Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN

KONGENITAL SISTEM KARDIOVASKULAR


PATEN DUCTUS ARTERIOUS (PDA)

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan tugas


Mata Kuliah Keperawatan Anak II

OLEH

KELOMPOK I

1. Azharia Syafira (181211382)


2. Dea Orta Permata Sari (181211387)
3. Devied Angkasa (181211388)
4. Fritiwi Oktavia (181211391)
5. Mariya Fauzia Andrianti (181211397)
6. Monica Okta Delvita (181211398)
7. Rahimah Nurul Fadhilah (181211402)
8. Resti Rahma Putri (181211406)
9. Thesa Afrizani (181211413)
10. Trisman Aldinata (181211415)
11. Yelvi Desriani (181211420)

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Fitri Wahyuni S, M.Kep., Sp.Kep, An

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak II sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi Keperawatan


Anak II yaitu Ibu Ns. Fitri Wahyuni S, M.Kep., Sp.Kep., An yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Kelainan Kongenital Paten Ductus Arterious (PDA).
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh
pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
upaya penyelesaian laporan ini baik yang mendukung secara moral dan materi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan


kehilafan dalam makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan.akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

Padang, 3 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Definisi Paten Ductus Arterious (PDA)..................................................3
2.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................3
2.3 klasifikasi................................................................................................10
2.4 Etiologi....................................................................................................11
2.5 Patofisologi..............................................................................................12
2.6 Manifestasi Klinis...................................................................................13
2.7 Komplikasi..............................................................................................14
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................15
2.9 Penatalaksanaan......................................................................................15
BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................17
3.1 Kasus.......................................................................................................17
3.2 Pengkajian...............................................................................................17
3.3 Analisa Data............................................................................................22
3.4 Diagnosa..................................................................................................23
3.5 Intervensi.................................................................................................23
3.6 Implemantasi dan Evaluasi......................................................................26
BAB IV PENUTUP..............................................................................................32
4.1 Kesimpulan..............................................................................................32
4.2 Saran.......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ductus Arteriosus adalah saluran yang berasal dr arkus aorta VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta descenden. Bayi normal
menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum usia 2-3 mgg. Jika tidak menutup PDA.
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari
aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah).
Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang
menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke
seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke
paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang normal pada
janin.
Duktus arteriosus memungkinkan darah untuk tidak melewati paru-paru.
Pada janin, fungsi ini penting karena janin tidak menghirup udara sehingga
darah janin tidak perlu beredar melewati paru-paru agar mengandung banyak
oksigen. Janin menerima oksigen dan zat makanan dari plasenta (ari-ari).
Tetapi pada saat lahir, ketika bayi mulai bernafas, duktus arteriosus akan
menutup karena darah harus mengalir ke paru-paru agar mengandung banyak
oksigen. Pada 95% bayi baru lahir, penutupan duktus terjadi dalam waktu 48-
72 jam.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP)
adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan
(patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah
besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus
arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan dan
meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum
arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated),
atau disertai kelainan jantung lain.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anak atau Bayi dengan PDA
2. Mengetahui penatalaksanaan Anak atau Bayi dengan PDA
3. Mengetahui cara pemeriksaan fisik Anak atau Bayi dengan PDA
4. Mengetahui pemeriksaan tambahan dan penunjang pada Anak atau Bayi
dengan PDA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Paten Ductus Arterious (PDA)


Ductus Arteriosus merupakan pembuluh darah janin yang menghubungkan
arteri  pulmonalis dengan aorta disenden tepat disebelah distal arteri
subklavia kiri.  Normalnya, duktus akan menutup dlm waktu beberapa hari
hingga beberapa minggu setelah bayi dilahirkan.
Pada patent ductus arteriosus (PDA), lumen duktus tetap terbuka sesudah
bayi dilahirkan. Keadaan ini menciptakan pemintasan atau aliran darah dari
kiri ke kanan, yaitu darah dari aorta akan mengalir ke arteri pulmonalis dan
menyebabkan resirkulasi darah arteri melalui paru-paru. Pada awalnya, PDA
mungkin tidak menimbulkan efek klinis tetapi sesudah melewati waktu
tertentu, PDA menyebabkan penyakit vaskuler pulmoner sehingga gejala
PDA muncul pada usia 40 tahun.
PDA wanita dua kali lebih banyak di  bandingkan laki-laki dan merupakan
cacat jantung kongenital asianotik yang paling sering dijumpai pada dewasa.
Prognosis PDA cukup baik jika pintasan berukuran kecil atau bila
pembedahan korektif berhasil dilakukan. Kalau tidak, PDA dapat berlanjut
menjadi gagal jantung yang membandel dan bisa vatal.

2.2 Anatomi Fisiologi Paten Ductus Arterious (PDA)


Anatomi dan Fisiologi sistem kardiovaskuler
1. Anatomi Jantung
a. Bentuk dan letak jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan
apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-
inferior ICS– V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang
nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung
sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada
(cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada
mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa
dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar
250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
1) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggi kosta III-I.
2) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais
3) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
4) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes,
vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
5) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma. Jantung difiksasi pada
tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung
utama adalah paru yang menekan jantung dari samping, diafragma
menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang
mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
a) Umur, pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk
jantung agak turun kebawah.
b) Bentuk rongga dada, Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks
melebar dan membulat.
c) Letak diafragma, Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
d) Perubahan posisi tubuh, proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh
posisi tubuh.
b. Otot jantung terdiri dari 3 lapisan:
1) Luar/pericardium, Berfungsi sebagai pelindung jantung atau
merupakan kantong pembungkus jantung yang terletak di
mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga
II- IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan
parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat
lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium
tidak mengganggu jantung.
2) Tengah/ miokardium, Lapisan otot jantung yang menerima darah
dari arteri koronaria. Susunan miokardium yaitu:
a) Otot atria, Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
b) Otot ventrikuler, membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
c) Otot atrioventrikuler, Dinding pemisah antara serambi dan
bilik (atrium dan ventrikel).
3) Dalam / Endokardium, Dinding dalam atrium yang diliputi oleh
membrane yang mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan
sinus vena kava.
c. Bagian- bagian dari jantung:
1) Basis kordis, bagian jantung sebelah atas yang berhubungan
dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra
dan sebagian oleh atrium dekstra.
2) Apeks kordis, bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul.
3) Permukaan jantung (fascies kordis).
a) Fascies sternokostalis, permukaan menghadap kedepan
berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium
dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
b) Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,
dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra
an sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.
c) Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang
bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh
dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.
4) Tepi jantung (margo kordis)
a) Margo dekstra, bagian jantung tepi kanan membentang mulai
dari vena kava superior sampai ke apeks kordis.
b) Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi
membentang dari  bawah muara vena pulmonalis sinistra
inferior sampai ke apeks kordis.
5) Alur permukaan jantung
a) Sulkus atrioventrikularis, Mengelilingi batas bawah basis
kordis
b) Sulkus langitudinalis anterior, dari celah arteri pulmonalis
dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks
kordis.
c) Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah
kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis.
d. Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1) Atrium dekstra (atrium kanan), terdiri dari rongga utama dan
aurikula di luar,  bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau
Krista terminalis. Muara atrium kanan terdiri dari:
a) Vena cava superior 
b) Vena cava inferior 
c) Sinus koronarius
d) Osteum atrioventrikuler dekstra
Sisa fetal atrium kanan yaitu fossa ovalis dan annulus ovalis
2) Ventrikel dekstra (ventrikel kanan), berhubungan dengan atrium
kanan melalui osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus
pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan
jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari:
a) Valvula triskuspidal
b) Valvula pulmonalis
c) Atrium sinistra, terdiri dari rongga utama dan aurikula
d) Ventrikel sinistra, berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui
osteum aorta terdiri dari:
e) Valvula mitralis
f) Valvula semilunaris aorta
e. Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis
membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo).
Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula
semilunaris arteri pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari
paru-paru masuk ke atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar)
membawa darah dari ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah
katup valvulasemilunaris aorta. Peredaran darah jantung terdiri dari 3
yaitu:
1) Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan
kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan
cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan 2) Arteri
koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
2) Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung
mengalir ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak
dibagian  belakang sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan
dari vena.
2. Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu
1) Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa
adanya rangsangan dari luar
2) Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal
3) Tidak dapat berkontraksi tetanik
4) Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
b. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia
untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism asam
lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi
terutama laktat dan glukosa. Proses metabolism jantung adalah
aerobic yang membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh Ion Pada Jantung
1) Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES
menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2) Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan
jantung berkontraksi spastis.
3) Pengaruh ion natrium, menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia,
mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:
1) Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2) Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar
ke dalam.
3) Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga
muatan positih dalam sel menjadi berkurang.
4) Fase plato (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan
stabil agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5) Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur
tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat
meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
1) SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di
dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2) AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septum atrium dekat muara sinus koronari.
3) Bundle atrioventrikuler : dari bundle AV berjalan ke arah depan
pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikulare.
4) Serabut penghubung terminal (purkinje): Anyaman yang berada
pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu dua pompa primer atrium dan dua
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa
1) Fungsi atrium sebagai pompa
2) Fungsi ventrikel sebagai pompa
3) Periode ejeksi
4) Diastol
5) Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
1) Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah
yang mengalir ke jantung.
2) Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung
melalui saraf otonom.
h. Curah jantung Normal
Jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama
besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit
disebut curah jantung (cardiac output). Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi otot jantung:
1) Beban awal
2) Kontraktilitas
3) Beban akhir 
4) Frekuensi jantung
Periode pekerjaan jantung yaitu:
1) Periode systole
2) Periode diastole
3) Periode istiraha
i. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung:
1) Bunyi pertama: lup
2) Bunyi kedua: Dup
3) Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
4) Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum
bunyi pertama

