Anda di halaman 1dari 17

PEMANFAATAN SASTRA DAN BUDAYA SEBAGAI BAHAN AJAR BIPA

(BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING)

GROUP 8
ANGGA DWINKA (A2B019003)
JUNITRI DIAN SYAHDANIS (A2B019015)
REZKY ATRI OKTARIN (A2B019024)
SEPTYARA LINGCE (A2B019029)
ENGLISH EDUCATION POSTGRADUATE PROGRAM
FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemanfaatan Sastra dan Budaya Sebagai Bahan Ajar

Bipa” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa

Indonesia untuk Penutur Asing / BIPA dari bapak Dr. Syafriadin, M.Pd sebagai dosen mata

kuliah ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

proses penyusunan makalah ini. Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis terima demi kesempurnaan

makalah ini. Terakhir, semoga makalah ini dapat membantu pembaca untuk memperoleh

pengetahuan tentang “Pemanfaatan Sastra dan Budaya Sebagai Bahan Ajar Bipa”.

Bengkulu, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 5

1.3 Tujuan......................................................................................................................... 5

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Sastra dan Budaya....................................................................................................... 7

2.2 Pengertian Bahan Ajar BIPA....................................................................................... 10

2.3 Bahan Ajar BIPA Berbabasis Sastra............................................................................ 12

2.4 Bahan Ajar BIPA Berbasis Budaya............................................................................. 13

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat dua komponen yang penting, yaitu sastra

dan budaya. Sastra merupakan sebuah karya estetis yang merupakan hasil dari kegiatan kreatif

dan produktif yang dapat berupa cerminan realita sosial masyarakat dan dapat digunakan sebagai

bahan ajar. Menurut Sumardjo & Saini (1997) Sastra adalah ekspresi diri dalam bentuk

pengalaman, ide, pemikiran, semangat, perasaan, serta keyakinan yang diwujudkan dalam pesona

alat bahasa. Sedangkan budaya merupakan suatu hal yang bersifat turun-menurun dan menjadi

ciri khas suatu kelompok yang dapat berupa suatu nilai, struktur sosial, serta pernyataan

intelektual dan artistik. Menurut Liliweri (2002) kebudayaan merupakan warisan dari satu

generasi ke generasi selanjutnya yang berupa pandangan hidup dalam bentuk nilai, simbol-

simbol, perilaku, serta kepercayaan.

Belajar bahasa tak lepas dari belajar tentang Budaya bahasa tersebut. Mempelajari sebuah

bahasa tak dapat dilepaskan dari mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, terutama bagaimana bahasa tersebut dipengaruhi dan juga ikut membentuk budaya

para penutur aslinya. Pemahaman terhadap budaya dari bahasa yang dipelajari memiliki peran

penting dalam menentukan keberhasilan seorang penutur dalam menyampaikan pesan dan

menjalin komunikasi yang lancar lawan bicaranya.

Sama hal nya dengan pembelajaran bahasa pada umumnya, Bahasa Indonesia Untuk

Penutur Asing (BIPA) juga memasukkan unsur sastra dan budaya. Hal ini ditunjukkan pada

penggunakan bahan ajar yang sebagian besar materinya berbentuk dan terdiri dari sastra dan
budaya Indonesia. Selain itu, berbagai teks kesastraan juga mengandung unsur nilai dan moral

yang dapat dijadikan bahan ajar Bahasa Indonesia, termasuk Bahasa Indonesia untuk Penutur

Asing (BIPA). Pengajaran sastra pada peserta didik BIPA dapat dikaitkan dengan program

pengetahuan budaya (Nurhuda & Suyitno, 2017). Selain itu, adanya kandungan sastra dan budaya

pada materi ajar BIPA merupakan suatu media memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia

kepada para pembelajar asing.

Penggunakan sastra dan budaya pada bahan ajar BIPA juga dapat memenuhi salah satu

tujuan para penutur asing mempelajari bahasa Indonesia, yaitu tujuan akademis dan tujuan

praktis. Tujuan akademis merupakan peningkatan pengetahuan kebahasaan dan kesastraan

Indonesia, sedangkan tujuan yang bersifat praktis diarahkan untuk keperluan mengenal budaya

(Prasetyo, 2015). Berangkat dari penjelasan tersebut, maka sastra dan budaya dapat digunakan

sebagai bahan ajar BIPA.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan sastra dan budaya?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan bahan ajar BIPA?

