Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS CHOLELITIASIS (BATU
EMPEDU)"

Disusun Oleh :
Nurul Salsabilla M

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YARSI MATARAM

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan Laporan Keperawatan Medikal


Bedah tentang “Kolelitiasis”. Laporan ini disusun agar dapat menambah informasi kepada
para pembaca tentang kolelitiasis.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya


kepada :

1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi Mataram.

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho
Allah. Amin.

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................……......iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1. Latar belakang...................................................................................................................
1.2. Tujuan Penulisan Laporan.................................................................................................
1.3. Manfaat...................................................................................................................……..

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
2.1. Definisi..............................................................................................................................
2.2. Anatomi Fisiologi..........................................................................................……….......

2.3. Etiologi.............................................................................................................................
2.4. Klasifikasi.........................................................................................................................
2.5. Patofisiologi......................................................................................................................
2.6. Manifestasi Klinis ............................................................................................................
2.7. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................
2.8. Penatalaksanaan………………………….…….………………………….....................

2.9. Komplikasi................................................................................................................…...

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN.........................................................................


3.1. Pengkajian.........................................................................................................................
3.2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................................
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1
Kolelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban
sosial bagi masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di
negara barat. Angka kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat
dengan bertambahnya usia. Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi
umum dan laporan menunjukkan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi
ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah wanita yang menderita batu
empedu.Di negara barat penderita cholelitiasis banyak ditemukan pada usia 30
tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50 tahun dan meningkat saat usia
60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara barat 20%
perempuan dan 8% laki-laki menderita cholelitiasis dengan usia lebih dari 40
tahun (Cahyono, 2014). Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat
menderita cholelitiasis jadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis,
disetiap tahunnya ditemukan pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000
jiwa menjalani operasi pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau
laparoscopy chole). Cholelitiasis merupakan penyakit penting dinegara barat.
(Sudoyo, 2006)
Latar Belakang Masalah
Columbia Asia Medan sepanjang tahun 2011 didapatkan 82 kasus cholelitiasis.
(Ginting, 2012)
Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis,
sementara publikasi penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan
studi kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi
pada wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40 tahun.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil.
Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik
yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus
meningkat. (Cahyono, 2014)

Kolelitiasis adalah material atau kristal yang terbentuk di dalam kandung


empedu. Keluhan klinis yang sering ditemukan adalah nyeri pada perut kanan
atas, nyeri epigastrium, demam, ikterus, mual, muntah.
Frekuensi tertinggi berdasarkan jenis kelamin
sebanyak 64 pasien (63 %) adalah perempuan, umur ( > 40 tahun) sebanyak 88
pasien (86 %), frekuensi tertinggi berdasarkan jumlah anak didapatkan bahwa
responden yang mempunyai tiga anak atau lebih sebesar 52 pasien (52 %), rata-
rata nilai indeks masa tubuh (IMT) sebesar 24,80, tidak ada riwayat keluarga yang
menderita kolelitiasis sebanyak 83 pasien (80%), dengan warna kulit kuning
langsat sebanyak 70 pasien (69 %), keluhan klinis yang tersering adalah dispepsia
61 pasien (60%), dengan nilai rata rata kolesterol total 201 mg/dl. Berdasarkan
hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, pasien kolelitiasis di RSUD Koja terjadi
lebih banyak pada pasien perempuan dengan warna kulit kuning langsat (fair)
yang berusia lebih dari 40 tahun, dengan jumlah anak lebih dari tiga orang,
Cholelitiasis
memiliki merupakan
nilai rata-rata kondisitubuh
indeks massa yangsebesar
paling banyak ditemukan.
24,80, sebanyak 83Kondisi
pasien
ini menyebabkan
kolelitiasis tidak 90% penyakit
ditemukan empedu,
adanya dan merupakan
riwayat kolelitiasis penyebab nomor lima
dalam keluarga, dan
perawatan di rumah
ditemukan bahwa darisakit pada
seluruh usia muda.
jumlah Choleltiaisis
pasien kadar rata-ratabiasanya timbul
kolesterol pada
201 mg/dl
orang dewasa, antara usia 20- 50 tahun dan sekitar 20% dialami oleh pasien yang
berumur diatas 40 tahun. Wanita berusia muda memilikiresiko 2-6 kali lebih
besar mengalami cholelitiasis. Cholelitiasis mengalami peningkatan seiring
meningkatnya usia seseorang. Sedangkan kejadian cholelitiasis di negara Asia
3%-15% lebih rendah dibandingan negara barat. Di Indonesia, cholelitiasis kurang
mendapat perhatian karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit di deteksi atau
sering terjadi kesalahan diagnosis. Penelitian di Indonesia pada Rumah Sakit
1.3.2 Solusi masalah pada pasien dengan Kolelitiasis adalah perawat sebagai
Bagi Institusi
1. pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan informasi tentang bagaimana
Rumah Sakit
tanda gejala, caramasukan
Sebagai pencegahan,
dalamcara pengobatan5 dan
melaksanakan penanganan
tahap pasien dengan
proses keperawatan
Kolelitiasis sehingga
dan meningkatkan keluargapelayanan
pemberian juga dapat beperan
kesehatan aktif
pada dalam
pasien, pemeliharaan
khususnya
kesehatan baik individu
pasien dengan itu sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Kolelitiasis.

2. Bagi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
1.2 Tujuan Studi Kasus
pendidikan keperawatan dan pelaksanaan 5 tahap proses keperawatan pada
Terdiri dari 2 (dua) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
pasien, khususnya pasien dengan Kolelitiasis.
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kolelitiasis , menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.R dengan Kolelitiasis.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pasien dengan
Kolelitiasis.
3. Mampu membuat perencanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan pada pasien dengan Kolelitiasis.
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Kolelitiasis.
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
Kolelitiasis.
6. Mampu mendokumenasi tindakan keperawatan sesuai tahapan proses
keperawatan.

1.3 Manfaat Studi Kasus


1.3.1 Bagi Penulis
Hasil penelitian membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan pasien dengan Kolelitiasis dan menaban
dengan keluhan
wawasan utamabagi
sebagai acuan dispepsia.(J. Kedokt Meditek
peneliti selanjutnya Volume 23, No.63
dalam mengembangkan Juli- lanjutan
penelitian
Septemberpasien
terhadap 2017) yang menderita dengan
Kolelitiasis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan
distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu
memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C.
2001)
2.2. Anatomi Fisiologi Kandung Empedu
1. Anatomi

Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada
permukaan visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum.
Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana
fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX
kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas,
belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam
omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk
duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi kandung empedu dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.

2. Fisiologi
Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar
50 ml. Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk
membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu
sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon.
Sel - sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian
disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum
interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan
kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini
sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus
sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke
duodenum.

2.3. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus
koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada
submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada
usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)

Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko
dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan
kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru
orang Afrika)
2.4. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan
atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung >
50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol

b. Hipomotilitas kandung empedu

c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.

2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung <20%
kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk
akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan
oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit.
Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin
bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium
bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya
hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen
cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam
empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan
kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe
batu yang banyak ditemukan pada pasiendengan hemolisis kronik atau sirosis
hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.
Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam
terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.
3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50%
kolesterol.
(Price, 2000).

2.5. Patofisiologi

Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang
tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak
dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air,
kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu.
Pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan
peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi
getah empedu yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,
mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan
dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting
dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan
kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)
dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut
dalam media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel
yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,
atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang
litogenik (Schwartz, 2000).

Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel
debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan (Lesmana, 2000).
2.5.1. Pathway

Ekskresi kolesterol E. coli


bilirubin 
 Masak dalam
Kristalisasi kolesterol empedu
bilirubin 
 Bilirubin glukoronis
Terbentuk batu diubah jadi bilirubin
  bebas
Menyumbat Pergerakan batu 
choleduktusistikus  Aliran bilirubin
 Iritasi mukosa empedu terkonjugasi
Aliran asam empedu  
 Aktivitas syaraf nyer organ Penumpukan
Kontriksi kantong empedu viseral dan aktivitas bilirubin
 simpatis 
Distensi kandung empedu  Masuk aliran darah
 Motilitas lambung 
Sensitivitas syaraf nyeri menurun Menumpuk pada
  subkutis
Nyeri Pengosongan lambung 
lambat Merangsang
produksi histamin
Penurunan peristaltic  
karena efek cholelitiasis Perut terasa penuh Gatal
  
Makanan tertahan di Nafsu makan menurun Resiko kerusakan
dalam lambung  integritas kulit
 Nutrisi kurang dari
Merangsang pusat muntah kebutuhan tubuh

Muntah
2.6. Manifestasi Klinis
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat
3. Eliminasi
Gejala : perubahan warnaa urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin gelap, pekat,
feses warna tanah liat, steaforea.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak
dapat makan, flatus, dispepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas ditekan
6. Pernafasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal
7. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan (kekurangan
vitamin K)
(Doenges, Marilynn E, 1999)

2.7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan sinar X-Abdomen


2. Ultrasonografi (USG)
3. Pemeriksaan pencitraan radionukleida atau koleskintografi
4. Kolesistogragi
5. Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography) : pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik
yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.
6. Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam
percabangan bilier.
(Smeltzer, Suzanne, C. 2001)

7. Darah lengkap : lekositosis sedang


8. Bilirubin dan amilase serum meningkat
9. Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat
10. Kadar protrombin : menurun
11. CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999)
2.8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan
infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah
tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk).
Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak
desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil
tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk
memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang
diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan
oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat
setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding
abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)

2.9. Komplikasi

1. Kolistitis obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus


2. Peritonitus
3. Ruptur dinding kandung kemih

(Arif Mansjoer, 2001)


4.2 Saran
1. Institusi
Dengan adanya studi kasus ini, diharapkan sebagai bahan acuan
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan pemeriksaan
fisik menggunakan format pengkajian Ny.R pada hari Rabu, 11 Maret
2020 di Ruang IGD Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan pada studi kasus asuhan
keperawatan pada Ny. R yaitu Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi dan kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang direncanakan yaitu, lakukan
pengkajian secara komperhensif, observasi dan catat lokasi, beratnya
(skala 1-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul),Observasi
tanda - tanda vital , ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang, beri posisi yang nyaman, anjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi dan kolaborasi dengan dokter pemberrian terapi secara
farmakologis.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang telah disusun berdasarkan kriteria waktu yang telah disusun
berdsarkan kriteria jangka pendek.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
evaluasi keperawatan dimulai dari hari Rabu, 11 Maret 2020 dilakukan
dengan menggunakan metode Subyektif, Obyektis, Assesment, planning,
implementasi dan evaluasi.
atau referensi dalam memberikan pendidikan kepada siswa mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis.
2. Rumah sakit
Dengan adanya studi kasus ini, diharapkan sebagai bahan acuan
atau refrensi dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit pada
pasien dengan kolelitiasis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8.  Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC
Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC
Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC
Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta:
EGC
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses
penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI
Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER
RSPAD Gatot soebroto
Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC
Keperawatankita’s blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-
definisi-serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010
Muttaqin, A., 2010. Pengkajian Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta
Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (9 ed.). Jakarta,EGC.
Diposkan oleh Bayu Darma Bestari di 23.57

Anda mungkin juga menyukai