FARMAKOTERAPI II
BREAST CANCER
DISUSUN OLEH :
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah FARMAKOTERAPI II maka
penyusun mempersembahkan satu makalah yang berjudul “BREAST CANCER”.
Makalah ini di susun sebagai syarat untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah
Farmakoterapi II.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ini yaitu,
Ibuk apt. Sanubari Rela Tobat, M.Farm, sebagai dosen yang mengajar di bidang
Farmakoterapi II yang telah memberikan petunjuknya dalam penyusunan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun untuk menunjang perbaikan dimasa mendatang. Dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Breast cancer/ kanker payudara ?
2. Bagaimana etiologi kanker payudara ?
3. Bagaimana clinical presentation kanker payudara ?
4. Bagaimana diagnosis kanker payudara ?
5. Bagaimana klasifikasi kanker payudara ?
6. Bagaimana patofisiologi kanker payudara ?
7. Bagimana tatalaksana kaker payudara
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
2
dibandingkan usia 20-34 tahun, sedangkan nulliparity 1,3-4 kali berisiko
terkena kanker payudara.
o Keturunan (family history)
Risiko kejadian kanker payudara meningkat sebesar 3 kali pada
wanita yang mempunyai ibu atau saudarinya (first degree relative)
menderita kanker payudara, terutama bila terjadi pada wanita usia
premenopause. Meningkatnya angka kejadian juga terjadi pada lelaki
dengan fenotipik Klinefilter sindrom. Selain itu, pada beberapa sanak
keluarga yang mempunyai riwayat pernah menderita kankerendometrium,
ovarium, dan kolorektal, maka juga akan berisiko tinggi memiliki kanker
payudara.
o Gaya hidup
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu masih merupakan faktor
yang kontroversial dalam memengaruhi kejadian kanker payudara. Pada
binatang percobaan, menunjukkan bahwa jumlah dan macam diet lemak
ada hubungannya dengan pertumbuhan kanker payudara. Pada penelitian
lain, terjadi peningkatan risiko timbulnya kanker payudara pada wanita
yang mengonsumsi alkohol daripada wanita nonalkoholik. Hal ini
disebabkan karena alkohol dapat meningkatkan sekresi estrogen dan
menurunkan klerens estrogen pada wanita. Aktivitas fisik yang kurang
serta obesitas saat postmenopause juga dapat meningkatkan kejadian
kanker payudara.
C. Clinical Presentation
Secara umum pasien mungkin tidak memiliki gejala, seperti kanker
payudara dapat dideteksi pada pasien asimtomatik meskipun skrining rutin
mamografi.
1. Tanda dan Gejala
3
2. Tanda dan Gejala Sistemik Metastasis
4
o Utama: USG payudara/ kelenjar aksila, mamografi, Foto toraks,
USG liver, Bone Scan
MRI payudara (khusus untuk kemoterapi neoajuvan)
MRI otak untuk kasus secara klinis ada dugaan metastasis
CT Scan, PET Scan (kondisi tertentu)
IV. Pemeriksaan Laboratorium
o Laboratorium darah: DL, SGOT/PT/Bilirubin, Alkali fosfatase,
serum kalsium, gula darah, BUN/Scr
o Status histopatologi:
Ukuran tumor (pT), derajat diferensiasi (grade),
Status kelenjar aksila yang terinvasi (pN)
Invasi pembuluh darah, saraf
o Imunohistokimia : (biomarker)
Reseptor estrogen/progesteron (rutin)
HER2/Neu receptor (rutin)
Proliferation markers (Ki-67, PCNA=Proliferating Cell
Nuclear Antigen), rutin
Cathepsin D, p53
o Pada kasus massa payudara yang teraba, setelah pemeriksaan
fisik dan pencitraan (USG payudara dan mammografi)
dilanjutkan FNAB untuk mendapatkan spesimen sitologi;
sedangkan core biopsy digunakan untuk mendapatkan material
histologi yang lebih banyak sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan imunohistokimia (triple diagnosis).
Kasus dugaan kanker payudara dengan massa yang tidak
teraba, dilakukan “Needle localization procedure” dengan
tuntunan USG payudara atau mammografi.
o Jika direncanakan terapi sistemik pra-operasi (kemoterapi
neoajuvan), biopsi jarum inti (core biopsy) adalah wajib untuk
memastikan diagnosis penyakit invasif dan menilai biomarker
(genotyping-kalau tersedia).
