LP Cholelitiasis
LP Cholelitiasis
Disusun Oleh :
Nurul Salsabilla M
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga
shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho
Allah. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................……......iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1.1. Latar belakang...................................................................................................................
1.2. Tujuan Penulisan Laporan.................................................................................................
1.3. Manfaat...................................................................................................................……..
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................
2.1. Definisi..............................................................................................................................
2.2. Anatomi Fisiologi..........................................................................................……….......
2.3. Etiologi.............................................................................................................................
2.4. Klasifikasi.........................................................................................................................
2.5. Patofisiologi......................................................................................................................
2.6. Manifestasi Klinis ............................................................................................................
2.7. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................
2.8. Penatalaksanaan………………………….…….………………………….....................
2.9. Komplikasi................................................................................................................…...
1.1
Kolelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban
sosial bagi masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di
negara barat. Angka kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat
dengan bertambahnya usia. Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi
umum dan laporan menunjukkan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi
ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah wanita yang menderita batu
empedu.Di negara barat penderita cholelitiasis banyak ditemukan pada usia 30
tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50 tahun dan meningkat saat usia
60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara barat 20%
perempuan dan 8% laki-laki menderita cholelitiasis dengan usia lebih dari 40
tahun (Cahyono, 2014). Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat
menderita cholelitiasis jadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis,
disetiap tahunnya ditemukan pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000
jiwa menjalani operasi pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau
laparoscopy chole). Cholelitiasis merupakan penyakit penting dinegara barat.
(Sudoyo, 2006)
Latar Belakang Masalah
Columbia Asia Medan sepanjang tahun 2011 didapatkan 82 kasus cholelitiasis.
(Ginting, 2012)
Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis,
sementara publikasi penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan
studi kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi
pada wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40 tahun.
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil.
Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik
yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus
meningkat. (Cahyono, 2014)
2. Bagi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
1.2 Tujuan Studi Kasus
pendidikan keperawatan dan pelaksanaan 5 tahap proses keperawatan pada
Terdiri dari 2 (dua) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
pasien, khususnya pasien dengan Kolelitiasis.
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kolelitiasis , menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.R dengan Kolelitiasis.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pasien dengan
Kolelitiasis.
3. Mampu membuat perencanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan pada pasien dengan Kolelitiasis.
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Kolelitiasis.
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
Kolelitiasis.
6. Mampu mendokumenasi tindakan keperawatan sesuai tahapan proses
keperawatan.
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan
distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu
memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C.
2001)
2.2. Anatomi Fisiologi Kandung Empedu
1. Anatomi
Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada
permukaan visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum.
Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana
fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX
kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas,
belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam
omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk
duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi kandung empedu dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.
2. Fisiologi
Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar
50 ml. Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk
membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu
sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon.
Sel - sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian
disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum
interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan
kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini
sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus
sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke
duodenum.
2.3. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus
koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada
submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada
usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)
Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko
dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan
kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru
orang Afrika)
2.4. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan
atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung >
50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung <20%
kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk
akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan
oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit.
Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim B-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin
bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium
bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya
hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen
cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam
empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan
kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe
batu yang banyak ditemukan pada pasiendengan hemolisis kronik atau sirosis
hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.
Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam
terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.
3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50%
kolesterol.
(Price, 2000).
2.5. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang
tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak
dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air,
kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu.
Pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan
peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi
getah empedu yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,
mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan
dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting
dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan
kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)
dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut
dalam media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel
yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,
atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang
litogenik (Schwartz, 2000).
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel
debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan (Lesmana, 2000).
2.5.1. Pathway
2.9. Komplikasi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang telah disusun berdasarkan kriteria waktu yang telah disusun
berdsarkan kriteria jangka pendek.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
evaluasi keperawatan dimulai dari hari Rabu, 11 Maret 2020 dilakukan
dengan menggunakan metode Subyektif, Obyektis, Assesment, planning,
implementasi dan evaluasi.
atau referensi dalam memberikan pendidikan kepada siswa mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis.
2. Rumah sakit
Dengan adanya studi kasus ini, diharapkan sebagai bahan acuan
atau refrensi dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit pada
pasien dengan kolelitiasis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC
Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC
Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC
Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta:
EGC
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses
penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI
Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER
RSPAD Gatot soebroto
Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC
Keperawatankita’s blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-
definisi-serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010
Muttaqin, A., 2010. Pengkajian Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta
Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (9 ed.). Jakarta,EGC.
Diposkan oleh Bayu Darma Bestari di 23.57