2.3 Klasifikasi Paten Ductus Arterious (PDA)


Pembagian atas dasar kelainan fungsi sirkulasi yang terjadi, yaitu:
1. Penyakit jantung bawaan non-sianotik :
a. Dengan vaskularisasi paru normal: stenosis aorta, stenosis
pulmonal, koarktasio aorta, kardiomiopati.
b. Dengan vaskularisasi paru bertambah: defek septum atrium, defek
atrioventrikularis, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
persisten, anomaly drainase vena  pulmonalis parsial.
2. Penyakit jantung bawaan sianotik :
a. Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar tanpa
stenosis  pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosis
pulmonal, trunkus arteriosus  persisten, ventrikel tunggal tanpa
stenosis pulmonal, anomaly total drainase vena  pulmonalis.
b. Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal berat pada
neonates, tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid,
anomaly Ebstein.

2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d.  Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
e.  Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

2.5 Patofisiologi
Akibat hemodinamika pada PDA terganung pada ukuaran dari duktus dan
pembuluh darah pulmonal yang resisten. Saat lahir resistensi dalam pulmonal
dan sirkulasi sistemik adalah sedikit identik sehingga terjadi persamaan
resistensi dalam aorta dan artery pulmonal.
Sebagaimana tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah memulai
shunt dari aorta menuju duktus ke arteri pulmonal. (kiri ke kanan shunt ).
Darah tambahan yaitu terbaliknya sirkulasi paru-paru dan kembali ke atrium
kiri dan ventrikel kiri, akibat dari perubahan sirkulasi adalah peningkatan
beban kerja pada jantung bagian kiri, penngkatan pulmonari vaskuler bawaan
dan kemungkinan terjadi resistensi dan peningkatan potensial tekanan
ventrikel kanan dan hypertropy ( Pediatric, edisi 2 Whooley and Wrong )
Hemodinamik Pada bayi baru lahir duktus arteriosus yang semula
mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke aorta akan berfungsi sebaliknya,
karena resistensi vascular paru menurun dengan tajam dan secara normal
mulai menutup. Maka dalam beberapa jam secara fungsional tidak terdapat
arus darah dari aorta ke arteri pumonalis ,sehingga dengan semakin
berkurangnya retensi vascular paru maka pirau dari aorta ke arteri pulmonalis
( kiri dan kanan ) makin meningkat. Besarnya aliran tergantung pada ukuran
PDA dan besarnta tahanan arteri pulmonali.
Adanya aliran yang berlebih melalui arteri pulmonalis, memungkinkan
terjadinya hipertensi pulmonal dengan tahanan vaskuler paru yang tinggi
sianosis terlihat bila telah terjadi penyakit vaskuler paru yang tinggi . Sianosis
terlihat bila telah terjadi penakit vaskuler paru dimana aliran pirau berubah
dari kanan ke kiri.

