Anda di halaman 1dari 3

Nama : LUTHFIANA HASANATUL KROMAH

Kelas : XII MM 2
No. Absen : 20

Makna Filosofis Pakaian Adat Jawa

makna filosofis pakaian adat jawa


Busana adat Jawa yang kerap disebut juga dengan busana kejawen ini memiliki perumpamaan
tertentu terlebih untuk orang asli Jawa yang mengenakannya. Baju Jawa penuh dengan piwulang
sinandhi yang kaya akan ajaran tersirat yang berhubungan dengan filosofi Jawa. Untuk makna
filosofis yang dimiliki adalah sebagai berikut:

 Iket-Iket
Yang pertama adalah makna yang terkandung dalam tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga menjadi bentuk penutup kepala. Cara mengenakan iket tersebut adalah harus secara
kencang dan kuat agar ikatan tersebut tidak mudah lepas.Sedangkan untuk masyarakat Jawa iket
memiliki arti agar manusia yang mengenakannya memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang
dan kuat. Maksudnya tidak mudah terombang-ambing terlebih hanya karena faktor situasi
maupun omongan orang lain tanpa dilakukan sebuah pertimbangan yang matang.

 Udheng-Udheng
Filosofi dari pakaian adat Jawa yang kedua berasal dari udheng-udheng yang sama halnya
dikenakan di bagian kepala. Meskipun wujudnya nyaris sama, namun udheng yang berasal dari
mudheng ini memiliki arti mengerti dengan jelas.Dengan begitu, dengan memakai udheng berarti
tersirat makna manusia akan memiliki pemikiran yang kokoh terlebih jika sudah memahami
tujuan hidupnya. Makna lainnya adalah supaya manusia memiliki keterampilan serta bisa
menjalankan pekerjaannya dengan pemahaman yang mumpuni karena didasari dengan
pengetahuan.

 Rasukan
Rasukan berarti manusia sebagai ciptaan dari Tuhan hendaklah memiliki sifat ngrasuk ataupun
mengikuti sebuah jalan atau agama dan menyembah Tuhannya dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan.
 Benik
Mayoritas busana adat Jawa nampaknya tidak lupa menyematkan benik atau kancing. Seperti
contoh beskap yang selalu dilengkapi dengan benik pada bagian kiri dan kanannya. Lambang
yang ada dalam benik adalah segala tindakan yang dilakukan manusia hendaknya selalu
diniknik.Diniknik berarti diperhitungkan dengan benar-benar cermat dan jangan sampai
merugikan orang lain. Bukan hanya itu saja, namun juga harus bisa menjaga antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan kelompok ataupun kepentingan umum.

 Sabuk
Sabuk merupakan jenis pakaian adat Jawa yang selalu dikenakan sebagai pelengkap busana adat.
Cara mengenakan sabuk adalah dengan melilitkannya dibagian pinggang. Sabuk sendiri
memiliki arti manusia yang mengenakannya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan
memastikan pekerjaan yang dilakukan harus menghasilkan.

 Jarik
Jarik merupakan pakaian adat Jawa berwujud sebuah kain panjang yang dikenakan untuk
menutupi tubuh hingga sepanjang kaki. Jarik sendiri berarti serik atau tidak mudah iri dengan
orang lain. Karena sejatinya iri hati hanya akan membuat rasa emosional atau buru-buru dalam
menanggapi segala permasalahan hidup.

 Wiru
Wiru bisa dikatakan sebagai pasangan jarik. Karena ketika mengenakan jarik harus selalu dengan
cara mewirunya pada bagian ujung dengan sedemikian rupa. Wiru atau wiron bisa dihasilkan
dengan cara melipat-lipat ujung jari sehingga menghasilkan wujud wiru.Wiru sendiri terbuat dari
kalimat wiwiren aja nganti kleru, dengan makna segala hal yang sedemikian rupa hingga
menimbulkan keharmonisan dan rasa menyenangkan atau jangan sampai keliru.

 Bebed
Bebed adalah sejenis kain menyerupai jarik yang dikenakan oleh laki-laki. Bebed adalah ubed
yang bermakna tekun serta rajin dalam bekerja dan mencari rezeki.
 Canela
Chanela dijabarkan dari chantelna jroning nala atau peganglah dalam hatimu dengan kuat.
Canela berwujud seperti selop, cripu maupun sandal yang dikenakan pada kaki dan memiliki
maksud supaya si pemakai senantiasa menyembah hanya di kaki-Nya secara lahir dan batin.

 Curiga dan Rangka


Filosofi atau makna dari pakaian adat Jawa terakhir diwakili oleh curiga dan rangka yang
berwujud wilahan atau bilahan yang ada dalam warangka atau wadahnya. Curiga dan warangka
ini sendiri sebagai bentuk ciptaan yang menyembah Tuhan nya dalam sebuah hubungan kawula
jumbuhing Gusti.Curiga yang letaknya berada di belakang memiliki arti ketika menyembah
Tuhan, maka hendaknya manusia bisa ngungkurake godhaning setan yang selalu menggoda
manusia untuk berbuat tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai