariat untuk variabel hubungan
dampak relaksasi (Nesbit & Tabatt- lingkungan terapetik dengan reaksi
Haussmann, 2008). hospitalisasi.

Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan


Metode penelitian kuantitatif, jenis quasy 1. Karakteristik Responden
experiment. Pendekatan penelitian dengan Responden adalah anak usia 1-13 tahun
cross sectional design pada kelompok yang sedang dirawat di ruang anak Rumah
intervensi dan kelompok kontrol. Penilaian Sakit Umum Daerah Goetheng
terhadap penguasaan kasus dan Tarunadibrata Purbalingga. Jumlah
kemampuan skill mahasiswa keperawatan responden 44 yang terdiri atas 22
dilakukan pada kelompok kontrol maupun responden kelompok intervensi (dilakukan
kelompok intervensi, masing-masing perlakuan tindakan lingkungan terapetik)
kelompok sampel berjumlah 22 anak yang dan 22 responden kelompok kontrol
dirawat di ruang Cempaka Rumah Sakit (sesuai yang dilakukan di rumah sakit).
Goetheng Taroenadibrata Purbalingga. Sebaran responden berdasarkan umur,
frekuensi nadi, frekuensi dirawat, jenis
Teknik analisis data yang akan digunakan kelamin, frekuensi pernafasan, dan
dalam penelitian ini adalah analisis pendampingan orang tua seperti dalam
bivariat untuk menguji hubungan dan tabel berikut:
perbedaan antara dua variabel. Analisis
ini berguna untuk membuktikan hipotesa
yang telah dirumuskan oleh peneliti. Untuk
melihat pengaruh bed side teaching
terhadap penguasaan kasus dan
kemampuan skill pada kelompok
intervensi dan kelompok non intervensi
digunakan uji independent t–test.

4 Efektifitas
Jurnal Keperawatan Anak Lingkungan Terapetik
. Volume 1, Terhadap
No. 1, Mei 2013; Reaksi
1-9 Hospitalisasi Pada Anak 4
Umi Solikhah
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik kontrol, karena anak cenderung merasa
responden
Variabel Intervensi Kontrol (n=22) lebih nyaman berada pada lingkungannya.
(n=22)
Umur
Mean±SD 3,95±3,27 6,27±3,99
Secara umum anak yang sudah beberapa
Min-Max 1-10 2-13
Frekuensi Nadi kali dirawat akan lebih ringan reaksi
Mean±SD 95,22±5,88 109,77±9,28
Min-Max 85-110 92-120 hospitalisasi yang ditunjukkan. Lama
Jumlah kali rawat
Mean±SD 1,22±0,52 1,45±1,05
Min-Max 1-3 1-5 dirawat pada kelompok intervensi
Frekuensi Frekuensi
n (%) n (%) sebanyak 1,22 kali dalam 3 bulan terakhir,
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 31,8 16 72,80 sedangkan pada kelompok kontrol
Perempuan 15 78,2 6 2,72
sebanyak 1,45 kali dalam 3 bulan terakhir.
Frekuensi Pernafasan
Kurang dari 40 kali/mnt 20 91,0 11 50.0 Hal ini sudah menunjukkan kondisi yang
Lebih dari 40 kali/mnt 2 9,0 11 50,0
tidak jauh berbeda antara kelompok
Pendampingan orang tua
Orang tua 21 95,4 17 77,2 intervensi dan kelompok kontrol, sehingga
Non orang tua 1 4,6 5 22,8
dapat meminimalkan bias.

Berdasarkan jenis kelamin, responden anak


Rata-rata usia pada kelompok intervensi
perempuan lebih banyak pada kelompok
adalah 3,95 tahun dan pada kelompok
intervensi yaitu 15 anak (78,2%) dan pada
kontrol memiliki rata-rata usia 6,27 tahun.
kelompok kontrol lebih banyak responden
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia
laki-laki yaitu 16 anak (72,80%). Anak
pada kelompok intervensi lebih muda dari
perempuan memiliki kecenderungan lebih
pada kelompok kontrol. Walaupun lebih
mudah penyesuaian dirinya dari pada anak
muda melalui pelaksanaan pelayanan yang
laki-laki.
tepat kepada anak selama perawatan saat
Responden pada kelompok intervensi
dihospitalisasi, tidak menutup
memiliki frekuensi nafas yang kurang dari
kemungkinan untuk memperoleh reaksi
40 kali per menit sebanyak 20 anak
hospitalisasi yang lebih positif pada
(45,5%) dan pada kelompok kontrol
kelompok intervensi.
seimbang masing-masing 50%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pada kelompok
Rata-rata frekuensi nadi pada kelompok
intervensi lebih stabil. Mayoritas
intervensi adalah 95,22 kali per menit dan
responden didampingi oleh orang tuanya
pada kelompok kontrol memiliki rata-rata
baik pada kelompok intervensi maupun
frekuensi nadi sebesar 107,77 kali per
pada kelompok kontrol. Pendampingan
menit. Frekuensi nadi pada kelompok
oleh orang tua memungkinkan rasa aman
intervensi lebih stabil dari pada kelompok
dirasakan oleh anak selama hospitalisasi.
Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi Pada Anak 5
Hospitalisasi Pada 5
Umi Solikhah
2. Karakteristik Lingkungan 3. Karakteristik Reaksi Hospitalisasi
Terapetik Anak
Karakteristik lingkungan terapetik yang Karakteristik reaksi hospitalisasi anak
dimaksud dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini dapat digambarkan
adanya perlakuan untuk menciptakan dalam tabel berikut ini.
lingkungan yang terapeutik. Perlakuan Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik reaksi
hospitalisasi
yang di laksanakan meliputi komunikasi
Variabel Intervensi (n=22) Kontrol (n=22)
terapeutik saat melakukan tindakan, Kecemasan
Mean±SD 5,91±2,58 8,45±2,95
pencitraan lingkungan tempat tidur Min-Max 2-13 4-15
Frekuensi Frekuensi
(memasang stiker bergambar di kamar, Tingkat kooperatif
n (%) n (%)

Kooperatif 20 91,0 14 63,6


penggunaan sprei bermotif kartun, Tidak kooperatif 2 9,0 8 36,4
Respon
penggunaan bidai restrain infus yang Tenang 18 81,8 17 77,2
Tantrum 4 18,2 5 22,8
bergambar, dan pemakaian rompi Mood
Gembira 14 63,6 5 22,8
bergambar saat melakukan tindakan Sedih
Penerimaan pada petugas
8 36,4 17 77,2

Menerima 18 81,8 13 49,0


keperawatan. Menolak 4 18,2 9 20,5

Perlakuan untuk menciptakan lingkungan Rata-rata skor kecemasan pada kelompok

yang terapeutik menjadi salah satu pilihan intervensi adalah 5,91 dengan standar

dalam memberikan asuhan keperawatan deviasi 2,58 dan pada kelompok kontrol

pada anak yang dirawat. Perlakuan yang di memiliki rata-rata skor kecemasan sebesar

laksanakan meliputi komunikasi terapeutik 8,45 dengan standar deviasi 2,95. Hal ini

saat melakukan tindakan, pencitraan menunjukkan adanya perbedaan skor

lingkungan tempat tidur (memasang stiker kecemasan antara kelompok intervensi dan

bergambar di kamar, penggunaan sprei kelompok kontrol.

bermotif kartun, penggunaan bidai restrain


infus yang bergambar, dan pemakaian Reaksi hospitalisasi berdasarkan tingkat

rompi bergambar saat melakukan tindakan kooperatif, responden kooperatif lebih

keperawatan. Desain lingkungan yang banyak pada kelompok intervensi yaitu 20

terapetik diperlukan untuk pasien di anak (91,0%) dan pada kelompok kontrol

lingkungan rumah sakit (Smith & Watkins, lebih banyak yang kooperatif namun

2010). angkanya tidak sebesar pada kelompok


intervensi yaitu 14 anak (62,60%). Anak
lebih kooperatif ketika disekitarnya lebih
menyenangkan dan situasinya tidak

6 Efektifitas
Jurnal Keperawatan Anak Lingkungan Terapetik
. Volume 1, Terhadap
No. 1, Mei 2013; Reaksi
1-9 Hospitalisasi Pada Anak 6
Umi Solikhah
menegangkan atau menakutkan. mengurangi nyeri dan mempengaruhi
Responden pada kelompok intervensi emosi secara non-farmakologis.
memiliki respon tenang sebanyak 18 anak
(81,8%) dan pada kelompok kontrol 4. Efektifitas Lingkungan Terapetik
sebanyak 17 anak (77,2%). Hal ini terhadap Reaksi Hospitalisasi
menunjukkan respon yang positif ketika Efektifitas lingkungan terapetik terhadap
dilakukan implementasi lingkungan reaksi hospitalisasi anak, tertuang dalam
terapetik. tabel berikut ini.
Tabel. 3. Efektifitas Lingkungan Terapetik
terhadap Reaksi Hospitalisasi Anak
Mood gembira anak didominasi kelompok
Variabel Intervensi (n=22) Kontrol (n=22) p-value
intervensi dan mood sedih didominasi Kecemasan
Mean±SD 5,91±2,58 8,45±2,95 0.04
Min-Max 2-13 4-15
kelompok intervensi. Anak anak yang Frekuensi Frekuensi
n (%) n (%)
menerima petugas kesehatan sebesar 18 Tingkat kooperatif
Kooperatif 20 91,0 14 63,6
0.000

Tidak kooperatif 2 9,0 8 36,4


anak (81,8%) dan 13 anak (49%) anak Respon 0.000
Tenang 18 81,8 17 77,2
menerima petugas kesehatan pada Tantrum
Mood
4 18,2 5 22,8
0.000
Gembira 14 63,6 5 22,8
kelompok kontrol. Desain ruang yang Sedih 8 36,4 17 77,2
Penerimaan pada
terapetik di ruang rawat anak diantaranya petugas
Menerima 18 81,8 13 49,0 0.000
Menolak 4 18,2 9 20,5
penggunaan sprei bergambar, hiasan
bergambar kartun, restrain infus Hasil uji antara reaksi hospitalisasi pada
bergambar, permainan terapetik, dan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
komunikasi perawat yang terapetik. menunjukkan bahwa angka signifikansi
Disamping itu kombinasi musik dan seni dari variabel reaksi hospitalisasi yang
dapat juga diterapkan. Terapi musik dapat meliputi kecemasan anak (p-value=0,004),
dilakukan dengan diperdengarkannya sikap kooperatif (p-value=0,000), respon
musik yang disukai anak, sedangkan terapi anak (p-value=0,000), mood anak (p-
seni dapat diterapkan dengan menggambar value=0,000), dan sikap penerimaan pada
bebas. Nesbit dan Tabatt-Haussmann petugas (p-value=0,000) adalah efektif.
(2008), meneliti tentang peran kreatif Anak yang dirawat di rumah sakit
terapi seni dan musik untuk anak kanker menunjukkan reaksi menangis karena
dan kelainan darah. Kombinasi kedua kesakitan dan hospitalisasi. Penyebab
terapi tersebut dinilai sangat efektif di penurunan mood antara lain perubahan
lingkungan pasien onkologi dan status kesehatan dan lingkungan yang jauh
hematologi sebab dapat membantu dari rutinitasnya sehari hari serta
keterbatasan koping mekanisme anak
Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi Pada Anak 7
Hospitalisasi Pada 7
Umi Solikhah
dalam memecahkan masalah. Reaksi anak rawat anak, melalui program penyediaan
terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh sarana-prasarana dan kebijakan
faktor usia, pengalaman sakit, perpisahan, pengembangan sumber daya petugas
pengalaman dirawat di rumah sakit, kesehatan. Manajemen rumah sakit
pembawaan anak dan ketrampilan koping, memberikan sistem reward bagi petugas
kegawatan diagnosa, dan support system kesehatan yang berprestasi dan kreatif,
(Hockenberry & Wilson, 2009). Dampak serta memberikan punishment yang tepat
hospitalisasi menjadi kendala terhadap untuk petugas kesehatan yang kurang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada patuh. Perawat meningkatkan kemampuan
pasien anak, sehingga diperlukan upaya tentang pengelolaan lingkungan terapetik
perawat untuk kreatif melakukan upaya di ruang rawat anak untuk menurunkan
lingkungan terapetik untuk memberikan dampak hospitalisasi, meningkatkan
reaksi hospitalisasi yang positif Hasil kemampuan komunikasi terapeutik, dan
penelitian menunjukkan bahwa upaya kreatif selama merawat anak sesuai
melakukan lingkungan terapetik mampu tahapan tumbuh kembangnya. Peneliti
memberikan reaksi hospitalisasi yang selanjutnya melakukan penelitian terkait
positip. lingkungan terapeutik dan permainan
terapeutik yang spesifik dengan tahapan
Simpulan dan Saran usia perkembangannya.
Lingkungan terapetik efektif untuk
meminimalkan reaksi hospitalisasi. Reaksi Daftar Pustaka
hospitalisasi ditunjukkan dengan angka Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003).
signifikansi dari variabel reaksi Pediatric nursing: Caring for children.
hospitalisasi yang meliputi kecemasan New Jersey: Prentice Hall.

anak (p-value=0,004), sikap kooperatif (p- CNO. (2009). Restraints. Ontario: College
value=0,000), respon anak (p- of Nurses of Ontario.

value=0,000), mood anak (p- Dahlan, M.S. (2009). Besar sampel dan
value=0,000), dan sikap penerimaan pada cara pengambilan sampel: Dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan.
petugas (p-value=0,000).
Jakarta: Salemba Medika.

Ghazali, R., & Abbas, M.Y. (2012).


Hendaknya manajemen rumah sakit
Paediatric wards: Healing environment
memberikan dukungan penuh terhadap assessment. Asian Journal of
pelaksanaan lingkungan terapeutik pada Environment-Behaviour Studies,2(4).
pelayanan keperawatan anak di ruang

8 Efektifitas
Jurnal Keperawatan Anak Lingkungan Terapetik
. Volume 1, Terhadap
No. 1, Mei 2013; Reaksi
1-9 Hospitalisasi Pada Anak 8
Umi Solikhah
Handayani, R.D., & Puspitasari, N.P.D.
(2010). Pengaruh terapi bermain
terhadap tingkat kooperatif selama
menjalani perawatan pada anak usia Pra
sekolah (3 – 5 tahun) di rumah sakit
Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.
Diakses pada tanggal 20 Nopember
2010 dari
http://www.skripsistikes.wordpress.com
.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009).


Essentials of paediatric nursing. St.
Louis: Mosby.

Li, H.C.W., Lopez, V., & Lee, T.L.I.


(2007). Effects of preoperative
therapeutic play on outcomes of school-
age children undergoing day surgery.
Research in Nursing & Health, 30, 320
– 332.

Nesbit, L.L., & Tabatt-Haussmann, K.


(2008). The role of the creative arts
therapies in the treatment of pediatric
hematology and oncology patients.
Primary Psychiatry,15(7):56-58,61-62.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2004). Nursing


research. Philadelphia: Lippincot
Williams& Walkins

RCN. (2010). Restrictive physical


intervention and therapeutic holding for
children and young people: Guidance
for nursing staff. London: Royal
College of Nursing.

Smith, R. & Watkins, N. (2010).


Therapeutic environments. New York:
Therapeutic Environments Forum.

Efektifitas
EfektifitasLingkungan
LingkunganTerapetik
TerapetikTerhadap
Terhadap Reaksi
Reaksi Hospitalisasi Pada Anak 9
Hospitalisasi Pada 9
Umi Solikhah

Anda mungkin juga menyukai