1.2.3 Bagaimana bahan ajar BIPA berbasis sastra?

1.2.4 Bagaimana bahan ajar BIPA berbasis budaya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi sastra dan budaya sebagai bahan ajar BIPA.
1.3.2 Untuk mengetahui definisi bahan ajar BIPA.
1.3.3 Untuk mengetahui bahan ajar BIPA berbasis sastra.

1.3.4 Untuk mengetahui bahan ajar BIPA berbasis budaya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sastra dan Budaya


2.1.1 Sastra
Sastra adalah ekspresi diri dalam bentuk pengalaman, ide, pemikiran, semangat, perasaan,
serta keyakinan yang diwujudkan dalam pesona alat bahasa (Sumardjo & Saini, 1997). Menurut
Wellek dan Warren (2014), sastra adalah sebuah karya seni atau kegiatan kreatif. Sastra dapat
digunakan untuk mengajar, yang biasanya berbentuk buku instruksi atau buku petunjuk
pengajaran (Teeuw, 2013). Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra
merupakan sebuah karya estetis yang merupakan hasil dari kegiatan kreatif dan produktif yang
dapat berupa cerminan realita sosial masyarakat dan dapat digunakan sebagai bahan ajar.
Secara garis besar, terdapat dua jenis karya sastra Indonesia, yaitu karya sastra lama dan
karya sastra baru/modern. Karya sastra yang diciptakan sebelum masa pergerakan nasional dan
ditulis oleh sastrawan pada zaman kerajaan disebut dengan karya sastra lama. Contohnya adalah
mantra, pantun, syair, gurindam, peribahasa, mitos, legenda, fabel, hikayat, dongeng jenaka,
hikayat, dll. Karya sastra baru/modern adalah karya sastra yang pada umumnya sudah
dipengaruhi oleh karya sastra asing (tidak asli lagi), serta berkembang sesuai dengan
perkembangan kehidupan masyarakat modern. Contoh dari Karya sastra baru/modern adalah
novel, biografi, cerpen, drama, sonata, dll.
Dari beberapa contoh diatas, secara umum karya sastra memiliki unsur-unsur pembangun,
yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun yang
berasal dari dalam karya sastra itu sendiri. Misalnya, tema, tokoh, penokohan, latar, alur, sudut
pandang dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra.
Contohnya adalah latar belakang penciptaan karya, kondisi masyarakat pada saat karya
diciptakan, dan pandangan hidup atau latar belakang pengarang.
Selain itu sastra memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan manusia. Beberapa
diantaranya adalah sebagai hiburan, pendidikan, keindahan, moral, dan religious.
1. Fungsi Hiburan (Rekreatif)
Fungsi hiburan memiliki makna bahwa sastra dapat menghibur pembacanya. Suatu sastra dapat
memenuhi fungsinya sebagai hiburan jika sastra tersebut dirasa menyenangkan bagi penikmat
atau pembacanya
2. Fungsi Pendidikan (Didaktif)
Suatu karya sastra dapat memenuhi fungsi mendidik jika karya tersebut dapat memberikan
informasi, menambah pengetahuan, dan memperkaya wawasan, khususnya tentang kehidupan.
3. Fungsi Keindahan (Estetis)
Dikatakan sebagai fungsi keindahan jika suatu karya sastra dinikmati, memberikan kesempatan
kepada penikmat/pembacanya untuk melakukan kegiatan interpretasi dan apresiasi terhadap karya
seni tersebut.
4. Fungsi Sosial
Fungsi sosial suatu sastra dapat membuat pembacanya menjadi lebih sadar terhadap isu-isu sosial
yang tengah terjadi di dunia. Melalui perumpamaan atau cerminan realita, tulisan ini juga dapat
mengkritik tanpa main hakim sendiri (judging), karena tidak mengarahkannya langsung pada
pihak atau individu yang bersangkutan.
5. Fungsi Sejarah
Fungsi sejarah berarti sebuah sastra dapat menjadi saksi bisu sekaligus pengomentar terhadap
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi atau sedang terjadi disekitar penulisnya.

2.1.2 Budaya
Budaya merupakan suatu hal yang bersifat turun-menurun dan menjadi ciri khas suatu
kelompok yang dapat berupa suatu nilai, struktur sosial, serta pernyataan intelektual dan artistik.
Menurut Liliweri (2002) kebudayaan merupakan warisan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya yang berupa pandangan hidup dalam bentuk nilai, simbol-simbol, perilaku, serta
kepercayaan. Selain itu Koentjaraningrat (1993) mengatakan bahwa budaya dapat diartikan
segala sesuatu yang bersangkutan dengan budi dan akal atau suatu perkembangan dari budi atau
kekuatan dari ide, gagasan, dan norma. Dari pengertian-pengertian tersebut, pada umumnya
budaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bisa diturunkan
2. Bisa dipelajari
3. Memiliki sifat integrasi atau penyesuaian dalam kehidupan masyarakat
4. Dapat berubah sewaktu-waktu
5. Kebudayaan selalu hidup dan berkembang di masyarakat
Menurut J. J. Hoenigman, terdapat tiga wujud nyata budaya, yaitu gagasan,
aktivitas/tindakan, dan artefak/karya.
• Gagasan merupakan ide, pikiran, nilai, norma, aturan dari masyarakat yang sifatnya
abstrak dan dinyatakan dalam bentuk tulisan berupa karangan dan buku.
• Budaya dapat berwujud aktivitas/tindakan berpola yang terjadi di masyarakat yang
didasari atas adat tata kelakuan
• Artefak merupakan budaya yang dapat dilihat bentuk fisiknya, yang merupakan hasil
karya masyarakat.
Ditinjau dari skalanya, terdapat dua jenis kebudayaan. Yang pertama adalah kebudayaan
lokal atau kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah dapat berupa peninggalan sejarah yang
terdapat pada suatu daerah tertentu yang berbentuk kepercayaan, seni, bahasa daerah yang
memiliki unsur, adat istiadat, dan bersifat kedaerahan. Contohnya adalah tradisi ngaben di Bali,
tabut di Bengkulu, Karapan sapi di Madura, dan lain-lain. Yang kedua adalah budaya nasional.
Kebudayaan nasional merupakan budaya pemersatu bangsa yang dapat dijadikan cerminan
kehidupan bangsa, serta menjadi kebanggan dari seluruh bangsanya. Kebudayaan Nasional
memiliki unsur budaya daerah yang telah diakui secara nasional. Contohnya, makanan khas,
rumah adat, tarian, lagu, musik dan lain-lain.
Ditinjau dari wujudnya, terdapat dua jenis budaya, yaitu budaya kebendaan/material dan
budaya bukan kebendaan/non-material. Budaya kebendaan/material merupakan budaya yang
yang diciptakan oleh masyarakat dan dapat dilihat dengan jelas bentuknya. Misalnya bentuk
rumah, jenis makanan, bentuk bangunan, senjata, perhiasan dll. Sedangkan Budaya bukan
kebendaan/non-material merupakan kebudayaan abstrak yang tidak ada bentuk fisiknya atau tidak
bisa dilihat yang diwariskan secara turun-temurun. Budaya Bukan kebendaan biasanya berbentuk
ide, pandangan kepercayaan, adat, dan sebagainya. Contohnya adalah cerita rakyat, dongen,
mitos, dan legenda.
Menurut Koentjaraningrat (2015), budaya memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Suatu pedoman dalam berhubungan antar manusia atau kelompok.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan renungan kehidupan lainnya.
3. Pembimbing kehidupan manusia secara umum, baik sebagai individu dan kelompok.
4. Pembeda utama antar manusia sebagai makhluk berakal budi dengan makhluk lain seperti
binatang.
5. Pegangan bersama untuk menjadi acuan serupa yang dapat terus dijalankan dan
dikembangkan secara berkelompok pula demi kelanjutan hidup dari generasi ke generasi.

2.2 Bahan Ajar BIPA


Bahan ajar BIPA adalah sebuah alat atau sarana yang dapat digunakan oleh pemelajar
BIPA untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Muliastuti (2011) mengatakan, dalam memilih
bahan ajar, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah tujuan pemelajar
belajar. Contohnya, bahan ajar untuk pembelajar yang mempunyai tujuan akademik, akan
berbeda dengan bahan ajar untuk pemelajar yang bertujuan untuk berwisata. Menurut Sofyan
dalam Suyitno (2007), umumnya ada tiga tujuan yang mendorong seseorang untuk mempelajari
bahasa, yaitu 1) kebutuhan bahasa yang berkaitan dengan pekerjaan, 2) kebutuhan bahasa terkait
program latihan kejuruan, dan 3) kebutuhan bahasa untuk belajar.
Yang kedua, tingkat kesulitan bahan ajar. Tingkat kemampuan pemelajar dapat dibedakan
menjadi beberapa tingkat, mulai dari tingkat pemula sampai tingkat lanjut. Perlu diingat bahwa,
pemelajar BIPA rata-rata berusia sekitar 17 tahun keatas. Jadi, untuk semua tingkat pembelajaran,
pemelajar BIPA membutuhkan bahan ajar berupa materi dasar yang diintegrasikan dengan topik-
topik umum yang sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti tentang sosial,
lingkungan, dan lain-lain (Sugino dalam Suyitno, 2007).
Yang ketiga adalah variatif. Bahan ajar harus mempunyai hal-hal yang baru dalam setiap
pembelajaran, agar para pemelajar tidak merasa jenuh dan bosan, serta dapat meningkatkan
semangat belajar pemelajar. Variasi dapat dilakukan dengan memberikan keterampilan dan tema
belajar yang beragam. Untuk memulai proses pembelajaran, para pengajar biasanya memulai
dengan cara memberikan sedikit gambaran tentang tema atau topik yang akan dibahas nantinya.
Selain itu, pengajar juga dapat memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan topik
tersebut. Tetapi, tanggapan dari pemelajar tidak dinilai benar ataupun salah, jadi pembelajar tidak
merasa ragu untuk menyampaikan pengetahuannya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
tepat.
Penyampaian topik ini dapat disampaikan dengan cara bercerita, memutarkan video yang
berkaitan, menayangkan gambar, dan sebagainya. Pembelajaran dapat dimulai apabila seluruh
pemelajar sudah dapat menangkap tentang topik bahasan yang akan dipelajari tersebut. Selain itu,
pembelajaran berdasarkan tema ini juga ditujukan agar pemelajar dapat menggali dan
mengembangkan kompetensinya semaksimal mungkin, karena tema dalam bahan ajar BIPA
tersebut sudah disesuaikan dengan minat siswa yang beragam.
Yang keempat, konteks bahan ajar. Bahan ajar yang akan diajarkan harus berkaitan
dengan konteks pembelajaran agar pemelajar dapat lebih mudah mengingat pembelajaran. Yang
terakhir adalah integrasi bahan ajar. Dalam penulisan bahan ajar BIPA, hal yang perlu
diperhatikan adalah bahan ajar harus mempunyai tema yang mencakup semua materi ajar, dimana
tema tersebut harus sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh pemelajar BIPA dan harus
disusun mulai dari bahan ajar yang bersifat konkret ke bahan ajar yang bersifat abstrak. Hal ini
ditujukan agar memudahkan pengajar untuk menggabungkan berbagai materi.
Ada beberapa aspek keterampilan dalam pembelajaran BIPA, yaitu :
1) Keterampilan Mendengar
a. Menyalin bahan ajar menyimak dengan tujuan meningkatkan pemahaman
pemelajar dalam menyimak serta dapat meningkatkan kemampuan pembelajar
dalam melafalkan bunyi bahasa target mendekati pelafalan penutur asli.
b. Memperhatikan pengajar dengan saksama saat pengajar mengoreksi kesalahan
pelafalan pembelajar atau pembelajar lainnya.
c. Menyimak pelafalan penutur asli dengan saksama baik dari media elektronik
maupun dari tatap muka langsung.
d. Memperhatikan konteks bahasa maupun bentuk bahasa yang digunakan pengajar
saat mengajar di kelas.
2) Keterampilan Berbicara
a. Meniru pelafalan kata-kata atau frasa dari rekaman yang digunakan oleh penutur
asli.
b. Mentranskripsikan wacana dalam pola kalimat yang benar dalam bahasa target
yang sudah dia dengar sebelumnya dengan cara mengingat.
c. Menggunakan pola kalimat yang baik yang digunakan oleh penulis baik dalam
teks maupun dalam berbicara.
d. Mengusahakan untuk terbiasa menggunakan bahasa target dengan tidak terlalu
khawatir dalam melakukan kesalahan saat menggunakan bahasa tersebut pada
tahap awal pembelajaran.
3) Keterampilan Membaca
Memperbanyak membaca berbagai macam wacana dalam bahasa target untuk
meningkatkan kemampuan pembelajar dalam membaca dan memperluas kosakata.
4) Keterampilan Menulis
a. Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa target dengan cara sering
mengasah kemampuan menulis dalam bahasa target.
b. Mengadopsi gaya tulisan dan pola kalimat yang digunakan penulis yang
merupakan penutur asli untuk menulis dalam bahasa target.

2.3 Bahan Ajar BIPA Berbasis Sastra


Sama seperti mempelajari bahasa pada umumnya, Pengajaran BIPA juga harus dikaitkan
dengan pengajaran sastra. Ada dua tujuan pengajaran sastra yaitu agar peserta didik memperoleh
pengetahuan dan pengalaman sastra. Pengetahuan sastra diperoleh pertama dengan memberikan
teori, sejarah dan macam - macam sastra. Kemudian kedua memberikan pengalaman terhadap
sastra seperti membaca, melihat apresiasi karya sastra
Memberikan teori bisa berupa pengenalan terhadap sebuah karya sastra dengan
mengetahui unsur - unsur dalam sebuah cerpen, novel dan karya sastra lainnya. Seorang pengajar
sastra juga bisa meminta peserta didik melakukan kegiatan apresiasi karya sastra
Kemudian selain memberikan teori, para peserta didik juga diminta untuk membuat karya
sastra sesuai dengan kreativitas mereka masing - masing dengan mengambil tema kebudayaan
Indonesia. Seperti membuat puisi, cerpen.
Dalam praktiknya, para peserta didik BIPA disarankan membuat karya sastra sesuai
dengan kreativitas mereka masing - masing dengan mengambil tema kebudayaan Indonesia.
Seperti membuat puisi, cerpen, esai, mendongeng, dramatisasi puisi, mendongeng, pembuatan
sinopsis, bermain peran, penulisan kritik dan esai.
Sebuah kegiatan kompetitif juga bisa dilakukan untuk mentriger minat dan bakat peserta
didik, diantaranya lomba penulisan puisi, musikalisasi puisi, bermain peran, dan penulisan kritik
dan esai.
2.4 Bahan Ajar BIPA Berbasis Budaya
2.4.1 Pemahaman Hakikat Budaya bagi Guru BIPA
Mengajar bahasa pada dasarnya juga mengajarkan budaya. Budaya dalam hal ini adalah
budaya berbahasa atau yang lebih dikenal dengan kesantunan berbahasa. Selain itu, melalui
pembelajaran bahasa, guru juga mengajarkan materi-materi budaya yang dikemas dalam teks
dialog ataupun teks bacaan yang digunakan sebagai bahan ajar. Karena itu, pada pembelajaran
BIPA, guru perlu memahami budaya Indonesia.
“Budaya adalah semua jenis aktivitas manusia dan hasilnya yang berpola, baik yang
terinderai maupun yang tidak terinderai” (Sadtono, 2002). Berkenaan dengan pendapat tersebut,
budaya dapat dikelompokkan ke dalam dua pilihan, yaitu budaya sebagai produk dan budaya
sebagai keseluruhan cara hidup masyarakat. “Sebagai produk, budaya di antaranya berwujud
nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma, simbol-simbol, dan ideologi, sedangkan sebagai cara
hidup, budaya berupa hubungan antarmanusia dan sikap atau perilaku manusia dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya” (Thompson, 1990).
Sesuai dengan pernyataan tersebut, guru BIPA sudah seharusnya memiliki wawasan
yang cukup ketika mengajarkan atau menggunakan materi ajar yang berkaitan dengan topik-topik
budaya tersebut. Sudah seharusnya, guru yang merupakan Warga Negara Indonesia mengenali
budaya yang berupa produk ataupun budaya yang termasuk dalam cara hidup masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu juga, guru BIPA juga harus mengenali pilihan budaya, yaitu budaya
besar dan budaya kecil. “Budaya besar merupakan budaya prestasi, yang di dalamnya meliputi
geografi, sejarah, lembaga, sastra, seni, musik, dan cara hidup. Sementara, budaya kecil adalah
budaya perilaku, yang meliputi sikap, kepercayaan, persepsi, terutama yang diekspresikan dalam
bahasa dan dipengaruhi oleh budaya lokal” (Tomalin & Stempleski, 1993).
Tentunya praktik budaya juga berkaitan dengan bahasa, Duranti (1997) menjelaskan
bahwa budaya “(a) berbeda dengan nature, (b) sebagai pengetahuan, (c) sebagai komunikasi, (d)
sebagai sistem mediasi, dan sebagai sistem praktik. Sebagai perihal yang berbeda dengan perihal
yang bersifat alami (culture is distinct from nature), budaya merupakan sesuatu yang dipelajari,
ditransmisikan, diturunkan dari generasi ke generasi” Dalam hal ini, tindakan manusia dalam
bentuk interaksi bersemuka dan komunikasi bahasa diwariskan melalui budaya.
2.4.2 Materi Budaya dalam Pembelajaran BIPA
Dalam pembelajaran BIPA, pengembangan materi budaya ditujukan kepada pengenalan
wawasan budaya Indonesia kepada pelajar asing agar mereka dapat memanfaatkannya sebagai
bekal dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat di Indonesia. Materi budaya yang perlu
diajarkan kepada pelajar BIPA adalah perilaku budaya, pengetahuan budaya, dan benda-benda
budaya. Prinsip dalam pemberian materi budaya ini adalah membekali pelajar BIPA agar mampu
berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi. Di samping itu, juga
mengenalkan budaya Indonesia kepada pelajar BIPA bertujuan agar dapat menumbuhkan sikap
positif dan apresiatif pelajar BIPA terhadap budaya Indonesia.
Perilaku berbudaya yang perlu diajarkan kepada pelajar BIPA antara lain adalah cara
hidup di lingkungan keluarga, berteman, bermasyarakat, dan sopan santun dalam pergaulan.
Pengenalan perilaku budaya tersebut dapat dilakukan melalui penempatan pelajar asing secara
individual pada keluarga Indonesia. Pelajar BIPA dapat dibiasakan dengan hidup dalam keluarga
Indonesia dan sering berdiskusi dengan para anggota keluarga dan masyarakat di lingkungan
sekitar tempat tinggalnya, paling tidak pelajar BIPA akan kenal dan terbiasa dengan cara hidup
keluarga Indonesia. Aktivitas lain yang dapat dilakukan dalam pembelajaran perilaku budaya ini
adalah dengan mengunjungi keluarga, berkunjung ke rumah teman, atau bertamu ke rumah
perangkat desa atau tokoh masyarakat. Melalui aktivitas ini, akan didapatkan pengalaman
sekaligus pembelajaran dalam menjalin hubungan persahabatan dan penerapan kesantunan dalam
pergaulan sehari-hari.
Pada pembelajaran BIPA, khazanah budaya Indonesia tidak semuanya dapat dijangkau
melalui aktivitas kunjungan atau pengamatan. Karenanya, budaya Indonesia dapat diperkenalkan
kepada pelajar BIPA dalam bentuk pengetahuan budaya. Pengetahuan budaya ini bisa didapatkan
melalui aktivitas diskusi atau penjelasan pakar. Pengetahuan budaya tentang perkembangan
kelompok etnik di Indonesia, kesejarahan dan perkembangan kesenian di Indonesia, sistem religi,
dan lain-lain akan lebih mudah dipahami oleh pelajar asing melalui pembelajaran dengan para
pakar.
Benda-benda budaya Indonesia, termasuk benda-benda peninggalan sejarah dan karya
produk seni, juga merupakan materi budaya yang perlu diperkenalkan kepada pelajar asing.
Dalam pembelajaran BIPA, pelajar BIPA juga perlu untuk diajak berkunjung ketempat bersejarah
yang merupakan bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia. Pelajar asing juga perlu
diperkenalkan dengan karya kerajinan tradisional pengrajin Indonesia dan seni-seni
tradisional
masyarakat Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Sastra merupakan sebuah karya estetis yang merupakan hasil dari kegiatan kreatif dan
produktif yang dapat berupa cerminan realita sosial masyarakat dan dapat digunakan sebagai
bahan ajar. Sedangkan, budaya merupakan suatu hal yang bersifat turun-menurun dan menjadi
ciri khas suatu kelompok yang dapat berupa suatu nilai, struktur sosial, serta pernyataan
intelektual dan artistik. Kedua hal ini tentunya dapat dikaitkan dengan bahan ajar BIPA.
Pada pembelajaran BIPA, sastra ditujukan agar pelajar memperoleh pengetahuan sastra
seperti, sejarah dan macam-macam sastra. Selain itu, hal tersebut juga dapat menambah
pengalaman sastra pada pembelajar seperti mereka lebih gemar membaca, melihat, dan
mengapresiasi karya sastra. Sama halnya dengan materi budaya dalam pembelajaran BIPA, hal
ini ditujukan untuk mengenalkan budaya Indonesia agar mereka dapat memanfaatkannya sebagai
bekal dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat di Indonesia. Perilaku berbudaya yang
perlu diajarkan kepada pelajar BIPA antara lain adalah cara hidup dalam keluarga, berteman,
bermasyarakat, dan sopan santun dalam pergaulan.
Saran
Pembelajaran sastra dan budaya dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah penting, tidak
terkecuali dalam pembelajaran BIPA. Sastra dan budaya memiliki banyak fungsi dan manfaat
baik dalam proses pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik dan kreatif, maupun manfaat
bagi pelajar itu sendiri. Dengan belajar sastra dan budaya Indonesia, para pelajar BIPA
diharapkan mampu bersosialisasi dalam masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah budaya yang
ada di Indonesia.
Maka dari itu, sebagai seorang pengajar, termasuk pengajar BIPA, kita harus menjadi
lebih mengenalkan sastra dan budaya Indonesia kepada pembelajar BIPA, sehingga pelajar asing
tidak hanya mengenal dan belajar bahasa saja, tetapi ada unsur-unsur sastra dan budaya yang
menarik yang dapat mereka pelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press


