Anda di halaman 1dari 11

KONSEP KEPEMIMPINAN

(Teori Munculnya Kepemimpinan, Definisi Kepemimpinan Berdasarkan Teori, Dan


Berdasarkan Pendekatan Teori Munculnya Kepemimpinan)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pelayanan Referensi yang diampu
oleh Dr. Hj. Yooke Tjuparmah S.K.,M.Pd.

Kelompok
Nur Afrylyanty 1202788

PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI


KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
1. Teori munculnya kepemimpinan

Kajian tentang kepemimpinan sebagai ilmu (leadership as a science) telah


mengundang kepedulian para ahli ilmu-ilmu perilaku, terutama ahli manajemen,
secara lebih besar sejak Perang Dunia II. Namun demikian, masih terdapat perbedaan
pendapat mereka tentang teori munculnya kepemimpinan. Para ahli membuat
rumusan sendiri-sendiri dan cenderung tidak menolak pendapat ahli lainnya, lebih-
lebh dikaitkan dengan aliran yang mereka anut. Dari sekian banyak pendapat tentang
teori yang ada, pada dasarnya teori munculnya kepemimpinan dapat dikelompokkan
ke dalam tiga teori, yaitu:
1. Teori Bawaan atau Heredity Theory
Bakat kepemimpinan di dalam diri seseorang telah di bawa sejak lahir, demikian
pandangan utama teori ini. Kata lain dari teori ini adalah teori keturunan atau teori
bawaan. Keturunan yang dimaksudkan di sini adalah faktor genetis, bukan keturunan
berdasarkan status strata sosial, ningrat, atau keturunan raja. Teori ini berasumsi
bahwa sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor bawaan sejak lahir, di mana
menjadi pemimpin atau tidaknya seseorang karena takdir semata. Penganut teori ini
merumuskan tesis leader are bom, kepemimpinan adalah dilahirkan. Pendirian pokok
teori ini adalah hanya orang-orang yang telah membawa bakat kepemimpinanlah
yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Dimensi pribadi, fisik, intelektual,
dan nasib- baik, serta dimensi lainnya telah dimiliki sejak lahir. Dia ditakdirkan untuk
menjadi pimpinan, bahkan sampai dengan keturunan-keturunannya..
Teori ini berpandangan bahwa secara filosofis manusia itu memiliki kemampuan
yang luar biasa, baik fisik maupun otaknya. Akan tetapi kemampuan dimaksud tidak
sama pada masing-masing orang. Artinya, kemampuan itu dapat saja halnya dimiliki
oleh subjek tertentu, dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Kemampuan itu dilukiskan
sebagai kelebihan menonjol yang ada dalam diri seseorang. Manusia seperti ini
memiliki faktor internal (internal factor) berupa kekuatan khusus, yaitu kekuatan
untuk menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. Pendapat ini melihat
bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan tanpa perlu melihat sistem luar (external
system). Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau kecakapan praktis tanpa dibarengi
dengan teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk membuat seseorang
menjadi pimpinan.

2. Teori Psikologi atau Psychological Theory


"Manusia itu memiliki potensi kejiwaan atau psikologi yang bisa dibentuk
melalui proses interaksi dengan lingkungan, terutama interaksi yang disengaja atau
dibuat secara khusus untuk itu. Kata lain dari teori ini adalah teori kejiwaan. Teori ini
berasumsi bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dibentuk sesuai dengan
jiwanya. Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu dapat
diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, misalnya, melalui pendidikan dan
pelatihan . Manusia, .sesuai dengan perkembangan jiwanya dapat mempelajari
subjek berupa ilmu pengetahuan atau pengalaman atau hal-hal lain di luar dirinya
(lingkungan), demikian juga ilmu kepemimpinan.
3. Konsep dasar teori kejiwaan ini adalah bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk.
dimanipulasi, didongkrak kematangannya, dan karenanya bakat yang dibawa sejak
lahir ke muka bumi ini bisa diabaikan. Manusia belajar dari pengalaman dan
pengalaman menaikkan tingkat kematangan seseorang, sejalan dengan kematangan
psikologisnya menurut usia kronologis. Artinya, lingkungan adalah bagian penting
dari kehidupan seseorang. Manusia sukses, antara lain ditandai oleh kemampuannya
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memanfaatkan lingkungan itu menurut
kebutuhan nyata. Dalam konteks ini, manusia dapat dilihat dari berbagai dimensi,
yaitu sebagai:
a. Makhluk biologis yang memiliki organ tubuh seperti hewan, mempunyai nafsu
makan, dorongan seks, (ton sebagainya.
b. Makhluk sosial yang ditandai oleh kemampuan berinteraksi dengan orang lain,
perasaan sepi hidup sendiri, dan lain-lain.
c. Makhluk intelektual, yang ditandai oleh pelbagai kemampuan, seperti: (1)
kemampuan mengingat, (2) kemampuan memahami, (3) kemampuan
melakukan analisis, (4) kemampuan mengadakan sintesis, (5) kemampuan
mengaplikasikan konsep dasar (6) kemampuan menilai.
d. Makhluk pengabdi Tuhan. Kehadiran manusia di muka bumi ini bukan hanya
untuk mengabdikan dirinya kepada dirinya sendiri dan keluarganya atau
organisasi tempat dia bekerja, serta negara tempat dia bermukim. Manusia
adalah makhluk Tuhan dan dia harus menjalankan perintah- Nya.

Makhluk rohani yang mempunyai potensi bergerak seperti, perasaan, minat,


perhatian, persepsi, intuisi, firasat, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan sebagai
suatu sistem tidak terlepas dari sistem lain. Karena itu, kepemimpinan yang efektif
dapat dilakukan oleh pimpinan, jika dia mampu memanfaatkan potensi lingkungan
dan membenahi diri. Pemimpin yang efektif bersifat adaptif atau mampu membawa
diri di tempatnya berada atau bekerja. Bila pimpinan tidak adaptif maka aktivitasnya
menjadi vakum dan proses kepemimpinan tidak berjalan seperti yang diharapkan.

4. Definisi kepemimpinan berdasarkan teori


1. Teori X dan Teori Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor. McGregor membedakan
manusia ke dalam dua tipe- atau kelompok, yaitu manusia X dan manusia Y.
Klasifikasi ini dibuat oleh McGregor atas dasar karaktertstik manusia di dalam
organisasi. Manusia yang mempunyai kecenderungan pasif atau negatif oleh
McGregor dikategorikan sebagai manusia X, dan manusia yang cenderung
bersifat kreatif atau positif dikategorikannya sebagai manusia Y. Ciri-ciri
manusia X (Teori X) adalah sebagai berikut.

a. Pada umumnya atau rata-rata manusia itu malas bekerja.


b. Karena itu manusia hanya akan bekerja jika dikomando, diperintah, diancam
atau dipaksa.
c. Manusia tidak memiliki tanggung jawab, mempunyai ambisi rendah,
cenderung hanya mau diperintah saja, dan tidak ada kemauan mandiri.
d. Manusia hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan semata.
e. Manusia harus diawasi secara ketat dan pada umumnya harus dipaksa untuk
mencapai tujuan organisasi.
Ciri-ciri manusia yang termasuk manusia Y (Teori Y) adalah sebagai berikut. i
a. Bagi manusia bekerja adalah kegiatan normal yang biasa dilakukan di dalam
hidupnya. Karenanya, selama lingkungan memungkinkan, orang-orang akan
merasa senang dan puas, seperti istirahat atau bermain.
b. Di dalam diri manusia ada keinginan untuk bergerak sendiri, mengatur diri
sendiri, dan berinisiatif sendiri.
c. Tujuan organisasi merupakan realisasi dari kebutuhan individu. .
d. Manusia suka menerima tanggung jawab jika kondisi yang ada benar- benar
memungkinkan untuk itu.
e. Jika manusia tidak kreatif dalam organisasi, dia memang tidak mampu
berbuat untuk itu.

Di dalam praktek, karakteristik perilaku manusia organisasional tidaklah


permanen, melainkan dapat berubah secara kondisional. Tidak ada manusia selalu
berada pada kondisi pasif atau negatif, dan tidak juga ada manusia yang selalu berada
pada kondisi kreatif atau positif. Konsekuensinya adalah tidak ada pula manusia yang
selalu berada pada posisi manusia X, sebaliknya tidak pula ada yang selalu berada
pada posisi manusia Y. Perilaku manusia bergerak dari manusia X ke manusia Y dan
sebaliknya, dengan titik berat tertentu. Gerakan arus karakter manusia seperti
digambarkan di bawah bersifat dinamis. Titik berat karakter, apakah cenderung
menampakkan karakter manusia X atau manusia Y dipengaruhi oleh bsnyak hal,
seperti gaya kepemimpinan, kondisi fisik-psikologis karyawan, insentif yang
diterima, aturan disiplin, iklim organisasi, kesempatan promosi, tantangan
pekerjaan, dan makna pekerjaan bagi karyawan.
Persentuhan gerakan secara dimensional dari karakter X menuju karakter
Y dan sebaliknya diduga berada pada posisi moderat. Gerak dan orientasi titik berat
karakter manusia dapat disajikan pada Gambar 7.1 berikut ini.

1
3

Gambar 7.1: Area karakter pekerja


1 = Area karakter X
2 = Area karakter Y
3 = Area netral

2. Teori Sistem 4
Teori sistem manajemen (management system theory) yang populer dengan
sebutan sistem 4 (System 4) dikembangkan oleh Rensis Likert. Teori ini muncul dari
hasil kajian Likert terhadap karakteristik manusia organisasional yang berbeda-
beda. Dengan kata lain bahwa teori ini muncul berdasarkan segi-segi kemanusian,
baik kepribadian maupun kematangan hidup manusia itu. Likert mengemukakan
bahwa perbedaan manusia yang dipimpin membuat gaya kepemimipinan
(leadership style) bergerak dari sistem 1 ke sistem 4. Dengan demikian,
kepemimpinan seseorang terdiri atas empat gaya, yaitu sistem 1,sistem 2, sistem 3,
dan sistem 4. Adapaun teori sistem 4 dari Rensis Likert disajikan pada Gambar 7.2
berikut ini.

Variabel Variabel Gaya Kepemimpinan


Organisasi Sistem 1 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4
Kepercayaan
Kepercayaan diberikan secara
Mempunyai diberikan tidak
Kepercayaan Sama sekali tidak penuh kepada bawahan dan
kepercayaan penuh, tidak ada
terhadap ba- percaya terhadap bawahan berpartisipasi
laksana bos ke- delegasi dalam
wahan bawahan penuh, dalam pembuatan ke-
pada pelayan pembuat
putusan
keputusan
Penghargaan mengandung
Karakteristik Penghargaan,
Menakuti, an- nilai-nilai ekonomis sebagai
alat motivasi Penghargaan sesekali hu-
caman, hukuman, hasil partisipasi, peningkatan
yang diguna- dan hukuman kuman, dan par-
dan penghargaan metode kerja, dan peng-
kan tisipasi
hargaan atas hasil kerja.
Sesekali ada
Karakteristik Interaksi sangat Cukup interaksi, Interaksi secara penuh rasa
interaksi, rasa
dalam proses terbatas dan disertai bersahabat, disertai
takut, dan hati-
interaksi kecenderungan kepercayaan yang kepercayaan, dan partisipasi
hati dari pihak
komunikatif pada ketakutan memadai penuh.
bawahan

3. Teori Kisi Kepemimpinan


Gambar 7.2: Teori Sistem 4 menurut Likert
Teori kisi kepemimpinan atau manajerial Grild dikembangkan oleh Blake &
Mouton atas dasar konsep yang dikembangkan oleh kelompok Ohio State University
dan Michigan University, serta oleh teori kepemimpinan dinamika kelompok.
Menurut Blake 8L Mouton, secara umum dapat dikemukakan bahwa ada dua sikap
utama dari kepemimpinan seseorang.
a. Pemimpin yang berorientasi pada produksi atau tugas-tugas saja atau concern for
production Konsep kepemimpinan semacam ini menganggap bahwa manusia hanya
akan berarti bagi organisasi, jika dia mampu meraih hasil atau dapat melaksanakan
tugas yang diemban secara efektif.
b. Pemimpin yang berorientasi kepada segi-segi kemanusia atau concern for people.
Pemimpin di sini tidak berorientasi kepada tugas-tugas semata, akan tetapi lebih
banyak memperlihatkan segi-segi kemanusiaan. Pemimpin semacam ini berpikir
bahwa manusia adalah faktor yang sangat penting, dan dalam bekerjanya manusia
bukan semata-mata penghasil saja, akan tetapi sebagai insan yang memiliki segi-
segi rohaniah. Untuk selanjutnya teori ini disajikan pada Gambar 7.3 berikut ini.

Gambar 7 J: Teori Managerial Grid (Harsey, 1977)

Kepemimpinan 1 - 1 disebut gersang (impoverished), artinya adalah pemimpin


yang menggunakan orientasi usaha keija yang minimal dan demikian juga orientasi
manusianya. Pemimpin menganggap bahwa dengan usaha itu dianggap cukup untuk
mempertahankan organisasi. Baginya, dengan orientasi rendah terhadap tugas dan
segi kemanusiaan, organisasi akan tetap bertahan.
Kepemimpinan 9 - 1 disebut orientasi tugas (task oriented), artinya adalah pemimpin
yang berorientasi semata-mata pada hasil kerja manusia. Segi-segi manusia dalam arti
kemanusiaan (humanity) baginya kurang penting. Pemimpin yang berada pada posisi ini
menganggap bahwa organisasi hanya akan bertahan, jika organisasi tersebut mampu
menghasilkan produksi secara maksimal, sedang manusia sebenarnya hanya alat
produksi semata-mata.
Kepemimpinan I - 9 disebut kelompok kontri (country club), urtinyu adalah
kepemimpinan yang berorientasi tinggi kepada faktor manusia. Hubungan antar-
manusia secara ramah, dua arah, dan informasi sangat penting. Produksi adalah urusan
kedua, sebab manusia hanya ukan dapat bekerja dalam suasana yang menyenangkan.
Kepemimpinan 9 - 9 disebut tim {team) artinya adulah pemimpin yang
berorientasi tinggi puda faktor manusia di samping tinggi pula orientasinya pada tugas-
tugas. Antara orientasi manusia dengan orientasi tugas berada pada posisi yang
seimbang. Kepemimpinan semacam ini menganggap bahwa dengan orientasi tinggi
pada keduany;Aah, organisasi dapat bertahan.
Kepemimpinan 5 - 5 disebut jalan tengah (middle mad), yaitu kepemimpinan yang
berada pada posisi di tengah-tengah atau berimbang atau kompromistik. Pemimpin di
sini mencari keseimbangan antara segi- segi kemanusiaan dengan tugas-tugas yang
diemban. Pemimpin menganggap bahwa hanya dengan menciptakan keseimbangan
tugas-tugas dengan aspek-aspek manusiawilah, organisasi akan berjalan. Dia tidak
menuntut derajat paling tinggi pada keduanya.

5. Kontinum Kepemimpinan

Teori kontinum kepemimpinan (leadership continuum) dikemukakan oleh R.


Tannenbaum dan W.H. Schmidt. Tannenbaum dan Schmidt berpendapat bahwa
kepemimpinan seseorang terdiri dari .beberapa variasi gaya yang bergerak dari boss-
centered ke subordinate centered. Konsep kepemimpinan menurut kontinum ini, bahwa
perilaku pemimpin bergerak dari gaya otoriter ke gaya demokratis, tanpa menentukan
bahhwa yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Tannembaum menganggap bahwa
kepemimpinan seseorang tergantung pada situasi dan kepribadian pimpinan.

Tannenbaum dan Achmidt melihat ada beberapa elemen penting yang dapat
mempengaruhi perilaku manager. Pertama, kekuatan pada diri pimpinan, termasuk
sistem nilai (value system) dan keyakinan yang dianutnya. Kedua, kekuatan pada diri
bawahan yang memberi efek langsung terhadap perilaku tertentu. Ketiga, kekuatan pada
situasi tertentu, seperti sistem nilai organisasi dan tradisi-tradisi (organizational values
and traditions), keefektifan kerja bawahan untuk setiap unit, tekanan waktu, kekuasaan,
dan sebagainya. Kontinum menurut Tannenbaum dan Schmidt adalah sebagai berikut.
a. Manajer membuat keputusan tanpa persetujuan bawahan.
b. Manajer menjual keputusan sebelum meminta persetujuan.
c. Manajer menyajikan keputusan untuk direspons melalui sejumlah pertanyaan oleh
para bawahan.
d. Manajer menyajikan keputusan tentatif tentang suatu subjek dan mungkin diubah
setelah ada masukan dari bawahan.
e. Manajer menyajikan masalah dan meminta masukan (input) dari bawahan, kemudian
membuat suatu keputusan.
f. Manajer merumuskan batas-batas kepada bawahan untuk membuat keputusan.
g. Manajer dan bawahan secara bersama membuat keputusan, di mana terminologi dan
batas-batasnya didasari atas konstrain organisasi.

Adapun kontinum perilaku manajer dan non-manajer atau staf


(continuum of manager-non manager behavior) menurut Tannenbaum dan
Schmidt disajikan pada Gambar 7.4 berikut ini.

Area kekuatan bawahan

Gambar 7.4: Kontinum perilaku manajer dan


ndn-manajer

Implikasi teori ini adalah bahwa ada saat-


saat tertentu kekuatan administrator atau manajer sangat dominan, dan ada pula
saatnya kekuatan bawahan sangat menonjol. Pada saat bawahan tampil secara dewasa,
kekuatan manajer atau administrator makin berkurang. Jika bawahan tampil secara
kekanak-kanakan, kekuasaan manajer atau administrator makin menonjol.
Administrator modern, karenanya, harus tampil berdasarkan hasil analisis yang
mendalam terhadap situasi yang ada di sekitar dirinya dan karenanya, administrator
atau manajer tidak boleh tampil secara monoton.

5. Definisi kepemimpinan berdasarkan pendekatan


a. Pendekatan Ciri.
Pendekatan ini menekankan pada atribut / sifat yang ada pada pemimpin.
Pendekatan kepemimpinan melalui sifat ( bakat) berdasarkan teori kesifatan. Bahwa
pemimpin yang baik itu dilahirkan bukan diciptakan. Namun anggapan itu gugur maka
Keith Davis merumuskan 4 sifat umum yang dapat mempengaruhi keberhasilan
kepemimpinan organisasi yaitu:
 Kecerdasan
 Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial
 Motivasi diri dan dukungan berprestasi
 Sikap – sikap hubungan kemenusiaan
Pendekatan sifat atau ciri adalah pendekatan yang mengemukakan bahwa
perilaku khusus membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Teori ciri akan menjadi
dasar dari memilih orang yang tepat, sedangkan teori perilaku dapat melatih orang yang
tepat.

b. Pendekatan berdasarkan Perilaku.


Menekankan pada penelitian tentang sifat dari pekerjaan manajerial, dan
membandingkan perilaku pemimpin yang efektif dan tidak efektif. Pendekatan prilaku
adalah pendekatan yang mengemukakan bahwa perilaku khusus membedakan
pemimpin dari bukan pemimpin.
Teori ciri akan menjadi dasar dari memilih orang yang tepat, sedangkan teori
perilaku dapat melatih orang yang tepat. Teori ini berhasil mengidentifikasikan
hubungan yang konsisten antara pola perilaku kepemimpinan dan kinerja kelompok,
tetapi tidak mampu menjelaskan faktor-faktor situasi yang memperngaruhi keberhasilan
atau kegagalan kepemimpinan.

c. Pendekatan Kekuasaan-pengaruh. Dengan mempelajari proses mempengaruhi antara


pemimpin dan pengikutnya. Jumlah dan jenis kekuasaan dan cara kekuasaan tersebut
digunakan.
Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap
dan prilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl, 1996:183). Kartini Kartono
(1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan pemimpin dapat berasal
dari:
 kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain.
 Sifat dan sikapnya yang lebih unggul sehingga memiliki kewibawaan
terhadap pengikutnya.
 Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas.
 Memiliki human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Ada dua teori yang menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh di
pertahankan atau hilang dalam organisasi, yaitu:
1. Social exchange Theory.
Menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses
mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara
pemimpin dan pengikut.
2. Strategic Contingencies Theory.
Menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu sub unit organisasi tergantung
pada faktor keahlian dalam menguasai masalah penting, sentralisasi unit
kerja dalam arus kerja dan tingkat keahlian dari sub unit tersebut.

d. Pendekatan Situasional. Menekankan pada faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan,


sifat lingkungan dan karakter pengikutnya.
Teori Situasional/Kontijensi [ROBS & GIBS]
1. A. Model Fiedler
Mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada
penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan
bawahan dan pada tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh
kepada pemimpin tersebut.
Mendefisikan Situasi dinilai berdasarkan :
• Hubungan pemimpin anggota : Tingkat Keyakinan,
kepercayaan dan hormat bawahan terhadap pemimpin mereka
• Struktur Tugas : Tingkat prosedur penugasan pekerjaan
(struktur atau tidak terstruktur)
• Kekuasaan Jabatan : pengaruh yang muncul dari jabatan
struktural formal.
Setelah dihitung LPC dan didefisinikan situasi
akhirnya disesuaikan keduanya.
2. Teori Situasional Hershey dan Blanchard (SLT)
Adalah teori kontijensi yang memusatkan perhatian pada
Pengikut, Mengatakan :
1. Jika pengikut tidak mampu & tidak ingin melakukan tugas
pemimpin perlu memberikan alasan yg khusus dan jelas
2. Jika pengikut tidak mampu & ingin pemimpin perlu memaparkan
orientasi tugas tugas yg tinggi
3. Jika pengikut mampu & tidak ingin, pemimpin perlu mendukung
dan partisipatif
4. Jika pengikut mampu & ingin, pemimpin tidak perlu berbuat
Banyak

3. Leader Member Exchange (LMX) Theory


Para pemimpin menciptakan kelompok - dalam dan kelompok – luar
bawahan dengan status kelompok – dalam akan berkinerja, memiliki tingkat
pengunduran diri lebih rendah, dan tingkat kepuasan kerja lebih tinggi.

4. Path – Goal Theory


Teori yg menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah mendampingi
pengikut dalam meraih sasaran mereka dan memberikan pengarahan dan atau
dukungan yg perlu untuk menjamin sasaran mereka selaras dengan keseluruhan
sasaran kelompok/organisasi.

5. Model Normatif Vroom – Yetton


Teori yang memberikan serangkaian aturan untuk menentukan bentuk dan
banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi yang berbeda –
beda. [ROBS]
Model yang menjelaskan bagaimana seorang pemimpin harus memimpin
dalam berbagai situasi. Model ini menunjukkan bahwa tidak ada corak
kepemimpinan tunggal yg dapat diterapkan pada semua situasi. [GIBS]

DAFTAR PUSTAKA

Anahuraki. (2013) . pendekatan kepemimpinan. Dikases pada tanggal 24 September


2014, dari http://anahuraki.lecture.ub.ac.id/files/2013/08/PENDKATAN-
KEPEMIP-3.1.ppt.

Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan Dan Efektifitas Kelompok. Jakarta:


Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai