Anda di halaman 1dari 6

Journal homepage: http://jglitrop.ui.ac.

id

Analisis Spasial Perubahan Tutupan Lahan di


Kecamatan Sirimau Kota Ambon

Heinrich Rakuasa1, Eko Kusratmoko2


1,2,
Departemen Geografi, Universitas Indonesia, Depok
E-mail: heinrich.rakuasa@ui.ac.id

Abstrak. Kecamatan Sirimau merupakan kecamatan dengan pertumbuhan ekonomi dan


penduduk tertinggi di Kota Ambon, yang menjadikan kebutuhan lahan terbangun yang tinggi dan
pesat. Oleh karena itu perkembangan perubahan tutupan lahan sangat penting untuk dipahami,
agar pola perubahan tutupan lahan di masa depan dapat diprediksi dan dampak negatifnya dapat
dicegah atau dikurangi. Analisis spasial perubahan tutupan lahan di Kecamatan Sirimau dilakukan
dengan pengolahan Citra Landsat 4-5 TM dan Landsat 8 OLI terdiri dari proses Pre-Processing
dan Klasifikasi citra dilakukan secara terbimbing (Supervised), dengan menggunakan metode
Maximum Likelihood Classification dari hasil penelitian ini Secara umum lahan terbangun di
Kecamatan Sirimau terpusat pada wilayah inti kota. Distribusi penggunaan lahan permukiman dan
lahan terbangun di Kecamatan Sirimau tersebar di seluruh wilayah pusat kota dengan variasi luas
yang beragam terpergantung dari luasan administrasi wilayah tersebut. Wilayah permukiman
sebagian besar tersebar pada Desa Batu Merah 794,17 ha, dan Desa Soya seluas 456,899 ha.
Kedua wilayah ini merupakan basis sentral permukiman penduduk terpadat di Kecamatan Sirimau
dan pengembangannya banyak tersebar pada wilayah-wilayah perbukitan

Kata Kunci: Analisis Spasial,Tutupan Lahan, Maximum Likelihood Classification


Abstract. Sirimau Subdistrict is a sub-district with the highest economic growth and population in
Ambon City, which makes the need for land to be developed is high and rapid. Therefore, the
development of land cover change is very important to understand, so that future patterns of land
cover change can be predicted and the negative impacts can be prevented or reduced. Spatial
analysis of land cover changes in Sirimau District was carried out by processing Landsat 4-5 TM
and Landsat 8 OLI images consisting of a pre-processing and supervised image classification,
using the Maximum Likelihood Classification method from the results of this study. built in
Sirimau sub-district centered on the core area of the city. The distribution of residential land use
and built-up land in Sirimau Subdistrict is scattered throughout the city center area with wide
variations depending on the area of administration of the area. Most of the residential areas are
scattered in Batu Merah Village with an area of 794.17 ha and Soya Village covering an area of
456,899 ha. These two areas are the central base for the most densely populated settlements in
Sirimau Subdistrict and their development is widely spread over hilly areas.
Keywords: Spatial Analysis, Land Cover, Maximum Likelihood Classification.

1. Pendahuluan
Tutupan lahan sebagai wujud dari proses interaksi yang dinamis antara aktifitas manusia dengan
sumberdaya lahan, yang terdistribusi secara spasial dari permukaan darat dan mengidentifikasi
penutup biofisik dari medan; ini termasuk air daratan, lahan kosong atau infrastruktur manusia
(Gopalakrishnan et al., 2020) tutupan lahan dan unsur-unsur pembatasnya berpengaruh terhadap
proses-proses yang terjadi dipermukaan lahan. Setiap wilayah memiliki berbagai variasi jenis tutupan
lahan yang beragam (Guo et al., 2020). variasi ini diidentifikasi dari jenis-jenis tutupan lahan yang
2