Koentjaraningrat. (2015). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Liliweri, A. (2002). Makna budaya dalam komunikasi antar budaya. Yogyakarta: LKIS Pelangi
Aksara.
Sumardjo., & Saini. (1997). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka. Utama.
Nurhuda, T. A., et. al. (2017). Pemanfaatan Sastra Sebagai Bahan Ajar Pengajaran Bipa. The 1st
Education and Language International Conference Proceedings Center for International
Language Development of Unissula, 1(1), 864-869.
Muliastuti, L. (2010). Pengembangan Materi Ajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA).
Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing
[Dipresentasikan di Konferensi], 29-31 Juli 2010 di Universitas Indonesia.
Muliastuti, L. (2019). Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Sadtono, E. 2002. Perlukah Kita Memahami Kebudayaan Asing? Makalah disajikan dalam
Kursus Pramuwisata Muda Jatim di Surabaya pada 7—11 Oktober 2002.
Suyitno, I. (2007). Pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA)
berdasarkan hasil analisis kebutuhan pelajar. Wacana, Journal of The Humanities
of Indonesia, 9 (1), 62-78.
Teeuw, A. (2013). Sastra dan ilmu sastra: pengantar teori sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tomalin, B. dan Stempleski, S. 1998. Cultural Awareness . Oxford: Oxford University Press.
Thompson, M., Ellis, R., dan Wildavsky, A. 1990. Cultural Theory. Oxford: Westview Press.
Wellek, R., & Warren, A. (2014). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai