Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“ Kode etik Profesi Kebidanan “

Disusun Guna Memenuhi Tugas Etikologi Dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampu : Rosita Syarifah, S. SiT, M. Keb

Disusun oleh : Kelompok 3

Tingkat 1B Kebidanan

Anisa Laili Janah : P17124020044

Shafira Fitri M : P17124020075

Tasya Rasyidatul R : P17124020076

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas Ridho-Nya, kami masi
h diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah Etikolegal dalam
Praktik Kebidanan ini dengan judul “Kode Etik Profesi Kebidanan”. Tidak lupa k
ami berterimakasih kepada Ibu Rosita Syarifah, S. SiT, M. Keb selaku dosen pen
gampu mata kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan yang sudah membimbing
dan memberikan tugas ini kepada kami.
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat membantu para pembaca d
alam memahami prosedur dasar Kode Etik Profesi Kebidanan. Tidak lepas dari se
mua itu, tentu makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami se
laku penyusun makalah membuka lebar segala kritik maupun saran yang diberika
n demi memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 12 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Bidan……………………………...4

2.2 Etika Profesi Kebidanan……………………………………………………6

2.3 Kode Etik Profesi Bidan Nasional…………………………………………8

2.4 Kode Etik Profesi Bidan Internasional……………………………………10

2.5 Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Etik Profesi…………………….13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….17

3.2 Saran ……………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..18

LEMBAR PERSETUJUAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat
agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
manusia.
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ”ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia
untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.

1
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya,
yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan
juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang
dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan
memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab
moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab  moral  disebut etika dan
selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan
masalah etika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam pelayanan kebidanan ?
2. Apa pengertian etika profesi kebidanan ?
3. Apa yang dimaksud kode etik profesi bidan nasional ?
4. Apa yang dimaksud kode etik profesi bidan internasional ?
5. Bagaimana peran dan fungsi majelis pertimbangan etik profesi bidan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam
pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui pengertian etika profesi kebidanan
3. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi bidan nasional
4. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi bidan internasional
5. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi majelis pertimbangan etik
profesi bidan

2
1.4 Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan mengenal lebih dalam tentang kode etik
profesi kebidanan
2. Agar mahasiswa mampu menerapkan kode etik profesi kebidanan terhadap
pasien

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Bidan dalam Pelayanan


Kebidanan

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan


kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
Menurut Berten hak adalah klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang
satu terhadap yang lain. Hak itu mengandung suatu individualisme yang
merugikan solidaritas dalam masyarakat. Tidak bisa disangkal bahwa hak –
hak manusia mempunyai ciri individual. Dalam kehidupan hak mempunyai
peranan antara lain dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam
konflik seseorang dengan kelompok, memberikan pembenaran pada suatu
tindakan, dan untuk menyelesaikan masalah.

Hak bidan antara lain :

1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas


sesuai dengan profesinya.
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat / jenjang pelayanan kesehatan.
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien / klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
6. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.

4
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

Kewajiban merupakan tugas yang harus dijalankan oleh setiap manusia


untuk mempertahankan dan membuka haknya. Keadilan adalah pelaksanaan
dari keseimbangan antara hak dan kewajibannya.

Adapun kewajiban bidan adalah sebagai berikut:

1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan


hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana
pelayanan dimana dia bekerja.
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuuai dengan
standar profesi dengan menghormati hak – hak pasien.
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh
suami atau keluarga.
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya.
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien.
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang
akan dilakukan serta risiko yang mungkin dapat timbul.
8. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed Consent) atas
tindakan yang akan dilakukan.
9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10. Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal dan non
formal.
11. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara
timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.

5
Peran utama bidan adalah memberikan asuhan kebidanan kepada klien.
Kewenangan merupakan unsur penting dalam pelayanan kebidanan, dalam
kewenangan maka ada tanggung jawab dan akuntabilitas. Tanggungjawab adalah
kewajiban menanggung atau memikul segala – galanya yang menjadi tugas
dengan segala akibat dari tindakan yang baik maupun yang buruk. Akuntabilitas
berarti bidan bertanggungjawab secara profesional dan legal atas pelayanan yang
diberikan oleh bidan.

