Tingkat 1B Kebidanan
TAHUN 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas Ridho-Nya, kami masi
h diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah Etikolegal dalam
Praktik Kebidanan ini dengan judul “Kode Etik Profesi Kebidanan”. Tidak lupa k
ami berterimakasih kepada Ibu Rosita Syarifah, S. SiT, M. Keb selaku dosen pen
gampu mata kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan yang sudah membimbing
dan memberikan tugas ini kepada kami.
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat membantu para pembaca d
alam memahami prosedur dasar Kode Etik Profesi Kebidanan. Tidak lepas dari se
mua itu, tentu makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami se
laku penyusun makalah membuka lebar segala kritik maupun saran yang diberika
n demi memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..18
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat
agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
manusia.
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ”ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
1
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya,
yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan
juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang
dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan
memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab
moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika dan
selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan
masalah etika.
2
1.4 Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan mengenal lebih dalam tentang kode etik
profesi kebidanan
2. Agar mahasiswa mampu menerapkan kode etik profesi kebidanan terhadap
pasien
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
5
Peran utama bidan adalah memberikan asuhan kebidanan kepada klien.
Kewenangan merupakan unsur penting dalam pelayanan kebidanan, dalam
kewenangan maka ada tanggung jawab dan akuntabilitas. Tanggungjawab adalah
kewajiban menanggung atau memikul segala – galanya yang menjadi tugas
dengan segala akibat dari tindakan yang baik maupun yang buruk. Akuntabilitas
berarti bidan bertanggungjawab secara profesional dan legal atas pelayanan yang
diberikan oleh bidan.
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena
lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu,
selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di
masyarakat, bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman
bersikap / bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan
kebidanan.
6
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Berikut
merupakan prinsip Etika Profesi :
1.Tanggung Jawab
2.Keadilan
3.Otonomi
7
Bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan menggunakan prinsip sebagai
berikut Prinsip kerja bidan adalah:
8
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang di milikinya .
Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
9
Kewajiban untuk menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi :
Setiap bidan menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
10
kesehatan dan di dasarkan atas hubungan yang saling menguntungkan dengan
penuh hormat, percava dan bermartabat bagi seluruh anggota masyarakat
Operasionalisasi kode etik kebidanan dibagi :
Hubungan dengan perempuan sebagai klien
Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan
pilihanya
Bidan bekerja dengan perempuan, mendukung hak mereka untuk
berpartisipasi aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri mereka dan
kesehatan perempuan serta keluarga di masyarakat
Bidan bekerjasama dengan perempuan, pemerintah dan lembaga donor untuk
menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas
dan ketersediaan.
Bidan dalam profesinya mendukung dan saling membantu dengan yang lain,
secara aktif manjaga diri dan martabat mereka sendiri.
Bidan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain, berkonsultasi dan
melakuakan rujukan bila perempuan memerlukan asuhan diluar kompetensi
bidan
Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memberikan pelayanan
dan secara aktif memecahkan konflik yang ada
Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manuasia bermoral termasuk
tugas untuk menghormati diri sendiri dan menjaga nama baik.
Praktek Kebidanan
Bidan memberikan asuhan bagi perempuan dan keluarga yang mengasuh
anak, dengan rasa hormat atas keberagaman budaya dan berupaya untuk
menghilangkan praktek yang berbahaya (mis. Praktek sunat perempuan)
Bidan memberikan harapan nyata suatu persalianan bagi perempuan di
masyarakat dengan harapan minimal tidak ada perempuan yang menderita
akibat konsepsi atau persalinan.
11
Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi untuk menjamin persalinan
aman
Bidan merespon kebutuhan psikologi, fisik, emosi dan spiritual perempuan
yang mencari pelayanan kesehatan , apapun kondisinya
Bidan bertindak sebagai Role Model (panutan) dalam promosi kesehatan
untuk perempuan sepanjang siklus hidupnya, untuk keluarga dan untuk
profesi kesehatan lainnya.
Bidan secara aktif mengembangkan intelektual dan profesi sepanjang karir
kebidanan, memadukan pengembanhgan ini kedalam praktek mereka.
12
2.5 Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Etika Profesi
Majelis pertimbangan etika profesi adalah majelis pembinaan dan
pengawasan etik pelayanan medis (MP2EPM), yang meliputi:
1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982.
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan
terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
2. Peraturan pemerintah Ni.1 tahun 1988 Bab V pasal 11
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh mentri kesehatan atau pejabat
yang ditunjuk.
3. Surat keputusan mentri kesehatan No,640/Menkes/Per/x/1991,Tentang
pembentukan MP2EPM
13
4. MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus
persoalan etik tenaga kesehatan.
Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma etiaka dan agama. Tetapi
apabila ada kesalahan dan menimbulkan konflik etik maka diperlukan wadah
untuk menentukan standar profesi,prosedur yang baku dan kode etik yang
disepakati, maka perlu dibentuk majelis etika bidan, yaitu MPEB dan MPA.
14
Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk
memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan
penerima pelayanan.
Lingkup majelis etika kebidanan meliputi:
a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan
bidan (Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002. sekarang kepmenkes
369/Menkes/SK/III/2007
b. Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan
praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi.apakan pelaksanaan praktik
bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan, Standar Profesi dan Standar
Pelayanan Kebidanan,juga batas-batas kewenangan bidan.
c. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik bidan.
15
2. Sekretaris merangkap anggota.
3. Anggota Majelis Etik Bidanan
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu
yang abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian
filsafat dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami
secara relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang secara
umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi
kebidanan membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan
peran dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan
pada kode etik dan standar profesi.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah kami ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
PP IBI. (2004) Etika dan Kode Etik Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia.
Setiawan. (2010) Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info Me
Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Jogjakarta:
Mitra Cendikia.
18
LEMBAR PERSETUJUAN
19