Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DERMATITIS

Dasar surat : Asy syu”araa ayat 80 :

Artinya:

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (Asy


syu”ara ayat 80 ).

A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2019).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2019).

1
B. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2018), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

(1) Dermatitis Kontak Iritan


DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan
yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya.

(2) Dermatitis Kontak Alergik

2
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,
obat obatan, dan sebagainya.

b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat,
misalnya pada inse,,Mct bite.

3
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit
mempunyai kecenderungan residif.

e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

4
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam
bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

C. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam
kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

5
D. PATHWAY

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

6
E. Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2017)

2. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
3. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi
mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).
Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata
dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis
dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.

7
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan
dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan
sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama
kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia
pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

4. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun
5. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik
seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran
berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat

8
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
6. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,
tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit
lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,
berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi
terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat
anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

9
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48
jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan
melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan
sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin
komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat
dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

10
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di
kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit.
Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.

5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat
juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan
tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes
provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien
dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes
provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

11
8. Penatalaksanaan Terapi
1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering
(sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta,
krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.

12
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan
tingkat keparahnnya.
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan –
bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai
untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,
dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba
dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian
pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama
10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan

13
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang
tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang
digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai
kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah
gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter,
glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi

14
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,
pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu
tubuh. (PQRST)
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik

15
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal
isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak
mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang
pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman
baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada
lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,
membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,
tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop
tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
2) Leher

16
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas
pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak
ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada
distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien
(ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).

17
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.
3) Pola Eliminasi

18
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut

19
B. Tindakan Keperawatan (NIC-NOC Jilid 1. 2019 )
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan 1. Dapat
adanya lesi Setelah dilakukan tingkat nyeri mengetahui
kulit tindakan keperawatan pasien. tentukan kriteria nyeri
selama 2x60 menit, apakah nyerinya pasien
diharapkan nyeri kronis atau akut. 2. Untuk
berkurang atau Selain itu, kaji memfasilitasi
teradaptasi factor yang dapat pengkajian yang
Kriteria hasil : mengurangi atau akurat tentang
1. Pasien melaporkan memperberat; tingkat nyeri
nyeri berkurang lokasi, durasi, pasien
2. Nyeri dapat intensitas dan 3. Untuk
diadaptasi karakteristik menentukan
3. Dapat nyeri; dan tanda- keefektifan obat
mengidentifikasi tanda dan gejala 4. Tindakan ini
aktifitas yang psikologis. meningkatkan
meningkatkan atau 2. Pengkajian kesehatan,
menurunkan nyeri berkelanjutan kesejahteraan,
4. Pasien tidak gelisah membantu dan peningkatan
dan skala nyeri 0-1 meyakinkan tingkat energy,
atau teradaptasi bahwa yang penting
penanganan untuk
dapat memenuhi pengurangan
kebutuhan pasien nyeri
dalam 5. Untuk
mengurangi menurunkan
nyeri. ketegangan atau

20
3. Berikan obat spasme otot dan
yang dianjurkan untuk
untuk mendistribusikan
mengurangi kembali tekanan
nyeri, bergantung pada bagian
pada gambaran tubuh
nyeri pasien.
pantau adanya Kolaborasi:
reaksi yang tidak 1. Tindakan ini
diinginkan membantu
terhadap obat. meredakan
Sekitar 30 gejala.
sampai 40 menit 2. Masalah pasien
setelah dapat disebabkan
pemberian obat, oleh iritasi atau
minta pasien sensitisasi karena
untuk menilai pengobatan
kembali nyerinya sendiri.
dengan skala 1 3. Pemotongan
sampai 10 kuku akan
4. Atur periode mengurangi
istirahat tanpa kerusakan kulit
terganggu karena garukan.

21
5. Bantu pasien
untuk mendapat
posisi yang
nyaman, dan
gunakan bantal
untuk membebat
atau menyokong
daerah yang sakit
bila perlu.

Kolaborasi:
1. Gunakan terapi
topical seperti
yang
dipreskripsikan.
2. Anjurkan pasien
untuk
menghindari
pemakaian salep
atau lotion yang
dibeli tanpa resep
dokter.
3. Jaga agar kuku
selalu terpangkas.

2. Kerusakan Tujuan : 1. Monitor kulit akan 1. Mengidentifikasi


integritas kulit Setelah dilakukan adanya kemerahan, adanya tanda-tanda
b.d perubahan tindakan keperawatan bula, dan adanya kerusakan integrita
fungsi barier selama 2x60 menit cairan 2. Menghindari
kulit diharapkan kerusakan 2. Anjurkan klien terjadinya kerusakan
integritas kulit dapat untuk menggunakan kulit yang semakin

22
membaik pakaian yang longgar parah
Kriteria hasil : 3.. Anjurkan klien 3. Mandi akan
1. Pasien menunjukkan mandi minimal 1 kali meresap saturasi
tidak adanya sehari lalu Segera kulit. Pengolesan
kerusakan kulit oleskan salep atau krim pelembab
2. Pasien menunjukkan krim yang telah selama 2-4 menit
turgor kulit yang diresepkan setelah setelah mandi
normal mandi. Mandi lebih membantu
sering jika tanda dan melembabkan kulit
gejala meningkat dan mencegah
4. Anjurkan klien penguapan air dari
mandi menggunakan kulit
air hangat, jangan 4. Suhu air yang
menggunakan air terlalu panas
panas mengakibatkan
5. Anjurkan klien penderita dematois
mandi menggunakan dapat mengalami
sabun yang penurunan
mengandung sensitivitas terhadap
pelembab atau sabun panas dan
untuk kulit sensitive menyebabkan
6. Kolaborasi dengan vasolidatasi yang
dokter dalam akan meningkatkan
pemberian obat anti pruritus
histamin dan obat 5. Sabun yang
salep kulit mengandung
pelembab lebih
sedikit kandungan
alkalin dan tidak
membuat kulit
kering, sabun kering

23
dapat meningkatkan
keluhan
6. Penggunaan anti
histamine dapat
mengurangi respon
gatal serta
mempercepat proses
pemulihan

3. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi 1. Untuk


citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit diri pasien dan memvalidasi
penampakan pasien menerima berikan jaminan perasaannya
kulit yang perubahan citra tubuh bahwa ia dapat
tidak baik Kriteria hasil : mengatasi krisis
1. Pasien berpartisipasi ini
dalam berbagai 2. Ketika 2. Untuk mendapat
aspek perawatan dan membantu nilai dasar pada
dalam pemgambilan pasien yang pengukuran
keputusan tentang sedang kemajuan
perawatan melakukan psikologisnya
2. Pasien menyatakan perawatan diri,
perasaan positif kaji pola koping 3. Untuk
terhadap dirinya dan tingkat meningkatkan
sendiri harga dirinya rasa
3. Pasien berpartisipasi 3. Dorong pasien kemandiriannya
dalam program melakukan 4. Agar pasien
rehabilitasi dan perawatan diri dapat
konseling mengungkapkan
keluhannya dan
4. Berikan memperbaiki

24
kesempatan kesalahpahaman
kepada pasien 5. Untuk
untuk mendukung
menyatakan adaptasi dan
perasaan tentang kemajuan yang
citra tubuhnya berkelanjutan
dan hospitalisasi

5. Bimbing dan
kuatkan focus
pasien pada
aspek-aspek
positif dari
penampilannya
dan upayanya
dalam
menyesuaikan
diri dengan
perubahan citra
tubuhnya
5. Resiko infeksi Tujuan : 1. Minimalkan 1.     
b.d kerusakan Setelah melakukan resiko infeksi
perlindungan tindakan keperawatan pasien dengan :
kulit selama 1x60 menit, a. Mencuci a. Mencuci tangan
infeksi dapat dihindari tangan adalah satu-
Kriteria hasil : sebelum dan satunya cara
1. Tanda-tanda vital setelah terbaik untuk
dalam batas normal memberikan mencegah
2. Tidak adanya tanda- perawatan penularan
tanda infeksi pathogen
b. Menggunakan b. Sarung tangan

25
sarung tangan dapat melindungi
untuk tangan pada saat
mempertahank memegang luka
an asepsis yang dibalut atau
pada saat melakukan
memberikan berbagai tindakan
perawatan 2. Suhu yang terus
langsung meningkat
setelah
2. Pantau suhu dan pembedahan
catat pada kertas dapat merupakan
grafik. Laporkan tanda awitan
evaluasi segera komplikasi
3. Bantu pasien pulmonal,
mencuci tangan infeksi luka atau
sebelum dan dehisens, infeksi
sesudah makan saluran kemih
dan setelah dari atau
kamar mandi tromboflebitis
4. Beri pendidikan 3. Mencuci tangan
kepada pasien mencegah
mengenai : penyebaran
a. Teknik pathogen
mencuci terhadap objek
tangan yang dan makanan
baik lain
b. Factor-faktor 4. Tindakan
yang tersebut
meningkatkan memungkinkan
resiko infeksi, pasien untuk
tanda-tanda berpartisipasi

26
dan gejala dalam perawatan
infeksi dan membantu
pasien
memodifikasi
gaya hidup
untuk
mempertahankan
tingkat
kesehatan yang
optimum

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2019. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

NIC-NOC Jilid 1. 2019 Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2019). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis

[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses

tanggal 17 Februari 2020. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2019. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai