Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIRSCHSPRUNG”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Anak

Oleh :
DENNY
190070300011052

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIRSCHSPRUNG”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Anak

Oleh :
DENNY
190070300011052

Menyetujui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

(……………....……………..) (……………………..
………..)
Hirschsprung

1. Definisi

Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.


Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak
mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus
besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan
(ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan
fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus
besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.

Penyakit hirschsprung atau megakolon kongenital adalah tidak adanya


sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Dan
ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik
serta tidak adanya evakuasi usus spontan. (Betz & Sowden, 1987 : 196).

Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion


parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus.
(Ngastiyah, 2005 : 220)

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan


penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan
kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir < 3 Kg, lebih
banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000).

Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan


obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus.
(Donna L. Wong, 2003 : 507).
2. Pembagian Penyakit Hirschprung

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :

1. Penyakit Hirschprung segmen pendek

Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan


70% dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada
anak laki-laki dibanding anak perempuan.

2. Penyakit Hirschprung segmen panjang

Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon


atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun
prempuan. (Ngastiyah, 2005 : 219).

3. Etiologi Hirschsprung
1. Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional
yang berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus
mencenterikus dan submukoisa untuk berkembang ke arah kranio
kaudal di dalam dinding usus.
2. Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari
pleksus Auerbach di kolon.
3. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan
bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi
yang berlebihan pada kolon.

(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 )

1. Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”.


2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding
pleksus.
(Suriadi, 2001 : 242)

4. Patofisiologi / pathway

Absensi ganglion Meissner dan Auerbach

Mual, muntah, Usus spastis dan Obstipasi, tidak


diare daya dorong tidak ada mekonium
ada

Distensi Gangguan
Nutrisi kurang Volume
abdomen hebat pola BAB
dari kebutuhan cairan tubuh
tubuh menurun

Perubahan status Gangguan rasa nyaman


kesehatan anak nyeri
Pembedahan

Resti gangguan Resiko injuri Koping keluarga


integritas kulit tidak efektif
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum
dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik )
dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat
berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran
cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).

5. Manifestasi Klinis

1. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.


2. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan
terlihat tinja seperti pita.
3. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4. Nyeri abdomen dan distensi.
5. Gangguan pertumbuhan.

(Suriadi, 2001 : 242)

1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan


ketiadaan evaluasi mekonium.
2. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang
membaik secara spontan maupun dengan edema.
3. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau
bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
4. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen
dan demam. Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya
gejala.
5. Gejala hanya konstipasi ringan.

(Mansjoer, 2000 : 380)

 Masa Neonatal :

1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.


2. Muntah berisi-empedu.
3. Enggan minum.
4. Distensi abdomen.

 Masa bayi dan anak-anak :

1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh

(Betz, Sowden 2002 : 197)

6. Komplikasi
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)

(Betz, 2002 : 197)

1. Obstruksi usus
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3. Konstipasi

(Suriadi, 2001 : 241)

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat


penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum,
dilakukan dibawah narkose. Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi
isap. Pada penyakit ini khas terdapat peningkatan aktivitas enzim
asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.

(Ngatsiyah, 2005 : 220)

1. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada


kolon.
2. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter
interna dan eksterna.

(Betz, 2002 : 197).

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan bedah

Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan


kolostomi loop atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3-4
bulan), bila umur bayi itu antara 6-12 bulan, 1 dari 3 prosedur berikut
harus dilakukan :
1. Prosedur Duhamel : penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik,
menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik
dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
2. Prosedur Swenson : Bagian kolon aganglionik dibuang kemudian
dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan
saluran anal yang dilatasi.
3. Prosedur soave      : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan
tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus,
tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan
otot rektosigmoid yang tersisa. (Betz. Sowden 2002 : 197)

2. Penatalaksanaan keperawatan

Masalah utama adalah terjadinya gangguan defekasi (obstipasi).


Perawatan yang dilakukan adalah melakukan spuling dengan air garam
fisiologis hangat setiap hari (bila ada persetujuan dokter) dan
mempertahankan kesehatan pasien dengan memberi makanan yang
cukup bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. (Ngastiyah 2005 : 220)
ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG

A. PENGKAJIAN
 Identitas pasien
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Suku/bangsa :
5. Agama :
6. Status perkawinan :
7. Pendidikan/pekerjaan :
8. Alamat :
9. Tanggal MRS :
10. No.Register :

 Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB,
distensi abdomen, kembung, muntah.

 Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,


persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.

 Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam


setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.

Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan


bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.

 Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.

 Riwayat Nutrisi

meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

 Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada


perasaan rendah diri.

 Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.


 Riwayat kebiasaan sehari-hari

Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

 Pemeriksaan Fisik

1. Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.

2. Sistem respirasi

Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan

3. Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.

4. Sistem penglihatan

Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata

5. Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus


dan tidak adanya daya dorong.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah
dan pembatasan diit.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi


abdomen.

4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan perubahan status


kesehatan anak dan rencana pembedahan.

5. Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,


nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

C. Intervensi

Dx 1 : Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis


usus dan tidak adanya daya dorong.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami
ganggguan eliminasi
Kriteria hasil : defekasi normal, tidak distensi abdomen.
Intervensi Rasional
Monitor cairan yang keluar dari Mengetahui warna dan konsistensi
kolostomi feses dan menentukan rencana
selanjutnya
Pantau jumlah cairan kolostomi Jumlah cairan yang keluar dapat
dipertimbangkan untuk penggantian
cairan
Pantau pengaruh diet terhadap Untuk mengetahui diet yang
pola defekasi mempengaruhi pola defekasi
terganggu.

Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah dan pembatasan diit.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan Berat Badan stabil

Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus dan kaji Kekurangan kortisol dapat
apakah ada nyeri perut,mual dan menyebabkan gejala
muntah. gastrointestinal berat yang
mempengaruhi pencernaan dan
absorbsi dari makanan.
Pantau masukan makanan dan Untuk mengetahui asupan
timbang BB tiap hari. makanan yang diberikan dan
kestabilan BB.
Berikan diit cair,lebih lembut,tinggi Dapat memberikan nutrisi tanpa
protein dan serat serta rendah menambah kalori.
lemak.
Tekankan pentingnya tentang Makan yang berlebihan dapat
menghentikan masukan. menyebabkan mual atau muntah.

Dx 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi


abdomen.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil : tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola
tidur.

Intervensi Rasional
Kaji terhadap tanda nyeri Mengetahui tingkat nyeri dan
menentukan langkah selanjutnya.
Berikan tindakan kenyamanan : Upaya dengan distraksi dapat
menggendong, suara halus, mengurangi rasa nyeri
ketenangan
Kolaborasi berikan obat analgesik Mengurangi persepsi terhadap
nyeri yang kerjanya pada sistem
saraf pusat

Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan perubahan status


kesehatan anak dan rencana pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecemasan orang tua
berkurang.
Kriteria hasil : orang tua dapat memahami prognosis penyakit dan
tindakan yang akan di lakukan.

Intervensi Rasional
Evaluasi tingkat ansietas. Ketakutan pada prosedur diagnostik dan
kemungkinan pembedahan.
Jadwalkan istirahat adekuat. Membatasi kelemahan, menghemat
energi dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
Ciptakan lingkungan yang tenang, Mengurangi rangsang eksternal yang
tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dapat memicu peningkatan kecemasan
dalam membantu klien.
Berikan pengetahuan tindakan Untuk mengurangi kecemasan orang tua
pembedahan kepada orang tua. terhadap tindakan pembedahan.

