Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Kehamilan (Trimester III)


a. Definisi Kehamilan
Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi International adalah
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, di mana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke- 40). (Sarwono, 2016).
b. Adaptasi Fisiologis Kehamilan (WHO, 2016)
Kehamilan menyebabkan perubahan baik anatomi maupu fisiologis. Tubuh
wanita beradaptasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan janin.
Tabel 2.1 tabel adaptasi fisiologi kehamilan
Areas of the body Physiological changes Women’s experience
Human chorionic Kenaikan awal hormon ini
gonadotrophin merupakan dasar bagi banyak tes
kehamilan, dan dianggap sebagai
penyebab mual kehamilan dini
Estrogen: diproduksi oleh Payudara nyeri Amenorea (tidak
plasenta setelah kehamilan 12 ada periode menstruasi)
minggu; menekan ovulasi,
menghambat laktasi, Rahim membesar
mendorong pertumbuhan
payudara, uterus, dan vagina
Progesteron: diproduksi oleh Payudara nyeri
plasenta setelah kehamilan 12
Sistem endokrin. minggu; bertanggung jawab Mencegah kontraksi uterus
untuk pengembangan jaringan
payudara, melemaskan otot Dapat menyebabkan varises,
polos di seluruh tubuh sembelit atau infeksi saluran kemih
Hormon perangsang tiroid:
merangsang metabolisme Feeling of warmth
melalui kerja tiroksin
Hormon perangsang Pigmen kulit menjadi gelap
melanosit: saat kehamilan
berlanjut dan kelenjar Linea nigra, chloasma, dan areola
hipofisis membesar lebih puting sekunder berkembang
banyak diproduksi
Meningkat untuk Kenaikan berat badan sekitar 10-12
Metabolisme memenuhi tuntutan ibu dan kg
janin
15-20% peningkatan Dyspnoea (kesukaran bernafas) di
Sistem Pernapasan permintaan oksigen; akhir kehamilan
pertukaran gas lebih mudah;
iga lebih rendah menyala
keseluruhan sistem Mulas Sembelit barangkali
mengendur terutama karena membutuhkan makanan yang lebih
progesteron, meskipun organ- kecil/halus
Sistem organ dalam tergencet oleh
Gastrointestinal rahim yang tumbuh dan
perubahan posisi lambung dan
aliran balik asam lambung ke
esofagus
bagian bawah
Peningkatan aliran darah ke
ginjal menyebabkan Glikosuria (gula dalam urin) dapat
peningkatan 50% dalam terjadi
filtrasi glomerulus
Sistem Urinaria
progesteron menyebabkan Dapat terjadi infeksi saluran
kekusutan ureter. kemih, frekuensi berkemih
Progesteron memiliki efek bertambah karena tekanan pada
melemaskan otot ureter yang kandung kemih dari rahim yang
memperlambat aliran urine tumbuh dan kepala janin.
Rahim: menebal dan tumbuh Mengubah citra tubuh
dari organ panggul dengan pada 12 minggu, fundus uterus
berat 70 g menjadi organ perut
terasa di atas tulang kemaluan pada
dengan berat 1 kg 24 minggu, fundus uterus teraba di
atas umbilikus
pada 38 minggu, uterus menekan
xiphisternum (tepi bawah strenum
di tengah tulang rusuk
selama hamil kanalis Peningkatan keputihan
servikalis diisi oleh lendir
Sistem Reproduksi serviks atau sumbat lendir
serviks (operculum).
Menjelang persalinan serviks
akan menipis menyebabkan
lendir darah
Vagina: telah meningkatkan
suplai darah dan estrogen
bekerja pada sel-sel yang
memproduksi lender

Baik estrogen maupun


progesteron mendorong
pertumbuhan dan suplai darah Perubahan vaskular terlihat,
Payudara meningkat kolostrum mungkin dikeluarkan
Tuberkel Montgomery dari 16 minggu
menjadi lebih aktif dan
Menonjol
Progesteron melembutkan Dapat menyebabkan sakit
Sistem Skeletal ligamen, yang membantu punggung, atau lordosis (tulang
dalam persalinan belakang melengkung)
c. Adaptasi Psikologis Kehamilan (Jannah, 2013)
Perubahan Psikologis Trimester III
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak
menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi
yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
6) Semakin ingin menyudahi kehamilannya.
7) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya
8) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.
d. Ketidaknyamanan dalam kehamilan trimester III
1) Nocturia (Ardiansyah, 2017)
Nocturia adalah urinasi berlebihan pada malam hari. Pada akhir
kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan
kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air
menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter
lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke
kanan akibat terdapat kolo rektosigmoid di sebelah kiri. Rahim yang tumbuh
membesar akan menekan kandung kemih.
Upaya dalam mengatasi nocturia adalah sebagai berikut banyak minum
pada siang hari. Jangan mengurangi porsi air minum di malam hari, kecuali
apabila nocturia menganggu tidur sehingga menyebabkan keletihan.
Membatasi minuman yang mengandung bahan cafein (teh, kopi, cola). Bila
tidur (khususnya malam hari) posisi miring dengan kedua kaki ditinggikan
untuk meningkatkan diuresis.
2) Nyeri punggung (Mafikasari and Kartikasari, 2015)
Nyeri punggung merupakan salah satu rasa tidak nyaman yang paling
umum selama masa kehamilan menjelang bulan ke tujuh, banyak wanita
hamil mengalami nyeri punggung.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya back pain
(nyeri punggung) pada ibu hamil diantaranya
a) Berubahnya titik berat tubuh seiring dengan membesarnya rahim.
Dengan adanya pertembuhan janin tubuh lebih condon ke depan
akibatnya tubuh akan berusaha menarik bagian punggung agar lebih ke
belakang, baguab bawah pun lebih melengkung serta otot tulang
belakang memendek
b) Postur tubuh Postur tubuh yang berubah seiring perkembangan janin
yang ada di dalam perut yang dapat merubah susunan tulang tulang
panggul seiring membesarnya rahim dan pertumbuhan janin yang
bertahap secara fisiologis.
c) Posisi tidur merupakan suatu kebiasaan di mana posisi tidur sebelum
hamil dan sesudah hamil itu harus berbeda ibu hamil harus mampu
melepaskan posisi tidur favorit dan terbiasa dengan posisi tidur yang baru
dimana perut yang semakin membesar dan lebih mempersulit ibu hamil
untuk tidur dengan nyaman
d) Meningkatnya hormone, hormone yang di lepaskan selama kehamilan
akan membuat persendian tulang panggul meregang hal ini dapat
mempertinggi resiko terjadinya back pain.
Beberapa upaya yang dapat di lakukan untuk mensiasati agar tidak terjadi
nyeri punggung pada ibu hamil adalah menjaga pertambahan berat badan di
dalam parameter yang di anjurkan, jangan mengenakan sepatu tumit tinggi,
mempelajari cara yang benar untuk mengangkat benda berat, usahakan
untuk tidak berdiri lama, duduk dengan baik, tidur dengan kasur yang keras,
posisi tidur yang yang nyaman dibantu dengan guling, menggunakan
kompres hangat, kenakan bra yang dapat menyangga dengan baik hindari
posisi membungkuk yang berlebihan, mengikuti berbagai kelas olahraga
dan melakukan gerakan yang sederhana. (Mafikasari and Kartikasari, 2015)
Senam hamil dan Yoga Antenatal bertujuan melatih otot panggul dan
sekitarnya, agar menjadi lebih kuat dan elastis. Sirkulasi darah disekitar
daerah panggul menjadi lebih lancar sehingga memudahkan ibu melakukan
persalinan secara normal. Dengan latihan pernafasan yang dilakukan selama
yoga, ibu akan terbiasa melakukan nafas pendek dan cepat dengan ritme
yang teratur serta panjang dan dalam baik saat menghirup maupun
melepaskan udara. Pelatihan nafas bisa menenangkan calon ibu untuk
melalui rasa sakit dalam proses persalinan, serta memicu sistem saraf yang
memperlancar pembukaan dan peregangan dinding vagina. (Neni Yuli
Susanti, 2019)
e. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Asuhan Kehamilan atau asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran marernal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(Sarwono,
2016).
Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,
meganjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali
kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga. (Depkes RI, 2013).
Pada tahun 2016 WHO membuat rekomendasi dalam ANC guidelines.
Rekomendasi ini bertujuan meningkatkan kualitas ANC dan meningkatkan
kualitas ibu, janin dan bayi baru lahir yang terkait dengan hasil ANC. Berikut
adalah tabel perbedaan jadwal four-visit Focused Antenatal Care (FANC)
Model dengan 2016 WHO ANC model
Tabel 2.2 Comparing ANC Schedules (WHO, 2016)
WHO FANC 2016 WHO ANC
Model Model
Trimester satu
kunjungan 1 : 8 -12 minggu Kontak 1 : up to 12 minggu
Trimester dua
kunjungan 2 : 24 - 26 minggu Kontak 2 : 20 minggu
Kontak 3 : 26 minggu
Trimester tiga
kunjungan 3 : 32 minggu Kontak 4 : 30 minggu
Kontak 5 : 34 minggu
kunjungan 4 : 36 - 38 minggu Kontak 6 : 36 minggu
Kontak 7 : 38 minggu
Kontak 8 : 40 minggu
Kembali melakukan ANC apabila diusia kehamilan 41 minggu
belum bersalin

f. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2017)
Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang
dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester
kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan
harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; Memeriksa BB
penting untuk menggambarkan status gizi pada awal pra kehamilan. Untuk
dijadikan dasar guna mengetahui pola pertambahan BB ibu selama kehamilan.
(Kemkes, 2017).

Tabel 2.3 rekomendasi kenaikan berat badan berdasarkan


IMT (IOM, 2019)
Berat badan sebelum Laju peningkatan berat
kehamilan Peningkatan berat badan trimester 2 - 3
badan total (kg) (kg/minggu)
Kategori IMT rata-rata kisaran
(Kg/m2)
Underweight <18,5 12,5 - 18,0 0,51 0,44 - 0,58
Normal 18,5 - 24,9 11,5 - 16,0 0,42 0,35 - 0,50
Overweight 25 - 29,9 7,0 - 11,5 0,28 0,23 - 0,33
Obesitas >30 5,0 - 9,0 0,22 0,17 - 0,27

1) Pengukuran tekanan darah;


Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.
Tekanan darah yang normal 110/70 - 120/80 mmHg. (Sarwono, 2016)
2) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I
untuk skrining ibu hamil berisiko KEK (Kurang Energi Kronis) atau
kekurangan gizi. Ibu hamil dikatakan Kurang Energi Kronis (KEK) apabila
didapati LiLA <23,5 cm hal ini berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(Elly Dwi Wahyuni, 2017)
3) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
Tinggi fundus uteri dipantau setiap pemeriksaan kehamilan, hal ini
dilakukan untuk melihat kesesuaian antara tinggi fundus
Gambar 2.1 tinggi fundus
uteri dengan usia kehamilan. Pengukuran tinggi fundus uteri ini pun menjadi
salah satu indikator pengukuran taksiran berat janin. Tinggi fundus uteri
yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan
rumus: (usia kehamilan dalam minggu + 2) cm. (Depkes RI, 2013)
4) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi;
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus
didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status)
imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya.
Imunisasi TT dilakukuan 5 kali selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT
tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval
minimal antar dosis TT. (Depkes, 2013)
5) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
Kebutuhan zat besi wanita hamil lebih tinggi 200 – 300% dari wanita
tidak hamil untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Selama hamil terjadi
kehilangan basal 250 mg kebutuhna janin dan plasenta 315 gr dan
kebutuhan meningkatkan massa hemoglobin 500 mg dibutuhkan total 1,1
gram. Pada trimester 1 belum ada kebutuhan yang drastis sehingga
kebutuhan zat besi trimester 1 sama dengan wanita dewasa yang masih
menstruasi 26 mg/hari. Pada saat melahirkan ada kehilangan zat besi 250
mg sehingga masih tersimpan 250 mg. bila ditambah untuk kebutuhan
plasenta 315 mg maka diperlukan 550 mg. jumlah ini yang harus dipenuhi
selama trimester 2 dan 3 maka diperlukan tambahan rata-rata 2,9 mg/hari
selama trimester 2 dan 3. Maka diberikan tablet tambah darah 90 butir
sediaan di Indonesia mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Setiap
tablet setara 200 ferosulfat, maka selama hamil minimal diberikan 90
tablet sampai 42 minggu. (Voni Silvia, 2012)
6) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); Pemeriksaan
denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin
baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulan. Gambaran DJJ
Takikardi berat : detak jantung di atas 180x/menit, Takikardi ringan : antara
160-180x/menit, Normal : antara 120-160x/menit, Bradikardi ringan : antara
100-119x/menit, Bradikardi sedang : antara 80- 100x/menit, dan Bradikardi
berat : kurang dari 80x/menit. (Sarwono, 2016)
7) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana);
8) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya); dan
9) Tatalaksana kasus
g. Evidance Based
Judul Penelitian/
Nama Hasil
Penerbit / no Metode Penelitian
Penulis Penelitian
Jurnal
Rafika Efektivitas Prenatal Jenis penelitian Quasi Experiment Hasil
Yoga terhadap dengan menggunakan pendekatan Non didapatkan
Pengurangan Keluhan Equivalent Control Group. Penelitian nilai mean
Fisik pada Ibu Hamil ini dilaksanakan bulan April 2017 di perbedaan
Trimester III Jurnal wilayah kerja Puskesmas Kamonji antara
Kesehatan Volume 9, Kota Palu. Sampel penelitian 32 ibu pengukuran
Nomor hamil trimester III terdiri dari 16 orang pre-test dan
1, April 2018 sebagai kelompok intervensi dan 16 post-test
ISSN 2086-7751 orang sebagai kontrol yang diambil kelompok
(Print), ISSN 2548- menggunakan teknikconsecutive kontrol
5695 sampling. Alat ukur berupa lembar sebesar -0,25;
(Online) kuisioner dengan wawancara sebelum (p=0,417>α=0
(pre-test) mengenai keluhan fisik yang ,05).
dialami ibu hamil trimester III baik Hasil
kelompok intervensi maupun perbedaan
kelompok kontrol. Prenatal yoga pada nilai mean
kehamilan trimester III pada kelompok antara
Intervensi, yang dilakukan mulai pengukuran
gerakan pemanasan (pemanasan leher, pre-test dan
peregangan dan pemuntiran samping post-test
tubuh, peregangan bahu dan pundak) kelompok
dilanjutkan gerakan Yoga: postur intervensi
restorative (mudhasana/postur anak), sebesar 3.5;
postur berdiri (utkatasana/postur kursi, (p=0,000<α=0
seri memutar panggul (pelvic rocking), ,05).
postur melentur dan menguatkan Dan hasil
panggul (seri postur berjongkok, perbedaan
baddha konasana/seri postur kupu selisih nilai
kupu), putaran sufi, meditasi sambil rata-rata
relaksasi pernafasan diafragma keluhan fisik
(Sindhu, 2014). Prenatal kelompok
yogadilakukan waktu latihan diberikan kontrol dan
selama 30-60 menit ke seluruhan kelompok
gerakan. Setelah pelaksanaan yoga, intervensi
kemudian sesudah (post-test) diukur sebesar 3.75;
keluhan ibu hamil. Pada kelompok (p=0.000<α=0
control dilakukan pengkajian keluhan ,05,
fisik ibu hamil trimester III pre-test hasil ini
dan post-test tanpa intervensi. Analisis terdapat
univariat dilakukan distribusi perbedaan
frekuensi dan uji Wilcoxon dan uji signifikan
nilai rata-rata
keluhan fisik
responden
antara
kelompok
kontrol dan
kelompok
intervensi.
Simpulan
penelitian
bahwa
prenatal yoga
efektif
terhadap
pengurangan
keluhan fisik
ibu hamil
trimester III
.
Mann Whitney dengan α=0,05 dan CI95%

Ni Pengaruh Senam Hamil Jenis penelitian ini adalah penelitian 1. Ibu hamil yang
dan Yoga terhadap analitik. Populasi pada penelitian ini adalah melakukan
Kesiapan Fisik dan seluruh ibu-ibu hamil yang mengikuti senam yoga
Psikologis dalam senam yoga ibu hamil di Bidan Praktik secara teratur
Menghadapi Persalinan Mandiri Lasmitasari, S.ST. Penentuan sebanyak 25
di BPM Lasmitasari, populasi didasarkan atas semua jumlah ibu responden
S.ST hamil trimester II dan trimester III yang (62.5%).
melakukan senam yoga di Bidan Praktik 2. Sebagian besar
Jurnal Kedokteran dan Mandiri Lasmitasari, S.ST. Jumlah kesiapan fisik
Kesehatan, Vol. 14, No. populasi dari penelitian ini sebanyak 40 dan psikologis
1 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah ibu hamil siap
Januari 2018 ISSN : pengaruh senam yoga ibu hamil dan menghadapi
0216 – 3942 e-ISSN : kesiapan fisik dan psikologis dalam persalinan yaitu
2549 – 6883 menghadapi persalinan. Teknik 26 responden
pengumpulan data dalam penelitian ini (65%).
berupa data primer dan data sekunder. 3. Ada Pengaruh
antara senam
ibu hamil
terhadap
kesiapan fisik
dan psikologis
dalam
menghadapi
persalinan p =
0.00 < α = 0.05
Dian Pengaruh Quasi-experimentalpre-testandpost-tes Asuhan
Hypnopregnancy controlgroupdesign terhadap 16 ibu hamil kebidanan
Terhadap Kecemasan Ibu pada kelompok kelas hypnopregnancy dan dengan
Hamil Dalam 16 pada kelompok control. Penelitian hypnopregnanc
Menghadapi Persalinan dilakukan di Klinik Asih Waluyo Jati pada y dapat
di Klinik Pratama Asih bulan Oktober sampai dengan November memberikan
Waluyo Jati Bantul 2017. Analisa data menggunakan uji pengaruh
Yogyakarta chisquare. Hasil analisis menunjukkan terhadap
bahwa kelas hypnopregnancy berpengaruh kecemasan ibu
terhadap penurunan kecemasan ibu hamil hamil dalam
dalam mempersiapkan persalinan, menghadapi
(p<0,05). persalinan
dengan
menurunkan
kecemasan
sebesar 4,6 kali
dibandingkan
dengan metode
konvensioanal
Maya Efektifitas Hipnoterapi Metode yang digunakan dalam penelitian Terdapat
Shella dan Terapi Musik ini adalah quasi experiment dengan perbedaan yang
Asmara Klasik terhadap menggunakan dua kelompok pretest dan signifikan
Kecemasan Ibu posttest, kelompok kontrol antara sebelum
non-equivalent. Hipnoterapi dan terapi dan setelah
diberikan

2.2 Asuhan Kebidanan Persalinan


a. Definis Persalinan
Menurut Buku Saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan, persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan
cukup bulan yakni 37 sampai dengan 42 minggu, persalinan terjadi spontan,
presentasi belakang kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada
komplikasi pada ibu maupun janin (Depkes RI 2013).
b. Tanda – Tanda Persalinan (Kementrian KesehatanRepublik Indonesia, 2016)
1) Perut mulas – mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin
lama
2) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban
dari jalan lahir.
c. Mekanisme Persalinan Normal (varney, 2010)
1) Engagement (masuknya kepala) : kepala janin berfiksir pada pintu atas
panggul.
2) Descent (Penurunan) : penurunan dilakukan oleh satu/lebih
a) Tekanan cairan amnion
b) Tekanan langsung fundus pada bokong kontraksi otot abdomen.
c) Ekstensi dan penelusuran badan janin.
d) Kekuatan mengejan
3) Fleksion (fleksi)
Fleksi di sebabkan karena anak di dorong maju dan ada tekanan pada
PAP, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada fleksi ukuran
kepala yang melalui jalan lahir kecil, karena diameter fronto occopito di
gantikan diameter sub occipito.
4) Internal rotation (rotasi dalam)
Pada waku terjadinya pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
ingga bagian terendah dari janin memutar ke depan ke bawah simfisis (UKK
berputar ke depan sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis)
5) Extensition (ekstensi)
Ubun – ubun kecil (UUK) di bawah simfisis maka sub occiput sebagai
hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi (ekstensi)
6) External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala dengan
punggung anak
7) Explsion (ekspusi)
Terjadi kelahiran bayi seluruhnya.
d. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Persalinan (varney, 2010)
1) Passage (Jalan Lahir)
a) Bagian Keras tulang panggul (rangka panggul) Terdiri dari 4 buah
tulang, yaitu :
(1)Terdapat 2 buah tulang pangkal paha (Os.coxae) yang terdiri dari :
tulang usus (os. Illium), tulang duduk (os. Ischium) dan tulang
kemaluan (os.pubis)
(2)Terdapat 1 tulang kelangka (Os.sacrum)
(3)Terdapat 1 tulang tungging (Os.coccygis)
b) Bagian Lunak Panggul
Segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina, dan vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
panggul.
2) Passenger
a) Janin pada persalinan normal bila kondisi janin adalah letak bujur,
presentasi belakang kepala, sikap fleksi dan tafsiran berat janin <4000
gram.
b) Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim).
Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka
menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga
menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi.
3) Power
Faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan
terdiri dari:
(1)His (kontraksi otot rahim)
His yang normal mempunyai sifat :
(1)Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.
(2)Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
(3)Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang
berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi refleksi
dan pembentukan segmen bawah Rahim
(4)Kontraksi otot dinding perut.
(5)Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
(6)Ketegangan dan kontraksi ligamentum.
e. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.
Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah teriadinya komplikasi. Hal ini
merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan
komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan
dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan asuhan
persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
(Sarwono 2016) .
f. Tahapan Persalinan (Depkes, 2013)
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika
serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya
kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase.
(1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
Tabel 2.4
Penilian dan intervensi selama kala 1 (Depkes, 2013)
PARAMETER FASE LATEN FASE AKTIF
Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Denyut Jantung Janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan Servik Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung
selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
d) Perineum terlihat menonjol.
e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :
a) Pembukaan serviks telah lengkap.
b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung
5-30 menit setelah bayi lahir.
4) Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda – tanda
pelepasan plasenta.
a) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uterus
b) Tali pusat bertambah panjang
c) Terjadi semburan darah Asuhan pada Kala III
Asuhan yang di berikan oleh tenaga kesehatan pada ibu bersalin saat kala
III yaitu, antara lain:
a) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
untuk membantu uterus berkontraksi baik.
b) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10
unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin). Jika tidak ada oksitosin:
(1)Rangsang puting payudara ibu atau minta ibu menyusui untuk
menghasilkan oksitosin alamiah.
(2)Beri ergometrin 0,2 mg IM. Namun TIDAK BOLEH diberikan pada
pasien preeklampsia, eklampsia, dan hipertensi karena dapat memicu
terjadi penyakit serebrovaskular.
(3)Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia
neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm
distal dari klem pertama.
(4)Potong dan ikat tali pusat.
(a)Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut
bayi).
(b)Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci.
(c)Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
(d) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan
apapun ke puntung tali pusat
(5)Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
(6)Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi
pada kepala bayi. (Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir)
(7)Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
(8)Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi
atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain.
(9)Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-
hati, seperti gambar berikut, untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk menstimulasi puting susu. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
(10) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial, seperti gambar
berikut;
(11) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
(12) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
(a)Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(b)Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
(c)Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
(d)Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
(e)Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
(f) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
(13) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
(14) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
(15) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.
(16) Menilai perdarahan
(17) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
(18) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
5) Kala IV (Pemantauan)
Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala empat
dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Pada
kala empat yang paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2
jam pertama postpartum. Masalah / komplikasi yang dapat muncul pada kala
empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri,
laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan
pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
(1)Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan
(2)Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
(3)Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri yang sesuai.
Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan
amplitudo sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti
oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan
membentuk thrombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan
thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. Kekuatan
ikutan saat menyusui sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena
pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pengeluaran
oksitosin sangat penting yang berfungsi :
a) Merangsang otot polos yang terdapat di sekitar alveolus kelenjar mamae,
sehingga ASI dapat dikeluarkan.
b) Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.
Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi perdarahan
postpartum.
g. Perubahan Fisiologis dalam Persalinan (varney, 2010)
Tekanan Darah Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata -rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan
diastolic rata – rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi uterus,
tekanan darah kembali normal pada
level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga
akan meningkatkan tekanan darah
Metabolisme Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun
metabolism anaerobic akan naik secara berangsur disebabkan
karena kecemasan serta aktifitas otot skeletal. Peningkatan
inni ditandai dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi,
pernafasan, kardiak output, dan kehilangan cairan.
Suhu Badan Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan dan
segera setelah kelahiran. Suhu tubuh dianggap normal jika
tidak melebih 0,5 – 1o C
Denyut Jantung Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara
kontraksi, detak jantung sedikit meningkat di bandingkan
sebelum persalinan
Pernapasan Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi
peningkatan laju pernafasan yang di anggap normal.
Hiperventilasi yang lama di anggap tidak normal dan bias
menyebabkan alkalosis
Ginjal Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan
oleh peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran
plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam
persalinan.
Gastrointesti nal Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara
substansial berkurang banyak sekali selama persalinan. Selai
itu, pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan
aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan pengosongan
lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh
dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa.
Mual atau muntah biasa terjadi samapai mencapai akhir kala
I.
Hematologi Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah
pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum
h. Perubahan Psikologis dalam Persalinan(varney, 2010)
1) Pengalaman Sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dapat menimbulkan ambivalensi
mengenai kehamilan seiring usahanya mengadapi pengalaman yang buruk yang
pernah ia alami sebelumnya. Efek kehamilan terhadap kehidupan kelak, tanggung
jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya. Kecemasan yang
berhubungan dengan kemampuan untuk menjadi seorang ibu.
2) Kesiapan Emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang dapat terkendali yang di
akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta
pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive
terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih sering
bersosialisasi dengan sesama ibu – ibu hamil lainnya untuk saling tukar
pengalaman dan pendapat.
3) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi
persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi
kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru dengan adanya calon bayi
yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan risiko
keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang di kandungnya.
4) Support system
Peran serta orang – orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan dorongan dan
kasih sayang yang lebih dari seseorang yang dicintai untuk membantu kelancaran
dan jiwa ibu itu sendiri.
i. Evidance Based
Menurut Jurnal Licia Shinta tentang Massage reduced severity of pain
during labour: a randomised trial. Pijat selama fase aktif persalinan nyeri yang
berkurang secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pijat oleh
para profesional kesehatan akan membantu wanita dalam persalinan, karena
intervensi ini mudah diterapkan dan berkontribusi pada manajemen nyeri,
memfasilitasi ketergantungan yang berkurang pada obat analgesik. Selain itu,
pijat dapat ditawarkan oleh orang yang menyertainya setelah pelatihan selama
kursus prenatal, menggaris bawahi kebutuhan untuk perawatan kemanusiaan
dan interdisipliner, dengan dukungan yang efektif untuk wanita selama fase
aktif. (Silva Gallo et al., 2013)
2.3 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (Neonatus)
a. Definisi Bayi Baru Lahir (Depkes RI, 2013)
Menurut WHO, bayi baru lahir, atau neonatus, adalah anak di bawah usia 28
hari. Selama 28 hari pertama kehidupan ini, anak berada pada risiko kematian
tertinggi. Oleh karena itu sangat penting bahwa pemberian makan dan
perawatan yang tepat diberikan selama periode ini, baik untuk meningkatkan
peluang kelangsungan hidup anak dan untuk meletakkan fondasi untuk
kehidupan yang sehat.
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan
nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga
faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang
paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi,
kemampuan menghasilkan glukosa.

b. Penampilan Bayi Baru Lahir ( Depkes RI, 2013)


1) Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan
terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan;
2) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada
waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut;
3) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah
terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau
kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi
benjol (Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi moulase,
tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
4) Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata: perhatikan antara kesimetrisan
antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-tanda perdarahan
berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu;
5) Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut
ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada
bayi normal, bila terdapat sekret yang berlebihan, kemungkinan ada
kelainan bawaan saluran cerna;
6) Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan; perhatikan
ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi biasanya bayi
masih ada pernapasan perut;
7) Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu
diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang
gerak), farices;
8) Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-
kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang
berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan, waspada
timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (“cuti Marmorata”) ini dapat
disebabkan karena temperature dingin, telapak tangan, telapak kaki atau
kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning, bercakbercak besar
biru yang sering terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot) akan
menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;
9) Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang
tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin
dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih
lanjut, untuk kemungkinsn Hirschprung/Congenital Megacolon;
10) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis
dan spontan tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain
a) Tonik neek refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal,
bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya
b) Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi
maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah
datangnya jari
c) Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka
jarijarinya akan langsung menggenggam sangat kuat
d) Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran bayi misalnya bila
bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-
olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang
yang mendekapnya,
e) Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi,
lidah, dan langis-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan
memancarkan ASI,
f) Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak otot
didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung.
11) Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan
berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan
cairan
c. Asuhan kebidanan Bayi Usia 24 jam - 6 minggu (Anggita Sari, 2016)
1) Pemberian minum.
Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang
sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini
disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi
dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancer
dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh.
Bayi kemungkinan akan merasa lapar setiap 2-4 jam. Berikan ASI
sesering mungkin (on demand) atau selang 3-4 jam. Bayi hanya
memerlukan ASI saja sampai 6 bulan pertama. Setelah memberikan ASI
pada bayi,sendawakan bayi agar terhindar dari gumoh atau muntah. Tanda –
tanda bayi cukup ASI. Diantaranya berat badan bayi bertambah, bayi BAK
6 – 8 x/hari, ketika menghisap dagu bayi akan bergerak naik turun, bayi
tidak rewel dan tertidur pulas.
2) Kebutuhan BAB.
Bayi memiliki feses yang lengket hitam kehijauan pada dua hari pertama
yang disebut mekonium. Feses bayi dengan ASI akan berwarna hijau
keemasan, lunak, dan tampak seperti biji. Feses bayi yang menyusu lewat
botol akan berwarna coklat gelap, lengket atau berbentuk. BAB yang terjadi
pada bayi baru lahir dapat terjadi 1-4 dalam sehari.
3) Kebutuhan BAK.
Bayi akan BAK sedikitnya 4 – 5 X/ hari. Urine tidak berwarna atau
kuning pucat.
4) Kebutuhan Tidur.
Bayi memerlukan waktu yang banyak untuk tidur. Rata – rata tidur 20
jam sehari. Status sadar antara 2 – 3 jam beberapa hari pertama. Bayi
tampak semi koma saat tidur dalam meringis atau tersenyum.
5) Menjaga kebersihan Kulit.
a) Memandikan bayi dengan menggunakan sabun yang lembut, jangan
membenamkan bayi sampai tali pusatnya lepas dan kering. Apabila tali
pusat belum kering bersihkan di daerah tali pusat dengan menggunakan
alcohol dan kassa steril.
b) Apabila bayi BAK/ BAB segera bersihkan pantat bayi dengan sabun dan
air dan segera keringkan. Segera ganti popok dengan yang bersih. Hal ini
untuk mencegah terjadinya ruam popok.
c) Hindari pemakaian bedak dan pewangi untuk mencegah iritasi
d) Menjaga keamanan bayi.
(1)Hindari ruangan yang bersuhu dingin yang bias menyebabkan
hipotermi.
(2)Membersihkan dan merapikan box bayi setiap hari.
(3)Mengenakan bayi dengan baju dengan bahan kain yang bersih, kering
dan hangat
6) Perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat
yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah
tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu
mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum
merawat tali pusat. Agar tidak menimbulkan infeksi, tali pusat harus dirawat
dengan benar dengan cara:
a) Membiarkan tali pusat kering sendiri
Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan hanya
membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang penting
adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena
dapat mengakibatkan infeksi.
b) Metode kasa kering
Salah satu yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat
adalah dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti.
Lama lepas tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika
antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. Lepasnya
tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi oleh kepatuhan
ibu untuk membersihkan tali pusat setiap hari.
7) Mendeteksi tanda – tanda bahaya bayi.
a) Bayi tampak lemah, sulit menghisap.
b) Kesulitan bernafas. Nafas cepat atau lambat
c) Letargi.
d) Warna abnormal pada kulit dan bibir tampak biru dan sclera tampak
kuning atau pucat.
e) Suhu tubuh mengalami hipotermi (suhu :<36OC) atau mengalami febris
(suhu > 37,5OC)
f) Tali pusat tampak merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk dan
berdarah.
g) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan
h) Bayi tidak berkemih dalam waktu 24 jam pertama.
i) Bayi tidak defekasi dalam waktu 48 jam pertama
8) Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang.
a) Mengajarkan cara memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara meneteki
yang benar, perawatan payudara dan imunisasi.
b) Dalam 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan, berikan imunisasi
BCG, Polio dan Hepatitis B.
c) Jelaskan tanda – tanda bahaya bayi baru lahir pada orang tua dan
anjurkan untuk ke tenaga kesehatan bila menemui tanda bahaya pada
bayi baru lahir.
d) Menganjurkan pada orang tua untuk memberikan ASI Eksklusif
e) Kontrol ulang untuk mengetahui tumbuh kembang bayi.
d. Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus
sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan
48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari,
kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan
diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau
melalui kunjungan rumah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen
Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi
berupa perawatan mata, perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7
hari (bila tidak diberikan pada saat lahir). (Kemenkes RI, 2015)
e. Ikterus (Depkes RI, 2013)
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih
dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional
dari hepar, sistem biliary atau system haematologi. Ikterus dapat terjadi baik
karena peningkatan bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated).
1) Ikterus fisiologis. Dalam keadaan normal kadar bilirubin indirek dalam
serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan
kurang 5 mg/dl/24 jam, dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke
2-3, biasanya mencapai puncak antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl
untuk selanjutnya menurun sampai kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya
menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara hari ke 5-7
kehidupan.
2) Hiperbilirubin patologis. Makna hiperbilirubinemia terletak pada insiden
kernikterus yang tinggi, berhubungan dengan kadar bilirubin bebas yang
lebih dari 18-20 mg/dl pada bayi aterm. Pada bayi dengan berat badan lahir
rendah akan memperlihatkan kernikterus pada kadar yang lebih rendah (10-
15mg/dl)

Tabel 2.5
Hubungan kadar bilirubin (mg/dL) dengan daerah ikterus menurut Kramer
(Arif Mansjoer, 2017)
Daerah Penjelasan Kadar bilirubin (mg/dl)
Ikterus Prematur Aterm
1 Kepala dan Leher 4–8 4–8
2 Dada sampai pusat 5 – 12 5 – 12
3 Pusat bagian bawah sampai lutut 7 – 15 8 – 16
4 Lutut sampai pergelangan kaki dan bahu 9 – 18 11 – 18
sampai pergelangan tangan
5 Kaki dan tangan termasuk telapak kaki >10 >15
dan telapak tangan

2.4 Asuhan Kebidanan Nifas


a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya Pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Sarwono, 2016)
Nifas atau Puerperium dari kata Puer yang artinya bayi dan parous
melahirkan. Jadi, Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa Nifas
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)
Pelayanan keseatan ibu nifas oelh bidan dan dokter dilakukan minimal 3
kali yaitu 6 jam – 3 hari setelah melahirkan; hari ke 4 – 28 hari setelah
melahirkan; hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan. (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017)
b. Tahapan Masa Nifas (Asih, Yusari, Risneni, 2016)
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode
1) Periode pasca salin segera / immediate postpartum (0 – 24 jam)
2) Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Sering terdapat banyak
masalah, misal perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu tenaga
kesehatan harus teratur melakukan pengecekan lochea, tekanan darah dan
suhu.
3) Periode pasca salin awal / early postpartum (24 jam – 1 minggu)
4) Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
bayinya dengan baik
5) Periode pasca salin lanjut / late postpartum (1 minggu – 6 minggu) Pada
periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari – hari serta konseling KB
c. Rekomendasi WHO tentang perawatan postnatal (WHO, 2013)
1) Rekomendasi 3 : Home visits for postnatal
Kunjungan rumah pada minggu pertama setelah kelahiran
direkomendasikan untuk perawatan ibu dan bayi baru lahir.
2) Rekomendasi 9 : Assessment of the mother
a) 24 jam pertama setelah lahir
Semua wanita postpartum harus melakukan penilaian perdarahan
vagina, kontraksi uterus secara teratur, tinggi fundus, suhu dan denyut
jantung (nadi) secara rutin selama 24 jam pertama mulai dari jam
pertama setelah kelahiran. Tekanan darah harus diukur segera setelah
lahir. Jika normal, pengukuran tekanan darah kedua harus dilakukan
dalam waktu enam jam. Kekosongan urin harus didokumentasikan dalam
waktu enam jam.
b) Melampaui 24 jam setelah lahir
Pada setiap kontak pascakelahiran berikutnya, pertanyaan harus terus
dilakukan tentang kesejahteraan umum dan penilaian yang dibuat
mengenai hal berikut: berkemih dan inkontinensia urin, fungsi usus,
penyembuhan luka perineum, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung,
sakit perineum, dan kebersihan perineum , nyeri payudara, nyeri tekan
uterus dan lokia.
Kemajuan menyusui harus dinilai pada setiap kontak pascanatal. Pada
setiap kontak pascakelahiran, wanita harus ditanyai tentang kesejahteraan
emosional mereka, keluarga apa dan dukungan sosial yang mereka miliki
dan strategi koping yang biasa mereka lakukan untuk menangani masalah
sehari-hari. Semua wanita dan keluarga / pasangan mereka harus didorong
untuk memberi tahu profesional kesehatan mereka tentang perubahan suasana
hati, keadaan emosi dan perilaku yang berada di luar pola normal wanita. Pada
10-14 hari setelah kelahiran, semua wanita harus ditanyai tentang
resolusi depresi postpartum ringan (“maternal blues”) yang ringan. Jika
gejala belum sembuh, kesejahteraan psikologis wanita tersebut harus
terus dinilai untuk depresi pascanatal, dan jika gejalanya menetap,
dievaluasi. Perempuan harus diperhatikan untuk segala risiko, tanda dan
gejala kekerasan dalam rumah tangga.
Wanita harus diberi tahu siapa yang harus dihubungi untuk nasihat
dan manajemen. Semua wanita harus ditanyai tentang dimulainya
kembali hubungan seksual dan kemungkinan dispareunia sebagai bagian
dari penilaian kesejahteraan keseluruhan dua hingga enam minggu
setelah kelahiran.
Jika ada masalah yang memprihatinkan pada kontak pascanatal,
wanita tersebut harus dikelola dan / atau dirujuk sesuai dengan pedoman
WHO spesifik lainnya.
3) Rekomendasi 10 : Iron and folic acid supplementation
Suplemen zat besi dan asam folat harus diberikan setidaknya tiga bulan
setelah melahirkan. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama
hamil ialah 1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika
melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Suplementasi zat besi dibutuhkan
bahkan kepada ibu dengan status gizi baik (Voni Silvia., 2012)
d. Adaptasi Fisik pada Masa Nifas (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)
Sistem Involusi Uteri Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang
Reproduksi berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih di
pertengahan antara umbilicus dan simfisis pada 1
minggu post partum. Kemudian, 14 hari postpartum
TFU mengkerut, telah turun masuk ke dalam rongga
panggul dan tidak dapat lagi diraba dari luar. Pada 6
minggu post partum uterus kembali normal
Pengeluaran Lochea Rubra (1- 3 hari pascasalin)
Lochea Warnanya merah mengandung darah dari luka oada
plasenta dan serabut decisua dan chorion
Lochea Sangulenta (4 – 7 hari pascasalin) Warnanya
merah kekuningan berisi lendir
Lochea Serosa (7 – 14 hari pascasalin)
Warnanya kecoklatan mengandung banyak serus ,
lebih sedikit darah dan laserasi plasenta
Lochea Alba (2-6 minggu pascasalin)
Warnanya putih kekuningan mengandung
leukosit, selaput lendir serviks dan seabut jaringan mati
Vagina dan Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
perineum penekanan serta perengangan, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ kembali dalam keadaan
sebelum hamil.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan
lahir dapat terjadi secara spontan atau pun dilakukan
episiotomy dengan indikasi tertentu
Sistem Tonus otot Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2
Pencernaan menurun – 3 hari setelah melahirkan
Sistem Pelvis, ginjal dan Pelvis, ginjal dan ureter yang meregang dan berdilatasi
Perkemihan ureter selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu
keempat setelah melahirkan.
Sistem Dinding abdomen Selama hamil dinding abdomen meregang setalh
Muskulosk bersalin dinding abdomen akan lembek (pemisahan
e letal muskulus rektus abdominus)
Striae Tidak menghilang, tetapi berubah menjadi samar
Sistem Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior
Endokrin dan berkerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi dara
menyebabkan uterus berkontraksi
Prolaktin Penurunan estrogen meningkatkan prosuksi prolactin
dari glandula pituitary anterior yang bereaksi terhadap
alveoli payudara dan menstimulasi produksi ASI dan
menekan stimulasi folikel dalam ovarium
HCG,HPL, Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir
estrogen, kadar HCG,HPL, estrogen, progesterone di dalam
progesterone darah ibu menurun. Dan kembali normal setelah 7 hari
Postpartum
Pemulihan ovulasi Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang terjadi
dan sebelum 20 minggu dan tidak terjadi diatas 28 minggu
menstruasi untuk ibu yang melanjutkan menyusui samoai 6 bulan.
Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan
menstruasi biasanya akan terjadi antara 7 – 10 minggu
Tanda- Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
tanda vital akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum
Respirasi Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak
normal, pernapasan juga akan mengikuti, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran napas
Temperature Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38oc
sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setealh 24 jam
seharusnya wanita tidak demam
Denyut nadi Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung
tetap tinggi selama jam pertama bayi lahir. Kemudian
mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.
Pada minggu 8 – 10 setelah melahirkan, denyut nadi
kembali seperti sebelum hamil
Sistem Cardiac output Meningkat selama persalinan, penurunan akan terjadi 1
Kardiovask hari puerperium dan kembali normal setalah minggu
uler ke 3 postpartum
Aliran darah Penurunan aliran darah ke organ akan menurun pada
hari poertama postpartum, tetapi aliran darah akan
meningkat ke payudara dan membantu proses laktasi
Sistem Leukosit, eritrosit, Selama persalinan leukosit akan meningkat (15.000
hematologi hb gr/dl) dan akan tetap meningkat pada beberapa hari
post partum. Hb, ht dan eritrosit jumlahnya akan
berubah dalam awal pueperineum

e. Adaptasi Psikologi pada Masa Nifas (Asih, Yusari,. Risneni. 2016)


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Fase-fase yang akan dialami
oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Lbu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a) Kekecewaan pada bayinya.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang
periu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
Tugas bidan antara lain: Mengajarkan cara perawatan bayi, cara
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan
kesehatan gizi, istirahat. Kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan
akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran
barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan
akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya. Hal-hal
yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
a) Fisik.
b) Psikologi.
c) Sosial.
f. Pijat Oksitosin
Oksitosin (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior
pituitary, hormone lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki kerja mengontraksi
uterus dan menginjeksi ASI (Suherni, Hesty & Anita, 2009). ASI diproduksi
atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan,
perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk
memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia
kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan
payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI,
akan terjadi dua refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat
yang tepat dan jumlah yang tepat pula (Bobak, 2005). Dua refleks tersebut
adalah :
1) Refleks Prolaktin Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan
isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin
memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap
makin banyakprolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI
yang diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga makin sering isapan bayi,
makin banyak produksi ASI,sebaliknya berkurang isapan bayi
menyebabkan produksi ASI kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme
“supply and demand”. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah
menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini pada ibu
yang menyusui secara eksklusif adalah memperlambat kembalinya fungsi
kesuburan dan haid. Dengan kata lain, memberikan ASI eksklusif pada
bayi dapat menunda kehamilan.
2) Refleks oksitosin Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex)
setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari
sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini
terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut
sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-otot itu mengerut
adalah suatu hormon yang dinamakan oksitosin. Rangsangan isapan bayi
melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk melepas hormon
oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yang
mengelilingi alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga
mengalirkan ASI dari alveoli ke duktus menuju sinus dan puting. Dengan
demikian sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar
tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi justru
memperlancar pengaliran ASI.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003;
Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009).
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let
down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King,
2005).
Sebagaimana menurut Musyrifatul Husniyah & Sri Subiyatun dalam
penelitiannya tentang ” Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas
Di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta” Produksi ASI pada ibu nifas dengan kenaikan
berat badan pada kelompok kontrol dengan rentang 100-250 gram, sedangkan
kelompok eksperimen peningkatan berat badan lebih tinggi dari pada kelompok
kontrol dengan rentang kenaikan mulai dari 200-600 gram. Hasil uji statistik
menggunakan independent t test diperoleh p value 0,000 (p value < 0,05) dengan
demikian Ha diterima Ho ditolak Simpulan dan Saran: Ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu nifas dengan menggunakan uji statistik
independent t test dibuktikan dengan p value = 0,000 (p value < 0,05). Setelah
diberikan teknik pijat oksitosin diharapkan ibu nifas dapat melaksanakan pijat
oksitosin dirumah.

Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :


1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)
2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
Alat –alat yang digunakan :
1) 2 buah handuk besar bersih
2) Air hangat dan air dingin dalam baskom
3) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk
4) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI,
2007) :
a. Melepaskan baju ibu bagian atas
b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga
dengan posisi duduk
c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-
gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah,
dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit
h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.

Anda mungkin juga menyukai