Tanggung jawab bidan adalah sebagai berikut :


1. Bidan memiliki tanggung jawab untuk mendapat dan mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan sebagai bidan.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan bertanggungjawab memberi
pelayanan kepada klien secara optimal.
3. Bidan sebagai pembela klien melindungi hak asasi dari klien jika
dibutuhkan.
4. Bidan sebagai pendidik mengadakan konseling dengan klien.
5. Bidan sebagai komunikator mengadakan komunikasi secara baik dengan
sesama bidan, klien, dan keluarga.

2.2 Etika Profesi Kebidanan

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena
lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu,
selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di
masyarakat, bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman
bersikap / bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan
kebidanan.

Etika profesi menurut Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah


sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam

6
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Berikut
merupakan prinsip Etika Profesi :

1.Tanggung Jawab

2.Keadilan

3.Otonomi

Dalam pemberian layanan kebidanan, bidan haruslah berlandaskan pada


fungsi dan moralitas pelayanan kebidanan yang meliputi :

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien


2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan
yang merugikan atau membahayakan orang lain.
3. Menjaga privacy setiap individu.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan
apa alasannya.
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah.
7. Menghasilkan tindakan yang benar.
8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya.
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku / perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
10. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik.
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik.
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun
tata cara di dalam organisasi profesi.
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
yang biasa disebut kode etik profesi

Pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan :

7
Bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan menggunakan prinsip sebagai
berikut Prinsip kerja bidan adalah:

1. Kompeten dalam pelayanan kebidanan.


2. Praktek berdasarkan fakta / evidance based.
3. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
4. Pemakaian teknologi secara etis.
5. Memahami perbedaan budaya dan etnik.
6. Memberdayakan / mengajarkan untuk promosi, informed choice dan ikut
serta dalam pengambilan keputusan.
7. Sabar tapi rational, advokasi.
8. Bersahabat dengan perempuan, keluarga dan masyarakat.

2.3 Kode Etik Bidan Nasional


Kode Etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya dimasyarakat.
Secara umum kode etik tersebut berisi :
Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat           
Kewajiban untuk memperioritaskan kebutuhan dan menghormati norma
yang berlaku dimasyarakat:
 Setiap bidan senantisasa menunjang tinggi ,menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya.dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh  dan memelihara citra bidan .
 Setiap badan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien ,keluarga dan
masyarakat .
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat .

8
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang di milikinya .
 Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

Kewajiban Bidan terhadap Tugas


        Kewajiban untuk menyediakan asuhan bagi perempuan dan keluarga yang
sesuai dengan kompetensi bidan, melakukan konsultasi dan rujuk ketika klien
membutuhkan asuhan diluar kompetensi bidan dan menjaga kerahasiaan informasi
klien untuk melindungi hak pribadi kecuali bila diminta oleh pengadilan :

 Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripura kepada klien


,keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang di
milikinya berdasarkan kebutuhan klien,keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi atau rujukan .
 Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau di
percayakan kepadanyan ,kecuali bila diminta oleh pengadilan atau di perlukan
sehubungan dengan kepentingan bidan.

Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tebaga Kesehatan lainnya


Kewajiban mendukung sejawat dan profesi kesehatan lainnya :
 Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
 Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Kewajiban Bidan terhadap Profesinya            

9
Kewajiban untuk menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi :
 Setiap bidan menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
 Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
 Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

Kewajiban Bidan terhadap Diri Sendiri


Kewajiban untuk mengembangkan pengetahuan dan praktik kebidanan :
 Setiap bidan harus memelihara kesehatanya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
 Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi.

Kewajiban Bidan terhadap Pemerintah Nusa, Bangsa dan Tanah Air


Kewajiban berpartisipasi dalam melaksanakan kebijakan pemerintah,
terutama kesehatan ibu dan anak, termasuk kesehatan keluarga dan masyarakat :
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
 Setiap bidan melalui profesinya berpartisifasi dan menyumbang pemikiranya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

2.4 Kode Etik Profesi Bidan Internasional


Kode etik ini menghargai perempuan berdasarkan HAM, mencari keadilan
untuk semua dan keadilan  dalam memperoleh akses terhadap pelayanan

10
kesehatan dan di dasarkan atas hubungan yang saling menguntungkan dengan
penuh hormat, percava dan bermartabat bagi seluruh anggota masyarakat
Operasionalisasi kode etik kebidanan dibagi :
   Hubungan dengan perempuan sebagai klien
 Bidan menghormati hak pilih perempuan berdasarkan informasi dan
meningkatkan penerimaan tanggung jawab perempuan atas hasil dan
pilihanya
 Bidan bekerja dengan perempuan, mendukung hak mereka untuk
berpartisipasi aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri mereka dan
kesehatan perempuan serta keluarga di masyarakat
 Bidan bekerjasama dengan perempuan, pemerintah dan lembaga donor untuk
menilai kebutuhan perempuan terhadap pelayanan kesehatan serta menjamin
pengalokasian sumber daya secara adil dengan mempertimbangkan prioritas
dan ketersediaan.
 Bidan dalam profesinya mendukung dan saling membantu dengan yang lain,
secara aktif manjaga diri dan martabat mereka sendiri.
 Bidan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain, berkonsultasi dan
melakuakan rujukan bila perempuan memerlukan asuhan diluar kompetensi
bidan
 Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memberikan pelayanan
dan secara aktif memecahkan konflik yang ada
 Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manuasia bermoral termasuk
tugas  untuk menghormati diri sendiri dan menjaga nama baik.

  Praktek Kebidanan
 Bidan memberikan asuhan bagi perempuan dan keluarga yang mengasuh
anak, dengan rasa hormat atas keberagaman budaya dan berupaya untuk
menghilangkan praktek yang berbahaya (mis. Praktek sunat perempuan)
 Bidan memberikan harapan nyata suatu persalianan bagi perempuan di
masyarakat dengan harapan minimal tidak ada perempuan yang menderita
akibat konsepsi atau persalinan.

11
 Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi untuk menjamin persalinan
aman
 Bidan merespon kebutuhan psikologi, fisik, emosi dan spiritual perempuan
yang mencari pelayanan kesehatan , apapun kondisinya
 Bidan bertindak sebagai  Role Model (panutan) dalam promosi kesehatan
untuk perempuan sepanjang siklus hidupnya, untuk keluarga dan untuk
profesi kesehatan lainnya.
 Bidan secara aktif mengembangkan intelektual dan profesi sepanjang karir
kebidanan, memadukan pengembanhgan ini kedalam praktek mereka.

 Kewajiban Profesi Bidan


 Bidan menjamin kerahasiaan Informasi klien dan bertindak bijaksana dalam
informasi tersebut
 Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka, terpercaya
atas hasil asuhan bagi perempuan
 Bidan diperkenankan untuk menolak ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang
bertentangan dengan moral namun menekankan  pada kesadaran individu
untuk tidak mengabaikan pelayanan kesehatan esensial bagi perempuan
 Bidan memahami akibat buruk pelanggaran etik dan HAM bagi kesehatan
perempuan dan anak dan menghapuskan pelanggaran ini
 Bidan berpartisipasi dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan
kesehatan yang mempromosikan kesehatan perempuan dan keluarga yang
mengasuh anak

Peningkatan Pengetahuan dan Praktek kebidanan


 Bidan menjamin bahwa peningkatan pengetahuan kebidanan di dasari oleh
aktivitas yang melindungi hak perempuan sebagai manusia
 Bidan mengembangakan dan berbagi pengetahuan melalui berbagai proses,
seperti peer review dan penelitian .
 Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal siswi kebidanan dan bidan

12
2.5 Peran dan Fungsi Majelis Pertimbangan Etika Profesi
Majelis pertimbangan etika profesi adalah majelis pembinaan dan
pengawasan etik pelayanan medis (MP2EPM), yang meliputi:
1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982.
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan
terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
2. Peraturan pemerintah Ni.1 tahun 1988 Bab V pasal 11
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh mentri kesehatan atau pejabat
yang ditunjuk.
3. Surat keputusan mentri kesehatan No,640/Menkes/Per/x/1991,Tentang
pembentukan MP2EPM

Dasar  majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) adalah   sebagai berikut:


1. Pasal 4 ayat 1 UUD 1945
2. Undang undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan diganti dengan uu no 36
tahun 2009
3. Keputusan presiden tahun 1995 tentang pembentukan MDTK
Tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) adalah meneliti menentukan
ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan stadar profesi
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

A.    Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Pusat


1. Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan
kepada menteri.
2.  Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik
kedokteran gigi, perawat,bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
3. Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi
dengan instansi terkait

13
4.  MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus
persoalan etik tenaga kesehatan.

B.    Tugas dan Wewenag  MP2EPM Wilayah Profinsi


1.  Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik , dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode etik.
2.  Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif
etik profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan organisasi
profesi seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS2I.
3.  Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
4. MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen Kesehatan
Profinsi berwenang memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik
profesi.

C.     Majelis Etika Profesi Bidan


Pengertian majelis etika profesi adalah merupakan badan perlindungan
hukum terhadap para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat
pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.
Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk majelis pertimbangan
etika bidan (MPEB) dan majelis pembelaan anggota (MPA).
Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah
adanya unsur unsur pihak pihak terkait :
1.      Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
2.      Sarana pelayanan kesehatan
3.      Tenaga pemberi, yaitu bidan.

Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma etiaka dan agama. Tetapi
apabila ada kesalahan dan menimbulkan konflik etik maka diperlukan wadah
untuk menentukan standar profesi,prosedur yang baku dan kode etik yang
disepakati, maka perlu dibentuk majelis etika bidan, yaitu MPEB dan MPA.

14
Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk
memberikan  perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan
penerima pelayanan.
Lingkup majelis etika kebidanan meliputi:
a.  Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan
bidan (Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002. sekarang kepmenkes
369/Menkes/SK/III/2007
b. Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan
praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi.apakan pelaksanaan praktik
bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan, Standar Profesi dan Standar
Pelayanan Kebidanan,juga batas-batas kewenangan bidan.
c.   Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
d.  Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik bidan.

Pengorganisasian Majelis Etik Kebidanan,adalah sebagai berikut:


a.    Majelis Etik Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,otonom
dan nonstruktural.
b.     Majelis etik Kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
c.    Majelis Etik Kebidanan pusat berkedudukan di Ibukota negara dan Majelis
Etik Kebidanan propinsi berkedudukan di ibukota propinsi.
d.      Majelis Etik Kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris.
e.      Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang.
f.  Masa bakti anggota Majelis Etik Kebidanan selama tiga tahun dan
sesudahnya,jika berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang
berlaku,maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
g.  Anggota Majelis Etik Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri
Kesehatan.
h.      Sususunan organisasi Majelis Etik Kebidanan terdiri dari :
1.     Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan di bidang
hukum.

15
2.      Sekretaris merangkap anggota.
3.      Anggota Majelis Etik Bidanan

Tugas Majelis Etik kebidanan,adalah meliputi :


a.   Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam
menetapkan standar profesi yang dilakukan oleh bidan.
b.  Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat,pasien,dan keluarga yang
dirugikan oleh pelayanan kebidanan.
c.      Permohonan secara tertulis dan disertai data-data.
d.   Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik
Kebidanan pada tingkat pusat.
e.  Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat tujuh hari,setelah diterima
pengaduan. Pelaksanaan sidang menghadirkan dan minta keterangan dari
bidan dan saksi-saksi.
f.    Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian disampaikan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang.
g.   Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah
IBI di tingkat propinsi.

Dalam pelaksanaannya dilapangan sekarang ini bahwa organisasi profesi


bidan IBI,telah melantik MPEB (Majelis Pertimbangan Etika Bidan) dan MPA
(Majelis Pembelaan Anggota),namun dalam pelaksanaannya belum terealisasi
dengan baik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu
yang abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian
filsafat dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami
secara relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang secara
umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi
kebidanan membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan
peran dan fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat
memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan
pada kode etik dan standar profesi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
makalah kami ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Purwoastuti E.Th, Walyani, ES. 2014. Konsep Kebidanan. Jogjakarta: Pustaka


Baru Press.

Puji Heni ,Wahyuni, 2009. Etika profesi Kebidanan. Jogjakarta: Fitramaya.

PP IBI. (2004) Etika dan Kode Etik Kebidanan. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia.

Setiawan. (2010) Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info Me

Hariningsih W, Nurmayawati D. 2010. Bandung: Bidan Etika Profesi dan Hukum


Kesehatan. Irsyad Baitus Salam.

Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Jogjakarta:
Mitra Cendikia.

Bencoolen, Rafless. 2011. Makalah Etika dan Kode Etik Kebidanan.

Puji Wahyuningsih, heni.2009.Etika Profesi Kebidanan.cetakan ke-


6.Yogyakarta:Fitramaya.

Prof.Dr. Notoadmodjo,Soekidjo.2010. Etika dan Hukum Kesehatan.cetakan ke-


1.Jakarta:Rineka Cipta

18
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Kode Etik Profesi


Kebidanan”. Telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah dikoreksi
oleh tim.

Jakarta, 12 Januari 2021


Dosen Penanggung Jawab

Rosita Syaripah, S. SiT, M. Keb

19

Anda mungkin juga menyukai