5
o Pemeriksaan FNAB terbatas pada sitopatologi dan ER/PR,
sedangkan pemeriksaan dengan core biopsy dapat diperoleh
gambaran histopatologi dan ER/PR/HER2/Ki67.
o Pada pasien dengan kelenjar getah bening aksila negatif secara
klinis dan FNAB, sebaiknya dilakukan biopsi kelenjar getah
bening sentinel (SLNB), misalnya saat sebelum operasi atau
setelah terapi sistemik neoajuvan , tetapi hal ini masih
kontroversial.
V. Alur Pendekatan Diagnosis
Pada kasus benjolan payudara yang teraba, setelah pemeriksaan fisik
dan pencitraan (usg payudara dan mammografi) dilanjutkan FNAB untuk
mendapatkan specimen sitologi; sedangkan core biopsy digunakan untuk
mendapatkan material histologi yang lebih banyak sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan imunohistokimia (triple diagnosis).
Kasus dugaan kanker payudara dengan massa yang tidak teraba,
dilakukan “Needle localization procedure” dengan tuntunan USG
payudara atau mammografi.
6
Stadium kanker payudara perlu ditentukan sebelum memulai
pengobatan.
I. Klasifikasi TNM dari The American Joint Comittee on Cancer (AJCC).
Tabel 1.1 Stadium kanker payudara (TNM) menurut AJCC
7
T1c : Tumor lebih besar dari 1,0 cm tetapi tidak lebih dari
2,0 cm pada dimensi yang terbesar.
T2 : Tumor lebih besar dari 2,0 cm tetapi tidak lebih dari 5,0
cm pada dimensi yang terbesar.
T3 : Tumor lebih besar dari 5,0 cm pada dimensi yang
terbesar.
T4 : Tumor dengan segala ukuran dengan perluasan langsung
ke (a) dinding dada (b) kulit, seperti yang dideskripsikan
berikut; Dinding dada meliputi tulang iga, m. interkostal, dan
m. seratus anterior tetapi bukan m. pectoralis.
T4a : Perluasan pada dinding dada.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit
payudara nodus satelit kulit terbatas pada payudara yang
sama.
T4c : Kedua kriteria diatas (4a dan 4b).
T4d :Karsinoma inflammatory. Secara klinik-patologi
dikarakteristikkan sebagai diffuse browny induration
pada kulit payudara, biasanya tanpa underlying palpable
mass. Secara Radiologi mungkin ada massa yang dapat
dideteksidan karakteristik penebalan kulit payudara.
Presentasi klinik ini didasarkan pada adanya embolisasi
pada “dermal lymphatics” disertai penebalan dari kapiler
superfisial
2) Node Lymph Regional clinical( N )
NX : Node limfe regional tidak dapat ditemukan (misalnya,
telah dipindahkan).
N0 : Tidak ada metastasis node limfe regional.
N1 : Metastasis pada node-node limfe aksila level I, II
ipsilateral yang “mobile”
N2 : Metastasis pada node-node limfe aksila level I,II
ipsilateral yang ”fixed” satu sama lain atau pada struktur yang
lain; ipsilateral internal mammary lymph node(s)
8
N2a : Metastasis pada node-node limfe aksila level I,II
ipsilateral yang ”fixed” satu sama lain atau pada struktur
yang lain
N2b : Metastasis ipsilateral internal mammary lymph node(s),
tanpa metastasis pada node-node limfe aksila level I,II
ipsilateral
N3 : Metastasis pada node-node limfe ipsilateral infraklavikula
(level III aksila node), dengan atau tanpa metastasis pada node-
node limfe aksila level I,II ipsilateral atau metastasis ipsilateral
supraclavikula node, dengan atau tanpa metastasis ipsilateral
internal mammary lymph node(s), danmetastasis pada node-
node limfe aksila level I,II ipsilateral
N3a : Metastasis pada node-node limfe ipsilateral
infraklavikula
N3b : Metastasis ipsilateral internal mammary lymph node(s),
danmetastasis pada node-node limfe aksila level I, II
ipsilateral
N3c : Metastasis ipsilateral supraclavikula node
3) Klasifikasi Patologik (pN)
pNX : Node-node limfe regional tidak dapat ditemukan (tidak
dipindahkan untuk studi patologik atau telah terlebih dahulu
dipindahkan).
pN0 : Tidak ada metastasis node limfe regional secara
histologi.
pN0(i-) : Tidak ada metastasis node limfe regional secara
histologi, IHC negatif pN0(i+) : Sel ganas positif
tidak > 0.2 mm secara pengecatan H & E dan IHC
pN0 (mol-) : Tidak ada metastasis node limfe regional secara
histologi dan RT-PCR pN0 (mol+) : Terdeteksi secara
molekuler dg RT-PCR tapi tidak terdeteksi node limfe
regional secara histologi, IHC negative
9
pN1 : Micrometastasis; atau metastasis pada satu sampai tiga
kelenjar getah bening aksila; dan/atau pada kelenjar
mamariainternal dengan cara SLNB (sentinel node biopsy)
tetapi tidak terdeteksi secara klinis
pN1 mi : metastasis mikro (>0,2 mm dan/atau>200 sel, tetapi
tidak ada >2,0 mm)
pN1a : Metastasis pada satu sampai tiga kelenjar aksila,
setidaknya satu >0,2 mm
pN1b : Metastasis kelenjar mamaria internal dengan cara
SLNB (sentinel node biopsy) tetapi tidak terdeteksi
secara klinis
pN1c : Metastasis pada satu sampai tiga kelenjar aksila, dan
metastasis kelenjar mamaria internal dengan cara
SLNB (sentinel node biopsy) tetapi tidak terdeteksi
secara klinis
pN2 : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral 4
sampai 9 node atau secara klinis terdeteksi metastasis node
mamaria interna tanpa deteksi aksila node
pN2a : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral 4
sampai 9 node, setidaknya satu >0,2 mm
pN2b : Secara klinis terdeteksi metastasis node mamaria
interna tanpa deteksi aksila node
pN3 : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral lebih
atau sama dg 10 node, setidaknya satu >0,2 mm; atau secara
klinis terdeteksi metastasis node mamaria interna dan deteksi
aksila node satu atau lebih; atau metastasis node supraklavikula
ipsilateral
pN3a : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral
lebih atau sama dg 10 node, setidaknya satu >0,2 mm
pN3b : Secara klinis terdeteksi metastasis node mamaria
interna dan deteksi aksila node satu atau lebih; atau
pN3c : Metastasis node supraklavikula ipsilateral
10
4) Klasifikasi Metastasis Luas (M)
MX : Metastasis luas tidak dapat ditemukan.
M0 : Tidak ada metastasis luas.
cM0 (i+) : Klinis dan radiologi tidak terdeteksi, tapi molekular
atau mikroskopis terdeteksi pada peredaran darah atau bone
marrow tanpa tanda klinis.
M1 : Ada metastasis jauh terdeteksi secara klinis dan radiologi
dan/atau histologi terbukti >0.2 mm.
11
Karsinoma ini didiagnosis ketika transformasi maligna sel telah terjadi,
namun membran basal utuh. Terdiri atas Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)
dan Lobular Carcinoma In Situ (LCIS).
2) Kanker payudara invasif
Karsinoma invasif adalah sekelompok kerusakan jaringan yang heterogen.
Terdiri atas Ductal Ca (78%); Lobular Ca (9%); tipe khusus dengan
prognosis baik (10%) yaitu papiler, tubuler, mucinous, dan medular Ca;
Comedo Ca (5%); Medullary Ca (4%); Colloid Ca (3%); Inflammatory Ca
(1%); Paget’s diseaseof the breast, unilateral eczema dari puting, biasanya
dikaitkan dengan Ductal Ca, prognosis baik bila dapat dideteksi sebelum
benjolan timbul.
Histopatologi mungkin memengaruhi keputusan terapi, tetapi
stadium biasanya juga lebih penting. Tumor dengan diferensiasi jelek
(high grade), mempunyai prognosis lebih jelek daripada diferensiasi baik
(low grade). Inflammatory Cancer mempunyai prognosis jelek. Penderita
dengan node limfe negatif dan tipe meduler, mucinous, papiller, serta
tubuler mempunyai prognosis lebih baik. Untuk stadium I tanpa invasi
node limfe mempunyai 5 years survival rate sekitar 80-90% untuk invasif
duktal karsinoma dan 90-95% untuk invasif lobuler, Comedo atau koloid
(Haskell and Casciato, 2000).
Laporan patologis harus mencakup jenis histologis, derajat
diferensiasi (grade), evaluasi imunohistokimia (IHC) dari reseptor
estrogen (ER) status (menggunakan metodologi penilaian standar, misal
Allred atau H-score) dan untuk kanker invasif, evaluasi IHC progesteron
receptor (PgR) dan pertumbuhan epidermis manusia ekspresi gen faktor 2
reseptor (HER2). Amplifikasi gen HER2 status dapat ditentukan langsung
dari semua tumor invasif yang menggunakan hibridisasi in situ
(FISH/CISH), menggantikan IHC khusus hanya untuk tumor ekspresi
HER2 (2+) dengan pemeriksaan IHC (Senkus et al., 2015).
G. Penatalaksanaan
12
klasifikasinya, yaitu :
a. Dilakukan : BCS
b. Mastektomi simple
f. Mastektomi radikal
13
Kemoterapi Hormonal terapi
Kemoterapi: kombinasi CAF Macam terapi hormonal
(CEF), CMF,AC. 1. Additive : pemberian tamoxifen
Kemoterapi adjuvant: 6 siklus 2. Ablative : bilateral oophorectomi
Kemoterapi paliatif : 12 siklus (ovarektomi bilateral)
Kemoterapi neoadjuvant : - 3 3. Dasar pemberian :
siklus praterapi primer ditambah a. Pemberian reseptor ER + PR + ;
Kombinasi CAF
ER + PR – ;
Dosis
ER - PR +
C : Cyclophosfamide 500 mg/m2
b. Status hormonal
hari
Additive : Apabila ER - PR +
1 A : Adriamycin = Doxorubin 50
ER + PR – (menopause tanpa
2
mg/m hari 1 F : 5 Fluoro Uracil 500
pemeriksaan ER & PR)
2
mg/m hari
ER - PR +
1
Interval : 3 minggu
Kombinasi CEF Ablasi : apabila, tanpa pemeriksaan
Dosis reseptor, premenopause, menopause 1-
C : Cyclophospamide 500 mg/ m2 5
tahun dengan efek estrogen (+),
perjalanan penyakit slow growing &
2
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/ m intermediated growing.
1 Interval : 3 minggu
Kombinasi CMF
Dosis
C : Cyclophospamide 100 mg/m2 hari
1 s/d 14 M : Metotrexate 40 mg/ m2
IV hari 1
&8
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 IV hari
1 & 8 Interval : 4 minggu
Kombinasi AC
Dosis
A : Adriamycin
14
C : Cyclophosfamide
Optional : Kombinasi Taxan +
Doxorubycin
Capecitabine
Gemcitabine
3. Stage III (Kanker payudara stadium lanjut)
Tujuan dari terapi dengan kanker payudara dini dan stadium lanjut
adalah untuk menyembuhkan penyakit. Setelah itu telah berkembang
melampaui penyakit lokal maupun penyakit regional, kanker payudara
saat ini tidak dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan kanker payudara
metastatik adalah untuk memperbaiki gejala dan kualitas hidup dan
memperpanjang kelangsungan hidup. Prinsip :
a. Sifat terapi paliatif
15
b. Terapi sistemik merupakan terapi primer ( kemoterapi dan
hormonal) terapi)
16
a. Modalitas Tata Laksana Kanker Payudara Noninvasif
OPERASI
Perkembangan yang cukup besar terjadi dalam perawatan
pembedahan pasien kanker payudara stadium dini. “Breast
Converting Treatment (BCT)” telah direkomendasikan sejak lebih
dari 30 tahun yang lalu. Saat ini, di Eropa Barat, 60-80% dari
kanker yang baru didiagnosis setuju dengan BCT (eksisi lokal luas)
dan disertai terapi radiasi (RT). Mastektomi, direkomendasikan
pada pasien kanker payudara multisentrik, atau ukuran tumor relatif
besar pada pasien dengan ukuran payudara yang kecil, atau margin
operasi tidak terpenuhi, atau ada kontra-indikasi radiasi, atau
pilihan pasien (Senkus et al., 2015).
1. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) stadium 0 (Tis, N0, M0):
o Dilakukan observasi
o Untuk mengurangi risiko terjadinya karsinoma invasif, dapat
disarankan menggunakan hormonal terapi (tamoxifen) bagi
penderita yang mempunyai ekspresi ER positif atau pada
keadaan khusus dapat dilakukan pilihan mastektomi bilateral
± rekonstruksi.
o Untuk follow up: pemeriksaan fisik setiap 6-12 bulan,
mamografi dilakukan setiap 12 bulan kecuali telah dilakukan
bilateral mastektomi.
2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) stadium 0 (Tis, N0, Mo):
o Lumpectomy (BCT) tanpa ”lymph node dissection” + RT
(radioterapi) atau mastektomi tanpa lymph node dissection ±
rekonstruksi tanpa radioterapi.
o Syarat BCT: Radiologi tersedia dengan persyaratan yang
baik, dilakukan mastektomi, bila multisentrik, atau ukuran
tumor relatif besar pada pasien dengan ukuran payudara yang
kecil, atau margin operasi tidak terpenuhi serta jarak fokal
penyakit meluas 2 kuadran atau lebih.
17
o Post operasi : dipertimbangkan diberikan ajuvan tamoxifen
selama 5-10 tahun untuk pasien dengan BCT (“breast-
conserving-therapy” atau lumpectomy) dan RT khususnya
ER-positif
o Follow up: pemeriksaan fisik setiap 6 bulan selama 5 tahun,
kemudian setiap tahun
- mamografi setiap 12 bulan tidak tergantung umur
- BCT: Excision margin lebih dari 1 cm, bila RT tidak ada,
tidak jadi masalah asal dilakukan ”monitor/follow up”
sama seperti mastektomi
b. Modalitas Pengelolaan Kanker Payudara Invasif
1) Stadium IA, IB, IIA, atau IIB :
o Operasi BCT atau beberapa cara pembedahan lain seperti
MRM (Modified Radical Mastectomy) sebagai terapi
utama.
o Terapi tambahan atau ajuvan kemoterapi atau terapi
hormonal akan diberikan sesuai dengan hasil histopatologi
dan imunohistokimia (ER/PR/HER2) dari pasien (lihat bab
terapi sistemik).
o Kemoterapi ajuvan seharusnya diberikan berdasarkan
prediksi sensitivitas tipe terapi, keuntungan, dan
faktorrisiko relaps (usia biologi, status umum, komorbid,
indikasi/pilihan pasien). Kemoterapi sebaiknya diberikan
dalam waktu 2-6 minggu post operasi, dan bila lebih dari
12 minggu, tidak akan memberikan efikasi.
o Bila didapatkan infiltrasi kelenjar aksila ≥ 4, perlu
ditambahkan radiasi.
o Semua pasien kanker payudara subtipe luminal A hanya
memerlukan hormonalterapi/endokrin terapi (ET), kecuali
yang memiliki risiko relaps yang tinggi sepertiketerlibatan
nodal aksila atau derajat keganasan tinggi (“grade III”),
akan memerlukan kemoterapi ajuvant (LoE:IA).
18
o Sedangkan pasien kanker payudara luminal B tetapi tidak
mengekspresikan HER2, pemberian ET pada sebagian
kasus merupakan suatu populasi yang perlu pertimbangan
mengenai indikasi pemberian kemoterapi (LoE:IC).
Indikasi untuk kemoterapi dalam subtipe ini juga
tergantung pada risiko individu relaps dengan
mempertimbangkan faktor-faktor agresifitas seperti derajat
keganasan (grade), infiltrasi kelenjar aksila, ekspresi Ki67,
besar tumor, dan invasi vaskuler.
o Pasien luminal B disertai ekspresi HER2 positif, diberikan
ET + kemoterapi + anti HER2 (Trastuzumab)
o Pasien HER2 positif (nonluminal), diberikan kemoterapi
dan anti HER2 (Trastuzumab).
o Pasien triple negative (ER/PR/HER2 negatif), diberikan
kemoterapi.
Untuk radiasi ajuvan direkomendasi untuk kasus pasien BCT
(indikasi harus), pasien invasif dengan infiltrasi kelenjar aksila
(kelenjar aksila ≥ 4) atau pada kasus yang sebelumnya diberikan
kemoterapi neoajuvan untuk “down staging” radiasi juga
direkomendasikan bila ada infiltrasi kelenjar aksila berapapun
jumlahnya. Jika kelenjar aksila sudah dilakukan reseksi, sebaiknya
radiasi tidak ditujukan pada daerah aksila kecuali ada residu (Gnant
et al., 2017; Balic et al., 2019).
H. Macam Pengobatan
19
menghilangkan “benjolan” dengan eksisi yang lebih luas dari jaringan
kelihatan-normal (eksisi lokal yang luas); menghapus seluruh kuadran
payudara yang mencakup “benjolan” kanker (quadrantectomy). Semua
teknik ini disebut dengan mastektomi segmental atau parsial.
Berdasarkan penelitian National Institutes of Health Consensus
Development Conference menyatakan bahwa BCT adalah terapi primer
yang tepat bagi mayoritas wanita dengan kanker tahap I dan II karena
memberikan mastektomi total ekuivalen dan diseksi aksilia sambil
menjaga payudara.
20
2. Systemic Adjuvant Therapy
21
Cyclophosphamide 600 mg/m2 Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV,
IV, hari 1 Ulangi siklus setiap 21 hari 1 Ulangi siklus setiap 21 hari
hari selama 4 siklus selama 4 siklus Diikuti oleh:
Paclitaxel 175 mg/m2 IV lebih dari 3
jam Ulangi siklus setiap 21 hari
selama 4 siklus
FAC TAC
Fluorouracil 500 mg/m2 IV, pada Docetaxel 75 mg/m2 IV, sehari1
hari 1 and 4 Doxorubicin 50 Doxorubicin 50 mg/m2 IV bolus,
mg/m2 IV infus berulang lebih hari 1 Cyclophosphamide 500
dari 72 jam mg/m2 IV, hari 1 (Doxorubicin harus
Cyclophosphamide 500 mg/m2 diberikan pertama)
IV, hari 1 Ulangi siklus setiap 21- Ulangi siklus setiap 21 hari selama 6
28 hari selama 6 siklus siklus (harus diberikan dengan
growth factor support)
CAF Diikuti oleh:
Cyclophosphamide 600 mg/m2 Fluorouracil 500 mg/m2 IV, pada
IV, hari 1 Doxorubicin 60 mg/m2 hari 1 dan 4 Doxorubicin 50 mg/m2
IV bolus, hari 1 Fluorouracil 600 IV infus berulang lebih dari 72 jam
mg/m2 IV, hari1 Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV,
Ulangi siklus setiap 21-28 hari sehari 1
selama 6 siklus Ulangi siklus setiap 21-28 hari
Paclitaxel - FAC selama 4 siklus
Paclitaxel 80 mg/m2 per minggu
IV lebih dari 1 jam setiap minggu
selama 12 minggu
FEC CMF
Fluorouracil 500 mg/m2 IV, hari 1 Cyclophosphamide 100 mg/m2 per
Epirubicin 100 mg/m2 IV bolus, hari oral, selama 1–14 hari
hari 1 Cyclophosphamide 500 Methotrexate 40 mg/m2 IV, pada
mg/m2 IV, hari1 Ulangi siklus hari 1 dan 8
setiap 21 hari selama 6 siklus Fluorouracil 600 mg/m2 IV, pada
hari 1 dan 8 Ulangi siklus setiap 21
22
hari selama 6 siklus Atau
Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV,
hari 1 Methotrexate 40 mg/ m2 IV,
hari 1 Fluorouracil 600 mg/ m2 IV,
pada hari 1 dan 8 Ulangi siklus
setiap 21 hari selama 6 siklus
CEF Dose-Dense AC - Paclitaxel
Cyclophosphamide 75 mg/m2 per Doxorubicin 60 mg/m2 IV bolus,
hari oral pada hari 1–14 hari 1 Cyclophosphamide 600
Epirubicin 60 mg/m2 IV, pada mg/m2 IV, hari 1
hari 1 dan 8 Ulangi siklus setiap 14 hari selama 6
Fluorouracil 600 mg/m2 IV, pada siklus (harus diberikan dengan
hari 1 dan 8 Ulangi siklus setiap growth factor support) Diikuti oleh:
21 hari selama 6 siklus Paclitaxel 175 mg/m2 IV lebih dari 3
(memerlukan antibiotik jam Ulangi siklus setiap 14 hari
profilaksis atau growth factor selama 4 siklus (harus diberikan
support) dengan growth factor support)
Metastatic Single-Agent Chemotherapy
Paclitaxel Vinorelbine
Paclitaxel 175 mg/m2 IV lebih Vinorelbine 30 mg/m2 IV, pada hari
dari3 jam Ulangi siklus selama 21 1 dan 8 Ulangi siklus selama 21 hari
hari Atau
Atau Vinorelbine 25–30 mg/m2 per
Paclitaxel 80 mg/m2 per minggu minggu IV Ulangi dosis selama 7
IV lebih dari 1 jam hari
Ulangi dosis selama 7 hari (sesuaikan dosis
23
Docetaxel 30–35 mg/m2 per hari dosis berdasarkan jumlah darah)
minggu IV lebih dari 30 menit
Ulangi dosis selama 7 hari
Capecitabine Liposomal doxorubicin
Capecitabine 2,000–2,500 mg/m2 Liposomal doxorubicin 30–50
per hari oral, dibagi 2 kali sehari mg/m2 IV lebih dari 90 menit Ulangi
selama 14 hari dosis selama 28 hari
Ulangi dosis selama 21 hari
Docetaxel + capecitabin Paclitaxel + Gemcitabine
Docetaxel 75 mg/m2 IV lebih dari Paclitaxel 175 mg/m2 IV lebih dari 3
1 jam, hari 1 jam, hari 1
Capecitabine 2,000–2,500 Gemcitabine 1250 mg/m2 IV pada
mg/m2 per hari oral dibagi 2 hari1 dan 8 Ulangi dosis selama 21
kali sehari selama 14 hari hari
Ulangi dosis selama 21 hari
24
secara intrvena dari 1 jam setiap minggu selama 12 minggu. Kemudian
diikuti oleh Fluorouracil 500 mg/m2 diberikan secara intravena pada hari
pertama dan keempat. Doxorubicin 50 mg/m2 diberikan secara infus
intravena berulang lebih dari 72 jam. Kemudiaan Cyclophosphamid 500
mg/m2 diberikan secara intravena pada pertama, Hal ini, diulang siklus
setiap 21-28 hari selama 4 siklus.
4. Terapi Adjuvan Biologic
25
biasanya ditoleransi dengan baik. Gejala putus obat dari estrogen (hot
flashes dan perdarahan vagina) mungkin terjadi namun frekuensi dan
intensitas berkurang dari waktu ke waktu. Tamoxifen juga meningkatkan
risiko stroke, emboli paru, trombosis vena, dan kanker endometrium,
terutama pada wanita usia 50 tahun atau lebih. Wanita premenopause
mendapatkan keuntungan dari ablasi ovarium dengan agonis luteinizing
hormon-releasing hormone (LHRH) (misalnya, goserelin) dalam pengaturan
ajuvan, baik dengan atau tanpa tamoxifen secara bersamaan. Serangkaian uji
sedang berlangsung untuk lebih mendefinisikan peran agonis LHRH. Pada
wanita pascamenopause, obat pilihan untuk terapi hormonal adjuvant
meliputi inhibitor aromatase (misalnya anastrozol, letrozole, atau
exemestane) baik sebagai pengganti atau setelah tamoxifen. Namun, obat
yang optimal, dosis, urutan, dan lama pemberian inhibitor aromatase dalam
pengaturan ajuvan tidak diketahui. Efek samping dengan inhibitor
aromatase meliputi hot flashes, mialgia / artralgia, kekeringan vagina / atrofi,
sakit kepala ringan, dan diare.
6. Terapi Endokrin
26
Steroidal Exemestane 25 mg/hari mialgia, sakit kepala,
diare, mual ringan
Antiestrogens
SERMs Tamoxifen 20 mg/hari Hot flashes, keputihan,
Toremifene 60 mg/hari
mual ringan,
tromboemboli, kanker
endometrium.
SERDs Fulvestrant 250 mg i.m tiap Hot flashes, reaksi di
28 hari tempat suntikan,
mungkin tromboemboli.
LHRH Goserelin 3.6 mg s.c tiap Hot flashes, amenore,
Analogs 28 hari gejala menopause, reaksi
Leuprolide 3.75 mg i.m tiap
di tempat suntikan
28 hari
(extended formulations
Triptorelin 3.75 mg i.m tiap
tidak dianjurkan untuk
28 hari
pengobatan kanker
payudara).
Progestins Megestrol acetate 40 mg 4 Kenaikan berat badan,
kali/hari hot flashes, perdarahan
Medroxyprogestero 400–1000 mg
vagina, edema,
ne i.m tiap
tromboemboli
minggu
Androgens Fluoxymesterone 10 mg 2 Memperdalam suara,
kali/hari alopesia, hirsutisme,
wajah / truncal acne,
retensi cairan,
ketidakteraturan
menstruasi, cholestatic
jaundice
Estrogens Diethylstilbestrol 5 mg 3 kali/hari Mual / muntah, retensi
Ethinyl estradiol 1 mg 3 kali/hari
cairan, anoreksia,
Conjugated 2.5 mg 3
tromboemboli, disfungsi
Estrogens kali/hari
hepatik.
27
preferensi toksisitas dan pasien. Berdasarkan kriteria ini, tamoxifen adalah
agen awal yang lebih dipilih ketika terdapat metastasis, kecuali bila pasien
yang menerima tamoxifen ajuvan pada saat yang sama atau dalam waktu 1
tahun terjadi penyakit metastasis.
7. Terapi Sitotoksik
28
Trastuzumab umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang
paling umum terutama demam dan menggigil, dan terjadi pada sekitar 40%
dari pasien selama infuse awal. Reaksi lain terkait infus termasuk mual,
muntah, nyeri pada lokasi tumor, kekakuan, sakit kepala, pusing, dispnea,
hipotensi, ruam, dan asthenia, yang jauh lebih sedikit. Reaksi-reaksi ini
umumnya ringan-sampai sedang dan pada bagian akhir sekitar
1 sampai 2 jam setelah infus dimulai dan biasanya tidak terulang dengan
infus berikutnya.
Acetaminophen dan difenhidramin dapat memberikan dan atau laju infus
dikurangi untuk membantu mengurangi gejala yang berhubungan dengan
reaksi ini. Reaksi yang jarang terjadi, namun lebih berat yang terdiri dari
hipersensitivitas berat dan / atau reaksi paru telah dilaporkan. Hal ini penting
untuk mendidik pasien tentang reaksi paru, karena ini dapat terjadi sampai
24 jam setelah infus dan dapat menjadi fatal jika tidak segera diobati.
Trastuzumab dapat meningkatkan kejadian infeksi, diare, dan / atau efek
samping lain ketika diberikan dengan kemoterapi, tetapi sebagian besar
peningkatan tersebut tidak signifikan secara klinis untuk pasien secara
individu.
Trastuzumab diberikan dengan dosis awal 4 mg / kg, diikuti dengan
dosis 2 mg/kg diberikan tiap minggu. Sebuah studi fase II telah
menunjukkan keberhasilan dari pemberian trastuzumab pada jadwal 3
minggu dengan dosis muatan 8 mg/kg diikuti 3 minggu kemudian dengan
dosis pemeliharaan 6 mg/kg diberikan setiap 3 minggu. Setiap
3 minggu administrasi lebih mudah daripada administrasi mingguan, namun
perbandingan data dosis dengan jadwal versus dosis standar dan jadwal tidak
tersedia saat ini.
9. Terapi Radiasi
Radiasi merupakan modal penting dalam pengobatan gejala penyakit
metastatik. Indikasi paling umum untuk pengobatan dengan terapi radiasi
metastase adalah rasa sakit pada tulang atau situs lokal lainnya dari penyakit
refrakter terhadap terapi sistemik. Terapi radiasi memberikan nyeri yang
signifikan sekitar 90% dari pasien yang dirawat untuk metastasis tulang
29
yang menyakitkan. Radiasi juga merupakan modal penting dalam
pengobatan paliatif lesi otak metastasis dan lesi tulang belakang, yang
memiliki respon yang buruk terhadap terapi sistemik, serta lesi mata atau
orbit dan bagian lain di mana yang signifikan dari sel tumor terjadi. Kulit
dan / atau metastasis kelenjar getah bening terbatas pada daerah dinding
dada juga akumulasi dapat diobati dengan terapi radiasi untuk paliasi
(misalnya, luka terbuka atau luka yang menyakitkan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berada di sel-sel payudara,
tumor ganas dapat tumbuh dan berkembang disekitar jaringan dan dapat
bermetastasis. Faktor risiko kanker payudara menunjukkan interaksi yang
kompleks antara hormon, faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup.
Identifikasi gen BRCA1 dan BRCA2, gen tumor supresor penting dalam
perkembangan payudara yang diwariskan dan mungkin berperan dalam
mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi. Pengobatan tahap awal kanker
payudara terdiri dari managemen local, terapi adjuvant dengan kemoterapi
sistemik, biologis dan terapi hormonal atau kombinasi.
Kanker payudara lanjut meliputi kanker payudara stadium lanjut (stadium
III) dan kanker payudara metastatic (stadium IV). Pengobatan kanker
payudara stadium III umumnya terdiri kombinasi dari pembedahan, radiasi
kemoterapi dan diberikan dalam pendekatan yang agresif. Kanker payudara
metastatik diobati dengan terapi endokrin, kemoterapi atau terapi biologis.
30
Pasien yang HR-positif akan menerima terapi awal endokrin diikuti dengan
kemoterapi ketika terapi endokrin gagal. Pasien yang HR- negatif atau yang
mempunyai penyakit simptomatik yang melibatkan hati, paru-paru atau sistem
saraf pusat umumnya akan menerima kemoterapi sebagai lini pertama dari
penyakit metastatik.
DAFTAR PUSTAKA
31