2.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom
gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 –
6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih
besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) :
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Nasal flaring
10. Retraksi dada
11. Hipoksemia
12. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)

2.7 Komplikasi :
Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan atau tidak sedikit
gejala jantung, namun manifestasi lambat dapat terjadi :
1. Penutupan spontan duktus
2. Gagal jantung kongestif paling sering terjadi pada awal masa bayi bila ada
duktus besar tetapi dapat terjadi pada kehidupan akhir walaupun dengan
duktus sedang
3. Beban ventrikel kiri yang lama semakin tua kurang ditoleransi dengan baik
4. Endokarditis infeksius dapat ditemukan pada setiap usia
5. Emboli pulmonal atau sistematik dapat terjadi
6. Hipertensi pulmonal(sindrom einsenmerger)biasanya terjadi pada
penderita dengan PDA besar yang tidak mengalami penanganan
pembedahan.
Komplikasi lainnya yang juga dapat terjadi adalah :
1. Endokarditis
2. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
3. CHF
4. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
5. Enterokolitis nekrosis
6. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
7. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
8. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
9. Aritmia
10. Gagal tumbuh
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax
Tampak kardiomegali akibat pembesaran atrium dan vertikel kiri. Aorta
membesar dan arteri philmonalis menonjol. Corakan vaskulariasi paru
meningkat. Tetapi bila terjadi hipertensi pulmonal yang disertai
perubahan vaskuler paru maka corakan tersebut di daerah tepi akan
berkurang.
2. Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1.3;1 pada bayi cukup
bulan atau lebih tin ggi dari 1,0 pada bayi praterm ( disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Dopler berwarna
4. EKG
Bervariasi sesuai tingkat keparahan , PDA kecil tidak ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi Jantung
Akan mengungkapkan tekanan normal atau meningkat dalam ventrikel
kanan dan arteri pulmonalis. Adanya darah yang telah ventrikel dalam
arteri vulmonslis memastikan adanya pintasan kiri ke kanan , seperti juga
dengan kurva hydrogen dan pengenceran indicator.
6. Pemeriksaan Mengenografis
Pada umumnya untuk memperlihatkan pulmonalis yang menonjol dan
peningkatan tanda-tanda pembuluh darah paru. Besar jantung tergantung
pada derajat piñata kiri ke kanan, jantung dapat tetap normal atau
mengalami pembesaran sedang hingga hebat. Ruangan-ruangan yang
terlibat adalah atrium dan ventrikrl kiri.

2.9 Penatalaksanaan
1. Pembedahan untuk ligasi duktus jika penatalaksanaan medis tidak bias
mengendalikan gagal jantung (bayi dengan PDA Asimpetomatik tidak
memerlukan penanganan segera. Apabila gejala ringan ligasi PDA dengan
pembedahan biasanya baru dilakukan setelah 1 tahun )
2. Pemberian indomentasi (inhibator prostaglandin untuk menimbulkan
spasme ductus dan penutupan pada bayi premature)
3. Terapi profilaksis dengan anti biotic untuk melindungi bayi dari
endokaditis infeksiosa
4. Penanganan gagal jantung melalui pembatasan cairan, pemberian diuretic
dan digoksin
5. Terapi lain termasuk karakteristik jantung untuk menaruh sumbut atau
umbrella (benda seperti paying) dalam ductus arteriosus yang akan
menghentikan pemintasan.
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Kasus
Seorang ibu membawa anaknya bernama P Kerumah sakit pada tangal 20
juli 2020 dikarenakan anak mengeluh lelah sehingga anak tidak dapat
beraktivitas dengan baik. Anak juga mengeluh sesak nafas, pasien juga
mengeluh batuk. Dan pada merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.
Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 21 juli 2020 anak masih
mengeluh lelah, mengeluh sesak napas, dan anak tampak gelisah pada saat
dilakukan pengkajian tersebut dan anak juga mengeluh pusing dan anak juga
merasa cemas dan pada saat pemeriksaan fisik didapatkan TD :80/60 mmhg
N:26X/I Teraba lemah s:30 C BB:30 Menurun 10 k dan biasanya dan warna
kulit pucat.

3.2 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien:
Nama pasien : Tn. P
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat suku/ bangsa : Jln. Ahmad Yani
Status pernikahan : Belum menikah
Agama/ keyakinan : Islam
Pekerjaan : Tidak ada
Diagnisa medis : Setelah mendapatkan pemeriksaan maka
diagnose mediknya: Patent Ductus
Arteriosus
No.RM : 1289453 Tanggal masuk : 20 Juli
2020

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Usia : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Dosen
Hubungan dengan klien : Orang tua / Ibu kandung
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh lelah, dan sesak napas.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan riwayat penyakit sekarang sering merasa lelah
setelah beraktivitas, dan juga batuk.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan atau orang tua mengatakan anak nya dulu lahirnya
prematur.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien mengatakan jika ada keluarga yang mengalami
penyakit jantung bawaan.
d. Riwayat psikososial
Klien merasa dirinya tidak berguna karena penyakit yang dideritanya
dan merasa orang tuanya susah karena mengurus dirinya.

4. Pola kebutuhan
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus
b. Sirkulasi
Tanda: distritmia jantung, nadi lemah/halus,
c. Eliminasi
Tidak ada / normal
d. Neurosenserik
Klien mengeluh pusing, dan pandangan kabur.
e. Nyeri/Kenyamanan
Klien mengeluh merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.
f. Pernapasan
Klien mengeluh sesak napas.

5. Pola Kognitif dan Persepsi


tatus mental : ( v )sadar ( )afasia resptif ( )menginggat cerita buruk ( )
teriorintasi ( ) kelam fikir ( )kombatif ( )tak responsive
Bicara : ( v )Normal ( )tak jelas ( )gagap ( )afasia ekspresif
bahasa sehari-hari : ( )Indonesia ( v )Daerah ( )Lain-lain........
kemampuan membaca : ( v )bisa ( )tidak
kemampuan berkomunikasi : ( v )bisa ( )tidak
kemampuan memahami : ( v )bisa ( )tidak
tingkat Ansietas : ( )ringan ( v )sedang ( )berat ( )Panik,sebab
karena merasa sakitnya sangat parah.
pendengaran : ( v ) DBN ( ) kesukaran ( kanan kiri) ( )buta( kanan
kiri) ( katarak( kanan kiri)
penglihatan ( v )DBN (katarak( kanan kiri)( )glaukoma.
vertigo : ( )Ya ( v )Tidak
ketidak nyamana/Nyeri : Tidak ada ( ) akut ( v ) kronik

6. Pola Peran Hubunga


Pekerjaan : Tidak ada
status pekerjaan : ( )bekerja( )ketidak mampuan jangka pendek ( )ketidak
mampuan jangka panjang (v )tidak bekerja
sistem pendukung : ( )pasangan ( )tetangga/teman ( v )tidak ada
keluarga serumah ( v ) keluarga tinggal berjahuan ( )
Masalah keluarga berkenan dengan perawatan di rumah sakit : Ada

Kegiatan sosial : tidak ada


Lain-lain :

7. Pola Seksualitas / Reproduksi


Tanggal menstruasi akhir (TMA) : Tidak ada
Masalah menstruasi : Tidak ada
Pap smear terakhir : Tidak ada
Pemerikasaan payudara / tensi mandiri bulanan : Tidak ada
Masalah seksual berhubungan dengan penyakit :Tidak ada