tumbuh dan berkembang pada guna lahan tersebut(Yin et al., 2020). perubahan tutupan lahan yang
paling cepat telah terlihat adalah di sekitar daerah perkotaan (Sapena & Ruiz, 2019).
Perubahan tutupan lahan sangat berpengaruh signifikan terhadap perencanaan pengembangan
wilayah dan juga terhadap fungsi ekosistem di semua skala spasial, dari global hingga lokal ( Akhtar
et al., 2020, Calderón-Loor et al., 2021), oleh sebab itu penting untuk memahami hubungan antara
fenomena sosial dan alam, terutama di wilayah perkotaan untuk meningkatkan keberlanjutan lanskap
yang dinamis dan untuk memprediksi efek perencanaan penggunaan lahan (Darvishi et al., 2020).
Peningkatan jumlah penduduk sejalan dengan Peningkatan kegiatan manusia diberbagai sektor
terutama sektor ekonomi, sehingga kebutuhan akan sumberdaya lahan juga akan meningkat,
sedangkan keberadaan lahan yang tetap (He et al., 2018) hal ini akan menyebabkan meningkatnya
persaingan dalam penggunaan lahan, sehingga kebutuhkan ekonomi dan sosial akan selalu menjadi
prioritas dalam perubahan penggunaan lahan, oleh karena itu, pemanfaatan dan efesiensi dari tutupan
lahan perkotaan harus ditingkatkan berdasarkan perencanaan tutupan lahan yang rasional dengan
tujuan untuk pembangunan yang berkelanjutan (Tian et al., 2016). sehingga perlu adanya peningkatan
dan pengelolaan potensi pengembangan. Karena Salah satu kunci pembangunan berkelanjutan pada
wilayah perkotaan adalah dengan perencanaan dan penataan ruang terutama dalam pengembangan
ruang terbuka hijau (Patra et al., 2018).
Perubahan penggunaan lahan dapat berlangsung dalam waktu yang berbeda dan dalam skala
bentuk dan ukuran yang berbeda pula. Perubahan tutupan lahan dapat dikatakan pula sebagai
beralihnya fungsi lahan yang satu dengan yang lain yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan tujuan manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Kondisi ini menjadi suatu permasalahan wilayah akibat tuntutan kebutuhan lahan dan
keterbatasan lahan dan perlu dikaji untuk dapat memberikan solusi dalam penataan penggunaan lahan
Kecematan Serimau ke depan yang sustainable berdasarkan aspek ekologis serta upaya-upaya
konservatif guna mendukung perencanaan penggunaan lahan serta pengalokasian penggunaan lahan
yang tepat disamping melakukan kegiatan konservatif sebagai upaya preventif dalam penggunaan
lahan yang berbasis ekologis.
Penelitian tentang perubahan tutupan lahan dengan menggunakan menggunakan teknik maximum
likelihood classification merupakan sebuah langkahn awal dalam pengelolaan dan keberlanjutan lahan
kedepan, peneltian ini juga dapat memfasilitasi pemerintah/stakholder dan para pemangku
kepentingan dalam penanganan dan pengelolaan lahan secara bijaksana agar dapat diambil keputusan
pemanfaatan lahan yang menguntungkan dalam dimensi perencanaan penggunaan lahan yang
berkelanjutan seiring dengan pengembangan Kecamatan Serimau kedepan.
2. Metodologi Penelitian
Metode dalam Penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spasial, penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Serimau, Kota Ambon yang mempunyai pertumbuhan penduduk dan
perkembangan tutupan lahan terutama wilayah terbangun yang tinggi kecamatan lainnya di Kota
Ambon. Tutupan lahan menggambarkan lahan terbangun dan ruang terbuka, karena pertumbuhan
penduduk yang semakin tinggi menyebabkan kebutuhan lahan juga semakin tinggi. Semakin tinggi
kebutuhan lahan, maka ketersediaan lahan yang ada akan semakin sedikit karena jumlah lahan yang
relatif tetap serta semakin meningkatnya wilayah terbangun. Pola perkembangan tutupan lahan ini
akan dianalisis secara spasial dengan munggunakan teknik maximum likelihood classification.
Data ini berupa hasil ekstraksi informasi tutupan lahan dari citra Landsat 5 (2010) dan Landsat 8
OLI (2015 dan 2020) yang telah diverifikasi dengan hasil survei, Pada informasi perubahan tutupan
lahan dari ekstraksi Citra Landsat 5 TM (2010) dan Landsat 8 OLI (2015 dan 2020) yang
menggunakan maximum likelihood classification. kemudian dilakukan analisis overlay untuk
mengetahui perkembangan lahan 10 tahun terakhir (2010-2020).
Pengolahan Citra Landsat 4-5 TM dan Landsat 8 OLI terdiri dari proses Pre-Processing dan
klasifikasi citra dengan menggunakan metode maximum likelihood classification (Ali et al., 2018)
Pengolahan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan data luas wilayah terbangun tahun 2010 – 2020
3

Gambar 1. Diagram Alur Pengolahan Data

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, wilayah terbangun dilihat berdasarkan perubahan tutupan lahan dalam kurun
waktu 10 tahun yang disesuaikan dengan data kependudukan. Untuk memperoleh informasi mengenai
tren perubahan tutupan lahan, diambil informasi dari tiga tahun citra bebas awan (kurang dari 10%)
yang berbeda dalam periode 10 tahun, dengan rincian Citra Landsat 5 TM Tahun 2010, Citra Landsat
8 OLI/TIRS 2015 dan Citra Landsat 8 OLI/TIRS 2020. Klasifikasi citra Landsat dengan teknik
Supervised Classification dan metode Maximum Likelihood Classification dilakukan untuk
memudahkan proses analisis. hasil Supervised kemudian juga dikoreksi dengan menggunakan Citra
dari Google Earth sesuai tahun yang dianalisis untuk mendapatkan hasil analisis yang benar-benar
menggambarkan keadaaan aslinya.
Klasifikasi terhadap citra dilakukan dengan menggunakan standar klasifikasi SNI 7645 - 2010
mengenai Klasifikasi Penutup Lahan. Setelah melakukan penyesuaian bahwa data yang diperlukan
adalah data perkembangan permukiman, maka klasifikasi penutup lahan dibagi ke dalam 5 kelas.
Kelas penutup lahan tersebut antara lain: lahan terbangun,Hutan, Semak dan Tegalan, lahan terbuka
dan badan air. lahan terbangun terdiri dari permukiman dan lahan terbangun meliputi permukiman,
kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan dan BUMN, kawasan
peribadatan, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pendidikan dan kesehatatan, kawasan,
kawasan pelabuhan dan bandara, serta kawasan olah raga, jalan dan kuburan. Hutan terdiri dari hutan
Primer dan hutan Sekunder selanjutnya semak belukar sawah, tegal, dan perkebunan. Lahan terbuka
terdiri dari, padang rumput, alang-alang. Badan air terdiri dari danau, rawa, sungai.
Tutupan Lahan Tahun 2010
Tutupan lahan pada tahun 2010 di dominasi oleh tutupan lahan daerah Hutan yaitu sebesar
1.498,796 Ha dan luasan tutupan lahan terbangun sebesar 1.322,136 Ha. Secara keseluruhan tutupan
lahan dapat dilihat pada (Gambar 2) mengenai komposisi tutupan lahan Kecamatan Serimau
sedangkan untuk peta persebaran tutupan lahan dapat dilihat pada (Gambar 2) dimana untuk tutupan
lahan terbangun terpusat pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kel.Uritetu, Desa Batumerah,
Kel.Amantelu, Kel.Karang Panjang, Kel. Waihoka dan Desa Galala.
Tutupan Lahan Tahun 2015
Tutupan lahan Tahun 2015 masih didominasi juga tutupan lahan jenis hutan yaitu sebesar
1.434,859 Ha. Meskipun telah terjadi penurunan. penurunanpun terjadi pada tutupan lahan jenis
tegalan dan semak menjadi 188,202 Ha. selanjutnya kawasan lahan terbuka menjadi 210,176 Ha
selanjtnya padang rumput 413,330 Ha dan peningkatan terjadi pada jenis lahan terbangun sebesar
1.455,904 Ha Dapat dilihat pada gambar (Gambar 2) komposisi kelas tutupan lahan tahun 2015
dimana untuk tutupan lahan terbangun masih terpusat terpusat pada desa atau keluarahan yang berada
pada wilayah pusat Kota Ambon atau di daerah Pesisir.
4

Tutupan Lahan Tahun 2020


Pada Tutupan lahan Tahun 2020, tutupan lahan terbangun terjadi penambahan menjadi
1.994,686 Ha dan tutupan lahan jenis hutan menjadi 1.199,312 Ha, tutupan lahan tegalan dan semak
belukar menjadi 451,990 Ha, dan tutupan lahan padang rumput menjadi 95,639 Ha. Pada (Gambar 2)
dibawah komposisi kelas tutupan lahan tahun 2020 dimana untuk tutupan lahan terbangun masih
terpusat pada desa atau kelurahan yang berada pada wilayah pusat Kota Ambon dan di wilayah
pinggiran kota. Perkembangan lahan terbagun mengikuti pola jalan utama Selanjutnya terjadi
penurunan pada tutupan lahan terbuka menjadi 80,383 Ha Dapat dilihat (Gambar.2).

Gambar.2. Peta Perkembangan Tutupan Lahan 2010, 2015, 2020 Kecamatan Serimau

Perkembangan Wilayah Terbangun


Berdasarkan perkembangan tutupan lahan, maka didapatkan persentase luas lahan terbangun dan
ruang terbuka yang dapat dilihat pada (Tabel 1). secara umum ruang terbuka (hutan, semak dan
tegalan, lahan terbuka, padang rumput) cenderung terus mengalami penurunan. Sedangkan lahan
terbangun cenderung terus mengalami kenaikan dari persentase luas. Walaupun demikian, persentase
5

ruang terbuka hijau yang ada masih sesuai dengan Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 yang
mengharuskan suatu wilayah memiliki ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas total wilayah,
dimana Kecamatan Serimau masih memiliki ruang terbuka hijau 75 % pada tahun 2020.
Tabel 1. Luas dan Persentase Laju Perkembangan Lahan Terbangun
Tahun Luas wilayah terbangun (Ha)
%Δ Luas
2010 51578,11
2011 55341,22 7.30%
2012 57890,86 4.61%
2013 58901,34 1.75%
2014 60393,01 2.53%
2015 65491,62 8.44%
2016 71101,19 8.57%
2017 77448,93 8.93%
2018 83664,42 8.03%
2019 86788,98 3.73%
2020 90870,64 4.70%
Rata-Rata 5,86%

Berdasarkan luas lahan terbangun pada tahun 2010, 2015, dan 2020 maka didapatkan luas lahan
terbangun pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020 yang
luasan dan persentase perubahannya dapat dilihat pada (Tabel 1.) Secara umum, laju perkembangan
lahan terbangun di Kota Ambon cenderung bervariasi.
Berdasarkan data tersebut, didapatkan rata-rata laju perkembangan lahan terbangun Kota Ambon
memiliki nilai 5,86%. Variatifnya laju perkembangan lahan terbangun tersebut dikarenakan faktor
penekan wilayah terbangun yang semakin tinggi.
4. Kesimpulan
Pola perubahan tutupan lahan pada tahun 2010 di dominasi oleh tutupan lahan daerah Hutan yaitu
sebesar 1.498,796 Ha dan luasan tutupan lahan terbangun sebesar 1.322,136 Ha. Secara keseluruhan
tutupan lahan dan komposisi tutupan dapat dilihat pada (Gambar 2.) dimana untuk tutupan terbangun
terpusat pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kel.Uritetu, Desa Batumerah, Kel.Amantelu,
Kel.Karang Panjang, Kel. Waihoka dan Desa Galala. Selanjutnya Tutupan lahan Tahun 2015 masih
didominasi juga tutupan lahan jenis hutan yaitu sebesar 1.434,859 Ha. Meskipun telah terjadi
penurunan. penurunanpun terjadi pada tutupan lahan jenis tegalan dan semak menjadi 188,202 Ha.
selanjutnya kawasan lahan terbuka menjadi 210,176 Ha selanjtnya padang rumput 413,330 Ha dan
peningkatan terjadi pada jenis lahan terbangun sebesar 1.455,904 Ha. Kemudian pada Tutupan lahan
Tahun 2020, tutupan lahan terbangun terjadi penambahan menjadi 1.994,686 Ha dan tutupan lahan
jenis hutan menjadi 1.199,312 Ha, tutupan lahan tegalan dan semak belukar menjadi 451,990 Ha, dan
tutupan lahan padang rumput menjadi 95,639 Ha. Pada (Gambar 2) dibawah komposisi kelas tutupan
lahan tahun 2020 dimana untuk tutupan lahan terbangun masih terpusat pada desa atau kelurahan
yang berada pada wilayah pusat Kota Ambon dan di wilayah pinggiran kota. Perkembangan lahan
terbagun mengikuti pola jalan utama Selanjutnya terjadi penurunan pada tutupan lahan terbuka
menjadi 80,383 Ha .
Berdasarkan luas lahan terbangun pada tahun 2010, 2015, dan 2020 maka didapatkan luas lahan
terbangun pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020 yang
luasan dan persentase perubahannya dapat dilihat pada (Tabel 1.) Secara umum, laju perkembangan
lahan terbangun di Kota Ambon cenderung bervariasi. Berdasarkan data tersebut, didapatkan rata-rata
laju perkembangan lahan terbangun Kota Ambon memiliki nilai 5,86%. Variatifnya laju
perkembangan lahan terbangun tersebut dikarenakan faktor penekan wilayah terbangun yang semakin
tinggi
6

References
Akhtar, M., Zhao, Y., Gao, G., & Gulzar, Q. (2020). Regional Sustainability Assessment of
ecosystem services value in response to prevailing and future land use / cover changes in Lahore
, Pakistan. Regional Sustainability, 1(1), 37–47. https://doi.org/10.1016/j.regsus.2020.06.001
Ali, M. Z., Qazi, W., & Aslam, N. (2018). A comparative study of ALOS-2 PALSAR and landsat-8
imagery for land cover classification using maximum likelihood classifier. Egyptian Journal of
Remote Sensing and Space Science, 21, S29–S35. https://doi.org/10.1016/j.ejrs.2018.03.003
Calderón-Loor, M., Hadjikakou, M., & Bryan, B. A. (2021). High-resolution wall-to-wall land-cover
mapping and land change assessment for Australia from 1985 to 2015. Remote Sensing of
Environment, 252. https://doi.org/10.1016/j.rse.2020.112148
Darvishi, A., Yousefi, M., & Marull, J. (2020). Modelling landscape ecological assessments of land
use and cover change scenarios. Application to the Bojnourd Metropolitan Area (NE Iran). Land
Use Policy, 99(September), 105098. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2020.105098
Gopalakrishnan, R., Seppänen, A., Kukkonen, M., & Packalen, P. (2020). Utility of image point cloud
data towards generating enhanced multitemporal multisensor land cover maps. International
Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation, 86(October 2019), 102012.
https://doi.org/10.1016/j.jag.2019.102012
Guo, Y., Fang, G., Xu, Y., Tian, X., & Xie, J. (2020). Science of the Total Environment Identifying
how future climate and land use / cover changes impact stream fl ow in Xinanjiang Basin , East
China. Science of the Total Environment, 710, 136275.
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2019.136275
He, Q., He, W., Song, Y., Wu, J., Yin, C., & Mou, Y. (2018). Land Use Policy The impact of urban
growth patterns on urban vitality in newly built-up areas based on an association rules analysis
using geographical ‘ big data .’ Land Use Policy, 78(July), 726–738.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2018.07.020
Patra, S., Sahoo, S., Mishra, P., & Mahapatra, S. C. (2018). Impacts of urbanization on land use
/cover changes and its probable implications on local climate and groundwater level. Journal of
Urban Management, 7(2), 70–84. https://doi.org/10.1016/j.jum.2018.04.006
Sapena, M., & Ruiz, L. Á. (2019). Computers , Environment and Urban Systems Analysis of land use
/ land cover spatio-temporal metrics and population dynamics for urban growth characterization.
Computers, Environment and Urban Systems, 73(August 2018), 27–39.
https://doi.org/10.1016/j.compenvurbsys.2018.08.001
Tian, G., Ma, B., Xu, X., Liu, X., Xu, L., Liu, X., Xiao, L., & Kong, L. (2016). Simulation of urban
expansion and encroachment using cellular automata and multi-agent system model—A case
study of Tianjin metropolitan region, China. Ecological Indicators, 70, 439–450.
https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2016.06.021
Yin, K., Xu, S., Zhao, Q., Huang, W., Yang, K., & Guo, M. (2020). Effects of land cover change on
atmospheric and storm surge modeling during typhoon event. Ocean Engineering,
199(February), 106971. https://doi.org/10.1016/j.oceaneng.2020.106971

Anda mungkin juga menyukai