Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

UJI ANTI MUKOLITIK PADA TUMBUHAN BAWANG


MERAH
(Allium ascalonicum L)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK TUTORIAL 2

DESHINTA DUMGAIR 17011101014

DEWINTA AMA 17011101015

ANDREAS PUSUNG 17011101018

ELSANI RAPAR 17011101019

PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal secara luas sebagai mega center keanekaragaman hayati
(biodiversity) terbesar ke dua setelah Brazil di dunia, yang terdiri dari tumbuhan tropis dan
biota laut. Di wilayah Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di
antaranya ditengarai memiliki khasiat sebagai obat. Kekayaan keaneka ragaman hayati ini
perlu diteliti, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan maupun tujuan
ekonomi, dengan tetap menjaga kelestariannya.

Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Seperti yang telah di ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan
terbesar di dunia yang memiliki berbagai macam flora dan fauna. Di Indonesia juga banyak
terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dapat dijadikan obat-obatan, rempahrempah, dan lain
sebagainya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai kurang
lebih 13700 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang
sangat tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-
tumbuhan, dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
sebagai tanaman industri, tanaman buahbuahan, tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-
obatan.

Pengobatan herbal adalah pengobatan yang tertua dan masih merupakan sistem
pengobatan yang paling banyak digunakan di dunia saat ini. Obat adalah obat yang dibuat
secara eksklusif dari tanaman. Obat ini digunakan oleh semua kalangan masyarakat dan
umum untuk semua budaya. Ada banyak "jenis" pengobatan herbal yang berbeda dan berasal
dari budaya yang berbeda di seluruh dunia. Pada umumnya kegunaan dari tanaman obat ini
sama, tetapi berbeda dalam tanaman yang mereka gunakan, cara mereka mempersiapkan dan
menggunakan obat-obatan dari tanaman ini, dan filosofi pendekatan perawatan mereka.
Kultur yang berbeda juga dapat menggunakan tanaman yang sama tetapi berbeda dalam cara
menggunakannya, atau bagian yang mereka gunakan.

Salah satu obat herbal adalah bawang merah (Allium ascalonicum L.). Tanaman
bawang merah adalah salah satu tanaman tahunan yang termasuk dalam keluarga Liliaceae .
Bawang merah terdiri dari sekelompok umbi kecil hingga sedang dengan kulit luar berwarna
coklat kemerahan hingga oranye. Bawang merah umumnya digunakan sebagai bumbu di
negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bawang merah biasanya digunakan dalam
kombinasi dengan campuran rempah-rempah dan bumbu lainnya. Bawang merah (Allium
ascalonicum L.) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari dialylsulfide, propantiol-Soxide,
S-Alyl-L-Cysteine-sulphoxide atau Aliine, Allisin, asam fenolik, asam fumarat, asam
kaphiprilat, floroglusin, fosfor, flavonol, flavonoid , pectin, saponin, sterol, cycloallin dan
propylmethyl disulfide.prostaglandin A-1, diphenylamine dan cycloalkine, methylaliin,
dihydroaliin, kaemferol dan foroglusinol. Manfaat bawang merah adalah: minyak yang
menguap dalam air bawang merah sangat berguna untuk membunuh sebagian besar mikroba,
kandungan nutrisi dalam bawang merah dapat digunakan oleh tubuh untuk memberikan
energi, dapat mengurangi kemungkinan trombofilia atau hiperkoagulasi, dan dapat
menyembuhkan batuk.

Batuk adalah respon perlindungan dan pertahanan alami untuk menghilangkan lendir,
zat asing dan infeksi dari laring, trakea, dan bronkus besar. Batuk juga merupakan
mekanisme yang paling efisien untuk membersihkan saluran pernapasan bagian atas dengan
mekanisme alami. Mukolitik adalah mekanisme kerja yang membantu menurunkan viskositas
dahak, terutama dari saluran pernapasan bagian bawah. Jadi, mengubah sifat fisik kimia
lendir menyebabkan viskositas lendir berkurang dan akan lebih mudah untuk batuk. Salah
satu obat mukolitik adalah N-Acetylcysteine, yang merupakan turunan sistein dari asam
animo yang mampu memperpendek rantai panjang dahak mucoprotein, menjadi lebih cair
dan lebih mudah dihilangkan dengan batuk
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penentuan rencana

Penentuan dimaksudkan untuk memverifikasi identitas tanaman. Hasil penentuan


bawang merah yang dilakukan di Herbarium School of Biological Sciences (SITH) Institut
Teknologi Bandung menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benar tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L).

2.2. Hasil skrining fitokimia

Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada simplisia dan ekstrak bawang merah (Allium
ascalonicum L.) (ditunjukkan pada Tabel 1), dapat dilihat bahwa simplisia dan ekstrak
bawang merah memiliki metabolit sekunder Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tannin dan
Polifenol. Tidak ada perbedaan antara simplisia dan ekstrak, karena tidak ada perubahan
setelah ekstraksi.

Tabel 1. hasil skrining fitokimia

2.3 Hasil uji mukolitik ekstrak bawang merah pada putih telur dari telur bebek

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang merah terhadap viskositas larutan putih
telur, peneliti mengolah hasil data pengukuran viskositas menggunakan Analisis Statistik
Varians Single Factor. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 2.

Dalam penelitian dengan kisaran 12 Rpm dilakukan beberapa perlakuan uji untuk
menentukan viskositas, yang pertama adalah kontrol yang hanya terdiri dari 20% campuran
putih telur dengan buffer fosfat (20:80) . Dalam uji kontrol diperoleh viskositas 27,50 cPois.
Pada perlakuan kontrol positif terlihat penurunan viskositas N-Acetylcysteine sebesar 12,50
cPois setelah beberapa tes. Sedangkan pada konsentrasi 5% diperoleh viskositas sebesar
24,17 cPois, pada dosis 1,143 gram diperoleh viskositas sebesar 21,67 cPois, pada dosis
1,714 gram diperoleh viskositas sebesar 18,33 cPois, pada dosis 2,286 gram diperoleh
viskositas sama dengan 15,83 cPois, pada dosis 2,857 gram diperoleh viskositas 11,67 cPois.
Ini menunjukkan viskositas yang besar dengan dosis 2,286 gram dan viskositas turun 2,857
gram, sedangkan pada dosis 0,571 gram tidak berubah secara signifikan, hal ini karena pada
dosis 0,571 gram ekstrak yang digunakan belum dapat mengurangi viskositas karena
Senyawa mukolitik yang berkhasiat dengan dosis 0,571 gram belum mampu memutus ikatan
disulfida dalam larutan putih telur secara maksimal.

Tabel 2. Hasil pengukuran viskositas

Deskripsi:
 X ± SEM: Nilai Viskositas Rata-Rata dari Solusi Putih Telur ± SEM (Standard Error
Mean)
 Negative control (Perbandingan larutan putih telur 20% dengan fosfat pH 7 (20: 80))
 Positive control (larutan putih Acetylcysteine Telur 20% dalam fosfat pH 7 (20: 80))
 Dosis 1 (ekstrak bawang merah 5% ditambah 20% larutan putih telur dalam buffer
Fosfat pH 7)
 Dosis 2 (ekstrak bawang merah 10% plus 20% larutan putih telur dalam Fosfat pH 7)
 Dosis 3 (ekstrak bawang merah 15% ditambah 20% larutan putih telur dalam fosfat
pH 7)
 Dosis 4 (ekstrak bawang merah 20% ditambah 20% larutan putih telur dalam fosfat
pH 7)
 Dosis 5 (ekstrak bawang merah 25% ditambah larutan putih telur 20%