8. Pola Persepsi DIri / Konsep Diri


a. Body image / gambaran diri
( ) cacat fisik
( ) perubahan ukuran fisik
( v ) fungsi alat tubuh terganggu
( v ) keluhan karena kondisi tubuh
( ) Translantasi alat tubuh
( ) Pernah Operasi
( ) Proses patologi penyakit
( v ) Kegagalan fungsi tubuh
( ) Gangguan struktur tubuh
( ) Menolak berkaca
( ) Prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh
( ) Perubahan fisiologis tumbuh kembang
Jelaskan : klien memiliki gambaran diri yang kurang karena merasa
kegagalan fungsi tubuh,fungsi tubuh terganggu akibat penyakit yang
diderita.
b. Role/peran
( ) overload peran
( ) konflik peran
( ) keraguan peran
( v ) transisi peran karna sakit
jelaskan : karena sakit klien harus melakukan peran yang baru
c. Identitas diri
( v ) kurang percaya diri
( ) merasa terkekang
( ) tidak mampu menerima perubahan
( ) merasa kurang memiliki potensi
( ) kurang mampu menentukan pilihan
( ) menolak menjadi tua
jelaskan: kurang percara diri terhadap apa yang dilakukan.
d. self harga diri
( ) mengkritik diri sendiri dan orang lain
( ) merasa jadi orang penting
( ) menunda tugas
( ) merusak diri
( ) menyangkal kemampuan pribadi
( ) rasa bersalah
( ) menyangkal kepuasan diri
( ) polarisasi pandangan hidup
( ) mencemooh diri
( ) mengecikan diri
( ) keluhan fisik
( ) menyalahgunakan zat
Jelaskan :tidak ada
e. self ideal/ideal diri
( ) masa depan suram
( ) terserah pada nasib
( ) merasa tidak memiliki kemampuan
( ) tidak memiliki harapan
( v )tidak memiliki cita-cita
( v )merasa tidak berdaya
( )enggan membicarakan masa depan
jelaskan : merasa tidak berdaya karena penyakit yang diderita dan
tidak dapat menggapai cita citanya.
9. Pola Koping – Toleransi Stres
a. Masalah selama dirumah sakit (penyakit)
Kesulitan dalam beraktivitas dan perawatan diri sedikit dibantu oleh
keluarga.
b. Kehilangan/perubah : tidak ada
c. Hal yang dilakukan saat ada masalah : berdoa bersama orang tua dan
keluarga
d. Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada

10. Pola keyakinan nilai


Agama : islam
Pantangan keagamaan : tidak ada
Pengaruh agama dalam kehidupan : klien merasa lebih tenang

11. Pola istirahat dan tidur


Dirumah dirumah sakit
Waktu tidur : siang 2 jam waktu tidur : siang 3 jam
Malam 6 jam malam 7 jam
Jumlah tidur : 8 jam jumlah tidur : 10 jam

12. Pemeriksaan Fisik


Gambaran
Tanda Vital Suhu : 36oC Lokasi : axila
Nadi : 7025 x/I teraba lemah
TD : 80/600 mmHg Lokasi : arteri brachialis
RR : 30 x/i
Tinggi badan 169 cm
Berat badan Sebelum masuk RS : 30, rumah sakit : 35
LILA 28,5 cm
Kepala :
Rambut Warna hitam, tidak kasar, dan tidak ada benjolan
Mata Konjungtiva anemis, sklera ikterik, simetris kiri dan
kanan
Hidung Hidung klien simetris, tidak ada gangguan indera
penciuman
Mulut Mulut klien normal, gigi lengkap, tidak ada stomatitis
Telinga Telinga simetris dan telinga elastis
Leher :
Trakea Berada ditengah dan tidak ada benjolan
JVP Terjadi distensi dan nilai JVP 4+4 cmH2O
Tiroid Tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroid
Nodus limfe Tidak ada pembengkakan
Dada I : bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada cepat
Paru P : terjadi nyeri tekanan
P : sonor
A : bronkovesikuler ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung I : jantung membesar, sianosis
P : teraba denyut dengan jelas
P : normal
A : tidak dapat bunyi tambahan
Abdomen I : normal
A : peristaltic permenit
P : normal
P : normal
Ekstremitas Kekuatan otot : normal
Muskuloskeletal / sendi Inspeksi : edema pada kedua kaki
Palpasi : edema
Vaskular perifer : edema
Integumen Inspeksi : kering, ikterus dan muka tampak pucat
Palpasi : jaringan pembuluh darah membengkak di kulit
Neurologi
Status mental / GCS 12
Saraf cranial Normal
Reflek fisiologi Semuanya normal
Reflek patologis Normal
Payudara I : normal
P : normal
Genitalia I : normal
P : normal
Rectal I : normal
P : normal

3.3 Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1. DS : Gangguan Pertukaran Perubahan membrane


- Pasien mengeluh pusing Gas alveolus – kapiler
- Pasien mengatakan penglihatan
kabur

DO :

- Adanya sianosis
- Warna kulit abnormal ( mis pucat,
kebiruan

2. DS : Penurunan Curah Perubahan Afterload


Jantung
- Pasien mengeluh lelah
- Pasien mengatakan dia batuk
- Pasien mengeluh cemas

DO :

- Tekanan darah menurun : 80/60


mmHg.
- Warna kulit pucat dan/ atau
sianosis

3. DS : Intoleransi Aktivias Ketidakseimbangan


- Pasien mengeluh lelah Antara suplai Dan
- Pasien mengeluh merasa tidak Kebutuhan Oksigen
nyaman setelah beraktivitas
- Pasien merasa lemah

DO :

- Tekanan darah berubah


- Adanya sianosis

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler.
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimabngan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

3.5 Intervensi

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan

1. Gangguan  Luaran utama  Intervensi utama


pertukaran gas b.d
 Pertukaran gas  Pemantauan respirasi
perubahan
membran alveolus- Kriteria hasil : Tindakan :
kapiler - Warna kulit o Obseravasi
membaik - Monitior frekuensi irama
- Dispnea menurun kedalaman upaya nafas
- Gelisah menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Pusing menurun - Monitor nilai AGD
- Pola nafas membaik - Monitor pola nafas
- Monitor saturasi oksigen
o Teraupetik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
o Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

2. Penurunan curah  Luaran utama  Intervensi utama


jantung b.d
 Curah jantung  Perawatan jantung
perubahan
afterload. Kriteria hasil : Tindakan:
- Lelah membaik o Observasi
- Dispnea menurun - Identifikasi tanda atau
- pucat/sianosis gejala primer penurunan
menurun curah jantung seperti
- tekanan darah dispnea dan kelelahan
membaik. - Identifikasi tanda atau
- pulmonary atery gejala sekunder penurunan
wedge curah jantung seperti
pressure(PAWP) ronkhi
Membaik basah.oliguria.batuk.kulit
- kekuatan nadi pucat
perifer membaik - Monitor tekanan darah
- central venous - Monitor keluhan nyeri
pressure membaik dada
- monitor nilai laboratorim
jantung
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
beraktivitas
o Teraupetik
- Posisikan pasien semi
fowlee atau fowler
- Berikan diet jantun
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres dan
cemas
o Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertaap
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian

3. Intoleransi aktivitas  Luaran utama  Intervensi utama


b.d
 Toleransi aktivitas  Manajemen energy
ketidakseimabngan
antara suplai dan Kriteria hasil : Tindakan :
kebutuhan oksigen. - Perasaan lemah o Observasi
menurun. - Identifikasi gangguan
- Aritmia saat fungsi tubuh yang
bersktivitas menurun mengakibatkan kelelahan.
- Kekuuatan bagian - Monitor kelelahan fisik dan
tubuh atas dan emosional.
bawah meningkat - Monitor pola jam tidur.
- frekusensi nafas - Monitor lokasi dan
membaik ketidaknyamanan selama
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas
melakukan o Teraupetik
melakukan aktivitas - Berikan aktivitas distraksi
sehari hari Yng menyenangkan.
meningkat - Lakukan latihan rentang
gerak pasif atau aktif
o Edukasi
- Anjurkan tirah baring.
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap.
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

3.6 Implementasi Dan Evaluasi

N Hari/Tgl/Jam N Implementasi Jam Evaluasi Paraf


o o
D
x

1 Selasa 1  Pemantauan 14.00 S:


21 – 07 – 2020 respirasi - Pasien mengeluh
08.00 pusing sudah
Tindakan :
berkurang.
o Obseravasi - Pasien
- Monitior mengatakan
penglihatan kabur
frekuensi irama sudah berkurang.
kedalaman upaya
O:
nafas
- Auskultasi bunyi - Adanya sianosis
Warna kulit
nafas
abnormal ( mis
- Monitor nilai pucat, kebiruan )
AGD sudah mulai
berkurang.
- Monitor pola
nafas A : Masalah teratasi
- Monitor saturasi
oksigen P : Intervensi
o Teraupetik dihentikan.

- Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
o Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan

Selasa 2  Intervensi utama 14.00 S:


21 – 07 – 2020 - Pasien mengeluh
 Perawatan jantung
08.00 lelah telah
Tindakan: berkurang sedikit.
o Observasi - Pasien
mengatakan dia
- Identifikasi tanda
batuk sudah
atau gejala primer berkurang
penurunan curah - Pasien mengeluh
jantung seperti cemas sudah
sedikit berkurang.
dispnea dan
kelelahan O:

- Identifikasi tanda - Tekanan darah


atau gejala menurun : 80/60
mmHg. Sudah
sekunder
sedikit mulai
penurunan curah normal.
jantung seperti - Warna kulit pucat
dan/ atau sianosis
ronkhi
sudah mulai
basah.oliguria.bat berkurang.
uk.kulit pucat
A : Masalah teratasi
- Monitor tekanan sebagian.
darah
P : Intervensi
- Monitor keluhan
nyeri dada dilanjutkan.
- monitor nilai
laboratorim
jantung
- Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum
beraktivitas
o Teraupetik
- Posisikan pasien
semi fowlee atau
fowler
- Berikan diet
jantun
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres
dan cemas
o Edukasi
- Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertaap
- Anjurkan pasien
dan keluarga
mengukur berat
badan harian
Selasa 3  Intervensi utama 14.00 S:
21 – 07 – 2020 - Pasien mengeluh
 Manajemen energy
08.00 lelah berkurang.
Tindakan : - Pasien mengeluh
o Observasi merasa tidak
nyaman setelah
- Identifikasi
beraktivitas sudah
gangguan fungsi membaik.
tubuh yang - Pasien merasa
mengakibatkan lemah berkurang.

kelelahan. O:
- Monitor - Tekanan darah
kelelahan fisik berubah menjadi
dan emosional. normal
- Adanya sianosis
- Monitor pola jam
sudah berkurang.
tidur.
A : Masalah teratasi.
- Monitor lokasi
dan
ketidaknyamanan P : Intervensi
selama dihentikan.

melakukan
aktivitas
o Teraupetik
- Berikan aktivitas
distraksi Yng
menyenangkan.
- Lakukan latihan
rentang gerak
pasif atau aktif
o Edukasi
- Anjurkan tirah
baring.
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap.
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

22 2. Rabu 1  Intervensi utama 1 S:


22 5. - Pasien mengeluh
 Perawatan jantung
22 22 – 07 -2020 0 lelah telah
2 Tindakan: 0 berkurang.
09.00
o Observasi - Pasien mengatakan
dia batuk sudah
- Identifikasi tanda
tidak lagi.
atau gejala primer - Pasien mengeluh
penurunan curah cemas sudah tidak
jantung seperti lagi

dispnea dan O:
kelelahan - Tekanan darah
- Identifikasi tanda menurun : 80/60
atau gejala mmHg. Sudah
sedikit mulai
sekunder
normal.
penurunan curah - Warna kulit pucat
jantung seperti dan/ atau sianosis
sudah mulai
ronkhi
berkurang.
basah.oliguria.bat
A : Masalah teratasi
uk.kulit pucat
- Monitor tekanan P : Intervensi
dihentikan.
darah
- Monitor keluhan
nyeri dada
- monitor nilai
laboratorim
jantung
- Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum
beraktivitas
o Teraupetik
- Posisikan pasien
semi fowlee atau
fowler
- Berikan diet
jantun
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres
dan cemas
o Edukasi
- Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertaap
- Anjurkan pasien
dan keluarga
mengukur berat
badan harian
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP)
adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan
(patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah
besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus
arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan dan
meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum
arteriosum. PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated),
atau disertai kelainan jantung lain. Pada awalnya, PDA mungkin tidak
menimbulkan efek klinis tetapi sesudah melewati waktu tertentu, PDA
menyebabkan penyakit vaskuler pulmoner sehingga gejala PDA muncul pada
usia 40 tahun.

4.2 Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dari makalah ini kedepannya
serta sebagai pembelajaran bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

 Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume
3, EGC, Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing
Process Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia.
Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109
Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376

Anda mungkin juga menyukai