Dx 5 : Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,


nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reseksi kolon pasien
tidak mengalami injuri.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Kardiorespirasi optimal, Tidak
terjadi infeksi pada insisi

Intervensi Rasional
Observasi faktor-faktor yang Pascabedah terdapat resiko
meningkatkan resiko injuri
rekuren dari hernia umbilikalis
akibat peningkatan tekanan intra
abdomen
Monitor tanda dan gejala perforasi Perawat yang mengantisipasi
atau peritonitis
resiko terjadinya perforasi atau
peritonitis. Tanda gejala yang
penting adalah anak rewel tiba-tiba
dan tidak bisa dibujuk atau diam
oleh orangtua atau perawat,
muntah-muntah, peningkatan suhu
tubuh dan hilangnya bising usus.
Adanya pengeluaran pada anus
yang berupa cairan feses yang
bercampur darah merupakan tanda
klinik penting bahwa telah terjadi
perforasi. semua perubahan yang
terjadi didokumentasikan oleh
perawat dan laporkan pada dokter
yang merawat.
Lakukan pemasangan selang Tujuan memasang selang
nasogastrik
nasogastrik adalah intervensi
dekompresi akibat respon dilatasi
dan kolon obstruksi dari kolon
aganglionik. Apabila tindakan
dekompresiini optimal, maka akan
menurunkan distensi abdominal
yang menjadi penyebab utama
nyeri abdominal pada pasien
hirschsprung.
Monitor adanya komplikasi Perawat memonitor adanya
pascabedah komplikasi pascabedah seperti
mencret atau ikontinensia fekal,
kebocoran anastomosis, formasi
striktur, obstruksi usus, dan
enterokolitis
Pertahankan status hemodinamik Pasien akan mendapatkan cairan
yang optimal intravena sebagai pemeliharaan
status hemodinamik
Bantu ambulasi dini Pasien dibantu turun dari tempat
tidur pada hari pertama
pascaoperatif dan didorong untuk
mulai berpartisipasi dalam
ambulasi dini.
Hadirkan orang terdekat Pada anak menghadirkan orang
terdekat dapat menpengaruhi
penurunan respon nyeri.
Kolaborasi pemberian antibiotik Antibiotik menurunkan resiko
pascabedah infeksi yang akan menimbulkan
reaksi inflamasi lokal dan dapat
memperlama proses penyembuhan
pasca funduplikasi lambung

Dx 6 : Risiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.


Tujuan : suhu dalam keadaan normal
Kriteria hasil : suhu dalam rentang normal, tidak ada pathogen yang
terlihat dalam kultur, luka dan insisi terlihat bersih, merah muda, dan
bebas dari drainase purulen.

Intervensi Rasional
Minimalkan risiko infeksi pasien
dengan : o mencuci tangan adalah satu-
o Mencuci tangan sebelum satunya cara terbaik untuk
dan setelah memberikan mencegah penularan
perawatan pathogen.
o menggunakan sarung o sarung tangan dapat
tangan untuk melindungi tangan pada saat
mempertahankan asepsis memegang luka yang dibalut
pada saat memberikan atau melakukan berbagai
perawatan langsung tindakan.
Observasi suhu minimal setiap 4 jam Suhu yang terus meningkat
dan catat pada kertas grafik. setelah pembedahan dapat
Laporkan evaluasi kerja. merupakan tanda awitan
komplikasi pulmonal, infeksi
luka.

D. Implementasi

Dx 1 : Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis


usus dan tidak adanya daya dorong.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami
ganggguan eliminasi
Kriteria hasil : defekasi normal, tidak distensi abdomen.

Intervensi Implementasi
Monitor cairan yang keluar dari Memonitor cairan yang keluar dari
kolostomi kolostomi.
Pantau jumlah cairan kolostomi Memantau jumlah cairan
kolostomi,Jumlah cairan yang
keluar dapat dipertimbangkan untuk
penggantian cairan.
Pantau pengaruh diet terhadap Memantau pengaruh diet terhadap
pola defekasi pola defekasi.

Dx 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual,muntah dan pembatasan diit.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukan Berat Badan stabil

Intervensi Implementasi
Auskultasi bising usus dan kaji Mendengarkan bising usus dan
apakah ada nyeri perut,mual dan mengkaji adanya nyeri perut, mual
muntah. dan muntah.
Pantau masukan makanan dan Memantau masukan makanan dan
timbang BB tiap hari. menimbang BB setiap hari.
Berikan diit cair,lebih lembut,tinggi Memberikan diit cair, lebih lembut,
protein dan serat serta rendah tinggi protein dan serat serta
lemak. rendah lemak.
Tekankan pentingnya tentang Menekankan pentingnya tentang
menghentikan masukan. menghentikan masukan karena
makan yang berlebihan dapat
menyebabkan mual atau muntah.