Dalam uji viskositas larutan putih telur dari kisaran 30 Rpm juga dilakukan beberapa
perlakuan uji, yang pertama adalah kontrol yang hanya terdiri dari 20% campuran putih telur
dengan buffer fosfat (20:80). Pada uji kontrol negatif diperoleh viskositas 25,33 cPois, dan
pada kontrol positif terjadi penurunan viskositas 11,83 cPois setelah beberapa tes. Ini sesuai
dengan literatur bahwa kerja dari N-Acetylcysteine adalah sebagai mukolitik. N-
Acetylcysteine memiliki gugus sulfhydryl (SH) dalam molekulnya dan tidak mampu untuk
membuka kelompok disulfida (S-S) dari sputum/dahak mucoprotein [10]. Hasilnya adalah
depolimerisasi dahak yang menyebabkan viskositasnya turun. Sedangkan pada uji viskositas
pada dosis 0,571 gram sama dengan 22,00 cPois, pada dosis 1,143 gram diperoleh viskositas
sama dengan 19,33 cPois, pada dosis 1,714 gram diperoleh dengan viskositas sebesar 16,00
cPois, pada dosis 2,286 gram diperoleh viskositas sama dengan 13,33 cPois, pada dosis 2,857
gram diperoleh viskositas 10,83 cPois. Ini menunjukkan penurunan viskositas yang signifikan
pada dosis 2,286 gram dan 2,857 gram.
Dalam uji viskositas, larutan putih telur dari kisaran 60 rpm juga dilakukan beberapa
perlakuan pengujian, yang pertama adalah kontrol yang hanya terdiri dari 20% campuran
putih telur dengan buffer fosfat (20:80). Pada uji kontrol negatif diperoleh viskositas 15,67
cPois. Pada uji kontrol positif, penurunan viskositas adalah 10,83 cPois. Pada dosis 0,571
gram uji viskositas pada 14,50 cPois, pada dosis 1,143 gram diperoleh viskositas sama
dengan 13,83 cPois, pada dosis 1,714 gram diperoleh viskositas sebesar 12,67 cPois, pada
dosis 2,286 gram diperoleh viskositas sama dengan 11,50 cPois, pada dosis 2,857 diperoleh
viskositas sama hingga 9,33 cPois. Dari data ini menunjukkan viskositas besar dengan dosis
2,286 gram dan 2,857 gram viskositas menurun di dekat viskositas kontrol positif.

Berdasarkan hasil pengukuran viskositas diperoleh analisis varian seperti yang


ditunjukkan pada tabel.
Tabel 3. Analysis of variance (ANOVA)

Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak berpengaruh terhadap penurunan


viskositas putih telur larutan. Karena pengaruhnya, maka perlu dilakukan tes lebih lanjut,
peneliti melakukan uji tindak lanjut bersama Uji DMRT (duncant Multiple Range Test).
Hasil tes dapat dilihat pada tabel 4. Dari hasil tes duncant, dapat dilihat bahwa Dosis 5, Dosis
4, dan Dosis 3 tidak berbeda. secara signifikan dengan kontrol positif. Ini berarti penggunaan
dosis 2.857 g, 2.286 g dan 1.714 g memiliki efeknya mirip dengan penggunaan N-
Acetylcysteine di pasar. Meskipun demikian, penggunaan ekstrak - dosis 5 (2.857g) adalah
kontrol positif yang paling mendekati perkiraan.
Tabel 4. Ducant Test Results
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengumpulan dan identifikasi bahan tanaman
Sampel bahan tanaman yang digunakan adalah bawang merah (Allium ascalonicum L.)
yang diperoleh dari pasar. Untuk menentukan kandungan metabolit sekunder yang ada dalam
simplisia, skrining fitokimia perlu dilakukan.
Untuk mengidentifikasi kandungan flavonoid, dilakukan dengan beberapa sampel yang
dimasukan dalam tabung reaksi kemudian dicampur dengan bubuk Magnesium dan Asam
Klorida 2N. Campuran tersebut dipanaskan lalu disaring. Dalam filtrat yang ditambahkan
amyl alkohol, lalu dikocok kuat-kuat. Kehadiran senyawa flavonoid ditandai oleh terjadinya
perubahan warna kuning-merah, yang dapat ditarik oleh Amyl alcohol. Selanjutnya,
identifikasi alkaloid dilakukan oleh reagen mayer dan reagen Dragendorff.
Identifikasi kandungan saponin juga dilakukan. Saponin adalah senyawa aktif yang
kuat menyebabkan busa ketika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah, dan bekerja sebagai agen antimikroba. Saponin
larut dalam air, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin merangsang sekresi bronkiolus. Saponin
dapat meningkatkan aktivitas siliaris epitel, suatu peristiwa yang menghasilkan batuk, dan
melepaskan dahak. Identifikasi Tannin dilakukan dengan mengambil 500 mg sampel
simplisia dengan 10 ml air suling, disaring dan kemudian disaring dengan filtrat air sulingan.
Ambil 2 ml larutan lalu tambahkan zat besi (III) klorida 1%, biru atau hitam kehijauan warna
menunjukkan adanya tanin. Bahan lain yang digunakan adalah albumen dari telur bebek.
Albumen digunakan karena bagiannya sama sifat fisikokimia fisik dengan lendir manusia.
Komposisi lendir saluran napas manusia 95% air dan 5% glikoprotein. Albumen (putih telur)
tersusun atas sebagian besar air dan organik soal protein. Albumen terdiri dari 4 fraksi yaitu,
lapisan chalaziferous, lapisan tipis bagian dalam, lapisan penghasil gel dan lapisan luar tipis.
Albumin sebagian besar terdiri dari air dan bahan protein organik. Telur memiliki sifat
fisikokimia yang sangat berguna dalam pengolahan makanan termasuk sifat busa, emulsi,
koagulasi, reologi dan warna. Berdasarkan sifat fisikokimia bahwa putih telur dipilih sebagai
media untuk uji aktivitas mukolitik.
3.2 Ekstraksi bahan tanaman
Persiapan ekstrak dilakukan dengan metode refluks. Allium ascalonicum L. umbi segar
dicuci dengan air suling steril yang baru disiapkan. Bagian terluar umbi dikupas dan
bagian berdaging bawang merah dicuci kembali secara terpisah dengan air suling. Bagian
berdaging tadi setiap 100g umbi bawang merah dipotong menjadi bagian-bagian kecil.
Selanjutnya direfluks dengan menambahkan etanol 96% 500 ml selama 1 jam pada 40oC.
Semua hasil refluks (filtrat) dikonsentrasikan dengan rotary vaporator pada 40 ° C, untuk
mendapatkan ekstrak kental, ekstrak terkonsentrasi lagi di piring uap di atas penangas air,
kemudian rendemen dihitung.
3.3. Persiapan larutan buffer fosfat
Persiapan larutan buffer fosfat pH 7 dengan mencampur 50 ml 0,2M dihidrogen fosfat
kalium dengan 29,1 ml 2N natrium hidroksida dan diencerkan dengan carbon-free water
secukupnya sehingga 200 ml kemudian diuji dengan pH meter. Pisahkan putih telur bebek
dengan kuning telurnya, lalu putih telur diaduk perlahan hingga benar-benar homogen,
kemudian di wadah dalam gelas kimia. Putih telur yang diperoleh dicampur dengan larutan
buffer fosfat dengan pH 7 (20: 80) yang diaduk, untuk mendapatkan larutan homogen dari
putih telur.
3.4. Pengamatan aktivitas mukolitik in vitro
Pengujian efek mukolitik, buffer fosfat buffer pH 7 disiapkan, kemudian buat larutan
putih telur dalam buffer (20: 80). Sediaan larutan uji dalam 5 konsentrasi, yaitu 5%, 10%,
15%, 20%, 25% diuji untuk kekuatan mukolitiknya. Pengujian dilakukan dengan menghitung
waktu aliran larutan putih telur yang ditambahkan larutan uji dengan alat viskometer
Brookfield dengan kisaran Rpm 12, 30 dan 60 menggunakan spindle no 2. Solusi kontrol
negatif adalah putih telur, dan kontrol positif adalah N-Acetylcysteine. 20 ml larutan uji dan
80 ml larutan putih telur ditempatkan dalam gelas kimia 100 ml kemudian diukur dengan
menyesuaikan spindel yang sesuai dan Rpm dalam alat viskometer yang digunakan pada suhu
kamar dan skala yang dapat dibaca menunjukkan viskositas sampel yang diperiksa dengan cP
(centipoise).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Puji Lestari. Studi Tanaman Khas Sumatera Utara Yang Berkhasiat Obat.Jurnal Farmanesia.
9 November 2016; Sumatera Utara; hal 11-12.

D A Deswati, M A Dhina, and S R Mubaroq. Mucolytic Activity Test of Shallot Extract


(Allium Ascalonicum L) by in Vitro. IOP Publishing. 2018;10.1088/1757-
899X/288/1/012141: Bandung ,Indonesia. Hal 1-5

Anda mungkin juga menyukai