Anda di halaman 1dari 41

SEKOLAHFOREX.WEEBLY .

com

MODUL
3
SEKOLAHFOREX.WEEBLY.COM

SEKOLAHFOREX.WEEBLY .com
Candlest iCk Pat ter n

Kita telah mengenal candlestick chart sebagai salah satu jenis chart yang populer di kalangan para t

rader. Konon, chart jenis ini pertama kali digunakan di Jepang sekitar abad ke -17 untuk

memperhitungkan pergerakan harga beras. Munehisa Homma adalah seorang pedagang beras pada

masa itu yang dianggap sebagai pelopor metode tersebut. Menurut Steve Nison, metode tersebut

kemungkinan dimulai setelah ta hun 1850-an. Steve Nison sendiri adalah salah seorang yang diketahui

mempopulerkan metode analisis menggunakan pola candlestick (candlestick pattern) ke “dunia barat”

melalui bukunya “Japanese Candle stick Charting Techniques”.

Teknik analisis dengan menggunakan candlestick pattern sebenarnya “mengu bah” candlestick menjadi

semacam “indikator”. Dengan mengenali pola -pola tertentu, kita bisa memperkirakan ke mana harga akan

bergerak selanjutnya.

Perlu diingat bahwa pola candlestick biasanya hanya diikuti oleh koreksi jangka pendek saja. Pola

-pola tersebut berguna bagi para trader yang ingin memanfaatkan peluang koreksi. Meskipun

demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa pola candlestick bisa diikuti oleh reversal (pembalikan arah)

untuk jangk a waktu yang lebih panjang.

Pada chapter ini, kita akan mempelajari beberapa pola candlestick yang mudah-mudahan nantinya akan

bisa kita manfaatkan dalam trading.


SINGLE CANDLESTICK PATTERN (POLA DASAR)

Kita mulai dari pola dasar candlestick dulu. Pola-pola dasar yang akan kita bahas adalah marubozu,

long candle, spinning tops, doji, hammer/hanging man dan inverted hammer/shooting star .

a. Marubozu

Marubozu adalah candlestick yang tidak memiliki shadow. Kalaupun ada, shadownya sangat-sangat

pendek sehingga sepintas lalu tidak terlihat. Sebaliknya, body marubozu ini relatif panjang. Kemunculan

mar ubozu menandakan bahwa tekanan bearish atau bullish sangat bes ar pada periode waktu

tersebut.

Ada dua jenis marubozu, yaitu bullish marubozu dan bearish marubozu. Bullish marubozu adalah

marubozu yang berupa candlestick bullish panjang dan tidak memiliki shadow. Sebaliknya, bearish

marubozu adal ah candlestick bearish panjang yang tidak memiliki shadow.

Sekedar mengingatkan, pada umumnya bullish candlestick direpresentasikan dengan warna putih

(kosong) sedangan bearish candlestick direpresentasikan dengan warna hitam. Oleh karena itu bullish

marubozu juga sering disebut sebagai white marubozu, sedangkan bearish marubozu disebut sebagai

black marubozu.
Tadi sudah dikatakan bahwa kemunculan marubozu berarti menandakan bahwa tekanan bearish atau

bullish yang kuat. Dengan demikian, kemunculan bullish marubozu menjadi pertanda bahwa pada saat itu

tekanan bullish sangat kuat. Sebaliknya, kemunculan bearish marubozu menandakan bahwa pada saat itu

tekanan bearish sangat kuat. Oleh karena itu kita perlu berhati -hati jika pola ini muncul.

b. Long Candle

Long candle adalah candlestick yang relatif panjang. Patokan utamanya adalah panjang body -nya. Ada

dua jenis long candle: long bullish candle dan tentu saja long bearish candle. Bedanya dengan

marubozu, long candle masih memiliki shadow yang terlihat dengan jelas.

c. Spinning Tops

Spinning tops adalah candlestick yang memiliki upper shadow dan lower shadow yang panjang

namun memiliki body yang kecil. Warna body dari spinning tops ini tidak terlalu penting, karena

kemunculan pola seperti ini mencerminkan “keragu-raguan pasar”, apakah mau bullish atau bearish.
Body yang kecil itu menggambarkan bahwa sebenarnya kekuatan bullish dan bearish sama besarnya. Itula

h yang dimaksud dengan “keragu-raguan pasar”.

Bila spinning tops ini muncul di ujung sebuah uptrend, maka ada kemungkinan pasar akan berbaik

arah menjadi downtrend. Begitu pula jika spinning tops ini muncul di ujung downtrend, maka ada

kemungkina n akan terjadi pembalikan arah menjadi uptrend.

Namun demikian, spinning tops membutuhkan konfirmasi dari candlestic k berikutnya agar kita bisa

memperkirakan arah pergerakan selanjutnya.

Pada dasarnya spinning tops adalah pola netral. Meskipun spinning tops muncul di ujung uptrend, tida k

serta- merta pembalikan arah akan terjadi. Peluang balik arah akan semakin besar jik a spinning tops yang

muncul di ujung uptrend diikuti oleh candlestick bearish yang cukup panjang. Demikian pula halnya

dengan spinn ing tops yang muncul di ujung downtrend, membutuhkan bullish candlestick sebagai

konfirmasi.
d. Doji

Doji juga merupakan pola netral. Dibutuhkan konfirmasi candlestick berikutnya agar kita bisa

memperkiraka n arah pasar selanjutnya. Bentuk doji ini mirip dengan spinning tops, hanya saja ia

tidak memiliki bod y karena harga open sama dengan harga close-nya. Atau, body-nya sangatlah kecil

sehingga sepintas sulit terlihat dan hanya terlihat sebagai garis yang tipis.

Sama seperti spinning tops, doji juga menggambarkan pertarungan yang seimbang antara bull dengan bea
r.

Ada empat jenis doji, yaitu long-legged doji, dragonfly doji, gravestone doji dan four price doji.

Long-legged doji mudah dikenali dari shadow-nya yang panjang. Yang jelas, kedua shadow dapat

dilihat dengan jelas dan memiliki panjang yang hampir sama, atau paling tidak perbedaan panjangnya

tidak ter lalu jauh.

Dragonfly doji memiliki harga open, close dan high yang sama atau hampir sama. Bentuknya seperti huruf

“T”. Namun ada kalanya letak “body” agak sedikit ke bawah sehingga dragonfly doji ini memiliki bentu

sepe rti salib. Istilah dragonfly ini diambil karena doji ini memiliki bentuk mirip seperti capung.

Gravestone doji memiliki harga open, close dan low yang sama atau hampir sama. Doji ini diberi nama

gravestone karena bentuknya yang mirip batu nisan. Ada kalanya juga posisi “body” agak sedikit ke a
tas sehingga bentuknya menyerupai salib terbalik.
Four price doji merupakan doji yang memiliki harga open, close, high dan low yang sama.

Kemunculan doji biasanya menunjukkan bahwa tekanan bullish atau bearish mulai berkurang. Jadi jika d

oji muncul pada saat uptrend, itu merupakan pertanda bahwa tekanan bullish menurun, sebaliknya

jika doji muncul pada saat downtrend artinya tekanan bearish mulai berkurang. Namun sekali lagi,

diperlukan konfirmasi dari candlestick berikutnya untuk action. Ingat selalu bahwa doji adalah pola

netral.

e. Hammer & Hanging Man

Hammer dan hanging man sebenarnya adalah “saudara kembar”. Keduanya memiliki bentu k yang

sama: sama-sama memiliki body yang mungil dan lower shadow yang panjang. Upper shadow nyaris tidak

terlihat, bahkan hammer/hanging man yang sempurna sama sekali tidak memiliki upper shadow.

Hammer/hanging man yang bagus memiliki lower shadow yang panjanganya minimal 1,5 (satu setengah)

kali panjang body-nya. Beberapa referensi yang lain menyebutkan lower shadow paling tidak dua hingga

tiga kali lebih panjang daripada body-nya.

Yang membedakan hammer dan hanging man adalah lokasinya. Hammer selalu berlokasi di lembah,

sementara hanging man selalu berada di puncak.


Kemunculan hammer merupakan isyarat atau sinyal bullish, sedangkan kemunculan hanging man

merupakan sinyal bearish. Namun munculnya hammer atau hanging man tidak lantas merupakan

sinyal y ang kuat. Hammer akan menjadi sinyal bullish yang kuat jika didukung oleh kemunculan

bullish candle setelahnya . Hanging man pun akan menjadi sinyal bearish yang lebih kuat jika didukung

oleh kemunculan bearish ca ndle setelahnya.

Dalam prakteknya, pola candlestick seringkali digabungkan dengan indikator dan tool analisis yang lain,

seperti stochastic atau Fibonacci retracement.

f. Inverted Hammer & Shooting Star

Inverted hammer dan shooting star juga adalah saudara kembar. Bentuk mereka mirip dengan hammer

dan hanging man yang terbalik. Keduanya memiliki body yang juga imut dan upper shadow yang biasanya

memi liki panjang sekitar 1,5 (satu setengah) hingga tiga kali panjang body -nya. Lower shadow

nyaris tidak terlihat, bahkan bentuk yang sempurna tidak memiliki lower shadow sama sekali.
Disebut inverted hammer jika letaknya berada di lembah, sedangkan jika terlihat di puncak maka

diseb ut sebagai shooting star.

Inverted hammer merupakan sinyal bullish dan membutuhkan konfirmasi candlestick bullish ya ng muncul

setelahnya. Sedangkan shooting star merupakan sinyal bearish yang juga membutuhkan konfirmasi

candlestick bearish yang muncul setelahnya.

DUAL CANDLESTICK PATTERN


Setelah kita mempelajari pola dasar yang merupakan single candlestick pattern , sekarang kita akan

naik setingkat untuk mempelajari dual candlestick pattern . Pola yang akan kita pelajari adalah engulfing,

dark cloud cover, piercing line dan tweezer.

a. Engulfing pattern

Ada dua jenis engulfing pattern, yaitu bullish engulfing dan bearish engulfing. Berdasarkan namanya Anda

tentu sudah bisa menebak implikasi apa yang ditimbulkan oleh kedua pola tersebut.

Gambar di atas memperlihatkan bullish engulfing dan bearish engulfing. Kalau kita lihat, suatu pola

engulfing bisa dikenali ketika ada candlestick yang panjangnya melebihi candlestick sebelumnya. Tapi

tidak cukup hanya “lebih panjang”. Candlestick yang lebih panjang tersebut harus terlihat seolah -olah

“meliputi” candlestick sebelumnya.

Pola bullish engulfing merupakan pola yang mengindikasikan adanya potensi bullish. Pada gambar di atas

terlihat bahwa bullish candlestick yang muncul lebih panjang daripada bearish candlestick sebelumnya .
Harga
low dari bullish candlestick tersebut tidak perlu lebih rendah daripada harga low bearish c andlestick

sebelumnya, namun harga high-nya harus lebih tinggi daripada harga high candlestick sebelumnya. Harga

close dari bullish candlestick tersebut juga sebaiknya lebih tinggi daripada harga high candlestick

sebelumnya, namun hal ini bukan merupakan suatu keharusan.

Bearish engulfing adalah kebalikan dari bullish engulfing. Pola ini mengindikasikan adanya potensi b

earish. Pola ini ditandai dengan kemunculan bearish candlestick yang lebih panjang daripada bullish

candlest ick sebelumnya.

Agar lebih mudah, kita hafalkan saja dengan menggunakan tanda lebih besar (>) dan lebih kecil (<) seperti
ini:

Bullish engulfing:

 Panjang Bullish candlestick > panjang bearish candlestick sebelumnya

 Harga high bullish candlestick > harga high bearish candlestick sebe lumnya

 Harga close bullish candlestick > harga high bearish candlestick sebelumnya (bukan
keharusan)

Bearish engulfing:

 Panjang bearish candlestick > panjang bullish candlestick sebelumnya

 Harga low bearish candlestick < harga low bullish candlestick sebel umnya

 Harga close bearish candlestick < harga low bullish candlestick sebelumnya (bukan keharusan)

b. Harami

Pola harami ini bisa dikatakan kebalikan dari pola engulfing. Hanya saja, pada harami candlestick yang
muncul lebih kecil daripada candlestick sebelumnya.
Perhatikan bahwa bullish harami ditandai dengan kemunculan bullish candlestick yang lebih kecil dari

pada candlestick sebelumnya yang merupakan candlestick bearish. Sedangkan bearish harami ditandai

dengan kemunculan bearish candlestick yang lebih kecil daripada candlestick sebelumnya. Bullish harami

merupakan pola bullish, sedangkan bearish harami merupakan pola bearish.

c. Dark Cloud Cover & Piercing Line

Dark cloud cover dan piercing line juga merupakan pola double candlestick yang cukup populer. Dark

cloud cover merupakan pola bearish, sebaliknya piercing line adalah pola bullish.
Piercing line terjadi di lembah dan merupakan pola bullish seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pola

i ni terdiri dari sebuah candlestik bullish dan sebuah candlestick bearish. Suatu pola bisa disebut sebag ai

piercing line jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Harga low candlestick bullish lebih rendah daripada harga low candlestick bearish sebelumnya.

 Harga close candlestick bullish lebih tinggi daripada harga close candlestick bearish
sebelumnya.

 Panjang body candlestick bullish minimal setengahnya panjang body candlestick bearish
sebelumnya.

Dark cloud cover terjadi di puncak dan merupakan pola bearish. Persyaratan pola ini adalah sebagai
berikut:

 Harga high candlestick bearish lebih tinggi daripada harga high candlestick bullish sebelumnya.

 Harga close candlestick bearish lebih rendah daripada harga close candlestick bullish sebelumnya.

 Panjang body candlestick bearish minimal setengahnya panjang body candlestick bullish sebelumnya.

d. Tweezer

Ada dua macam pola tweezer, yaitu tweezer top dan tweezer bottom. Pola ini merupakan pola yang

cukup jarang muncul. Kata tweezer bisa berarti “penjepit” jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Kono n, nama ini diberikan karena bentuk pola ini mirip dengan penjepit.
Mudah saja mengenali pola ini. Tweezer bottom merupakan bentuk hammer yang berdampingan,

sedangkan tweezer top merupakan inverted ha mmer (shooting star, karena berada di atas) yang

berdampingan.

TRIPLE CANDLESTICK PATTERN

Pola candlestick yang juga populer adalah pola candlestick yang terdiri atas tiga buah candlestick. Kita

akan membahas pola triple candlestick yang populer saja.

a. Morning star & evening star

Kita mulai dari pola triple candlestick yang paling populer, yaitu morning star dan evening star. Pola-

pola ini populer karena kemunculannya biasanya diikuti oleh koreksi yang lebih panjang daripada pola

-pola yang lain.

Morning star merupakan indikasi bullish, sedangkan evening star memiliki indikasi bearish.

Morning star dapat kita kenali memiliki ciri -ciri sebagai berikut:
1. Candlestick pertama merupakan candlestick bearish, yang mana adalah bagian dari sebuah
downtrend.
2. Candlestick ke-dua adalah candlestick yang memiliki body yang lebih kecil, bisa merupakan

candlestick bullish ataupun bearish. Hal ini menunjukkan bahwa mulai ada “keragu -raguan” di

pasar.

3. Candlestick ke-tiga adalah candlestick bullish yang lebih panjang daripada candlestick ke-dua.

Panjangnya tidak perlu sama dengan candlestick pertama, namun posisi harga close -nya

harus melebihi setengah dari body candlestick pertama. Inilah konfirmasi terbentuknya pola

morning star.

Nah, kalau evening star merupakan kebalikan dari morning star tadi:

1. Candlestick pertama merupakan candlestick bullish, yang mana adalah bagian dari sebuah uptrend.

2. Candlestick ke-dua adalah candlestick yang memiliki body yang lebih kecil, bullish ataupun bearish

tidak penting.

3. Candlestick ke-tiga adalah candlestick bearish yang lebih panjang daripada candlestick ke
-dua.

Panjangnya tidak perlu sama dengan candlestick pertama, namun posisi harga close -nya

harus melebihi setengah dari body candlestick pertama. Inilah konfirmasi terbentu knya pola

evening star.

Ada kalanya candlestick yang ke-2 adalah sebuah doji. Nama polanya pun akan dimodifikasi menjadi

morning doji star atau evening doji star.

b. Three white soldiers & three black crows


Pola three white soldires adalah tiga buah candlestick bullish yang muncul berurutan pada saat

downtrend, yang merupakan sinyal bullish. Pola ini merupakan salah satu pola yang dianggap sinyal

bullish yang kuat, terutama jika muncul pada saat downtrend memasuki fase konsolidasi. Fase konsolida si

dalam sebuah tren sendiri adalah ketika harga cenderung bergerak sideways.

Candlestick yang pertama dalam pola ini tentunya adalah sebuah candlestick bullish. Candlestick ke -2

haruslah juga sebuah candlestick bullish yang body-nya lebih panjang daripada candlestick pertama.

Selain itu, jarak antara harga close dan high candlestick yang ke-2 ini juga tidak boleh terlalu jauh. Upper

shadow -nya harus sangat pendek atau tidak ada sama sekali.

Pola ini akan lengkap dengan kemunculan candlestick ke-3 yang panjangnya paling tidak sama

dengan candlestick ke-2 atau lebih panjang. Shadow-nya juga harus sangat pendek atau tidak ada sama

sekali. Akan semakin baik jika candlestick yang ke-3 adalah sebuah white marubozu.

“Lawan” dari three white soldiers adalah three black crows. Pola tersebut adalah pola bearish, yang

merupakan kemunculan tiga candlestick bearish secara berurutan pada saat uptrend.

Candlestick yang pertama dalam pola ini adalah sebuah candlestick bearish. Candlestick ke -2 haruslah

juga sebuah candlestick bearish yang body-nya lebih panjang daripada candlestick pertama. Lower

shadow -nya harus sangat pendek atau tidak ada sama sekali.

Konfirmasi pola ini adalah kemunculan candlestick ke-3 yang panjangnya paling tidak sama dengan

candlestick ke-2 atau lebih panjang. Shadow-nya juga harus sangat pendek atau tidak ada sama sekali.

Jika candlestick yang ke-3 adalah sebuah black marubozu, maka pola ini akan semakin bagus.
Nah, cukup di sini dulu pembahasan kita mengenai pola candlestick. Sebenarnya masih banyak pola

candlestick yang tidak dibahas di sini, karena kita hanya membahas pola yang sering muncul dan popul er

saja.

Pr ice Pat ter n

Pattern artinya pola. Dengan demikian, price pattern artinya lebih kurang adalah pola yang muncul

dari pergerakan harga. Inilah implementasi dari salah satu prinsip dasar analisis teknikal yang berbunyi

history repeats it self (sejarah selalu berulang). Ternyata, dari masa ke masa para trader menyadari bahwa

pergerakan harga membentuk pola-pola tertentu yang cenderung berulang. Berdasarkan “pengalaman

sejarah” itulah maka para trader di kemudian hari bisa memperkirakan pergerakan harga selanjutnya

ketika sebuah pola muncul.

Pada dasarnya ada dua jenis pattern, yaitu reversal pattern dan continuation pattern.

Reversal pattern adalah suatu pola yang mengisyaratkan akan adalanya “pembalikan” arah tren. Jika

pada saat uptrend atau downtrend kemudian pola ini muncul, maka diperkirakan harga akan

bergerak berlawanan dengan arah tren sebelumnya.

Continuation pattern merupakan pola yang memberikan indikasi bahwa harga akan cenderung

meneruskan pergerakan sesuai dengan tren sebelumnya. Misalnya, kalau pola ini muncul pada saat

uptrend maka set elah pola ini “terkonfirmasi” maka harga cenderung akan bergerak naik meneruskan

uptrend ters ebut. Demikian pula jika pola ini muncul pada saat downtrend, maka harga pun akan

cenderung akan turun meneruskan downtrend tadi.


Kita akan memulai pembahasan kita dari reversal pattern terlebih dahulu.
Reversal pattern

Double top & double bottom

Kita akan memahami kata “top” sebagai “puncak” dan “bottom” sebagai “lembah” . Dengan demikian,

“double top” artinya adalah “dua puncak” sedangkan “double bottom” artinya adalah “dua lembah”.

Pola double top dan double bottom memang terlihat seperti dua pu ncak dan dua lembah yang

berdampingan. Kedua pola ini cukup mudah dikenali dan juga memiliki akurasi yang cukup tinggi.

Gambar di atas adalah ilustrasi dari pola double top. Pola ini biasanya muncul di ujung uptrend dan

memiliki indikasi bearish. Perhatikan bahwa ada enam titik yang ditandai pada gambar tersebut. Kita bisa

mengatakan bahwa ada potensi akan terbentuk pola double top jika harga telah bergerak turun dari

titik (3). Ing at, baru potensi. Ketika titik (4) tembus, barulah kita bisa mengatakan ba hwa pola double top

sudah terbentuk, dengan kata lain: “terkonfirmasi”. Perhatikan pula bahwa konfirmasi double top ini

sebenarnya adalah tembus nya garis ”base” .


Jika pola tersebut sudah ter -“konfirmasi”, maka pergerakan harga selanjutnya adalah potensial

bearish. Gambar panah menunjukkan potensi jauhnya potensi bearish yang mungkin terjadi. Jarak yang

mungkin ak an ditempuh pergerakan harga adalah sejauh level puncak ke base. Jadi jika misalnya jarak

antara level puncak ke base adalah 100 pips, maka harga akan berpotensi turun 100 pips juga setelah

base ditembus.

Namun ada kalanya pullback akan terjadi kembali ke area base sebelum target pergerakan bearish

tecapai. Biasanya, pullback berpotensi akan terjadi ketika harga sudah “setengah jalan” menuju target.

Jika seandainya target pergerakan adalah 100 pips, maka biasanya pullback akan berpotensi terjadi ketika

harga sudah turun sekitar 50 – 60 pips setelah base tembus. Namun jika pullback yang terjadi

“kebablasan” hingga tembus lagi ke atas base, maka pola ini dikatakan sudah tidak valid lagi atau

fail (gagal).

Double bottom secara sederhana adalah kebalikan dari double top. Pola ini biasa muncul di ujung

downtrend dan memiliki indikasi bullish. Ketika base tembus dan pola ini terkonfirmasi, maka harga

berpotensi bullish, Cara memperkirakan target peregerakan bullish -nya sama persis dengan double top,

hanya saja arahnya ke atas. Double bottom dikatakan fail jika pullback yang terjadi berlanjut hingga
tembus k embali ke bawah base.

Triple top & triple bottom


Kedua pola ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan double top dan double bottom. Hanya saja,

triple top memiliki tiga puncak dan triple bottom memiliki tiga lembah. Cara mengenali konfirmasinya

pun sama, yaitu tembusnya garis base. Demikian juga dengan cara memperkirakan target pergerakan

setelah pola tersebut terkonfirmasi.

Di bawah ini adalah ilustrasi dari triple top dan triple bottom.
Dari kedua gambar di atas terlihat bahwa ada kemungkinan pullback akan terjadi ke base dari titik (7),

namun perlu diingat bahwa pullback semacam ini (meskipun cukup sering) tidak selalu terjadi. Selalu,

jika base tembus lagi pada saat pullback.

Catatan: ketiga titik lembah atau puncak tidak harus berada pada level yang sama persis, namun

perbedaannya juga tidak boleh terlalu signifikan. Dengan kata lain, jika dilihat sekilas, ketiga tit ik

lembah tersebut terlihat selevel. Demikian juga pada pola double top dan double bottom, level puncak dan

lembahnya tidak harus sama persis.

Head and shoulders & inverse head and shoulders

Pola ini juga merupakan pola reversal yang cukup populer karena akurasinya yang cukup tinggi. Dinama

kan head and shoulders karena memang bentuk polanya seolah-olah membentuk kepala dan bahu.

Terkadang pola ini sering di-“salahpersepsikan” sebagai triple top atau triple bottom, namun ada

faktor kunci yang membedakan pola ini dengan triple top atau triple bottom.

Mari kita perhatikan pola dasar head and shoulders di bawah ini:
Kalau kita perhatikan dengan seksama, terlihat bahwa titik (3) pola ini lebih tinggi daripada titik (1)

dan (5). Pada pola triple top, ketiga titik ini cenderung selevel. Titik puncak yang lebih tinggi itula h yang

menjadi head- nya, sementara titik (1) dan (5) adalah titik shoulders-nya.

Pola head and shoulders ini menjadi pola reversal bearish jika muncul di ujung sebuah uptrend. Konfi

rmasinua adalah ketika garis neckline sudah tembus (titik ke-6). Jika pola ini sudah terkonfirmasi, maka

harga cenderung akan bergerak turun sejauh jarak dari puncak head ke neckline. Pada gambar di atas,

direpresentasikan dengan panah merah.

Pullback juga sering (ingat: tidak selalu) terjadi kembali ke area neckline sebelum harg a kembali

bergerak turun untuk mencapai target pergerakan harga. Pola ini dikatakan fail jika pullback terjadi hingga

tembus ke atas neckline.

Kebalikan dari pola head and shoulders adalah pola inverse head and shoulders. Pola ini merupakan

pola reversal bullish yang biasanya muncul di ujung sebuah downtrend. Konfirmasinya sama persis

dengan head and shoulders. Jika pola ini sudah terkonfirmasi, maka harga cenderung akan bergerak naik

sejauh jarak dari puncak head ke neckline.

Gambar berikut ini akan membantu untuk menjelaskan pola inverse head and shoulders:
CONTINUATION PATTERN

Triangles

Dari namanya, Anda mungkin sudah bisa mengira-ngira bentuk pola ini. Ya, pola ini memang memiliki

bentuk yang mirip dengan segitiga. Pola ini terjadi karena pasar bergerak sideways dan pertarungan

antara bull dan bear seimbang, sehingga akhirnya grafik pergerakan harga mengerucut dan

membentuk mirip segitiga.

Ada tiga jenis triangle:

 Symmetrical triangle

 Ascending triangle

 Descending triangle

Kita akan bahas satu per satu mulai dari symmetrical triangle.

Symmetrical triangle

Meskipun artinya adalah segitiga simetris, namun pada kenyataannya bentuknya tidaklah selalu simetris.

Symmetrical triangle adalah pola triangle yang memiliki garis support (lower line) dan resistance (upper

line) yang konvergen (kemiringannya berlawanan menuju satu titik). Agar lebih m udah dipahami,

mari kita lihat gambar di bawah ini:


Dari gambar di atas kita bisa melihat bahwa pola ini terbentuk ketika pasar sedang bergerak sideways

setelah mengalami “rally” bullish. Istilahnya adalah “berkonsolidasi”. Contoh di atas memperlihatkan

sebuah symmetrical triangle yang terbentuk pada saat uptrend.

Sebuah symmetrical triangle paling tidak harus memiliki empat reversal point (titik pembalikan) yang terdiri

dari dua titik puncak dan dua titik lembah. Gambar di atas memperlihatkan sebuah symmetrical triangle

yang memiliki enam reversal point, yaitu titik 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Konfirmasi dari pola ini adalah tembu

snya upper line (garis bagian atas). Ketika pola ini sudah terkonfirmasi maka pergerakan selanjutnya

adalah naik. Cara memperkirakan targetnya adalah dengan berpatokan pada baseline dari symmetrical

triangle tersebut, yaitu jarak dari A ke titik 1. Jadi, kalau misalnya baseline -nya sepanjang 100 pips, maka

pergerakan selanjutnya pun diperkirakan akan sejauh 100 pips.

Cara lain yang bisa dipergunakan untuk memperkirakan target pergerakan adalah dengan menarik garis y

ang sejajar dengan lower line, di mana garis tersebut dimulai dari titik 1.

Sebagaimana pola yang lain, pullback kemungkinan bisa saja akan terjadi. Pada gambar di atas

terlihat pullback terjadi dari titik 7 kembali ke titik 8 yang berada di area upper line.
Jika kita perhatikan lagi, garis upper line dan lower line bertemu di satu titik. Titik tersebut kita sebut

sebagai apex. Kita perlu memperhatikan apex tersebut karena tembusnya upper line yang merupakan

konfirmasi dari pola symmetrical triangle tidak boleh terlalu dekat dengan apex.

Sebagai aturan umum, harga harus sudah menembus upper line pada jarak kira-kira 2/3 (dua-per-

tiga) hingga ¾ (tiga-per-empat) dari panjang polanya. “Panjang pola” yang dimaksud adalah jarak dari

baseline ke apex. Jadi, kalau penembusan terjadi kurang dari 2/3 atau lebih dari ¾ panjang pola,

kemungkinan bes ar tidak valid.

Selain terjadi pada saat uptrend, symmetrical triangle juga bisa terjadi pada saat downtrend. Sebena rnya

sama saja, hanya saja posisinya berada di bawah. Kalau pada contoh di atas kita menantikan tembusnya

uppe r line sebagai konfirmasi dan harga cenderung akan bergerak naik, maka jika polanya terjadi pada

saat downtrend kita akan menantikan tembusnya lower line dan harga cenderung akan bergerak

turun. Hanya itu perbedaannya.

Ascending triangle
Pada dasarnya, ascending triangle tidak jauh berbeda dengan symmetrical triangle dari sisi

menganalisanya. Perbedaan kedua pola tersebut hanya pada bentuknya.

Ascending triangle merupakan continuation pattern yang biasanya muncul pada saat uptrend.

Kemunculan pola ini merupakan pertanda bahwa tekanan bullish semakin melebihi tekanan bearish

secara bertahap.

Seperti halnya symmetrical triangle, pola ascending triangle juga minimal harus memiliki empat rever sal

point. Gambar di atas menunjukkan ascending triangle yang memiliki enam reversal point. Konfirmasi

dari p ola tersebut adalah tembusnya upper line yang kemudian berpotensi untuk diikuti oleh pergerakan

bullish. Cara memperkirakan target pergerakan harga juga mirip dengan symmetrical triangle, hanya saja

baseline -nya bukan berpatokan pada titik 1, melainkan ber patokan pada titik 2.

Meskipun pada dasarnya ascending triangle adalah continuation pattern, namun ia juga bisa menjadi re

versal pattern jika terjadi pada saat downtrend. Pada keadaan seperti itu, tembusnya upper line

merupakan konfirmasi bahwa ascending t riangle merupakan pola reversal. Perhatikan gambar

berikut untuk
mempermudah pemahaman kita:
Pola seperti ini populer dengan nama ascending triangle bottom.

Descending triangle

Kita sudah membicarakan symmetrical triangle dan ascending triangle. Sepertin ya kita sudah tidak

akan kesulitan lagi untuk memahami jenis triangle yang ke -3, yaitu descending triangle.

Sederhana saja, descending triangle adalah kebalikan dari ascending triangle. Sederhana kan? Dengan

demikian, kalau ascending triangle adalah pola bullish, maka descending triangle adalah pola

bearish. Descending triangle merupakan continuation pattern yang muncul pada saat downtrend.
Descending triangle juga bisa berubah menjadi pola reversal jika muncul pada saat uptrend.

Namanya mengalami modifikasi menjadi descending triangle top. Jadi ceritanya akan seperti pada

gambar di bawah ini:

Flag & pennant

Kita akan membicarakan flag terlebih dahulu. Flag sebenarnya adalah channel kecil yang muncul setelah

rally. Arah channelnya berlawanan dengan arah rally-nya. Jadi, jika ada down channel kecil yang muncul

setelah rally bullish, itu disebut sebagai bullish flag. Sebaliknya, up channel kecil yang muncul setelah

rally bearish disebut dengan bearish flag.

Mari kita perhatikan gambar berikut:


Ya, begitulah bentuk dasar flag. Sekarang kita sudah tahu mengapa pola ini disebut sebagai flag: kar

ena bentuknya mirip dengan bendera (flag) dan tiangnya (flagpole). Flag direpresentasikan oleh

channel kecil sedangkan flagpole-nya adalah titik a ke b yang terlihat pada gambar di atas.

Pada bearish flag, tembusnya lower line dari up channel adalah konfirmasinya. Harga cenderung

akan bergerak turun jika bearish flag sudah terkonfirmasi.

Sebaliknya, pada bullish flag, konfirmasinya adalah tembusnya upper line dari down channel.

Proyeksi pergerakan harga selanjutnya adalah bullish jika bullish flag telah terkonfirmasi.

Cara menentukan target pergerakan harga juga sederhana. Kita cukup mengukur panjang flagpole-nya

saja. Sepanjang flagpole itulah jarak yang term ungkinkan untuk ditempuh oleh pergerakan harga.

Misalnya, jika panjang flagpole-nya adalah 100 pips, maka harga cenderung akan bergerak sejauh 100

pips setelah pola flag - nya terkonfirmasi.

Tetapi pada prakteknya, kebanyakan trader berhenti (menutup posisin ya) setelah harga bergerak

“setengah jalan” sebelum mencapai target. Misalnya jika target adalah sejauh 100 pips, maka mereka

cenderung u ntuk berhenti di 50 – 60 pips.

Syarat umum dari flag adalah sebagai berikut:

1. Terjadi rally sebelum channel kecil terbentuk.

2. Channel yang terjadi arahnya harus berlawanan dengan arah rally sebelumnya.

3. Panjang channel (flag) paling tidak sepertiga panjang flagpole.


OK, kita akan membahas pennant sekarang. Pennant pada dasarnya adalah pengembangan dari

pola symmetrical triangle. Hanya saja, pennant didahului oleh rally yang panjang dan cukup curam. Bisa

dikatakan bahwa pennant merupakan hasil kawin silang antara symmetrical triangle dengan flag.

Oleh karena pennant mirip dengan symmetrical triangle dan flag, maka dengan sendir inya aturan-aturan

yang berlaku pada symmetrical triangle dan flag juga berlaku pada pennant.

Di bawah ini adalah ilustrasi yang menggambarkan bentuk pennant.

Wedge formation

Wedge hampir mirip dengan pennant. Hanya saja, kemiringan kedua garis segitiga -nya searah, dalam arti

keduanya mengarah ke atas atau ke bawah. Derajat kemiringannya memang berbeda, namun searah.

Gambar di bawah ini akan memperjelas definisi wedge.


Kita bisa mengenali wedge denan memeprhatikan kemiringannya yang mengarah ke atas ata u ke bawah.

Sebagai aturan umum; hampir mirip dengan flag; kemiringan wedge sebagai continuation pattern arahnya

berlawanan dengan tren yang sedang berlangsung. Dengan demikian, falling wedge adalah pola bullish

sedangkan rising wedge adalah pola bearish.

Catatan:

Meskipun pada dasarnya wedge adalah pola continuation, namun wedge bisa juga berfungsi sebagai pola

reversal, akan tetapi kejadian ini jarang terjadi. Falling wedge bisa menjadi pola reversal bullish jika terjadi

di ujung sebuah dowtrend. Sebaliknya, jika rising wedge muncul pada saat uptrend, maka ia bisa jadi

akan menjadi pola reversal bearish.

Rectangle formation

Rectangle formation memiliki banyak nama, namun pola ini sangat mudah dikenali. Pola ini

merepresentasikan jeda yang terjadi di mana harga bergerak sideways di antara dua garis horizontal yang

sejajar.
Rectangle terkadang disebut sebagai trading range atau area kongesti. Apa pun namanya, pola ini

merepresentasikan periode konsolidasi pada sebuah tren, dan biasanya dilanjutkan dengan pergerakan

yang searag dengan tren sebelumnya.

Sebuah rectangle minimal harus memiliki empat reversal point. Pada contoh gambar di atas, kita bisa

melihat contoh rectangle yang memiliki enam reversal point. Konfirmasi bullish rectangle adalah

pecahnya gar is resistance atau upper line, sedangkah konfirmasi bearish rectangle adalah tembusnya

garis support atau lower line.

Continuation head and shoulders pattern

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai pola head and shoulders sebagai pola reversal. Pada

pola continuation head and shoulders, pola yang terbentuk benar-benar sama persis dengan pola

head and shoulders. Yang membedakan adalah poin-poin berikut ini:

1. Pola head and shoulders muncul pada saat downtrend. Tembusnya neckline merupakan konfirmasi

pola continuation head and shoulders.


2. Pola inverse head and shoulders muncul pada saat uptrend. Tembusnya neckline merupakan

konfirmasi pola continuation inverse head and shoulders.

Jadi tidak perlu bingung. Yang perlu kita ingat hanyalah bahwa pola inverse head and shoulders

memiliki implikasi bullish, sedangkan pola head and shoulders memiliki implikasi bearish, terlepas dari

pada saat tren apa pola tersebut muncul.

Anda mungkin juga menyukai