Dx 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi


abdomen.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil : tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola
tidur.

Intervensi Implementasi
Kaji terhadap tanda nyeri Mengkaji terhadap tanda nyeri
untuk mengetahui tingkat nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan : Memberikan tindakan kenyamanan
menggendong, suara halus, : menggendong, suara halus dan
ketenangan memberikan ketenangan.
Kolaborasi berikan obat analgesik Berkolaborasi dengan tim medis
memberikan obat analgesik untuk
mengurangi persepsi terhadap
nyeri.

Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan keadaan anak dan


rencana pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecemasan orang tua
berkurang.
Kriteria hasil : orang tua dapat memahami prognosis penyakit dan
tindakan yang akan di lakukan.

Intervensi Implementasi
Evaluasi tingkat ansietas. Mengevaluasi tingkat kecemasan
orang tua.
Jadwalkan istirahat adekuat Menjadwalkan istirahat adekuat
untuk meningkatkan kemampuan
koping.
Berikan pengetahuan tindakan Memberikan pengetahuan tindakan
pembedahan kepada orang tua. pembedahan kepada orang tua
untuk mengurangi kecemasan
orang tua.

Dx 5 : Risiko injuri berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,


nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reseksi kolon pasien
tidak mengalami injuri.
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, Kardiorespirasi optimal, Tidak
terjadi infeksi pada insisi.
Intervensi Implementasi
Observasi faktor-faktor yang Mengobservasi faktor-faktor yang
meningkatkan resiko injuri
meningkatkan resiko injuri.
Monitor tanda dan gejala perforasi Memonitor tanda gan gejala
atau peritonitis
perforasi atau peritonitis.
Lakukan pemasangan selang Lakukan pemasangan selang
nasogastrik
nasogastrik.
Monitor adanya komplikasi Memonitor adanya komplikasi
pascabedah pascabedah.
Pertahankan status hemodinamik Mempertahankan status
yang optimal hemodinamik yang optimal.
Bantu ambulasi dini Membantu ambulasi dini.
Hadirkan orang terdekat Menghadirkan orang terdekat untuk
mempengaruhi penurunan respon
nyeri.
Kolaborasi pemberian antibiotik Berkolaborasi dengan tim medis
pascabedah untuk memberikan antibiotik pasca
bedah.

Dx 6 : Risiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.


Tujuan : suhu dalam keadaan normal
Kriteria hasil : suhu dalam rentang normal, tidak ada pathogen yang
terlihat dalam kultur, luka dan insisi terlihat bersih, merah muda, dan
bebas dari drainase purulen.

Intervensi Implementasi
Minimalkan risiko infeksi pasien
dengan : o mencuci tangan sebelum dan
o Mencuci tangan sebelum setelah memberikan
dan setelah memberikan perawatan.
perawatan. o Menggunakan sarung tangan
o menggunakan sarung untuk mempertahankan
tangan untuk asepsis pada saat
mempertahankan asepsis memberikan perawatan
pada saat memberikan langsung.
perawatan langsung.
Observasi suhu minimal setiap 4 Mengobservasi suhu minimal
jam dan catat pada kertas grafik. setiap 4 jam dan mencatat pada
Laporkan evaluasi kerja. kertas grafik dan melaporkan
evaluasi kerja.

E. Evaluasi

1. Pola eliminasi berfungsi normal.


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Nyeri pada abdomen berkurang atau hilang.
4. Kecemasan orang tua berkurang.
5. Rewel pasien berkurang dan mulai nyaman dengan terpasangnnya
kolostomi.
6. Suhu pasien normal.
Daftar Pustaka

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan


Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri


Kurnianingsih (Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U


Pendit. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi
Ke-1 . Jakarta : FKUI .

Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta :


Media Aesulapius FKUI

http://munahasrini.wordpress.com/2012/04/13/askep-anak-dengan-
hisprung/
http://princerudias.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan_27.html

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Hirsprung Konstipasi
 Ibu pasien
mengatakan perut feses banyak
anaknya kembung tertimbun dan lam
dan terkadang berada di kolon
menangis saat
absorbs air inadekuat
akan buang air
(berlebihan)
besar
 Saat pengkajian
feses mengeras
ibu pasien
mengatakan perut
bayi masih konstipasi
kembung dan
BAB 2-3x/hari
jumlah sedikit
berwarna coklat
kadang kehijauan
 Ibu pasien
mengatakan
bayinya tidak ada
muntah dan
terkadang
menangis saat
ingin BAB dan
berhenti jika
sudah BAB
DO:
 Keadaan umum
pasien lemas
 Kesadaran
compos mentis
Nadi 135x/ mnt
S 36,7o
RR 39 x/mnt
 Abdomen
kembung dan
membesar
 Bising usus (+)
 Teraba keras
 Dullness
 Dilakukan colon
wash secara
berkala
2. DS: Hirsprung Risiko
Ketidakseimbangan
 Ibu pasien
Cairan
mengatakan perut feses banyak
anaknya kembung tertimbun dan lam
dan terkadang berada di kolon
menangis saat
absorbs air inadekuat
akan buang air (berlebihan)
besar
 Saat pengkajian feses mengeras
ibu pasien
mengatakan perut
bayi masih konstipasi
kembung dan ↓
BAB 2-3x/hari Obstruksi kolon
jumlah sedikit proksimal
berwarna coklat ↓
kadang kehijauan Distensi abdomen dan
DO: perut membesar
 Keadaan umum ↓
pasien lemas Perut bayi kembung

 Kesadaran dan malas konsumsi

compos mentis cairan

Nadi 135x/ mnt ↓


S 36,7o dehidrasi
RR 39 x/mnt ↓
BB 4,4 kg Risiko
PB 51 cm ketidakseimbangan
 Abdomen cairan
kembung dan
membesar
 Teraba keras
 Diberika terapi
cairan IVFD D10
½ NS sebanyak
300cc/24 jam
DS: Hirsprung Nyeri akut
 Ibu pasien
mengatakan perut peristaltic abnormal
anaknya kembung
spincter rectum tidak
dan terkadang mengalami relaksasi
menangis saat
akan buang air penimbunan feses
besar dalam colon
 Ibu pasien
mengatakan obstruksi mekanisme
bayinya tidak ada usus
muntah dan
terkadang distensi saluran cerna
menangis saat
ingin BAB dan Nyeri akut
berhenti jika
sudah BAB
DO:
 Keadaan umum
pasien lemas
 Kesadaran
compos mentis
Nadi 135x/ mnt
S 36,7o
RR 39 x/mnt
 Abdomen
kembung dan
membesar
 Teraba keras
 Nyeri tekan hilang
timbul

2. DS: Predisposisi genetic Gangguan Rasa


Nyaman
 ibu mengatakan gangguan
perut anaknya perkembangan dari
kembung dan system saraf enteric
terkadang menangis dengan keadaan
saat akan buang air aganglionik pada
besar bagian distal kolon
 lama keluhan sejak 1 ↓
bulan yang lalu Ketidakmampuan
 adanya benjolan pengembangan dan
pada buah zakar pengempisan pada
yang hilang timbul area aganglionik
sejak 3 minggu yang ↓
lalu Penyakit hirschsprung
DO: ↓

 keadaan umum anak Obstruksi kolon distal

tampak lemas ↓

 kesadaran kompos Konstipasi

mentis ↓

 Tanda-tanda vital Obstruksi kolon


proksimal
Nadi 135 x/menit, ↓
Suhu 36.7 ºC, RR 39 Distensi abdomen
x/menit. ↓
abdomen kembung Gangguan rasa
dan membesar, BU nyaman
(+), dullness, nyeri
tekan hilang timbul,
teraba keras
3. Faktor Risiko : Risiko Defisit Nutrisi

 Riwayat
pertumbuhan
dan
perkembangan
berat badan
anak saat ini
4.4 kg (-2 SD)
dan PB 51 cm
(-3SD). Berat
badan saat
masuk RS 3.9
kg, LLA = 17
cm , LK = 34
cm
Hasil lab Hb 8.4
(turun) , Eritrosit
2.8.103 (turun),
Hematokrit 24.60
(turun)

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


(Berdasarkan prioritas)
Ruang : RSSA
Nama Pasien: Anak S
Diagnosa : Hirschsprung Disease + Lateral Ingunial Hernia without
obstruction + Low bowel obstruction ec Hirschsprung Disease
No. Tanggal Tanggal Tanda
Diagnosa Keperawatan
Dx Muncul Teratasi Tangan
1. 28 september Konstipasi dengan penyebab
2019 aganglionik (penyakit
hircsprung) gejala mayor
pengeluaran feses lama dan
sulit dan gejala minor distensi
abdomen, kelemahan umum
dengan kondisi klinis
hircsprung
2. 28 september Nyeri akut dengan gejala
2019 minor pola nafas berubah,
tampak meringis dan terdapat
nyeri tekan pada abdomen
3 28 september Gangguan Rasa Nyaman
2019 dengan penyebab gejala
penyakit Hirschsprung dengan
gejala minor tampak merintih/
menangis, pola eleminasi
berubah
4 28 september Risiko Defisit Nutrisi
2019 berdasarkan penyakit
hirschsprung disease

5 28 september Risiko ketidakseimbangan


2019 cairan dengan factor risiko
obstruksi intestinal dengan
kondisi klinis hiscprung
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama klien : Anak. S Tgl Pengkajian : 28 September 2019
Diagnosa Medis : Hirschsprung Disease + Lateral Ingunial Hernia without obstruction + Low bowel obstruction ec
Hirschsprung Disease
No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi
Keperawatan
1. Konstipasi dengan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Manajemen Eliminasi Fekal
penyebab aganglionik jam Konstipasi berkurang dengan kriteria
Observasi:
(penyakit hircsprung) hasil sebagai berikut:
gejala mayor 1. Identifikasi masalah usus
pengeluaran feses Eliminasi fekal
2. Identifikasi pengobatan yang berefek
lama dan sulit dan N Indikator 1 2 3 4 5
gejala minor distensi o pada kondisi gastrointestinal
abdomen, kelemahan 1 Keluhan defekasi 3. Monitor buang air besar
umum dengan kondisi lama dan sulit
klinis hircsprung Keterangan: 4. Monitor tanda dan gejala konstipasi
5 = menurun Terapeutik:
4 = cukup
menurun 1. Berikan air hangat setelah makan
3 = sedang 2. Jadwalkan waktu defekasi Bersama
2 = cukup
meningkat pasien
1 = meningkat Edukasi:
2 Kontrol
pengeluaran 1. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
feses konsistensi, volume feses
Keterangan:
5 = menurun 2. Anjurkan pengurangan asupan makan
4 = cukup yang meningkatkan pembentukan gas
menurun
3. Jelaskan jenis makanan yang membantu
3 = sedang
2 = cukup meningkatkan keteraturan peristaltic
meningkat
usus
1 = meningkat
3 Distensi Manajemen konstipasi
abdomen Observasi
Keterangan:
5 = membaik 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
4 = cukup 2. Identifikasi factor risiko konstipasi
membaik
3 = sedang 3. Monitor tanda dan gejala rupture
2 = cukup buruk usus/peritonitis
1 = buruk
4 Peristaltic usus Terapeutik
Keterangan: 1. Anjurkan masase abdomen, jika perlu
5 = membaik
4 = cukup 2. Lakuakan evakuasi feses secara
membaik manual, jika perlu
3 = sedang
2 = cukup buruk 3. Berikan enema/irigasi
1 = buruk Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan alasan
tindakan
2. Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim tentang
penurunan/peningkatan frekuensi suara
usus

2. Risiko Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Manajemen cairan


ketidakseimbangan Observasi :
jam status cairan seimbang, dengan kriteria
cairan dengan factor 1. Monitor status hidrasi (frekuensi
risiko obstruksi Status cairan nadi, akral)
intestinal dengan 2. Monitor BB harian
No Indikator 1 2 3 4 5
kondisi klinis 1
3. Monitor hasil pemeriksaan
hiscprung Kadar Hb laboratorium (Hb, Ht, CI)
Keterangan: Terapeutik:
5 = meningkat 1. Catat intake output dan hitung
4 = cukup balance cairan 24 jam
meningkat 2. Berikan asupan cairan sesuai
3 = sedang kebutuhan
2 = cukup 3. Berikan cairan intravena, jika perlu
menurun Kolaborasi:
1 = menurun 1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika
2 Kadar Ht perlu
Keterangan:
5 = meningkat
4 = cukup
meningkat
3 = sedang
2 = cukup
menurun
1 = menurun
3 Berat badan
Keterangan:
1 = memburuk
2 = cukup
memburuk
3 = sedang
4 = cukup
membaik
5 = Membaik
4 Tekanan nadi
Keterangan:
1 = memburuk
2 = cukup
memburuk
3 = sedang
4 = cukup
membaik
5 = Membaik
3. Nyeri akut dengan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 Manajemen Nyeri
gejala minor pola jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil
Observasi:
nafas berubah, sebagai berikut:
tampak meringis dan 5. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
terdapat nyeri tekan Tingkat Nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pada abdomen N Indikator 1 2 3 4 5
o 6. Identifikasi skala nyeri
1 Keluhan nyeri 7. Respon nyeri non verbal
Keterangan: 8. Monitor keberhasilan terapi
5 = menurun
4 = cukup komplementer
menurun 9. Monitor efek samping penggunaan
3 = sedang
2 = cukup analgesik
meningkat Terapeutik:
1 = meningkat
2 Muntah 3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Keterangan: mengurangi nyeri
5 = menurun
4 = cukup 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun 5. Pertimbangkaan jenis dan sumber nyeri
3 = sedang
2 = cukup dalam pemilihan strategi meredakan
meningkat nyeri
1 = meningkat
3 Pola nafas Edukasi:
Keterangan: 4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5 = membaik
4 = cukup nyeri
membaik 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3 = sedang
2 = cukup buruk 6. Anjurkan menggunakan analgesic
1 = buruk secara tepat
7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu
2. Gangguan Rasa Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Perawatan Kenyamanan
Nyaman dengan gangguan rasa nyaman berkurang, Observasi:
penyebab gejala dengan kriteria: 1. identifikasi gejala yang tidak
penyakit Hirschsprung menyenangkan
dengan gejala minor Status Kenyamanan
tampak merintih/ N Indikator 1 2 3 4 5 Terapeutik:
menangis, pola o 1. berikan posisi yang nyaman
eleminasi berubah 1 Pola eleminasi 2. ciptakan lingkungan yang nyaman
Keterangan: 3. dukung keluarga dan pengasuh terlihat
5 = membaik dalam terapi/ pengobatan
4 = cukup
membaik Edukasi:
3 = sedang 1. jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
2 = cukup buruk terapi/ pengobatan (pada keluarga)
1 = buruk
2 Menangis Kolaborasi:
Keterangan: 1. kolaborasi pemberian analgesik, jika
5 = menurun perlu
4 = cukup
menurun
3 = sedang
2 = cukup
meningkat
1 = meningkat
3 gelisah
Keterangan:
5 = menurun
4 = cukup
menurun
3 = sedang
2 = cukup
meningkat
1 = meningkat
3. Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 Manajemen Nutrisi
berdasarkan penyakit
jam risiko deficit nutrisi menurun, dengan Observasi :
hirschsprung disease
kriteria: 4. Identifikasi status nutrisi
5. Identifikasi intoleransi makanan
Status Nutrisi bayi 6. Identifikasi keebutuhan kalori dan
N Indikator 1 2 3 4 5 jenis nutrien
o
7. Identifikasi perlunya penggunaan
1 Berat badan
Keterangan: selang nasogastrik
5 = meningkat 8. Monitor asupan makanan
4 = cukup
meningkat 9. Monitor hasil pemeriksaan
3 = sedang laboratorium
2 = cukup
menurun Terapeutik:
1 = menurun 4. Hentikan pembeerian makan melalui
2 Panjang badan seelang nasogastric jika asupan oral
Keterangan: dapat ditoleransi
5 = meningkat
4 = cukup Kolborasi:
meningkat Kolaborasi dengan ahli gizi
3 = sedang
2 = cukup
menurun
1 = menurun
3 Bayi cengeng
Keterangan:
5 = menurun
4 = cukup
menurun
3 = sedang
2 = cukup
meningkat
1 = meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Jam Intervensi Respon Klien TTD
Dx
1 12.10 - Monitor buang air besar DS:
- Monitor tanda dan gejala konstipasi - ibu pasien mengatakan perut bayi masih kembung
- Identifikasi masalah usus dan BAB 2-3x/hari jumlah sedikit berwarna coklat

