Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-
3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar
keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi
antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari
hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana
DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
Berdasarkan data WHO tahun 2014 untuk kasus Dengue Haemoragic Fever( DHF )
adalah sebanyak 334.567 ribu kasus DHF, dan sampai pertengahan bulan Desember tercatat
penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya
meninggal dunia. Untuk data kasus DHF pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat
tercatat sebanyak 2300 kasus, sedangkan untuk kasus DHF pada 3 bulan terakhir
( September - November 2015 ) di Dinas Kesehatan Kota Padang adalah sebanyak 298 kasus
dan untuk kasus DHF di RSUD Dr. Rasidin Padang di Ruangan Interne pada 3 bulan
terakhir ( September - November 2015 ) adalah sebanyak 96 kasus.
1. Definisi
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo,
2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi
fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat. Demam
berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF),
demam dengue, dan dengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2008).
Demam dengue fever/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopeniadan diathesis hemoragik.Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa
penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus danAedes Aegepty )
nyamuk aedes aegepty. ( Kemenkes RI, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Buku Saku, 2013 )
2. Etiologi
a. Virus dengue
Demam dengue fever atau demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip terbanyak.
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1, 2, 3,
4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus Dengue
memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis protein sel
pejamu. Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi.
Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk :
1) Menginfeksi lebih banyak sel
2) Membentuk virus progenik
3) Menyebabkan reaksi inflamasi hebat
4) Menghindari respon imun mekanisme efektor
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak
ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Nyamuk Aedes Aegypti maupun
Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada
orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di
daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut
berperan dalam penularan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
tempat - tempat air minum yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang - lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari.
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
3. Patofisiologi Infeksi virus dengue
Resiko Deficit
Gangguan pemenuhan volume cairan
kebutuhan nutrisi
4.Manifestasi Klinis
a. Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai
tujuh hari turun secara cepatmenuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan
dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa
lemah dapat menyetainya.
b. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit
(trombositopeni) serta gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorfosis
trombosit. Perdarahan dapat terjadi di semua organ yang berupa:
1) Uji torniquet positif
2) Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
3) Epistaksis dan perdarahan gusi
4) Hematemesis, melena
5) Hematuri
c. Hepatomegali :
1) Biasanya dijumpai pada awal penyakit
2) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3) Nyeri tekan pada daerah ulu hati
4) Tanpa diikuti dengan icterus
5) Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue
d. Syok yang dikenal dengan Sindrom Renjatan Dengue (SRD/DSS) , disebabkan oleh
karena : Perdarahan dan kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler
yang rusak. Sedangkan tanda-tanda syok adalah:
1) Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
2) Gelisah dan Sianosis disekitar mulut
3) Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
4) Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang dari 80 mmHg)
5) Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
e. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi
pada hari ke tiga sampai ke tujuh.
f. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator
kemungkinan terjadinya syok.
g. Gejala-gejala lain :
Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.Penurunan
kesadaran
5. Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg
berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume
cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali
dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin.
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai
panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena
perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari
ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya
melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien
akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang
dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya
bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi
paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:
d. Dehidrasi
e. Pendarahan
f. Jumlah platelet yang rendah
g. Hipotensi
h. Bradikardi
i. Kerusakan hati
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
c. Derajat III :
d. Derajat IV :
7. Pencegahan
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging
b. Abatisasi
umum.
c. Tanpa Inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
1) Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat
penampungan air bersih.
2) Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
3) Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas,
lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk
Aedes Aegypti.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
9. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+
4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medical di Ruang
TERATAI di RST Dr. Soepraoun Malang
Oleh :
DENNY
190070300011052