- Anjurkan mencatat warna, frekuensi, kadang kehijauan

konsistensi, volume feses DO:


- abdomen kembung, membesar dan teraba keras
- hirscprung
- bising usus (+)
- adanya benjolan pada buah zakar yang hilang
timbul sejak 3 minggu yg lalu
2 12.20 - Monitor status hidrasi (frekuensi nadi, akral) DS:
- Monitor BB harian
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (Hb,
Ht, CI) DO:
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan - Nadi 135x/ mnt
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Suhu 36,7
Hb 8,4
Ht 24,60
BB 4,4 kg
- Diberika terapi cairan IVFD D10 ½ NS sebanyak
300cc/24 jam
3 12.00 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, DS:
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri  Ibu pasien mengatakan bayinya tidak ada muntah
- Respon nyeri non verbal dan terkadang menangis saat ingin BAB dan
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri berhenti jika sudah BAB
DO:
- Nadi 135x/ mnt
S 36,7o
RR 39 x/mnt
- Nyeri tekan hilang timbul
- Perut kembung dan teraba keras
4 07.00- 1. mengidentifikasi gejala yang tidak S:
menyenangkan - ibu pasien mengatakan bayi jarang menangis ketika
14.00
2. memberikan posisi yang nyaman ingin bab
3. menciptakan lingkungan yang nyaman
4. mendukung keluarga dan pengasuh terlihat O:
dalam terapi/ pengobatan  bayi jarang terlihat menangis
5. menjelaskan mengenai kondisi dan pilihan
terapi/ pengobatan (pada keluarga) A: masalah belum teratasi
P lanjutkan intervensi dan monitoring perubahan
6. berkolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
ketidaknyamanan bayi
-
5 07.00- 1. mengidentifikasi status nutrisi S:
O:
14.00 2. mengidentifikasi intoleransi makanan
 Terdapat kenaikan berat badan
3. mengidentifikasi keebutuhan kalori dan jenis  Nafsu makan meningkat (mau menyusu/ minum
nutrien susu)
 Bayi tidak lemas
4. mengidentifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik A: masalah belum teratasi
P lanjutkan intervensi dan monitoring berat badan bayi
5. memonitor asupan makanan
6. memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
- 7. berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemenuhan gizi balita
EVALUASI
Diagnosa
Evaluasi TTD
Keperawatan
Konstipasi S:
- BAB pasien lancar
O:
- Abomen tidak kembung dan membesar
- Bising usus normal
- Perut tidak teraba keras
- Frekuensi dan konsistensi BAB normal
A: Masalah teratasi

P: ACC KRS. Saat dirumah tetap dipantau frekuensi


BAB anak
Risiko S:
ketidakseimbangan - Pasien diberikan terapi sesuai anjuran
cairan O:
● Hasil lab normal
● TTV normal
● BB anak kembali normal

A: Masalah teratasi

P: ACC KRS. Saat dirumah intake dan output


cairan/makan diberikan sesuai anjuran, dan
pertumbuhan dan perkembangan anak tetap dipantau
Nyeri akut S:
- Anak tidak rewel saat akan BAB
- BAB kembali lancar
O:
● TTV normal
● Tidak ada nyeri tekan
● Abdomen tidak teraba keras dan kembung
A: Masalah teratasi
P: ACC KRS. Saat dirumah tetap dipantau keluhan
anak dan memberikan manajemen nyeri sesuai
anjuran

Anda mungkin juga menyukai